Keluhan Gangguan Muskuloskeletal Pada Rebar Menat PT PDF
Keluhan Gangguan Muskuloskeletal Pada Rebar Menat PT PDF
Lela Kania Rahsa Puji 1 *, Ayatun Fil Ilmi 2, Nur Hasanah 3, Fenita
Purnama 4 dan Adi Fahrudin 5
1,2,3,4 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kharisma Persada, Indonesia
Abstrak
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) selalu berkembang baik secara nasional maupun
global terutama di sektor industri. Salah satu industri yang harus menerapkan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja dioperasikan di bidang konstruksi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui faktor - faktor yang berhubungan dengan keluhan Musculoskeletal Disorder pada pria
rebar di PT itu
pembangunan mal Ciputra Raya di Cikupa, Tangerang. Metode Penelitian menggunakan
analitik kualitatif dengan menggunakan data primer (kuesioner) dan menggunakan desain
cross-sectional. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Total sampling
dengan jumlah sampel sebanyak 52 pria. Data keluhan gangguan muskuloskeletal
menggunakan kuesioner 16 item yang terkait dengan 2 variabel dan kuesioner Nordic
Map mengenai keluhan MSD dengan pertanyaan tentang keluhan di bagian tubuh yang
dirasakan oleh pekerja. Uji statistik menggunakan chi-square. Hasil penelitian, rata-rata
pria dalam struktur rata-rata memiliki keluhan MSD yang sangat tinggi sebanyak 65,4%.
Berdasarkan analisis bivariat dapat diketahui bahwa terdapat hubungan yang signifikan
antara kebiasaan merokok dan keluhan gangguan muskuloskeletal diperoleh nilai-P
(0,01) dengan tingkat signifikansi • = 0,05.
1. pengantar
Proyek konstruksi adalah proyek yang melibatkan banyak pihak dan menciptakan banyak
proses kompleks sehingga penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja merupakan salah satu
upaya untuk mencegah kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja [1]. Bahayanya adalah fokus
awal dalam mengimplementasikan K3 di tempat kerja untuk diidentifikasi. Salah satu jenis bahaya
yang terdiri
konstruksi adalah bahaya ergonomis. Bahaya ergonomis saya Dalam lingkungan kerja
bekisting yang tidak memenuhi persyaratan, sikap kerja yang tidak alami, alat dan
infrastruktur yang tidak sesuai dengan pengguna adalah masalah yang memberi beban
tambahan dan menyebabkan keluhan gangguan juga [2].
Menurut Departemen Kesehatan pada tahun 2015 menunjukkan bahwa jumlah kasus
penyakit yang disebabkan oleh penyakit akibat kerja dari 2011 hingga 2014 menurun (2011
= 57.929, 2012 = 60.322, 2013 = 97.144 dan pada 2014 = 40.694). Provinsi dengan jumlah
kasus terbanyak, salah satunya adalah Provinsi Banten (informasi-kasja.pdf, nd). Prevalensi
penyakit Gangguan Muskuloskeletal (MSDs) di Indonesia berdasarkan pada pasien yang
didiagnosis oleh tenaga medis 11,9% dan berdasarkan diagnosis atau gejala 24,7% [4].
Usaha sektor informal adalah salah satu usaha yang memiliki risiko kesehatan tertinggi. Tenaga kerja di
sektor informal adalah penduduk yang kurang mendapatkan layanan kesehatan. Salah satunya adalah
pekerja laki-laki yang merupakan pekerja sektor informal yang memiliki potensi gangguan muskuloskeletal
karena pekerjaan ini sebagian besar tidak melakukan posisi atau sikap kerja yang ergonomis.
Melihat data yang menentukan kehebatan kasus MSD di sektor industri dan kehebatan
faktor risiko sehingga perlu untuk mengambil langkah-langkah identifikasi di tempat kerja. Ini
juga untuk mengetahui apakah pekerja telah bekerja dengan benar dan memenuhi aspek
ergonomis dan peraturan serta lingkungan kerja dan risiko kerja yang diterima oleh pekerja.
PT. Tatamulia Indah Nusantara adalah salah satu perusahaan jasa konstruksi
yang berkembang di Indonesia. PT. Tatamulia Indah
Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan
dengan keluhan MSD pada pekerja besi di pembangunan mal Ciputra Raya di Cikupa,
Tangerang. Tujuan penelitian ini dibagi menjadi lima aspek seperti:
Identifikasi
Sebuah. terkait usia dengan keluhan Gangguan Muskuloskeletal
2. Tinjauan Literatur
2.1. Gangguan Muskuloskeletal
Gangguan muskuloskeletal (MSD) adalah cedera atau penyakit pada sistem saraf atau
jaringan seperti otot, tendon, ligamen, sendi, tulang rawan, atau pembuluh darah. rasa sakit
karena MSD dapat digambarkan sebagai kaku, tidak fleksibel,
terbakar / terbakar, perasaan geli, mati rasa, dingin dan
ketidaknyamanan. Keluhan otot tulang adalah keluhan pada otot rangka yang dirasakan oleh
seseorang mulai dari keluhan ringan hingga keluhan yang sangat menyakitkan. Jika otot statis
menerima beban statis berulang kali dan untuk waktu yang lama, itu dapat menyebabkan
keluhan dalam bentuk kerusakan pada sendi, ligamen dan tendon. Inilah yang menyebabkan
rasa sakit, keluhan ini disebut keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) atau cedera pada
sistem Musculoskeletal (Humantech, 2003).
yang merasa sakit karena melakukan pekerjaan. Kuisioner ini menggunakan gambar tubuh
manusia yang telah dibagi menjadi 9 bagian utama yaitu leher, bahu, punggung atas, siku,
punggung bawah, pergelangan tangan, pinggang, bokong, lutut, dan tumit / kaki. Mekanisme
penilaian adalah kuesioner yang diisi dengan skor yang telah dijelaskan di atas pada bagian
tubuh kanan dan kiri, apakah keluhan dirasakan oleh responden. Skor 0 (tanpa rasa sakit),
skor 1 (agak sakit), skor 2 (sakit), dan skor 3 (sangat sakit). Keluhan yang dirasakan oleh
responden diperoleh dengan menambahkan semua skor [5]. Dalam pengukuran pengaduan
MSD dibagi menjadi 2 kategori yaitu pengaduan dan tidak ada pengaduan.
2) Waktu pelayanan
Waktu pengabdian adalah seseorang yang bekerja sejak awal masuk kerja hingga
penelitian berlangsung. Jangka waktu layanan membuktikan lamanya waktu orang
tersebut terpapar pada pekerjaan sampai penelitian dilakukan. Dalam pengukuran
waktu pelayanan dibagi menjadi 2 kategori yaitu waktu singkat (≤ 5 tahun) dan
lama (> 5 tahun).
3) Kebiasaan merokok
Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa peningkatan keluhan otot sangat erat
kaitannya dengan durasi dan tingkat kebiasaan merokok. Semakin lama dan semakin
tinggi frekuensi merokok, semakin tinggi tingkat keluhan otot yang dirasakan. Merokok
dapat mengurangi kapasitas paru-paru, sehingga kemampuan untuk mengonsumsi
oksigen berkurang dan akibatnya, tingkat kesegaran tubuh juga menurun, itu akan
mudah lelah karena kandungan oksigen dalam darah rendah, pembakaran
karbohidrat terhambat, ada tumpukan asam laktat dan akhirnya nyeri otot. Dalam
pengukuran, kebiasaan merokok itu
dibagi menjadi kategori mereka merokok (≤ 10 batang / hari) dan merokok (> 10
batang / hari).
4) Durasi
Durasi dapat memiliki beberapa arti, durasi dapat menjadi jumlah waktu yang
digunakan dalam posisi tertentu dalam siklus kerja atau durasi pekerjaan yang
dilakukan dalam siklus kerja, seperti bahu dilenturkan selama 45 detik dalam dua
menit. siklus. Semakin lama durasi yang digunakan dalam siklus kerja (posisi tertentu),
semakin tinggi risikonya. Durasi juga dapat diartikan sebagai jumlah jam kerja dalam
shift kerja ketika seorang pekerja terpapar faktor-faktor risiko. Misalnya, melakukan
pekerjaan yang berulang selama 30 menit tidak akan memiliki efek yang sama ketika
pekerjaan dilakukan selama shift kerja penuh. Dalam pengukuran durasi dibagi dengan
2 kategori yaitu durasi pendek (≤1 jam / hari) dan durasi panjang ( > 1 jam / hari).
5) Mandiri tergantung
Setiap pekerjaan memiliki risiko baik di tempat kerja maupun risiko kesehatan.
Risiko-risiko ini terkait dengan jenis pekerjaan dan lingkungan kerja. MSD adalah salah
satu risiko kesehatan yang paling sering dikeluhkan oleh pekerja. Keluhan
muskuloskeletal adalah keluhan pada bagian otot rangka yang dirasakan oleh seseorang
mulai dari yang sangat ringan hingga sangat menyakitkan. Faktor risiko MSD dapat
dikategorikan sebagai lingkungan, karakteristik individu (usia, masa kerja, kebiasaan
merokok), dan faktor kerja (durasi kerja).
Usia bisa menjadi penyebab utama pemicu keluhan otot karena seiring bertambahnya
usia, kapasitas otot menurun. Penelitian yang dilakukan oleh Sari (2017) [6], pada pekerja
binatu di Jalan Prof. Dr. Soepomo Janturan Yogyakarta menunjukkan nilai p = 0,005 <α
(0,05). Dalam penelitian ini, 20 responden memiliki usia risiko (> 30 tahun) ada 17 orang
(48,6%) yang mengalami MSD. sedangkan dari 15 responden yang tidak memiliki usia risiko
(<30 tahun), hanya ada 5 orang (14,2%) yang memiliki MSD. Semakin tua seseorang,
proses degeneratif akan terjadi dalam bentuk regenerasi jaringan menjadi jaringan parut,
kerusakan jaringan berkurang cairan yang dapat mengakibatkan berkurangnya stabilitas
otot dan tulang. Di usia pertengahan, daya tahan dan kapasitas otot mulai menurun
sehingga ada peningkatan risiko keluhan otot [7].
Waktu pengabdian adalah seseorang yang bekerja sejak awal masuk kerja hingga
penelitian berlangsung. Jangka waktu layanan membuktikan lamanya waktu orang
tersebut terpapar pada pekerjaan sampai penelitian dilakukan. Semakin lama masa kerja
individu, risiko penyakit akibat kerja meningkat seperti MSD [8]. Penelitian yang dilakukan
oleh Oley (2018) menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan (p = 0,044)
Merokok adalah faktor risiko untuk keluhan muskuloskeletal. Pekerja yang memiliki
kebiasaan merokok adalah 2,84 kali lebih banyak untuk mengalami MSD daripada pekerja
yang tidak memiliki kebiasaan merokok [10]. Penelitian lain menyatakan ada hubungan positif
(koefisien korelasi = 0,542) antara merokok dan MSD. Ini berarti bahwa semakin tinggi tingkat
kategori kebiasaan merokok pekerja, semakin banyak MSD akan mengalami keluhan [11].
Merokok dapat mengurangi kapasitas paru-paru, sehingga kemampuan untuk mengkonsumsi
oksigen menurun dan akibatnya tingkat kesegaran tubuh juga menurun. Saat melakukan
tugas yang membutuhkan tenaga, ia akan mudah lelah karena kandungan oksigen yang
rendah dalam darah, pembakaran karbohidrat terhambat, ada tumpukan asam laktat dan
akhirnya, nyeri otot muncul [10].
Durasi waktu seseorang bekerja dengan baik dalam sehari biasanya 6-10 jam.
Sisanya (14-18 jam) digunakan untuk kehidupan dalam keluarga dan masyarakat,
istirahat, tidur, dan lainnya. Memperpanjang waktu kerja lebih dari kapasitas kerja
lama biasanya tidak disertai dengan efisiensi, efektivitas dan produktivitas kerja
yang optimal. Seseorang biasanya dapat bekerja dengan baik selama 40-50 jam
seminggu, lebih dari itu, ada kemungkinan besar untuk hal-hal negatif muncul bagi
para pekerja dan pekerjaan itu sendiri. Berdasarkan teori bahwa semakin lama
durasi melakukan pekerjaan, semakin tinggi risiko yang akan diterima dan semakin
lama waktu yang dibutuhkan untuk pemulihan energi [12]. Berdasarkan penelitian
yang dilakukan oleh Utami (2017) pada pekerja dengan panjang kriteria kerja yang
tidak normal (> 8 jam) ada 33 responden (78,6%) yang mengalami MSD,
Usia
Keluhan Gangguan
Waktu Layanan
Muskuloskeletal
Durasi Kebiasaan
Merokok
ISSN: 2005-4238 IJAST 2679
3. Metodologi
Peserta. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik total
sampling. Total sampling adalah teknik pengambilan sampel di mana jumlah sampel sama
dengan populasi. Alasan pengambilan Total Sampling adalah karena menurut Sugiyono
(2010) populasi kurang dari 100 populasi digunakan sebagai sampel penelitian. Responden
penelitian ini semua populasi pria rebar sebanyak 52 orang sehingga teknik pengambilan
sampel yang digunakan total sampling
Metode Analisis. Penelitian ini adalah penelitian analitik dengan desain crosssectional karena
dalam penelitian ini variabel bebas dan terikat diukur pada saat yang sama untuk mengetahui
faktor-faktor yang berhubungan dengan
Keluhan Gangguan Muskuloskeletal pada Pria Rebar di PT. Tatamulia Nusantara Indah
dari proyek Pengembangan Mall Ciputra Citra Raya, Cikupa Tangerang pada tahun
2019.
P=•
• • •••%
P = presentase
X = jumlah responden acara N =
Total responden
Analisis bivariat menggunakan tabel silang untuk menyoroti dan menganalisis hubungan
antara variabel independen dan dependen menggunakan analisis chisquare dengan tingkat
signifikansi • = 0,05. Hasil yang diperoleh dengan analisis chi-square menggunakan program
SPSS yang merupakan nilai p kemudian dibandingkan dengan • = 0,05. jika p-value kurang dari • = 0,05
maka ada hubungan antara kedua variabel.
Dalam pengukuran, usia dibagi menjadi 2 kategori, yaitu usia tidak berisiko (≤35 tahun)
dan usia risiko (> 35 tahun). Berdasarkan tabel 4.1, Diperoleh 52 responden yang diteliti
sebagian besar yaitu sebanyak 29 (55,8%) responden yang memiliki risiko usia terhadap
keluhan MSDs.
Dalam pengukuran waktu pelayanan dibagi menjadi 2 kategori yaitu waktu yang singkat (≤
5 tahun) dan waktu yang lama (> 5 tahun). Berdasarkan
tabel 4.1, diperoleh dari 52 responden yang paling dicari yaitu 28 (53,8%) responden
yang memiliki masa kerja yang lama.
Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui beberapa variabel yang mungkin terkait
dengan MSDs Keluhan pria rebar di Proyek PT Tatamulia Nusantara Indah Ciputra Citra
Raya Cikupa Tangerang, kemudian analisis bivariat dilakukan antara variabel independen
dan dependen. Adapun variabel independen dianalisis berdasarkan usia, waktu pelayanan,
kebiasaan merokok, dan durasi.
Keluhan MSD
Karakteristik Nilai
Kategori Tidak Total
ics pv
Keluhan Keluhan
N% n % n%
Usia tidak berisiko
8 38.1 13 61.9 23 100
(≤ 35 tahun)
Usia 0,769
Risiko
10 32.3 21 67,7 31 100
(> 35 tahun)
Waktu singkat
8 42.1 13 66.7 24 100
Waktu (≤ 5 tahun)
0,1
pelayanan Lama (> 5
10 35.7 21 64.3 28 100
tahun)
Merokok (≤
10 batang /
10 62.5 6 37.5 16 100
hari
Kebiasaan s)
0,01
merokok Merokok ( • 10
batang / hari
8 22.2 28 77.8 36 100
s)
Durasi
6 30 14 70 20 100
pendek
Durasi 0,766
Durasi
12 37.8 30 37.5 32 100
panjang
Berdasarkan tabel 4.6, diketahui bahwa dalam variabel usia, ada 8 (38,1%)
responden yang tidak mengeluh MSD, dan 21 (67,7%) yang memiliki usia risiko
dan keluhan MSD. Hasil uji statistik diperoleh nilai P sebesar 0,769 dari signifikansi
0,05, sehingga nilai p>
0,05 sehingga diterima, artinya tidak ada korelasi dengan nilai yang signifikan
antara usia dan keluhan MSD pada pria rebar.
Berdasarkan tabel 4.2, diketahui variabel durasi, ada 6 (30,0%) responden yang
dijelaskan dalam waktu singkat dan tidak ada keluhan MSDs sedangkan 20
(37,85%) yang dijelaskan tentang durasi kerja yang panjang dan memiliki keluhan
MSD. Dari hasil uji statistik, diperoleh nilai P sebesar 0,766 dari signifikansi
0,05, sehingga nilai-P> 0,05 sehingga tidak diterima bahwa tidak ada korelasi nilai
yang signifikan antara durasi dan keluhan MSD pada pria rebar.
4.2. Diskusi
Secara umum, keluhan sistem MSD mulai dirasakan pada usia produktif,
namun keluhan pertama biasanya dirasakan pada usia 35 tahun dan tingkat
keluhan akan terus meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Ini terjadi
karena pada usia paruh baya, kekuatan dan daya tahan otot turun sehingga risiko
keluhan otot meningkat [6].
5. Kesimpulan
Dari hasil penelitian dengan desain cross-sectional dengan variabel independen usia,
masa kerja, dan kebiasaan merokok serta lamanya waktu pelayanan pada 52 responden
yang mereka rebarmen di PT. Tatamulia Nusantara Indah untuk pembangunan Mal Ciputra
Citra Raya, diperoleh hasil bahwa usia, masa kerja, dan lamanya tidak ada korelasi yang
signifikan dengan keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs). Sedangkan untuk rebar pria
yang memiliki kebiasaan merokok kurang dari 10 batang / hari dan lebih dari 10 batang per
hari memiliki korelasi yang signifikan dengan keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs).
Selain kebiasaan merokok, ada juga faktor kerja yang tidak ekonomis ketika bekerja dan
lamanya bekerja secara tidak pasti sedangkan dalam peraturan kesehatan dan
keselamatan di bidang konstruksi pekerja keras dalam konstruksi harus diberikan waktu
istirahat setelah bekerja selama 4 jam. Manajemen dapat memberikan pelatihan atau
informasi tentang faktor-faktor risiko untuk Gangguan Muskuloskeletal
Referensi
[1] A., Sanjaya, P., & Mega Prabawati, I. "Penerapan Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3) pada Proyek Pembangunan Fave Hotel Kartika Plaza Kuta ". Jurnal Ilmiah Teknik Sipil,
19 (2), 165-172, (2015).
[4] Biro Statistik Tenaga Kerja. "Cedera dan Penyakit Akibat Natal
Membutuhkan Hari Jauh Dari Pekerjaan ", 2011, Departemen Tenaga Kerja AS Washington.
[5] Tarwaka, & Bakri, SHA "Ergonomi untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan
Produktivitas ".Surakarta: Uniba Press, (2016).
[6] Sari, EN., Handayani, L., Sauf, A. "Hubungan antara Umur dan Masa Kerja
dengan Keluhan Musculoskeletal Disorder (MSDs) pada Pekerja Laundry ". Jurnal Kedokteran dan
Kesehatan, 13 (2), 183-193, (2017).
[7] Helmina, Diani, N., Hafifah, I. "Hubungan Umur, Jenis Kelamin, Masa Kerja dan
Kebiasaan Olahraga dengan Keluhan Musculoskeletal Disorder (MSDs) pada Perawat ". Caring
Nursing Journal, 3 (1), 23-30, (2019).
[8] Oley, A., Suoth, LF., Asrifudin, A, "Hubungan Antara Sikap Kerja dan Masa
Bekerja dengan Keluhan Muskuloskeletal di Nelayan di Kelurahan Batukota Kecamatan Lembeh
Utara Kota Bitung ". Jurnal Kesmas, 7 (5), 1-9, (2018).
[9] Sulistyo. "Analisis Faktor Resiko Ergonomi dan Muskuloskeletal Disorders pada
Radiografer Instalasi Radiologi Rumah Sakit di Kota Palembang ". Jurnal Kedokteran dan
Kesehatan, 5 (1), 26-37, (2018).
[11] Hanif, A. "Hubungan antara Umur dan Kebiasaan Hubungan dengan Keluhan
Musculoskeletal Disorder (MSDs) pada Pekerja Angkat Angkut UD. Maju Makmur Kota Surabaya
". Teknologi Medis dan Jurnal Kesehatan Publik, 4 (1), 7-
15, (2020).
[12] Anjanny, A., Ferusgel, A., Siregar, DMS. "Keluhan Muskuloskeletal Disdorder
(MSD) pada Pekerja Pengguna Komputer di Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara ".
Jurnal Kesehatan Global 2 (1), 45-51, (2019).
[13] Utami, U., Karimuna, SB., Jufri, N. "Hubungan Lama Kerja dan Beban Kerja
dengan Muskuloskeletal Disorders (MSDs) pada Petani Padi di Desa Ahuhu Kecamatan Meluhu
Kabupaten Konawe ". Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kesehatan Masyarakat, 2 (6), 1-10, (2017).
[15] Ginanjar, R., Fathimah, A., & Aulia, R. "Analisis Resiko Ergonomi terhadap
Keluhan Muskuloskeletal Disorders (MSDs) pada Pekerja Konveksi di Kelurahan Kebon Pedes Kota
Bogor Tahun 2018 ". Promotor Jurnal Mahasiswa Kesehatan Masyarakat, 1 (2), 124-129, (2018).
[16] Taufik, R., Ketaren, O., Salmah, MSU, Studi, P., Sarjana, P., Masyarakat, K.,
… Indonesia, M. "Gangguan muskuloskeletal pada perawat di rumah sakit umum Sari Mutiara Medan".
Riset Hesti Medan, 3 (1), 31–40, (2018).