Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH SYOK NEUROGENIC

Disusun oleh:

1. Nely Isna Saadah (P1337421019005)


2. Helly Panca Hastuti (P1337421019008)
3. Ismi Aliyah (P1337421019009)
4. Silfa Safira (P1337421019017)
5. Kentik Alamanda (P1337421019018)
6. Binafsi Nuresmi K. (P1337421019019)
7. Annisa Rikha R. (P1337421019029)
8. Gini Wisma Sayekti (P1337421019041)
9. Silvia Anggraeni (P1337421019042)
10. Mayangsari Dwi S. (P1337421019044)
11. Dwi Indah Putri C. (P1337421019048)
12. Lisa Rahma Yuli S. (P1337421019050)
Kelas : 1A

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG

PRODI DIII KEPERAWATAN TEGAL

Jl. Dewi Sartika No.1 Debong Kulon RT 001/RW 001 Kota Tegal

2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan YME karena atas izin, kuasa dan perlindungan-
Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul“SYOK NEUROGENIC”.

Penulisan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas mata Kuliah Patofisiologi yang
diberikan kepada kami.Agar kami dapat mengetahui serta memahami patofisilogi SYOK NEUROGENIC
dengan benar dan agar dapat mengembangkan ilmu yang telah kami peroleh. Kami sebagai penulis
menyadari bahwa dalam penyelesaian makalah ini masih belum sempurna. Oleh karena itu kami mohon
saran dan kritik yang membangun untuk perbaikan makalah ini .

Pada kesempatan ini kami mengucapkan banyak terimakasih kepada Dosen Patofisiologi. Selaku
dosen yang memberikan tugas ini juga yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk membuat
makalah ini dan semua bentuk bimbingan serta pengajarannya yang kami terima dalam menyelesaikan
penulisan makalah ini.

Tegal,4 Maret 2020

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...............................................................i
KATA PENGANTAR............................................................ ii
DAFTAR ISI .........................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................1
A.Latar Belakang .....................................................................1
B.Rumusan Masalah .................................................................3
C.Tujuan Penulisan ..................................................................3
BAB II PEMBAHASAN ........................................................4
A. Definisi................................................................................4
B. Etiologi................................................................................4
C. Patofisiologi.........................................................................6
D. Penatalaksanaan Medis........................................................8
BAB III PENUTUP...............................................................10
Kesimpulan............................................................................10
Saran......................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA............................................................12
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Syok merupakan suatu keadaan dimana aliran darah tidak memadai untuk
memenuhi permintaan kebutuhan oksigen jaringan, sehingga mengakibatkan terjadinya
hipoksia jaringan dan sel. Karena hipoksia, pada syok terjadi gangguan metabolisme sel,
sehingga dapat timbul kerusakan irreversible pada jaringan organ vital. Berdasarkan
hemodinamik dan mekanisme terjadinya, syok dibagi menjadi syok kardiogenik, syok
hipovolemik, syok distributif dan syok obstruktif. Secara patologis, apapun penyebabnya,
syok menyebabkan penurunan curah jantung. Penurunan curah jantung akan
menyebabkan penurunan aliran darah sistemik, penurunan nutrisi jaringan, penurunan
nutrisi vaskuler, peningkatan permeabilitas kapiler, penurunan volume darah yang
kembali ke jantung dan akhirnya akan lebih memperberat curah jantung. Perdarahan
merupakan keadaan darurat medis yang sering dihadapi oleh dokter di ruang gawat
darurat dan unit perawatan intensif. Kondisi ini dapat menyebabkan hilangnya secara
cepat dan signifikan volume dari intravaskular sehingga terjadi syok hipovolemik, yang
juga dikenal sebagai syok hemoragik. Patofisiologi syok perdarahan adalah terjadi
kekurangan volume intravaskuler menyebabkan penurunan venous return sehingga
terjadi.
Penurunan pengisian ventrikel, menyebabkan penurunan stroke volume dan
cardiac output, sehingga menyebabkan gangguan perfusi jaringan. Resusitasi pada syok
perdarahan akan mengurangi angka kematian. Pengelolaan syok perdarahan ditujukan
untuk mengembalikan volume sirkulasi, perfusi jaringan dengan mengoreksi
hemodinamik, kontrol perdarahan, stabilisasi volume sirkulasi, optimalisasi transpor
oksigen dan bila perlu pemberian vasokonstriktor bila tekanan darah tetap rendah setelah
pemberian loading cairan. Pemberian cairan merupakan hal penting pada pengelolaan
syok perdarahan dimulai dengan pemberian kristaloid/koloid dilanjutkan dengan transfusi
darah komponen Tinjauan Pustaka Tujuan penulisan referat ini adalah untuk mengetahui
definisi, klasifikasi, patofisiologi, gejala klinis dan penatalaksanaan dari berbagai macam
syok. Selain itu, makalah ini akan membahas syok hipovolemik akibat perdarahan secara
lebih lengkap.

2. Rumusan Masalah
1.1 Apa definisi dari syok neurogenic?
1.2 Apa saja Etiologi syok neurogenic?
1.3 Bagaimana patofisiologi syok neurogenic?
1.4 Bagaimana penatalaksanaan medis syok neurogenic?

3. Tujuan
1.1 Untuk mengetahui definisi dari syok neurogenic
1.2 Untuk mengetahui etiologi dari syok neurogenic
1.3 Untuk mengetahui patofisiologi dari syok neurogenic
1.4 Unutk mengetahui cara penatalaksanaan medis dari syok neurogenic
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi

Syok adalah suatu keadaan dimana pasokan darah tidak mencukupi untuk kebutuhan
organ-organ di dalam tubuh. Syok juga didefinisikan sebagai gangguan sirkulasi yang
mengakibatkan penurunan kritis perfusi jaringan vital atau menurunnya volume darah yang
bersirkulasi secara efektif. Pada seseorang yang mengalami syok terjadi penurunan perfusi
jaringan, terhambatnya pengiriman oksigen, dan kekacauan metabolisme sel sehingga produksi
energi oleh sel tidak memadai. Apabila sel tidak dapat menghasilkan energi secara adekuat,
maka sel tidak akan berfungsi dengan baik sehingga pada gilirannya akan menimbulkan
disfungsi dan kegagalan berbagai organ, akhirnya dapat menimbulkan kematian.

Sedangkan syok neurogenik disebut juga syok spinal yang merupakan bentuk dari syok
distributif, syok neurogenik terjadi akibat  kegagalan pusat vasomotor karena hilangnya tonus
pembuluh darah secara mendadak di seluruh tubuh, sehingga terjadi hipotensi dan penimbunan
darah pada pembuluh tampung (capacitance vessels). Hasil dari perubahan resistensi pembuluh
darah sistemik ini  diakibatkan oleh cidera pada sistem saraf (seperti: trauma kepala, cedera
spinal, atau general anestesi yang terlalu dalam).

Syok Neurogenik

Syok neurogenik juga disebut sinkop. Syok neurogenik terjadi karena reaksi vasovagal
berlebihan yang mengakibatkan terjadinya vasodilatasi menyeluruh di daerah splangnikus
sehingga aliran darah ke otak berkurang. Reaksi vasovagal umumnya disebabkan oleh suhu
lingkungan yang panas, terkejut, takut, atau nyeri hebat. Pasien merasa pusing dan biasanya jatuh
pingsan. Setelah pasien dibaringkan, umumnya keadaan berubah menjadi baik kembali secara
spontan.

Trauma kepala yang terisolasi tidak akan menyebabkan syok. Adanya syok pada trauma
kepala harus dicari penyebab yang lain. Trauma pada medula spinalis akan menyebabkan
hipotensi akibat hilangnya tonus simpatis. Gambaran klasik dari syok neurogenik adalah
hipotensi tanpa takikardi atau vasokonstriksi perifer.
B. Etiologi

Neurogenik syok disebabkan oleh beberapa faktor yang menganggu SNS. Masalah
ini terjadi akibat transmisi impuls yang terhambat dan hambatan hantaran simpatik dari
pusat vasomotor pada otak. Dan penyebab utamanya adalah SCI . Syok neurogenik keliru
disebut juga dengan syok tulang belakang. Kondisi berikutnya mengacu pada hilangnya
aktivitas neurologis dibawah tingkat cedera tulang belakang, tetapi tidak melibatkan perfusi
jaringan tidak efektif (Linda D. Urden, 2008).
Syok neurogenik merupakan kondisi syok yang terjadi karena hilangnya kontrol
saraf simpatis terhadap tahanan vaskular sehingga sebagai akibatnya, muncul dilatasi arteriol
dan vena di seluruh tubuh (Duane, 2008).
Penyebabnya antara lain :
1. Trauma medula spinalis dengan quadriplegia atau paraplegia (syok spinal).
2. Rangsangan hebat yang kurang menyenangkan seperti rasa nyeri hebat pada fraktur
tulang.
3. Rangsangan pada medula spinalis seperti penggunaan obat anestesi spinal/lumbal.
4. Trauma kepala (terdapat gangguan pada pusat otonom).
5. Suhu lingkungan yang panas, terkejut, takut.
6. Syok neurogenik bisa juga akibat letupan rangsangan parasimpatis ke jantung yang
memperlambat kecepatan denyut jantung dan menurunkan rangsangan simpatis ke
pembuluh darah. Misalnya pingsan mendadak akibat gangguan emosional

C. PATOFISIOLOGI
Syok neurogenik termasuk syok distributif dimana penurunan perfusi jaringan dalam
syok distributif merupakan hasil utama dari hipotensi arterial karena penurunan resistensi
pembuluh darah sistemik (systemic vascular resistance). Sebagai tambahan, penurunan dalam
efektifitas sirkulasi volume plasma sering terjadi dari penurunan venous tone, pengumpulan
darah di pembuluh darah vena, kehilangan volume intravaskuler dan intersisial karena
peningkatan permeabilitas kapiler. Akhirnya, terjadi disfungsi miokard primer yang
bermanifestasi sebagai dilatasi ventrikel, penurunan fraksi ejeksi, dan penurunan kurva fungsi
ventrikel.
Pada keadaan ini akan terdapat peningkatan aliran vaskuler dengan akibat sekunder
terjadi berkurangnya cairan dalam sirkulasi. Syok neurogenik mengacu pada hilangnya tonus
simpatik (cedera spinal). Gambaran klasik pada syok neurogenik adalah hipotensi tanpa takikardi
atau vasokonstriksi kulit.

Syok neurogenik terjadi karena reaksi vasovagal berlebihan yang mengakibatkan


vasodilatasi menyeluruh di regio splangnikus, sehingga perfusi ke otak berkurang. Reaksi
vasovagal umumnya disebabkan oleh suhu lingkungan yang panas, terkejut, takut atau nyeri.

Syok neurogenik bisa juga akibat rangsangan parasimpatis ke jantung yang


memperlambat kecepatan denyut jantung dan menurunkan rangsangan simpatis ke pembuluh
darah. Misalnya pingsan mendadak akibat gangguan emosional.

Pada penggunaan anestesi spinal, obat anestesi melumpuhkan kendali neurogenik sfingter
prekapiler dan menekan tonus vasomotor. Pasien dengan nyeri hebat, stres emosi dan ketakutan
meningkatkan vasodilatasi karena mekanisme reflek yang tidak jelas yang menimbulkan volume
sirkulasi yang tidak efektif dan terjadi sinkop.
D. PATHWAY

Syok Neurogenik

Reaksi vasovagal yang


Penurunan Rangsangan
berlebihan parasimpatis ke
perfusi jaringan
jantung

Vasodilatasi
Penurunan resistensi menyeluruh di regio
pembuluh darah splangnikus Memperlambat Menurunkan
kecepatan denyut rangsangan simpatis
jantung ke pembuluh darah
Perfusi ke otak
Disfungsi miokard
berkurang
primer

Pingsan mendadak
Peningkatan aliran
vaskuler

Hilangnya tonus
Vasokontriksi kulit
simpatik
Faktor yang mempengaruhi:

-suhu lingkungan yang panas

-terkejut

-Takut/nyeri
E. MANIFESTASI KLINIS

Syok distributif yang terjadi dalam bentuk syok neurogenik memiliki manifestasi
yang hampir sama dengan syok pada umumnya. Pada syok neurogenik juga ditemukan
hipotensi, hanya saja akibat dari berbagai disfungsi saraf otonom (khususnya saraf
simpatis) nadi tidaklah bertambah cepat (takikardi), bahkan dapat lebih lambat
(bradikardi). Kadang gejala ini disertai dengan adanya defisit neurologis dalam bentuk
quadriplegia atau paraplegia. Sedangkan pada keadaan lanjut, sesudah pasien menjadi
tidak sadar, barulah nadi bertambah cepat. Karena terjadinya pengumpulan darah di
dalam arteriol, kapiler dan vena, maka kulit terasa agak hangat dan cepat berwarna
kemerahan (Duane, 2008).
Hampir sama dengan syok pada umumnya tetapi pada syok neurogenik terdapat
tanda tekanan darah turun, nadi tidak bertambah cepat, bahkan dapat lebih lambat
(bradikardi) kadang disertai dengan adanya defisit neurologis berupa quadriplegia atau
paraplegia . Sedangkan pada keadaan lanjut, sesudah pasien menjadi tidak sadar, barulah
nadi bertambah cepat. Karena terjadinya pengumpulan darah di dalam arteriol, kapiler
dan vena, maka kulit terasa agak hangat dan cepat berwarna kemerahan. (Smeltzer, 2001)

F. PENATALAKSANAAN MEDIS

Konsep dasar untuk syok distributif adalah dengan pemberian vasopressor seperti
fenilefrin dan efedrin, untuk mengurangi daerah vaskuler dengan penyempitan sfingter
prekapiler dan vena kapasitan untuk mendorong keluar darah yang berkumpul ditempat
tersebut.

Kemudian konsep dasar berikutnya adalah dengan penggunaan prinsip A(airway)


- B(breathing) - C(circulation) dan untuk selanjutnya dapat diikuti dengan beberapa
tindakan berikut yang dapat membantu untuk menjaga keadaan tetap baik (life support),
diantaranya:
1. Baringkan pasien dengan posisi kepala lebih rendah dari kaki (posisi Trendelenburg).

2. Pertahankan jalan nafas dengan memberikan oksigen, sebaiknya dengan menggunakan


masker. Pada pasien dengan distress respirasi dan hipotensi yang berat, penggunaan
endotracheal tube dan ventilator mekanik sangat dianjurkan. Langkah ini untuk
menghindari pemasangan endotracheal yang darurat jika terjadi distres respirasi yang
berulang. Ventilator mekanik juga dapat menolong menstabilkan hemodinamik dengan
menurunkan penggunaan oksigen dari otot-otot respirasi.

3. Untuk keseimbangan hemodinamik, sebaiknya ditunjang dengan resusitasi cairan.


Cairan kristaloid seperti NaCl 0,9% atau Ringer Laktat sebaiknya diberikan per infus
secara cepat 250-500 cc bolus dengan pengawasan yang cermat terhadap tekanan
darah, akral, turgor kulit, dan urin output untuk menilai respon terhadap terapi.

4. Bila tekanan darah dan perfusi perifer tidak segera pulih, berikan obat-obat vasoaktif
(adrenergik, agonis alfa yang kontraindikasi bila ada perdarahan seperti ruptur lien) :

 Dopamin
Merupakan obat pilihan pertama. Pada dosis > 10 mcg/kg/menit, berefek
serupa dengan norepinefrin. Dan jarang terjadi takikardi.
 Norepinefrin
Efektif jika dopamin tidak adekuat dalam menaikkan tekanan darah.
Monitor terjadinya hipovolemi atau cardiac output yang rendah jika
norepinefrin gagal dalam menaikkan tekanan darah secara adekuat. Pada
pemberian subkutan, diserap tidak sempurna jadi sebaiknya diberikan per
infus. Obat ini merupakan obat yang terbaik karena pengaruh vasokonstriksi
perifernya lebih besar dari pengaruh terhadap jantung (palpitasi).
Pemberian obat ini dihentikan bila tekanan darah sudah normal kembali.
Awasi pemberian obat ini pada wanita hamil, karena dapat menimbulkan
kontraksi otot-otot uterus.
 Epinefrin
Pada pemberian subkutan atau im, diserap dengan sempurna dan
dimetabolisme cepat dalam badan. Efek vasokonstriksi perifer sama kuat
dengan pengaruhnya terhadap jantung, sebelum pemberian obat ini harus
diperhatikan dulu bahwa pasien tidak mengalami syok hipovolemik. Perlu
diingat obat yang dapat menyebabkan vasodilatasi perifer tidak boleh
diberikan pada pasien syok neurogenik.

 Dobutamin
Berguna jika tekanan darah rendah yang diakibatkan oleh menurunnya
cardiac output. Dobutamin dapat menurunkan tekanan darah melalui
vasodilatasi perifer.
Pasien-pasien yang diketahui atau diduga mengalami syok neurogenik
harus diterapi sebagai hipovolemia. Pemasangan kateter untuk mengukur
tekanan vena sentral akan sangat membantu pada kasus-kasus syok yang
meragukan.
G. KESIMPULAN
Syok adalah gangguan sistem sirkulasi, dimana sistem kardiovaskuler ( jantung
dan pembuluh darah) tidak mampu mengalirkan darah ke seluruh tubuh dalam jumlah
yang memadai yang menyebabkan tidak adekuatnya perfusi dan oksigenasi jaringan.
Syok terjadi akibat berbagai keadaan yang menyebabkan berkurangnya aliran darah,
termasuk kelainan jantung (misalnya serangan jantung atau gagal jantung), volume darah
rendah (akibat perdarahan hebat atau dehidrasi) atau perubahan pada pembuluh darah
(misalnya karena reaksi alergi atauinfeksi. Berhasil tidaknya penanggulangan syok
tergantung dari kemampuan mengenal gejala-gejala syok, mengetahui, dan
mengantisipasi penyebab syok serta efektivitas dan efisiensi kerja kita pada saat-
saat/menit-menit pertama pasien mengalami syok.

H. SARAN
1. Dengan mempelajari materi ini, Mahasiswa keperawatan diharapkan nantinya
menjadi seorang perawat professional agar dapat lebih peka terhadap tanda dan
gejala ketika menemukan pasien yang mengalami syok sehingga dapat melakukan
pertolongan dengan segera.
2. Mahasiswa dapat melakukan tindakan-tindakan emergency untuk melakukan
pertolongan segera kepada pasien yang mengalami syok.

I.
DAFTAR PUSTAKA

Alexander R H, Proctor H J. Shock. Dalam buku: Advanced Trauma Life Support Course for
Physicians. USA, 1993 ; 75 – 94
Atkinson R S, Hamblin J J, Wright J E C. Shock. Dalam buku: Hand book of Intensive Care.
London: Chapman and Hall, 1981; 18-29.

Huether. McCance & Brashers. Rote. Understanding Patophysiology. 2008. Missouri: Mosby
Urden, linda D.dkk. 2008. Priorities in critical care nursing. Canada: Mosby Elseveir

Anda mungkin juga menyukai