2.1 Tata Kelola Penimbunan Limbah B3 di Rumah Sakit
Menurut PP No. 101 Tahun 2014 dalam Modul Teori Pengelolaan Limbah B3 Materi 8, Tata Kelola Penimbunan Limbah B3 (Winarko), yaitu: 1. Ketentuan dalam Penimbunan Limbah B3 (Pasal 163): a. Penimbun Limbah B3 untuk dapat melakukan Penimbunan Limbah B3 yang diserahkan oleh Setiap Orang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 162 wajib memiliki izin Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan Penimbunan Limbah B3. b. Penimbunan Limbah B3 oleh Penimbun Limbah B3 dilakukan pada fasilitas penimbunan akhir Limbah B3 sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 146 ayat (3) dan ayat (4). c. Limbah B3 yang ditimbun sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat berasal dari Limbah B3 yang dihasilkan oleh 1 (satu) atau beberapa Penghasil Limbah B3. d. Sebelum memperoleh izin Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan Penimbunan Limbah B3 sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Penimbun Limbah B3 wajib memiliki Izin Lingkungan. e. Persyaratan dan tata cara permohonan dan penerbitan Izin Lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan Perundangan-undangan. 2. Melakukan Uji Total Konsentrasi Zat Pencemar (Limbah B3) a. Pasal 147, ayat (1), bahwa setiap Orang yang menghasilkan Limbah B3 yang akan melakukan Penimbunan Limbah B3 pada fasilitas penimbunan akhir wajib melakukan uji total konsentrasi zat pencemar sebelum mengajukan permohonan izin Pengelolaan Limbah B3 untuk Penimbunan Limbah B3. b. Pasal 147, ayat (2), bahwa Uji total konsentrasi zat pencemar dilakukan pada laboratorium uji sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, yaitu (Laboratorium yang terakreditasi untuk masing-masing uji dan telah menerapkan Standar Nasional Indonesia). Menurut Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor P.56 Tahun 2015, Penimbunan Limbah B3 dilakukan oleh Penghasil Limbah B3 terhadap Limbah B3 yang dihasilkannya.Penimbunan Limbah B3 dilakukan terhadap Limbah B3 berupa Abu terbang insinerator dan slag atau abu dasar insinerator.