Anda di halaman 1dari 6

Bawal Widya Riset Kesehatan, 8 (2), 2019, 5 - 10

DOI: 10.31983 / jrk.v8i2.5336

Jurnal Riset Kesehatan

http://ejournal.poltekkes-smg.ac.id/ojs/index.php/jrk

_________________________________________________________________

PERILAKU PENCEGAHAN HIV / AIDS DI MASYARAKAT PRIA


SIAPA YANG MEMILIKI FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SEKS DAN MEMENGARUHI FAKTOR

Sugiarto Sebuah* ; Pebriyaman Hanafi b; Novi Berliana c

a, b, c STIKES Harapan Ibu Jambi; Tarmizi Kadir 71; Jambi 36132; Indonesia

Abstrak

HIV / AIDS telah berkembang menjadi masalah kesehatan global, termasuk di Indonesia. Persentase kumulatif tertinggi kasus AIDS dengan cara penularan di

Indonesia adalah melalui hubungan seks tanpa kondom. Populasi berisiko tinggi untuk penularan HIV / AIDS adalah gay (homoseksual). Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui gambaran perilaku pencegahan HIV / AIDS dan faktor-faktor yang mempengaruhi komunitas pria yang berhubungan seks dengan pria. Penelitian ini

menggunakan desain cross-sectional. Sampel penelitian adalah 79 laki-laki berjenis kelamin laki-laki di Kota Jambi. Teknik pengambilan sampel secara purposive.

Data dikumpulkan dengan wawancara menggunakan kuesioner. Data dianalisis secara statistik menggunakan uji chi-square. Dari 79 responden yang perilaku

pencegahan HIV / AIDS kurang baik sebanyak 40 responden (50,6%). 34 responden (43,0%) memiliki pengetahuan yang buruk. Responden yang sikapnya kurang

baik sebanyak 41 responden (51,9%). 42 responden (53,2%) memiliki motivasi yang buruk. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak ada hubungan pengetahuan

dengan p-value = 0,177, dan ada hubungan antara sikap dengan p-value = 0,005 dan ada hubungan motivasi dengan p-value = 0,000 perilaku pencegahan HIV /

AIDS komunitas pria yang berhubungan seks dengan pria. Kesimpulan dari penelitian ini adalah sikap dan motivasi merupakan variabel yang berhubungan dengan

perilaku pencegahan HIV / AIDS pada komunitas laki-laki yang berhubungan seks dengan laki-laki. 005 dan ada hubungan motivasi dengan p-value = 0.000 perilaku

pencegahan HIV / AIDS pada komunitas pria yang berhubungan seks dengan pria. Kesimpulan dari penelitian ini adalah sikap dan motivasi merupakan variabel yang

berhubungan dengan perilaku pencegahan HIV / AIDS pada komunitas laki-laki yang berhubungan seks dengan laki-laki. 005 dan ada hubungan motivasi dengan

p-value = 0.000 perilaku pencegahan HIV / AIDS pada komunitas pria yang berhubungan seks dengan pria. Kesimpulan dari penelitian ini adalah sikap dan motivasi

adalah variabel yang berhubungan dengan perilaku pencegahan HIV / AIDS pada komunitas pria yang berhubungan seks dengan pria.

Kata kunci: motivasi; Pencegahan HIV / AIDS; pengetahuan ; sikap

1. pengantar terdiri dari 1,3 juta orang dewasa dan 190.000 anak usia <15 tahun.
Di Indonesia HIV AIDS pertama kali ditemukan di Provinsi Bali pada
HIV / AIDS telah menjadi pandemi yang mengkhawatirkan
tahun 1987. Hingga saat ini HIV AIDS telah menyebar di 386
masyarakat dunia, karena selain belum ditemukan obat dan vaksin
kabupaten / kota di seluruh provinsi di Indonesia (Kemenkes, 2014).
untuk pencegahannya, penyakit ini juga memiliki “window period”
dan fase asimtomatik yang relatif lama dalam perjalanan
penyakitnya. Hal ini menyebabkan pola perkembangan seperti
Berbagai penanggulangan telah dilakukan oleh pemerintah
fenomena gunung es. Jumlah kasus dari tahun ke tahun di seluruh
bekerja sama dengan berbagai institusi di dalam negeri dan luar
dunia terus meningkat meski berbagai tindakan pencegahan telah
negeri. Keadaan yang berasal dari Direktorat Jenderal PP-PL
dilakukan. Tidak ada negara yang tidak terkena penyakit ini (Depkes,
menunjukkan adanya kecenderungan peningkatan jumlah kasus HIV
2007).
dari tahun ke tahun sejak pertama kali dilaporkan pada tahun 1987
hingga 2014 oleh

150.296 orang. Sedangkan AIDS sebanyak 55.799 orang (Kemenkes,


Di dunia pada tahun 2013 terdapat 35 juta orang yang hidup
2014).
dengan HIV yang meliputi 16 juta perempuan dan 3,2 juta anak usia
Penyebaran HIV / AIDS akan berdampak sangat buruk
<15 tahun. Jumlah infeksi HIV baru pada tahun 2013 sebanyak 2,1
efek secara keseluruhan Nasional
juta yang terdiri dari 1,9 juta orang dewasa dan 240.000 anak usia
pengembangan. Ini tidak hanya mempengaruhi sektor kesehatan tetapi juga
<15 tahun. Jumlah kematian akibat AIDS 1,5 juta
mempengaruhi bidang sosial ekonomi.
Apalagi penyakit ini paling banyak menyerang pada kelompok usia
produktif. Oleh karena itu informasi tentang perkembangan kasus

*) Penulis Koresponden (Sugiarto) E-mail: HIV / AIDS perlu terus dijaga untuk mendapatkan gambaran
mas_sugik32@yahoo.com tentangnya

Hak Cipta © 2019, Bawal Widya Riset Kesehatan, e-ISSN 2461-1026


Jurnal Riset Kesehatan, 8 (2), 2019, 6 - 10
DOI: 10.31983 / jrk.v8i2.5336

besarnya masalah sebagai salah satu pendukung dalam upaya menyetujui penggunaan 100% kondom yang wajib bagi kelompok
pencegahan dan pencegahan. Permasalahan yang sangat masyarakat berisiko tinggi, pengelola kondom,
mengancam saat ini adalah kenyataan bahwa laki-laki di Indonesia dan pelumas
yang berorientasi atau memilih untuk berhubungan seks juga pengelolaan. yang baik dengan menjamin ketersediaan kondom dan
menumbuhkan industri seks. Di kota-kota besar di Indonesia, pelumas yang mudah dijangkau di sejumlah lokasi yang memadai
bermunculan layanan seks yang disediakan oleh waria maupun (Habasiah, 2001). Penelitian ini bertujuan untuk menentukan
laki-laki yang sama-sama melayani pelanggan laki-laki, termasuk
pekerja seks laki-laki atau yang sering disebut gay (Djoerban, 2011). deskripsi tentang HIV / AIDS
perilaku pencegahan dan faktor-faktor yang mempengaruhi komunitas pria
yang berhubungan seks dengan pria.
Gaya hidup tertentu pada homoseksual dapat menimbulkan
risiko buruk bagi kesehatan fisik dan mental serta emosional, seperti 2. metode
berganti pasangan dalam hubungan seksual (berhubungan seks),
Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional. Penelitian
melakukan hubungan seksual tanpa kondom (tidak menggunakan
dilaksanakan di Kota Jambi dari tanggal 9 Januari sampai dengan 09
kondom), melakukan seks anal, minum minuman keras, dan
Februari 2019. Variabel terikat dalam penelitian adalah perilaku
obat-obatan. Pada kelompok gay seks yang biasanya dilakukan anal
pencegahan HIV / AIDS sedangkan variabel bebasnya adalah
dan hubungan anal dapat menyebabkan risiko lebih tinggi tertular IMS
pengetahuan, sikap, dan motivasi. Populasi penelitian adalah semua
dan HIV jika dibandingkan dengan seks vaginal. Hal ini disebabkan
berjenis kelamin laki-laki sedangkan sampel penelitian sebanyak 79
seks anal akan sering mengakibatkan cedera pada anus karena
laki-laki. Teknik pengambilan sampel dengan teknik purposive
struktur anatomi anus yang dipenuhi oleh pembuluh darah tepi dan
sampling. Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner.
otot. Sehingga situasi seperti ini akan lebih beresiko jika melakukan
Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan wawancara dengan
hubungan seks tanpa pelindung.

responden menggunakan Sebuah


Sebagai sub-komunitas yang paling tersembunyi, laki-laki
kuesioner yang telah disediakan oleh peneliti. Data yang terkumpul
yang berhubungan seks dengan laki-laki di antara komunitas
dianalisis menggunakan statistik chi-square
tersebut sangat sulit dijangkau dalam program pencegahan dan
uji. Sebelum
pengobatan HIV dan AIDS. Padahal mereka memiliki perilaku
Dalam melakukan wawancara, peneliti meminta persetujuan
seksual yang berisiko, yaitu memiliki pasangan seksual sesama
responden atas kesediaan menjadi responden dengan
jenis, dan sering berganti pasangan seksual tanpa menggunakan
menggunakan lembar persetujuan responden (inform consent). Jika
kondom dan pelumas (Nursalam, 2009).
responden menolak, peneliti mencari responden yang bersedia
mengisi formulir persetujuan.
Menurut data Dinas Kesehatan Kota Jambi, khususnya yang
terkena HIV ada di komunitas pria. Jumlah jenis kelamin laki-laki
dalam dua tahun terakhir, tahun 2016 sebanyak 30 orang dan tahun
3. Hasil dan Diskusi
2017 sebanyak 21 orang. Dari data Dinas Kesehatan Kota Jambi
bekerja sama dengan Yayasan Kanti Sehati, tercatat sebanyak 443 Dari 79 responden terdapat 40 orang (50,6%) yang
pria berhubungan seks dengan pria pada tahun 2017. berperilaku buruk dalam pencegahan HIV / AIDS. Ada 34 orang
(43,0%) yang memiliki pengetahuan buruk, 41 orang (51,9%)
memiliki sikap buruk dan 42 orang (53,2%) memiliki motivasi yang
buruk (Tabel 1).
Menurut Habasiah (2000) untuk mencegah infeksi HIV pada
hubungan seks anal, penggunaan kondom adalah suatu keharusan.
Dari berbagai hasil penelitian tentang alasan tidak menggunakan Tabel 1. Hasil Analisis Univariat
kondom di kalangan gay seperti kondom dapat mengganggu Variabel Frekuensi Persentase

hubungan seksual dan hubungan menjadi tidak menyenangkan, Perilaku Pencegahan HIV / AIDS

kurang percaya diri mengenai keefektifan kondom atau kondom Tidak baik 40 50.6
Baik 39 49.4
sering rusak, kesempitan dan keropos sehingga kondom tidak
Pengetahuan
menjamin tertular. HIV. Untuk alasan ini, penanganan serius
Tidak baik 34 43
penularan HIV / AIDS diperlukan, seperti program pantang seks, Baik 45 57
loyal kepada pasangan dan menggunakan kondom, meningkatkan Sikap
Tidak baik 41 51.9
advokasi kepada pengambil keputusan untuk memahami dan
Baik 38 48.1
Motivasi
Tidak baik 42 53.2
Baik 37 46.8

Hak Cipta © 2019, Bawal Widya Riset Kesehatan, e-ISSN 2461-1026


Bawal Widya Riset Kesehatan, 8 (2), 2019, 7 - 10
DOI: 10.31983 / jrk.v8i2.5336

Responden yang motivasinya buruk sebanyak 29 (69%) orang

Meja 2. Hubungan Pengetahuan, Sikap, dan Motivasi dengan memiliki perilaku pencegahan HIV / AIDS yang buruk dan 13 (31%)

Perilaku Pencegahan HIV / AIDS. orang memiliki perilaku pencegahan HIV / AIDS yang baik.
Sedangkan dari 37 responden yang memiliki sikap baik terdapat 11
(50,6%) orang yang memiliki perilaku pencegahan HIV / AIDS yang
Pencegahan HIV / AIDS
Total p- Nilai buruk, dan 39 (49,4%) orang memiliki perilaku pencegahan HIV /
Tingkah laku
Variabel
Tidak baik Baik AIDS yang baik. Hasil uji statistik menemukan bahwa memang ada
n % n % n%
Pengetahuan
21 13 34 10 0 0,270
Tidak baik 61.8 38.2 Sebuah penting hubungan antara
21 24 45 10 motivasi dan perilaku pencegahan HIV / AIDS diperoleh p-value =
Baik 46.7 53.3
0 0,000 (p-Value <0,05).
Sikap
Pengetahuan tentang perilaku kesehatan terkait HIV akan
27 14 41 10 0 0,005
Tidak baik 65.9 34.1 memberikan arahan untuk memahami perlindungan diri

13 34.2 25 65.8 38 10
Dan kesehatan perbaikan
Baik
0 (Moorhead, Johnson, & Mas, 2004). Hasil penelitian menunjukkan
Motivasi bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan perilaku
Tidak baik 29 13 42 10 0
69 31 pencegahan HIV / AIDS, p = 0,270 (p-value> 0,05). Hasil penelitian
0,000 Ade Handayani & Indang Trihandini (2012) menunjukkan bahwa
Baik 11 29.7 26 70.3 37 10
0 tidak terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dengan perilaku
berisiko HIV / AIDS pada pria kawin dan pria lajang (Hamzah,

Hasil dari analisis itu Asrifuddin, & Akili, 2017). Hasil penelitian Vicca Rahmayani, Akmal
hubungan pengetahuan dengan perilaku pencegahan HIV / AIDS M Hanif & Susila Sastri (2013) menunjukkan bahwa ada hubungan
diketahui dari 34 antara pengetahuan dan pencegahan penularan HIV / AIDS (p-value
Responden yang berpengetahuan kurang sebanyak 21 (61,8%) = 0,040) (Rahmayani, Hanif, & Sastri, 2014). Hasil penelitian
memiliki perilaku pencegahan HIV / AIDS yang buruk dan 13 (38,2%) Sugiarto (2019) menunjukkan bahwa perilaku pencegahan HIV /
orang memiliki perilaku pencegahan HIV / AIDS yang baik. AIDS pada laki-laki yang berhubungan seks dengan laki-laki di Kota
Sementara dari 45 responden dengan pengetahuan yang baik, 21 Jambi disebabkan oleh kurangnya informasi tentang pencegahan
(46,7%) orang memiliki perilaku pencegahan HIV / AIDS yang buruk HIV / AIDS (Sugiarto, 2019).
dan 24 (53,3%) orang memiliki perilaku pencegahan HIV / AIDS yang
baik. Hasil uji statistik mengungkapkan bahwa tidak ada hubungan
yang signifikan antara pengetahuan dan perilaku pencegahan HIV /
AIDS yang diperoleh nilai-p = 0,270 (Nilai-p <0,05).

Hasil dari analisis itu (Ratnaningsih, 2015). Penelitian


Hubungan sikap dengan perilaku pencegahan HIV / AIDS diketahui (Wulandari, Dewi.YI, & Karim, 2013) menunjukkan bahwa responden
dari 41 responden yang sikapnya kurang baik sebanyak 27 (65,9%) yang berpengetahuan tinggi (68,2%) memiliki perilaku yang baik
orang memiliki perilaku pencegahan HIV / AIDS yang kurang baik dalam upaya pencegahan HIV / AIDS. Hasil penelitian Oktarina,
dan sebanyak 14 (34,1%) orang mengidap HIV. perilaku pencegahan Hanafi & Budisuar (2012) menunjukkan bahwa responden dengan
/ AIDS itu baik. Sedangkan dari 38 responden yang sikapnya baik pendidikan tinggi cenderung memiliki pengetahuan yang baik tentang
terdapat 13 (34,2%) orang berperilaku pencegahan HIV / AIDS yang perilaku pencegahan HIV / AIDS (Oktarina, Hanafi, & Budisuari,
buruk dan 25 (65,8%) orang berperilaku pencegahan HIV / AIDS 2012).
yang baik. Hasil uji statistik menemukan bahwa ada hubungan yang
signifikan antara sikap dan perilaku pencegahan HIV / AIDS yang Teori (Notoatmodjo, 2012) menyatakan bahwa perilaku
diperoleh p-value = 0,005 (p-Value <0,05). berdasarkan pengetahuan akan lebih langgeng atau tahan lama jika
dibandingkan dengan perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan
yang baik. Hasil dari
Hasil penelitian lapangan menunjukkan bahwa sebagian besar

responden mengetahui cara pencegahan HIV / AIDS seperti cara menularkan

HIV / AIDS kepada laki-laki yang berhubungan seks dengan laki-laki, namun

Hasil dari analisis itu saat melakukan hubungan seksual pasangannya menolak untuk menggunakan

Hubungan antara motivasi dan perilaku pencegahan HIV / AIDS kondom karena mengurangi kenikmatannya saat berhubungan seks. Meskipun

diketahui dari 42

Hak Cipta © 2019, Bawal Widya Riset Kesehatan, e-ISSN 2461-1026


Bawal Widya Riset Kesehatan, 8 (2), 2019, 8 - 10
DOI: 10.31983 / jrk.v8i2.5336

penelitian ini tidak secara langsung melakukan penelitian terhadap Sikap dan kesadaran yang positif akan pentingnya
mereka yang terinfeksi HIV, menurut konsep peneliti mengetahui status seseorang terhadap infeksi HIV sangat penting
pengetahuan adalah dasar untuk ditumbuhkan di seluruh masyarakat untuk dapat mencegah
pemahaman yang bisa diterapkan pada semua orang, tentunya akan dan menekan angka penularan HIV lebih lanjut. Jadi ketika
selalu terekspos informasi. seseorang (belum terinfeksi HIV) sudah sadar akan efek dari infeksi
Responden yang memiliki pengetahuan yang kurang karena HIV, maka dia akan segera memeriksakan dirinya dengan
kurangnya informasi tentang pencegahan HIV / AIDS pada pria yang melakukan tes darah di unit pelayanan kesehatan terdekat yang
berhubungan seks dengan pria, sedangkan responden yang memiliki tersedia fasilitas pelayanan tes antibodi HIV, bila merasa dirinya
pengetahuan yang baik dapat dipengaruhi oleh berbagai hal seperti merasa dirinya. telah mengambil tindakan berisiko tertular HIV tanpa
latar belakang sosial, tingkat pendidikan, tingkat keterpaparan merasa terintimidasi. Hasil dari
informasi (dari media massa dan elektronik) dan frekuensi kunjungan
ke pelayanan kesehatan terdekat. Antara jenjang pendidikan dan
pengetahuan idealnya saling terkait dan berbanding lurus, yaitu Penelitian terhadap kuisioner variabel sikap menemukan
semakin tinggi jenjang pendidikan seseorang akan mempengaruhi bahwa sikap responden kurang baik khususnya dalam seks aman
cara berpikir dan kemampuan menerima informasi, yang tentunya termasuk penggunaan kondom. Banyak pria yang berhubungan seks
dapat menambah pengetahuan seseorang terutama tentang dengan pria tidak menggunakan kondom selama hubungan seksual,
tindakan pencegahan HIV. penularan.
inilah yang dapat menyebabkan
penularan HIV / AIDS.
Hubungan antara motivasi dan perilaku pencegahan HIV /
Hubungan sikap dengan perilaku pencegahan HIV / AIDS AIDS pada pria yang berhubungan seks dengan pria menunjukkan
menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara sikap bahwa ada hubungan yang signifikan antara motivasi dan perilaku
dengan perilaku pencegahan HIV / AIDS pada pria berjenis kelamin pencegahan HIV / AIDS. Hasil penelitian Wahyu Indratmoko (2013)
laki-laki di Kota Jambi. Hasil penelitian Wa Ode Asfah S, Afnal menunjukkan bahwa ada hubungan antara motivasi dengan perilaku
Asrifuddin & Rahayu (2017) menunjukkan bahwa ada hubungan pencegahan HIV / AIDS pada siswa SMA Perkotaan di Kabupaten
antara sikap dengan tindakan pencegahan HIV / AIDS pada Wanita Sragen (Indratmoko, 2013). Hasil studi (Jambak & Wahyuni,
Pekerja Seks di Kota Manado (p = 0,013) (Hamzah et al., 2017).
Hasil penelitian Lastianti (2013) menunjukkan hal yang sama dimana
perilaku pencegahan HIV / AIDS dipengaruhi oleh sikap seseorang,
semakin baik sikap yang dimilikinya, semakin baik perilaku 2018) menunjukkan bahwa ada hubungan antara motivasi dengan
pencegahan HIV / AIDS dan sebaliknya semakin baik perilaku perubahan perilaku penderita HIV / AIDS. Responden yang
pencegahan HIV / AIDS semakin kurang baik. pencegahan HIV / berperilaku rendah 9,84 kali lebih cenderung memiliki perilaku buruk
AIDS (Lastianti, 2013). Tulung ' Penelitian (2014) juga menunjukkan dalam perubahan perilaku jika dibandingkan dengan responden yang
hal yang sama dimana terdapat hubungan antara sikap dengan memiliki motivasi tinggi. Hasil penelitian (Handayani, 2011)
tindakan pencegahan HIV / AIDS (Tulung, 2014). Penelitian Wilda Tri menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara
Yulisa, Hardisman, dan Dien Gusta Anggraini Nursal menunjukkan motivasi dengan perubahan perilaku. Umam, Dewi & Elita
hal yang sama dimana terdapat hubungan yang signifikan antara
pengetahuan dengan perilaku pencegahan HIV / AIDS (Yuliza,
Gusta, & Nursal, 2019). (2011) penelitian menunjukkan itu yang paling
Responden memiliki motivasi rendah dalam VCT (program layanan
pemeriksaan HIV / AIDS) (Umam, Dewi, & Elita, 2015)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa laki-laki yang


berhubungan seks dengan komunitas laki-laki kurang memiliki
Hasil penelitian (Rahman & Yuandari, 2014) menunjukkan hal motivasi dalam pencegahan HIV / AIDS. Ini sangat berbahaya bagi
yang berbeda dimana tidak terdapat hubungan yang signifikan diri mereka sendiri. Oleh karena itu, komunitas pria yang
antara sikap dengan perilaku pencegahan HIV / AIDS pada IRT. berhubungan seks dengan pria diharapkan memiliki kesadaran atau
Hasil penelitian (Kristawansari, motivasi untuk memeriksakan diri ke petugas kesehatan setiap 6
bulan sekali agar tidak menularkan penularan kepada orang lain.
2013) juga menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara sikap Untuk itu perlu adanya pendidikan dan pengenalan penyakit bagi
dengan perilaku pencegahan HIV / AIDS. Hasil penelitian (Abhinaja laki-laki yang berhubungan seks dengan komunitas laki-laki
& Astuti, 2014) menunjukkan bahwa ibu rumah tangga dalam
perilaku pencegahan memiliki sikap dengan kategori sedang dan sekitarnya
(67,8%). komunitas dari petugas kesehatan.
Hambatan di lapangan dialami oleh

Hak Cipta © 2019, Bawal Widya Riset Kesehatan, e-ISSN 2461-1026


Bawal Widya Riset Kesehatan, 8 (2), 2019, 9 - 10
DOI: 10.31983 / jrk.v8i2.5336

Peneliti adalah bahwa sulit untuk bertemu laki-laki seks dengan PENGETAHUAN, SIKAP, DAN
laki-laki karena kurangnya keterbukaan dan ketakutan akan identitas MOTIVASI DIRI TERHADAP PERILAKU PENCEGAHAN HIV
dan kerahasiaan mereka terungkap, / AIDS PADA
SISWA-SISWI SMA PERKOTAAN DI KABUPATEN
4. Kesimpulan dan Saran SRAGEN, (434). Diterima dari

Kesimpulan dalam penelitian ini adalah perilaku pencegahan


http://eprints.ums.ac.id/27226/12/File_A rtikel_publikasi.pdf
HIV / AIDS pada komunitas pria berhubungan seks dengan pria di
Jambak, N.,
Kota Jambi dipengaruhi oleh sikap dan motivasi pria yang
& Wahyuni, A. (2018).
berhubungan seks dengan pria. Untuk itu diharapkan Yayasan Kanti
FAKTOR-FAKTOR YANG
Sehati Sejati bekerja sama dengan tenaga kesehatan selalu
MEMPENGARUHI PERUBAHAN
memberikan informasi kepada pria yang berhubungan seks dengan
PERILAKU PASIEN HIV / AIDS Kata Kunci •: Perubahan
pria agar tidak ada pria yang berhubungan seks dengan pria yang
Perilaku, HIV / AIDS Jurnal Mutiara Ners Jurnal Mutiara Ners,
tidak mengetahui cara menularkan dan mencegah HIV. AIDS, jika
1-10 Jurnal Mutiara Ners. Jurnal Mutiara Ners, 1 ( 1), 1 - 10.
HIV terdeteksi mereka sudah tahu apa yang harus dilakukan seperti
perlu bantuan atau pengobatan.

Kemenkes. (2014). Situasi dan Analisis HIV AIDS.


Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Kristawansari.
(2013). Hubungan antara
5. Ucapan Terima Kasih
pengetahuan dan sikap supir truk dengan pencegahan HIV /
Penulis terima kasih pada Kanti Sehati AIDS (Studi kasus di area pangkalan truk alas roban).
Yayasan pemberian izin penelitian di wilayah kerja Yayasan Kanti
Sehati. Universitas Negeri Semarang. Kuswati, A., Wahyudi, &
Wijayanti, R. (2015).
Penceghan IMS, HIV / AIDS dengan Modul Role Play
6. Referensi terhadap Pengetahuan dan Sikap Wanita Pekerja Seksual
Langsung. Bawal Riset Kesehatan, 4 ( 1), 664 - 669.
Abhinaja, IGW, & Astuti, PAS (2014).
Pengetahuan, Sikap Ibu Rumah Tangga Mengenai
Lastianti, S. (2013). Hubungan antara
Infeksi Menular Seksual
Pengetahuan dan Sikap tentang HIV / AIDS pada Siswa SMK
Termasuk Serta Perilaku HIV / AIDS Pencegahannya Di
Negeri 3 Tahuna.
Kelurahan Sanur, Kecamatan Denpasar
Universitas Sam Ratulangi. Notoatmodjo, S. (2012). Promosi
Selatan, Kota
Kesehatan dan
Denpasar Tahun 2013. Komunitas kesehatan.
Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Nursalam. (2009). Asuhan
Depkes. (2007). Situasi HIV / AIDS di Indonesia
Keperawatan PADA
Tahun 1987-2006. Jakarta: Pusat Data dan Informasi.
Pasien Terinfeksi HIV AIDS. Jakarta:
Djoerban, Z. (2011). Sejak Dini Cegah. Jakarta:
Salemba Medika.
Oktarina, O., Hanafi, F., & Budisuari, M. (2012).
Penerbitan Mahaka.
HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK RESPONDEN,
Habasiah. (2001). Faktor-Faktor yang
KEADAAN WILAYAH DENGAN PENGETAHUAN,
Berhubungan dengan Pemakaian Kondom pada Waria di DKI
SIKAP
Jakarta Tahun 2000.
TERHADAP HIV / AIDS PADA
Universitas Indonesia.
MASYARAKAT INDONESIA. Buletin
Hamzah, WOA, Asrifuddin, A., & Akili, RH
Penelitian Sistem Kesehatan.
(2017). Faktor - faktor yang berhubungan dengan tindakan
Rahman, RTA, & Yuandari, E. (2014).
pencegahan hiv / aids pada wanita pekerja seks di kota
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Pencegahan HIV /
manado.
AIDS Pada Remaja, 9 ( 1), 1 - 12.
Jurnal KESMAS, 7 ( 4).
Handayani. (2011). Faktor-faktor yang
Rahmayani, V., Hanif, AM, & Sastri, S. (2014).
Berhubungan dengan Perubahan Perilaku pada Pasien HIV /
Hubungan pengetahuan dan sikap dengan tindakan
AIDS di wilayah kerja Puskesmas
pencegahan penularan HIV AIDS pada waria di Kota Padang
Jatinangor. Universitas
Tahun
Padjadjaran.
2013 Jurnal Kesehatan Andalas.
Indratmoko, W. (2013). PENGARUH
Ratnaningsih, D. (2015). Faktor-Faktor yang

Hak Cipta © 2019, Bawal Widya Riset Kesehatan, e-ISSN 2461-1026


Bawal Widya Riset Kesehatan, 8 (2), 2019, 10 - 10
DOI: 10.31983 / jrk.v8i2.5336

Mempengaruhi Perilaku Pencegahan HIV dan AIDS untuk mengikuti program voluntary couseling
HIV / AIDS pada Wanita Pekerja Seks Komersial. Biomassa and testing (VCT).
Chem Eng, 49 ( 23 - 6), 22 Jurnal Online Mahasiswa, 2 ( 1). Diterima dari
- 23.
Sugiarto, S. (2019). HUBUNGAN https://jom.unri.ac.id/index.php/JOMPSI% 0AK / issue / view
PENGGUNAAN KONDOM DAN / 327 Wulandari, Dewi.YI, & Karim, D.
INFORMASI DENGAN PENCEGAHAN HIV / AIDS PADA (2013).
LAKI SEKS LAKI (LSL). Hubungan tingkat pengetahuan dengan upaya mengatasi
Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan: Wawasan Kesehatan. HIV / AIDS pada ibu rumah tangga di RW 5 kelurahan
meranti pandak. Jurnal Online Mahasiswa.
https://doi.org/10.33485/jiik-wk.v6i1.157 Tulung,
HAI. (2014). Hubungan antara Yuliza, WT, Gusta, D., & Nursal, A. (2019).
Pengetahuan dan Sikap dengan Tindakan Pencegahan HIV / Artikel Penelitian Analisis Faktor yang Berhubungan dengan
AIDS pada Siswa SMK Negeri 1 Tomohon. Universitas Sam Perilaku Pencegahan HIV / AIDS Pada Wanita Pekerja
Ratulangi. Seksual di Kota Padang Menurut Joint United Nations
Programme on, 8 ( 2), 376 - 384.
Umam, H., Dewi, Y. ., & Elita, V. (2015).
dentifikasi kondisi orang risiko tinggi

Hak Cipta © 2019, Bawal Widya Riset Kesehatan, e-ISSN 2461-1026

Anda mungkin juga menyukai