Anda di halaman 1dari 3

CERITA SAMPUL

Meidiana Hutomo
Kemandirian Terbentuk Lewat Sikap dan Perilaku
Sebagai ibu dua anak, Meidiana Hutomo
(40 tahun), presenter dan bintang sinetron,
merasa prihatin dengan sulitnya anak-anak
sekarang melanjutkan sekolah ke SMP, SMA
maupun perguruan tinggi. Bukan hanya karena
biaya pendidikan yang mahal, kesempatan
untuk mengenyam pendidikan ke sekolah
negeri pun sulit. Itu sebabnya, istri Gunadi
Meidiana Hutomo Soekemi (55) ini selalu ingin menanamkan
[FOTO: IRWAN]
pendidikan terbaik untuk Talulla Adjani (12)
dan Belinda Nur Fadilah (6), kedua anaknya
itu, antara lain melalui kebiasaan mendongeng.

M
ENUNGGU mama datang untuk
mendongeng lagi, merupakan
jam yang ditunggu-tunggu Dilla,
panggilan akrab Bellinda
Nur Fadilah. Kebiasaan mendongeng ini,
biasanya dilakukan Meidiana sesudah
melaksanakan shalat magrib yang
merupakan jam berkumpul seluruh
anggota keluarga. Tentu saja, ketika ia tidak
disibukkan oleh jadual syuting yang padat
hingga larut malam.
Untuk menanamkan kepada anak cinta
akan buku, Meidiana selalu mengajarkan
kepada putri pertamanya yang kini tengah
masuk SMP, Lula, untuk membiasakan
meminjam buku di perpustakan seminggu
sekali. Dari buku-buku perpustakaan ini
pula, kebiasaan “membacakan” buku pada
kedua putrinya menjadi kebiasaan
mengasyikkan yang selalu ditunggu-
tunggu. Dilla yang sebelumnya tidak
bisa membaca pun ikut asyik
mendengarkan. Terutama oleh Dilla
yang belakangan ini gemar
bertanya atau menirukan sesuatu
yang dianggapnya lucu.
“Anak-anak sangat mencerna
cerita-cerita itu. Misalnya cerita
tentang kepahlawanan sahabat-
sahabat Rasulullah,” ujar
wanita kelahiran Jakarta 15
Mei 1966 ini. Untuk
mendukung cerita-cerita itu,
ia pun rajin mendatangi
toko-toko buku mencari
buku-buku bacaan

Gemari Edisi 67/Tahun VII/Agustus 2006 13


Izhar, Pondok Labu, Jakarta Selatan. “Dengan
memasukkan anak-anak ke sekolah Islam
terpadu, mereka bisa mendapat pendidikan
komplet baik umum maupun agamanya.”
Meski sejak Pebruari lalu, Meidiana telah
mendaftarkan Lula melanjutkan SMP nya di
sekolah yang sama, SMP Al Izhar, tapi ia pun
ikut prihatin dengan para orang tua yang
memiliki keinginan besar memasukkan anak-
anaknya ke SMP negeri ternyata gagal.
“Kondisi yang sekarang memang
memprihatinkan, pengen masuk sekolah
negeri aja susah. Mudah-mudahan
pemerintah bisa mencari jalan keluar untuk
anak-anak yang kurang beruntung diterima
di sekolah negeri,” harapnya prihatin.

Tidak diberi uang jajan


Salah satu cara yang diterapkan pasangan
Meidiana-Gunadi untuk melatih kemandirian
anak adalah dengan tidak membiasakan
memberi uang jajan pada anak semasa duduk
di bangku sekolah dasar. Saat pergi sekolah,
mereka sudah dipersiapkan bekal makanan
yang cukup, sehingga tidak perlu lagi jajan.
“Mungkin saya termasuk orang tua yang
tidak memberi uang jajan pada anak. Tapi
setelah Lula, masuk SMP baru saya kasih tau
bahwa sekarang dia berhak menerima uang
jajan. Setelah diberi tahu, Lula malah balik
bertanya, nanti SMP bawa makanan dari
rumah nggak ya?” cetus wanita cantik
bertubuh mungil ini menirukan bicara
anaknya seraya tertawa kecil sehingga
terlihat lesung pipinya.
Karena kebiasaan tidak diberi diberi uang,
ungkap Meidi, kedua anaknya tidak suka
jajan di sekolah. “Selama ini saya selalu
mengajarkan dia makanan sehat, jadi dia tahu
banget bagaimana jajanan di luar. Makanan
yang dibawa Lula, pastinya makanan berat,
karena dia di sekolah sampai jam 14.30.
menarik sesuai usia perkembangan anaknya. Sedang Dilla, paling juga disiapkan kue, snack
“Belum lama ini saya membeli buku dan makanan ringan lainnya.”
Bellinda Nur bacaan tentang hadits-hadits Rasulullah yang Menggambar merupakan salah satu minat
Fadilah (Dilla) putri disampaikan untuk anak -anak dengan yang sedang ditekuni Lula. Sebagai orang tua
bungsu pasangan gambar-gambar besar. Ternyata Dilla, suka yang memahami bakat dan kreatifitas anak,
sekali dengan buku ini. Dia jadi tahu, kalau hasil lukisan Lula kadang diikutsertakan
Meidiana – Gunadi
menguap itu ada tata caranya dalam hadits dalam berbagai pameran. Namun sampai
selalu menunggu
yang ditunjukkan di buku ini,” cetus saat ini, Meidi pun tidak ingin mengajarkan
kesempatan mamanya Meidiana yang sejak menempati rumah baru anaknya “mendagangkan” hasil karyanya itu.
mendongeng. di Bintaro, masih kesulitan mencari guru “Sebenarnya kemandirian itu sudah
agama untuk anaknya. pembawaan dari anak. Kalau sejak kecil
“Kalau di rumah lama, guru agama anak- sudah dibiasakan mengatur hidupnya
anak bisa datang seminggu sekali,” tukas sendiri, tidak bergantung pada orang tuanya,
Meidiana yang mempercayakan pendidikan kemandirian terbentuk lewat sikap dan
anak-anaknya di Sekolah Islam Terpadu Al- perilakunya,” ujar Meidi.

14 Gemari Edisi 67/Tahun VII/Agustus 2006


Saat ditanya soal keterlibatannya sebagai deadline untuk tayang
Juri Pemilihan Da’i Cilik (Pildacil), Meidiana malam itu juga. Di
mengaku cukup salut dengan bakat-bakat sinetron pun pada
yang dimiliki para da’i cilik. “Subhanallah, akhirnya kejar tayang
mereka sungguh luar biasa. Bayangkan saja, juga meski bukan untuk
anak umur lima tahun sudah hafal juz’ama, ditayangkan
mengajinya bagus, pintar nasyid. Mereka malamnya,” ujar Meidi
juga berani tampil, berani ngomong, padahal yang baru saja
itu susah sekali.” menyelesaikan sinetron
Menurut Meidiana, kepintaran da’i-da’i kejar tayang Demi
cilik ini didukung oleh pendidikan yang Waktu.
diberikan oleh orang tua dan lingkungan di “Mungkin karena
mana ia berada. “Jadi, selain bakat yang saya sangat menyukai
anak-anak miliki, nggak mungkin orang dunia entertainmen,”
tuanya biasa saja. Pasti, orang tuanya guru lanjut Meidiana yang di
ngaji atau pemilik pesantren,” ujar Meidi luar kesibukannya
yang sudah terlibat menjadi juri Pildacil sejak sebagai pemain
Pildacil 1 sampai 4 setiap Sabtu-Minggu di sinetron, juga menjadi
Lativi. presenter Cerdas Emosi
Spiritual di RCTI.
Dari reporter hingga akting
Kemunculan Meidiana sebagai presenter Kerudung tidak putus
di tahun 90-an di sebuah stasiun televisi job
swasta sempat mencengangkan Penampilan
penggemarnya ketika tiba-tiba muncul di Meidiana sekarang
beberapa tayangan sinetron sebagai tokoh memang beda. Selain kerudung dan busana
antagonis. Wanita centil, jahat, punya banyak muslim yang dikenakannya, Meidiana pun
tipu daya muslihat menjadi baju yang selalu terlihat lebih kalem dalam menjaga setiap “Saya menanamkan
dikenakan dalam setiap adegan sinetron perkataannya. Kesan wanita ceriwis seperti kecintaan pada Allah
beberapa tahun silam yang pernah terlihat dalam beberapa adegan melebihi dari yang lain.
Meski tanpa bekal ilmu akting, Meidi sinetronnya, tertepis dengan bahasanya yang Kalau kita sudah komit
mampu menjiwai perannya dengan baik lebih mengarah pada pendalaman Islam.
seperti itu, apa dong
hingga berpengaruh pula pada “Dulu shalat saya mungkin tidak teratur.
bukti cintanya”.
penggemarnya. Bahkan, anak pertamanya Tapi setelah saya mencoba untuk belajar
pun sempat mengkritik tokoh yang mencintai Allah, saya jadi sadar bagaimana
diperankannya. “Untung saja anak saya saya bisa membuktikan cinta kepada Allah
kurang suka nonton sinetron,” ujar Meidiana bila hal yang wajib saja tidak saya lakukan,”
yang baru saja menyelesaikan syuting ujar Meidiana mengungkap alas an
sinetron sajadah cinta, hidayah dan demi memutuskan mengenakan kerudung sejak
waktu. April 2003 lalu.
“Mungkin ada tujuh tahun saya bermain Uniknya, saat memutuskan mengenakan
sebagai tokoh antagonis. Setelah saya mulai kerudung, justru saat karir Meidiana sedang
mengenakan kerudung sejak pertengahan banyak program, live di televisi sebagai
2003 lalu, tawaran untuk bermain sebagai presenter dan lainnya. Dan hal itu dirasakan
tokoh protagonis pun bermunculan. Anak- Meidiana tidak berpengaruh banyak pada
anak saya pun dengan “terpaksa” mau karir dan pekerjaanya.
nonton sinetron kalau ada mamanya di “Saya menanamkan kecintaan pada Allah
televisi..he..he..he,” ujar artis yang memulai melebihi dari yang lain. Kalau kita sudah
debut aktingnya lewat sinetron Pondok Pak Jon komit seperti itu, apa dong bukti cintanya.
di Indosiar. Makanya sebelum memutuskan itu, saya
Bagi Meidiana, pengalaman menjadi shalat istikharah dulu,” kata Meidia yang
presenter sebelum merambah ke dunia acting belakangan ini aktif mengikuti pengajian
sama-sama memiliki tantangan tersendiri. Syamsul Rizal di rumah Inneke
“Keduanya memiliki nilai berbeda dan sama Koesherawaty. Melalui kegiatan pengajian
asyiknya. Dua-duanya sama-sama kejar yang dilaksanakan setiap Kamis malam,
deadline. Karena saya sebelumnya di di pernah pula menggelar acara akbar Festifal
berita tv, setiap hari cari berita dan dikejar Muharram di Istora Senayan Jakarta. RW

Gemari Edisi 67/Tahun VII/Agustus 2006 15

Anda mungkin juga menyukai