Etika bisnis adalah seni dan disiplin dalam menerapkan prinsip-prinsip
etika untuk mengkaji dan memecahkan maslah-masalah moral yang kompleks. Etika bisnis merupakan etika khusus ( terapan ) yang pada awalnya berkembang di amerika serikat. Sebagai cabang filsafat terapan, etika bisnis menyoroti segi-segi moral perilaku manusia dan peraturan- peraturan yang mempunyai profesi di bidang bisnis dan manajemen. Oleh karena itu, etika bisnis dapat dilihat sebagai usaha untuk merumuskan dan menerapkan prinsip-prinsip etika di bidang hubungan ekonomi antar manusia. Secara terperinci Richard T.de George menyebutkan bahwa etika bisnis menyangkut empat kegiatan sebagai berikut: 1. Menerapkan prinsip-prinsip umum dalam praktik bisnis. Berdasarkan prinsip-prinsip etika bisnis itu kita dapat menyoroti dan menilai apakah suatu keputusan atau tindakan yang diambila dalam dunia bisnis secara moral dapat dibenarkan atau tidak. 2. Etika bisnis tidak hanya menyangkut penerapan prinsip-prinsip etika pada dunia bisnis. Tetapi etika bisnis menyoroti apakah perusahaan mempunyai tanggung jawab sosial atau tidak. 3. Bidang telaah etika bisnis menyangkut pandangan-pandangan mengenai bisnis. Dalam hal ini, etika bisnis mengkaji moralitas sistem ekonomi pada umumnya dan sistem ekonomi publik pada khususnya, misalnya masalah keadilan sosial, hak milik, dan persaingan. 4. Etika bisnis juga menyentuh bidang yang sangat makro, seperti operasi perusahaan multi nasional, jaringan konglomerat internasional, dan lain-lain.
Prinsip-prinsip etika bisnis
a. Prinsip otonomi Sikap dan kemampuan manusia untuk mengambil keputusan dan bertindak berdasarkan kesadarannya tentang apa yang dianggapnya baik untuk dilakukan. b. Prinsip kejujuran Terdapat tiga lingkup kegiatan bisnis yang bisa ditunjukan secara jelas bahwa bisnis tidak akan bisa bertahan lama dan berhasil kalau tidak didasarkan atas kejujuran. Pertama, jujur dalam pengeluhan syarat- syarat perjanjian dan kontrak. Kedua, kejujuran dalam penawaran barang atau jasa dengan mutu dan harga yang sebanding. Ketiga, jujur dalam hubungan kerja intern dalam suatu perusahaan. c. Prinsip keadilan Menuntut agar setiap orang diperlakukan secara sama sesuai dengan aturan yang adil dan sesuai kriteria yang rasional obyektif, serta dapat dipertanggung jawabkan. d. Prinsip saling menguntungkan ( Mutual Benefit Princple ) Menuntut agar bisnis dijalankan sedemikian rupa sehingga menguntungkan semua pihak. e. Prinsip integritas moral Terutama dihayati sebagai tuntutan internal dalam diri pelaku bisnis atau perusahaan, agar perlu menjalankan bisnis dengan tetap menjaga nama baik pimpinan atau orang-orangnya maupun perusahaannya.
Tujuan etika bisnis
a. Tujuan memberikan kesadaran akan moral dan memberikan batasan kepada para pelaku bisnis supaya dalam menjalakan bisnisnya dengan bersikap baik, sehingga tidak berperilaku yang dapat merugikan banyak pihak yang ada hubungannya dengan bisnis tersebut. b. Etika bisnis dapat mengatur dan mengarahkan para pelaku bisnis untuk mewujudkan manajemen maupun citra yang baik dalam berbisnis, sehingga bisnis tersebut dapat diikuti oleh semua orang yang mempercayai adanya bahwa bisnis itu memiliki etika yang baik. c. Etika bisnis juga dapat jauh dari citra buruk seperti citra yang kotor, licik, dan penuh dengan penipuan. Ciri-ciri bisnis yang memiliki etika baik diantaranya seperti tidak merugikan pebisnis atau usaha orang lain, tidak melanggar aturan atau hukum yang berlaku, tidak membuat suasana yang tidak kondusif pada saingan bisnisnya dan memiliki ijin usaha yang sah serta jelas.
Manfaat etika bisnis untuk perusahaan
a. Dapat meningkatkan kredibilitas perusahaan Etika bisnis sangat penting bagi perusahaan, terutama perusahaan besar yang dimana memiliki banyak sekali karyawan yang tidak saling mengenal. Setiap karyawan pada perusahaan akan terikat pada peraturan standar etis yang sama, maka jika ada suatu kasus yang timbul maka akan mengambil keputusan yang sama. b. Perusahaan dapat menjelaskan bagaimana menilai tanggung jawab sosialnya Dengan biasa menjelaskan tanggung jawab sosial atau dengan menggunakan pendekatan sosial perusahaan tidak hanya mendapatkan keuntungan dari segi ekonomi saja, tapi mendapatkan keuntungan dari segi sosial juga. Jika perusahaan telah bertanggung jawab dari segi sosial maka usaha akan berjalannya secara baik, sehingga secara tidak langsung perusahaan akan terhindar dari konflik sosial yang dapat merugikan. c. Dapat menyediakan perusahaan atau dunia bisnis kemungkinan untuk mengatur dirinya sendiri Hal ini disebutkan juga dengan “self regulation” merupakan suatu proses dimana individu dapat mengatur pencapaiannya sendiri. Dapat menentukan target mereka, melakukan evaluasi terhadap kesuksesan mereka ketika telah tercapainya target tersebut dan memberikan penghargaan kepada diri mereka sendiri karena mereka telah mencapai target yang diinginkannya. d. Dapat membantu menghilangkan grey area pada bidang etika Misalnya kesetaraan penerimaan gaji, penggunaan tenaga kerja dibawah umur dan kewajiban perusahaan dalam menjaga lingkungan hidup, sehingga perusahaan memiliki batasan-batasan dalam menjalankan bisnisnya. e. Dapat meningkatkan daya saing perusahaan Memiliki daya saing saat ini sudah menjadi keharusan bagi setiap perusahaan, karena jika suatu perusahaan tidak memiliki daya saing, usahanya tidak akan bertahan lama. Jika suatu usaha dan bisnis memiliki etika yang baik, maka bisnisnya akan mengalami perkembangan dan semakin meningkatkan daya saing maupun kemampuannya untuk bersaing dipasaran dengan perusahaan atau pembisnis lain. f. Dapat meningkatkan kepercayaan investor pada perusahaan Bagi perusahaan yang sudah go pulik maka akan mendapatkan manfaat berupa meningkatnya kepercayaan para investor untuk berinvestasi, jika terjadi kenaikan harga saham maka biasanya akan menarik minat investor untuk berinvestasi atau membeli saham perusahaan g. Dapat membangun citra positif perusahaan Etika bisnis juga dapat membangun citra yang baik tentang perusahaan dimata para mitra bisnis maupun para konsumen. Maka dengan citra yang baik akan menjaga kelangsungan hidup perusahaan tersebut.
FAKTOR X
Setiap orang di dunia ini pasti memiliki perbedaan.Masing-masing
memiliki potensi dan bakat yang berlainan dan mungkin bersifat unik.Terdapat beberapa orang yang dengan baik mampu mengenali dan mengembangkan potensi atau bakat yang dimilikinya. Namun tidak sedikit juga orang yang bahkan belum menyadari akan potensi dan bakat yang dimilikinya. Sama hal nya dengan bakat dan potensi, faktor “X” melekat pada diri manusia.Masing-masing manusia memiliki faktor “X” yang berbeda dalam faktor ukuran.Terkadang ada manusia atau orang yang memiliki faktor “X” yang kecil, terkadang ada pula manusia atau orang yang memiliki faktor “X” yang cukup besar.Besar kecilnya ukuran faktor “X” ini ditentukan oleh seberapa jauh seseorang menggali dan mengembangkan faktor “X” tersebut. Dalam wirausaha, faktor “X” yang melekat pada diri manusia ini memiliki pengaruh terhadap suatu usaha. Namun, tanpa penggalian dan pencarian akan faktor “X” itu sendiri, semua sia-sia. Faktor “X” dapat dikatakan berpengaruh pada usaha apabila seseorang yang memilikinya telah menemukan kunci atau pintunya. Faktor X merupakan faktor yang melekat pada diri semua orang, tak berwujud benda namun dapat dirasakan. Pada diri seorang entrepreneur faktor X sangat mempengaruhi geraknya dalam menjalankan usaha. Awalnya faktor X tidak ada atau sangat kecil sekali, namun apabila kita tekun maka faktor tersebut akan muncul dan tumbuh karena ia hidup. Karena ia hidup, ia pun dapat mati. Dalam bisnis, faktor x dapat diartikan sebagai kesempatan atau permasalahan jika anda ubah, eliminasi atau selesaikan akan menghasilkan keuntungan yang lebih dari pesaing anda. Dalam istilah lain, faktor x dapat juga disebut sebagai bakat, kerja keras, kejujuran, kecerdasan, keterampilan, penampilan fisik, sikap serta pendidikan Pendapat mengenai faktor X menurut : Larry Brauner menyebutkan bahwa ada enam cara untuk memperkuat faktor x anda melalui komitmen, kepercayaan, produksi, diversifikasi, analisis, dan perencanaan. Darren Hardy menyebutkan bahwa faktor x orang yang sukses adalah mampu menerima tanggung jawab pribadi. Cara menemukan dan menggali faktor X Cara menemukan dan menggali faktor “X” yang dimiliki, ada bermacam-macam.Namun menurut kelompok kami, yang terpenting dalam menemukan dan menggali faktor “X” itu sendiri adalah rasa tidak cepat puas.Rasa tidak cepat puas disertai dengan keingintahuan yang besar membuat kita berusaha untuk mencari yang lebih lagi.Dengan demikian, kita dapat menemukan faktor “X” yang kita miliki. Orang dengan keingintahuan yang besar dan sikap yang tidak cepat puas ini akan mendorong dirinya untuk menemukan hal-hal baru dan bahkan memecahkan tantangan baru dan semakin mengembangkan faktor “X” yang dimiliki. Terdapat beberapa tips untuk menemukan dan menggali faktor X tersebut, yaitu : a. Kenali diri anda sendiri dan mulailah menimbulkan “X” pada diri anda. b. Carilah pintu yang mampu membuat “X” anda tumbuh. Datangi dan ketuklah masing-masing pintu itu. c. Pintu yang bagus adalah pintu yang didalamnya terdapat ruang besar bagi anda untuk berkembang dan didalamnya terdapat pintu-pintu lain yang dapat anda buka. Karakteristik dari faktor “X” adalah sebagai berikut : a) Merupakan penentu keberhasilan b) Merekat pada diri manusia c) Tidak diperoleh dalam waktu sekejab d) Namun ia dapat tumbuh dan berkembang menjadi “X” besar e) Dapat berasal dari diri sendiri, namun juga dapat berasal dari luar diri f) Sekali tumbuh ia dapat dipakai untuk usaha lainnya Faktor X yang mendukung berwirausaha : Niat dan keinginan untuk berwirausaha Adanya peluang untuk melakukan usaha Agar bisa mengurangi tingkat pengangguran di sekitar kita Mengeluarkan kemampuan yang kita punyai Menerapkan dan meningkatkan kreativitas Memanfaatkan kesempatan yang ada Adanya modal usaha yang mendukung Memanfaatkan sesuatu menjadi lebih baik/bermanfaat Tingginya minat/ketertarikan konsumen/pasar terhadap usaha yang akan kta lakukan Enaknya/nyamannya menjadi wirausahawan atau business man Faktor X yang menghalangi berwirausaha : Tidak mempunyai niat untuk menjadi wirausahawan/berwirausaha Kurangnya kreativitas Tidak percaya diri atas usaha yang dilakukan Banyaknya saingan Susahnya pemasaran/memasarkan Minimnya minat pasar Takut gagal dan rugi