Askep Hiv Aids
Askep Hiv Aids
Askep Hiv Aids
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
kejadian yang sebenarnya. Hal ini disebabkan laporan tersebut tidak mencakup
Syndrome (AIDS). Selain itu laporan juga tidak mencakup remaja tidak
terinfeksi tetapi terlibat prilaku penggunaan obat dan seksual yang beresiko
berbagai daerah lain di Indonesia dengan frekuensi yang relatif tinggi, diduga
1
Development (IFFD) pada tahun 2011, 148 orang dengan jumlah penderita
HIV/ AIDS, dengan 91 orang AIDS dan 57 orang masih dalam program
observasi
pengetahuan dan kerja sama dalam memerangi penyakit ini, oleh karena itu
AIDS menjadi salah satu masalah besar di Kalimantan Barat yang harus dilihat
B. Tujuan Penulisan
imuniologi.
klien HIV/AIDS
C. Metode Penulisan
2
literatur. Metode ini diperuntukkan untuk melakukan penelitian yang dianggap
sebagai bentuk survey dari data yang sudah ada dengan melacak informasi dari
D. Sistematika Penulisan
Makalah ini terdiri dari tiga BAB yang disusun dengan sistematika
BAB II : Landasan Teori Yang Terdiri Dari anatomi dan fisologi sistem
3
BAB II
LANDASAN TEORI
asing atau serangan organisme, termasuk virus, bakteri, protozoa dan parasit.
Sistem kekebalan juga berperan dalam perlawanan terhadap protein tubuh dan
molekul lain seperti yang terjadi pada autoimunitas, dan melawan sel yang
demam dan flu, dapat berkembang dalam tubuh. Imunitas sapat didefinisikan
sebagai kemampuan untuk membunuh patogen atau bahan asing lain dan untuk
mencegah berlanjutnya kasus penyakit akibat infeksi. Di bawah ini gambar 2.1
4
Gambar 2.1 Anatomi Sistem Imunitas
Sistem imun terbagi atas dua bagian yaitu sistem imun non spesifik dan
berikut :
Pertahanan fisik / mekanis terdiri dari kulit, selaput lendir, silia saluran
5
b. Pertahanan bio kimia (bahan larutan)
PH asam dari keringat dan sekresi sebaseus, berbagai asam lemak dan
infeksi melalui kulit. Bahan yang disekresi mukosa saluran napas dan
1). Komplemen
2). Interferon
virus
CRP dibentuk oleh badan pada saat infeksi. CRP merupakan protein
d. Pertahanan seluler
Fagosit, makrofag dan sel NK berperan dalam sistem imun non spesifik
seluler.
dianggap asing bagi dirinya. Bila sel imun spesifik berpapasan kembali
6
dengan benda asing yang sama, maka benda asing terakhir ini akan dikenal
atau sel B, berasal dari multipoten. Bila sel B dirangsang oleh benda
asing, maka sel tersebut akan berfoliperasi dan berkembang menjadi sel
Yang berperan dalam sistem imun spesifik seluler adalah limfosit T atau
sel T. Pada orang dewasa sel T dibentuk oleh sum-sum tulang, tetapi
keganasan.
c. Organ Limfoid
dalam sistem imunitas yaitu limfosit T dan limfosit B, atau yang lebih
7
sederhana atau dikenal, sel T dan sel B. Pada embrio, sel T diproduksi
dalam sumsum tulang dan timus. Sel T harus berjalan melalui timus, dan
sel itu akan dimatang kan oleh hormon timus. Sel T kemudian
tempat sel ditemukan setelah bayi lahir. Sel T dibuat di sumsum tulang
CD4 pada orang dengan sistem kekebalan yang menurun menjadi sangat
Fungsi:
8
antigen. Nilai normal nya 78 – 602/mm3. Fungsinya menyerang sel tubuh
yang terinfeksi dan sel pathogen yang relatif besar secara langsung
langsung menuju nodi limfoidei dan noduli limfoidei. Limfosit sel B terbagi
cepat dan membentuk antibodi dalam jumlah yang lebih besar. Sel B
Saat beraktivitas selama respon imun, beberapa sel B akan menjadi sel
1. Antigen
respon imun spesifik pada manusia dan hewan. Perbedaan antara imunogen
respon imun. Sedangkan antigen adalah setiap bahan yang dapat mengikat
9
komponen yang dihasilkan respons imun dengan spesifik misalnya antibodi
dan limfosit T.
2. Antibodi
dibentuk oleh sel plasma yang berasal dari proiferasi sel B akibat adanya
a. Imunoglobulin G (Ig G)
bayi
b. Imunoglobulin A (Ig A)
usus)
c. Imunoglobulin M (Ig M)
10
fagositosis dan merupakan aglotinator kuat terhadap antigen. Ig M
yang di bentuk tubuh jika ada infeksi (bakteri) fungsinya garis depan
terhadap bakteri
d. Imunoglobulin D (Ig D)
e. Imunoglobulin E (Ig E)
napas dan cerna. Ig. E beredar di dalam darah , terlibat dalm reaksi
Antibody
11
(http://gened.emc.maricopa.edu diperoleh tanggal 10 maret 2015)
1. Virus HIV
gag, pol dan env. gag berarti group antigen, pol mewakili polimerase, dan
Geng geg mengode protein inti. Gen pol mengode enzim reverse
struktural HIV yang dikenal dengan glikoprotein. Gen lain yang ada dan
juga penting dalam replikasi virus, yaitu : rev, nef, vif, vpu, dan vpr
Sel pejamu yang terinfeksi oleh HIV memiliki waktu hidup sangat
pendek, hal ini berarti HIV secara terus menerus menggunakan sel pejamu
harinya. Serangan pertama HIV akan tertangkap oleh sel dendrit pada
membran mukosa dan kulit pada 24 jam pertama setelah paparan. Sel yang
12
virus menjadi semakin cepat. Siklus hidup HIV dapat dibagi menjadi 5 fase,
yaitu:
b. Reverse transkiptase
c. Replikasi
d. Budding
e. Maturasi
Virus) yang termasuk famili retroviridae. AIDS merupakan tahap akhir dari
1) Hubungan seksual
13
3) Hetero seksual (laki-laki perempuan atau sebaliknya).
c. Perinatal
1) Intra plasenta
2) Menyusui
antara lain:
2) Diare kronis lebih dari satu bulan berulang maupun terus – menerus
b. Gejala minor
albican
diseluruh tubuh.
14
Sementara Menurut Daili (2003) manifestasi klinis yang sesuai
Gejala infeksi akut biasanya akan timbul setelah masa inkubasi selama
1–3 bulan. Gejala yang timbul umumnya seperti influenza, gejala kulit
minggu.
lambat dalam tubuh. Saat ini sudah mulai terjadi penurunan jumlah sel
Fase ini dimulai rata – rata sesudah 5 tahunan terkena infeksi HIV.
Berbagai gejala penyakit ringan atau berat timbul pada fase ini,
15
Pada awal sub – fase ini timbul penyakit – penyakit yang lebih
Pada sub fase ini terjadi infeksi opurtunistik berat yang sering
timbul pada sub fase ini meskipun sering pada fase yang lebih awal.
4. Patofisiologi
Peran penting sel T dalam “menyalakan” semua kekuatan limfosit
dan makrofag, membuat sel T penolong dapat dianggap sebagai “tombol
utama” sistem imun. Virus AIDS secara selektif menginvasi sel T penolong,
menghancurkan atau melumpuhkan sel-sel yang biasanya megatur sebagian
besar respon imun. Virus ini juga menyerang makrofag, yang semakin
melumpuhkan sistem imun, dan kadang-kadang juga masuk ke sel-sel otak,
sehingga timbul demensia (gangguan kapasitas intelektual yang parah) yang
dijumpai pada sebagian pasien AIDS.
Dalam tubuh ODHA, partikel virus bergabung dengan DNA sel
pasien, sehingga satu kali seseorang terinfeksi HIV, seumur hidup ia akan
tetap terinfeksi. Dari semua orang yang terinfeksi HIV, sebagian
berkembang masuk tahap AIDS pada 3 tahun pertama, 50% berkembang
menjadi AIDS sesudah 10 tahun, dan sesudah 13 tahun hampir semua orang
yang terinfeksi HIV menunjukkan gejala AIDS, dan kemudian meninggal.
Gejala yang terjadi adalah demam, nyeri menelan, pembengkakan kelenjar
getah bening, ruam, diare, atau batuk. Setelah infeksi akut, dimulailah
infeksi HIV asimptomatik (tanpa gejala). Masa tanpa gejala ini umumnya
berlangsung selama 8-10 tahun.
Pada waktu orang dengan infeksi HIV masih merasa sehat, klinis
tidak menunjukkan gejala, pada waktu itu terjadi replikasi HIV yang tinggi,
10 partikel setiap hari. Bersamaan dengan replikasi HIV, terjadi kehancuran
16
limfosit CD4 yang tinggi, untungnya tubuh masih bisa mengkompensasi
dengan memproduksi limfosit CD4 sekitar 109 setiap hari.
17
Jarum suntik yang digunakan di fasilitas kesehatan, maupin yang
digunakan oleh para pengguna narkoba sangat berpotensi menularkan
HIV. Selain jarum suntik, pada para pemakai IDU (injecting drug user)
secara bersama-sama juga menggunakan tempat penyampur, pengaduk,
dan gelas pengoplos obat, sehingga berpotensi tinggi untuk menularkan .
18
HIV
Hubungan sex Darah
Perinatal
( ibu pada bayi )
Menghancurkan
Sel T / CD4
19
CD4 menurun
5. Komplikasi
Gejala Mayor Gejala Minor
Pathway
b. Neurologik
c. Gastrointestinal
d. Respirasi
20
Infeksi karena pneumocystic Carinii, cytomegalovirus, virus
influenza, pneumococcus, dan strongyloides dengan efek nafas pendek,
batuk, nyeri, hipoksia, keletihan, gagal nafas.
e. Dermatologik
f. Sensorik
6. Penatalaksanaan HIV/AIDS
penatalaksanaan yaitu:
a. Penatalaksanaan medis
1) Pengendalian Infeksi
Opportunistik
21
b) Toksoplasmosis, sangat perlu diperhatikan makanan yang
TMP-SMX 1 dosis/hari.
b. Penatalaksanaan Keperawatan
22
masalahnya, jawaban-jawaban yang jujur dari lingkungannya, tindak
lanjut medis, mengurangi penghalang untuk
pengobatan, pendidikan/penyuluhan tentang kondisi mereka.
2) Aspek Sosial, seorang penderita HIV AIDS setidaknya
membutuhkan bentuk dukungan dari lingkungan sosialnya. Dimensi
dukungan sosial meliputi 3 hal:
a) Emotional support, miliputi; perasaan nyaman, dihargai,
dicintai, dan diperhatikan
b) Cognitive support, meliputi informasi, pengetahuan dan nasehat
c) Materials support, meliputi bantuan/pelayanan berupa sesuatu
barang dalam mengatasi suatu masalah.
3) Dukungan emosional, mencakup ungkapan empati, kepedulian dan
perhatian terhadap pasien dengan HIV AIDS yang bersangkutan.
4) Dukungan informatif, mencakup pemberian nasehat, petunjuk,
sarana.
23
D. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASEIN AIDS
1. PENGKAJIAN
Pengkajian yang dilakukan pada pasien yang mengalami HIV/AIDS
menurut Nursalam (2007), yaitu:
a. Data demografi, riwayat keturunan dan
demograf
b. Aktifitas /istirahat :
Mudah lelah, berkurangnya tolerangsi terhadap aktifitas, kelelahan yang
progresif. Kelemahan otot, menurunnya massa otot, respon fisiologi
terhadap aktifitas
c. Sirkulasi
Proses penyembuhan luka yang lambat, perdarahan lama bila cedera,
takikardia, perubahan tekanan darah postural, volume nadi periver
menurun, pengisian kapiler memanjang
d. Integritas ego
Faktor stress yang berhubungan dengan kehilangan: dukungan keluarga,
hubungan dengan orang lain, pengahsilan dan gaya hidup tertentu.
Mengkhawatirkan penampilan: alopesia, lesi , cacat, menurunnya berat
badan. Merasa tidak berdaya, putus asa, rasa bersalah, kehilangan control
diri, dan depresi. Mengingkari, cemas, depresi, takut, menarik diri,
marah, menangis, kontak mata kurang
e. Eliminasi.
Diare, nyeri pinggul, rasa terbakar saat berkemih. Faeces encer disertai
mucus atau darah. Nyeri tekan abdominal, lesi pada rectal, perubahan
dlm jumlah warna urin.
f. Makanan/cairan
Klien merasa tidak ada nafsu makan, mual, muntah, penurunan BB yang
cepat, bising usus yang hiperaktif, turgor kulit jelek, lesi pada rongga
mulut, adanya selaput putih/perubahan warna mucosa mulut, adanya gigi
yang tanggal.
24
g. Hygiene
Tidak dapat menyelesaikan ADL, memeperlihatkan penampilan yang
tidak rapi.
h. Neurosensorik
Klien mengalami pusing,sakit kepala. Perubahan status mental,
kerusakan mental, kerusakan sensasi, kelemahan otot, tremor, penurunan
visus. Bebal, kesemutan pada ekstrimitas. Gaya berjalan ataksia.
i. Nyeri/kenyamanan
Nyeri umum/local, sakit, rasaterbakar pada kaki.Sakit kepala, nyeri dada
pleuritis. Pembengkakan pada sendi, nyeri kelenjar, nyeri tekan,
penurunan ROM.
j. Pernapasan
Terjadi ISPA, napas pendek yang progresif, batuk produktif/non, sesak
pada dada, takipnou, bunyi napas tambahan, sputum kuning.
k. Keamanan
Riwayat jatuh, terbakar, pingsan, lauka lambat proses penyembuhan, dan
demam berulang
l. Seksualitas
Riwayat perilaku seksual resiko tinggi, penurunan libido, penggunaan
kondom yang tidak konsisten, lesi pada genitalia, keputihan.
m. Interaksi sosial
Isolasi, kesepian, perubahan interaksi keluarga, aktifitas yang tidak
terorganisir
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Menurut Nursalam (2007) diagnosa keperawatan pada pasien yang mengalani
HIV/AIDS, yaitu:
a. Pola nafas tidak efektif b/d penurunan ekspansi paru, melemahnya otot
pernafasan
b. Defisit volume cairan tubuh b/d diare berat, status hipermetabolik.
25
c. Nutrisi kurang dari kebutuhan b/d hambatan asupan makanan
(muntah/mual), gangguan intestinal, hipermetabolik.
d. Perubahan membran mukosa oral b/ddefisit imunologis dan timbulnya
lesi penyebab patogen
e. Resiko terjadinya infeksi b/d depresi sistem imun, aktifitas yang tidak
terorganisir
C. RENCANA KEPERAWATAN
Rencana keperawatan menurut Doengoes (2001) sesuai diagnosa yang didapat
pada pasien yang mengalami HIV/AIDS, yaitu:
1. Dx. 1. Pola nafas tidak efektif b/d
penurunan ekspansi paru, melemahnya otot pernafasan.
Tujuan: klien akan mempertahankan pola nafas yang efektif
Tindakan:
a. Auskultasi bunyi nafas tambahan.
b. catat kemungkinan adanya sianosis, perubahan frekwensi nafas dan
penggunaan otot asesoris.
c. berikan posisi semi fowler
d. lakukan section bila terjadi retensi sekresi jalan nafas
e. Kaji frekwensi nafas, bunyi nafas, batuk dan karakterostik sputum.
26
d. Timbang BB setiap hari.
e. Catat pemasukan cairan mll oral sedikitnya
2500 ml/hr.
27
b. Berikan peawatan oral setiap hari dan setelah makan, gunakan sikat
gigi halus, pasta gigi non abrasif, obat pencuci mulut non alkohol dan
pelembab bibir.
c. Cuci lesi mukosa oral dengan menggunakan hidrogen peroksida
d. Dorong pemasukan oral sedikitnya 2500 ml/hari..
e. Dorong pasien untuk tidak merokok.
28
BAB III
A. Penyajian Data
internasional. Di benua Afrika 1,6 juta orang meninggal setiap tahun karena
2014 Kasus AIDS mencapai 11.868 sedangkan infeksi HIV sebanyak 6.130.
29
urutan ke 7 menjadi urutan ke 5 besar tingkat persebaran HIV/AIDS skala
berbagai daerah lain di Indonesia dengan frekuensi yang relatif tinggi, diduga
Development (IFFD) pada tahun 2011, 148 orang dengan jumlah penderita
HIV/ AIDS, dengan 91 orang AIDS dan 57 orang masih dalam program
observasi
pengetahuan dan kerja sama dalam memerangi penyakit ini, oleh karena itu
AIDS menjadi salah satu masalah besar di Kalimantan Barat yang harus dilihat
Guna menekan penyebaran HIV / AIDS, selain perawat tidak lupa peran
dari tenaga kesehatan lain dan diperlukan kerja sama dari peran serta keluarga
30
B. Pemecahan Masalah
infeksi HIV.
2. Satu-satunya jalan agar tidak terkena infeksi adalah dengan tidak melakukan
hubungan seks atau hanya berhubungan seks dengan satu orang yang
diketahui tidak mengidap infeksi. Pada stuasi lain, kondom lateks harus
secara vaginal, anal atau oral. Kondom lateks dengan pelumas berbahan
31
6. Sikap hati-hati harus dilakukan pada waktu penanganan,pemakaian dan
pembuangan jarum suntik atau semua jenis alat-alat yang berujung tajam
tangan lateks, pelindung mata dan alat pelindung lainnya untuk menghindari
kontak dengan darah atau cairan yang mengandung darah. Setiap tetes darah
pasien yang mengenai tubuh petugas kesehatan harus dicuci dengan air dsan
mencegah kontaminasi HIV pada plasma dan darah. Semua darah donor
32
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
bahwa AIDS merupakan kumpulan gejala atau penyakit yang disebabkan oleh
tahap akhir dari infeksi HIV. Penyebab penyakit AIDS adalah virus yang
B. Saran
Dalam upaya mengatasi penyakit AIDS ada beberapa saran dari penulis
1. Bagi setiap masyarakat hendaknya mau menerapkan pola hidup sehat serta
menjaga Sistem kekebalan atau sistem imun karna sistem ini akan
33
DAFTAR PUSTAKA
34