Anda di halaman 1dari 12

Obat-obatan sistem pencernaan

Pendahuluan
Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut sampai anus) adalah sistem
organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima makanan, mencernanya menjadi zat-zat gizi
dan energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah serta membuang bagian makanan yang
tidak dapat dicerna atau merupakan sisa proses tersebut dari tubuh. Saluran pencernaan terdiri
dari mulut, tenggorokan (faring), kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rektum dan
anus. Sistem pencernaan juga meliputi organ-organ yang terletak diluar saluran pencernaan, yaitu
pankreas, hati dan kandung empedu. Sistem pencernaan berfungsi antara lain menerima
makanan, memecah makanan menjadi zat-zat gizi (suatu proses yang disebut pencernaan),
menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah dan membuang bagian makanan yang tidak dapat
dicerna dari tubuh.
Adapun gangguan pada sistem pencernaan seperti gastritis, hepatitis, diare, konstipasi,
apendiksitis dan maag. Masalah pencernaan dari kategori ringan hingga berat harus segera diatasi
jika tidak akan dapat memperburuk keadaan. Salah satu cara untuk mengatasi sistem pencernaan
adalah dengan mengkonsumsi obat, yang termasuk dalam kategori obat sistem pencernaan
diantaranya Antasida, H2 reseptor antagonis, Antiemetik , Antikolinergik, Hepatoprotektor,
Antibiotik , Proton pompa inhibitor, Prokinetik, Antidiare , Laksatif.
Seperti yang diketahui dalam pelayanan kesehatan, obat merupakan komponen yang penting
karena diperlukan dalam sebagian besar upaya kesehatan baik untuk menghilangkan
gejala/symptom dari suatu penyakit, obat juga dapat mencegah penyakit bahkan obat juga dapat
menyembuhkan penyakit. Tetapi di lain pihak obat dapat menimbulkan efek yang tidak diinginkan
apabila penggunaannya tidak tepat. Oleh sebab itu, penyediaan informasi obat yang benar, objektif
dan lengkap akan sangat mendukung dalam pemberian pelayanan kesehatan yang terbaik kepada
masyarakat sehingga dapat meningkatkan kemanfaatan dan keamanan penggunaan obat.

Pembagian obat sistem pencernaan


Obat Sistem Pencernaan adalah obat yang bekerja pada sistem gastrointestinal . Ada beberapa
klasifikasi dari obat sistem pencernaan diantaranya Antitukak, Antipasmodik, Antasida,
Antiemetik , Antikolinergik, Hepatoprotektor , Prokinetik, Antidiare , Laksatif.
Antasida
Antasida adalah basa-basa lemah yang digunakan untuk menetralisir kelebihan asam lambung
yang menyebabkan timbulnya penyakit tukak lambung atau sakit maag, dengan gejala nyeri hebat
yang berkala. Antasida tergolong obat bebas, mengandung magnesium (Mg +), Aluminium (AL+++),
atau Kalsium (Ca++), dan Simitikon. Antasida berasal dari bahasa lemah, yang jika bereaksi dengan
asam lambung di GI membentuk air dan garam, karena merupakan basa lemah maka jika
berikatan dengan asam yang ada dilambung menyebabkan keasaman berkurang.
Pengobatan dengan obat-obatan antasida bertujuan untuk mengurangi rasa sakit, membuat
penderita lebih tenang dan dapat beristirahat, juga agar penderita tidak mengalami kembung.
Antasida sering dikombinasikan dengan:
Anti kolinergik, yaitu zat yang menekan produksi getah lambung dan melawan kejang- kejang
(contohnya ekstrak belladonae)
Obat penenang / sedativ, yaitu untuk menekan stress karena dapat memicu sekresi asam lambung
(contohnya klordiazepoksida)
Spasmolitik, yaitu untuk melemaskan ketegangan otot lambung – usus dan mengurangi kejang-
kejang (contohnya papaverin)
Dimetikon (dimetilpolisiloksan) berfungsi memperkecil gelembung gas yang timbul sehingga
mudah diserap dengan demikian dapat dicegah masuk angin, kembung, dan sering buang angin
(flatulensi)
Berdasarkan mekanisme kerjanya, obat-obat antasida dapat digolongkan menjadi dua yaitu:
Anti hiperaciditas
Obat dengan kandungan aluminium dan atau magnesium yang bekerja secara kimiawi dengan
mengikat kelebihan HCl dalam lambung. Magnesium atau aluminium tidak larut dalam air dan
dapat bekerja lama di dalam lambung sehingga tujuan pemberian antasida sebagian besar dapat
tercapai. Sediaan yang mengandung magnesium dapat menyebabkan diare (bersifat pencahar)
sedangkan sediaan yang mengandung aluminium dapat menyebabkan konstipasi (sembelit) maka
biasanya kedua senyawa ini dikombinasikan. Persenyawaan molekul antara Mg dan Al disebut
hidrotalsit. (aluminium hidroksida, magnesium karbonat, magnesium trisilikat, kompleks
aluminium magnesium hidrotalsit).
Perintang reseptor H2 (antagonis reseptor H2)
Semua antagonis reseptor H2 menyembuhkan tukak lambung dan duodenum dengan cara
mengurangi sekresi asam lambung sebagai akibat hambatan reseptor H 2. Contoh perintang
reseptor H2 adalah ratinidin dan simetidin sekarang dikenal senyawa baru famotidin dan nizatidin.

Regulator GIT, Antiinflamasi & Antiflatulen (Obat Kembung)


Pada kelompok obat ini adalah obat-obat yang berfungsi sebagai:
Pengatur fungsi dan gerak dari gastrointestinal atau sering disebut regulator GIT
Obat kembung atau antiflatulen digunakan untuk meteorisme
Anti radang atau pembengkakan pada saluran cerna atau disebut antiinflamasi
Obat golongan ini lebih lanjut kita sebut saja sebagai obat kembung. Beberapa Obat kembung yang
beredar di Indonesia adalah:
Cisapride
Cisapride adalah obat yang meningkatkan pergerakan atau kontraksi dari lambung dan usus. Obat ini
digunakan untuk mengobati gejala seperti kembung yang disebabkan kembalinya asam lambung ke
esophagus
Dimethicone dan derivatnya
Dimethicone mempunyai nama lain dimethylpolysiloxane. Derivatnya adalah simethicone yang
merupakan campuran polydiethylpolysiloxane. Merupakan obat antifoaming yang diperuntukan untuk
mengurangi kembung, ketidaknyamanan dan sakit yang disebabkan kelebihan gas pada saluran cerna
dan usus. Cara kerjanya dengan menurunkan tegangan permukaan dari gas sehingga buih di dalam
pencernaan membentuk gelembung yang besar yang mudah dikeluarkan oleh tubuh
Clebopride
Diindikasikan untuk mual & muntah yang disebabkan berbagai hal baik obat maupun penyakit

Metoclopramide
Metoclopramide merupakan benzamida tersubstitusi yang merangsang motilitas saluran pencernaan
makanan tanpa mempengaruhi sekresi lambung, empedu atau pankreas. Metoclopramide mempunyai
aktivitas parasimpatomimetik dan mempunyai sifat antagonis reseptor dopamin dengan efek langsung
pada kemoreseptor "trigger zone". Metoclopramide kemungkinan juga mempunyai sifat antagonis
reseptor serotonin
Domperidone
Domperidone merupakan antagonis dopamine yang mempunyai kerja antiemetik prokinetik, dengan
efek seperti metoclopramide. Karena tidak menembus aliran darah reaksi ekstrapiramidial jarang sekali
terjadi. Pemberian peroral domperidone menambah lamanya kontraksi antral dan duodenum,
meningkatkan pengosongan lambung dan tekanan pada esofagus sprinkter
Hyoscine
Merupakan alkaloid yang bersifat antikolinergik dengan fungsi untuk gangguan kontraksi saluran
pencernaan, kandung empedu, saluran kemih dan saluran alat kelamin wanita. Sediaannya biasanya
dikombinasi dengan metampiron atau paracetamol
Mesalazine
Mesalazine termasuk golongan obat aminosalisilat. Oabt ini digunakan untuk mengurangi
pembengkakan pada radang usus besar. Akibat radang usus besar terjadinya pembengkakan dan
pendarahan apda usu besar yang menyebabkan gejala sakit pada abdominal dan diare bercampur
darah, nanah dan lendir. Mesalazine bekerja dengan mengurangi pembengkakan pada usus, sehingga
mengurangi gejala yang disebabkan penyakit

DIGESTIVA
Digestiva adalah obat-obat yang digunakan untuk membantu proses pencernaan lambung usus
terutama pada keadaan defisiensi zat pembantu pencernaan.
Penggolongan digestive antara lain adalah :
Enzim pankreas
Enzim pankreas dalam sediaan dikenal sebagai pankreatin dan pankrelipase. Kedua zat tersebut
mengandung amilase, tripsin (protease) dan lipase. Pankrelipase berasal dari pankreas hewan, aktivitas
lipasenya relatif lebih tinggi daripada pankreatin. Pankrelipase diindikasikan pada keadaan defesiensi
sekret pankreas misalnya pada pankreatitis dan mukovisidosis. Ennzim ini dirusak asam lambung
sehingga harus dibuat dalam bentuk tablet enteral. Enzim pankreas sedikit sekali menyebabkan efek
samping. Dosis tinggi dapat menyebabkan mual dan diare dan juga hiperurisemia.

Pepsin
Pepsin adalah enzim proteolitik yang kurang penting dibanding dengan enzim pankreas. Pada defisiensi
pepsin, tidak ditemukan gejala yang serius. Defisiensi pepsin total ditemukan pada pasien aklorhidria.
Kegagalan lambung untuk mensekresi pepsin dan asam dengan rangsangan yang adekuat disebut
akilia gastrika, sering terjadi pada pasien anemia pernisiosa dan karsinoma lambung

Empedu
Empedu mengandung asam empedu dan konjugatnya. Zat empedu yang penting untuk manusia ialah
garam natrium asam kolat dan asam kenodeoksikolat. Selain penting untuk penyerapan lemak, empedu
juga penting untuk absorpsi zat larut lemak misalnya vitamin A, D, E dan K. Dalam jumlah besar, garam
empedu dapat menetralkan asam lambung yang masuk ke duodenum. Pada keadaan normal hati
mensekresi ± 24 g garam empedu atau 700
- 1000 ml cairan empedu/hari. Kira-kira 85 % empedu diabsorpsi pada usus kecil bagian bawah
(sirkulasi enterohepatik), sehingga hanya 80 mg garam empedu yang harus disintesis perharinya.
Asam-asam empedu meningkatkan sekresi empedu dan disebut zat koleretik, garam empedu kurang
memperlihatkan aktivitas koleretik. Asam dehidrokolat suatu kolat semisintetik terutama aktif untuk
merangsang empedu dengan BM (Berat molekul) rendah karena itu dinamakan zaat hidrokoleretik. Zat
ini hanya merangsang pengeluaran empedu dan bukan prosuksi empedu. Berbeda dengan asam kolat,
asam kenodeoksikolat menurunkan kadar kolesterol dalam empedu. Obat ini berguna untuk mengatasi
batu kolesterol kandung empedu pada pasien tertentu. Asam kenodeoksikolat bekerja dengan
menurunkan absorpsi kolesterol dari usus dan menurunkan sintesis kolesterol. Bila kadar asam
kenodeoksikolat mencapai 70 % empedu total, maka larutan empedu yang tadinya jenuh kolesterol
menjadi tidak jenuh. Garam empedu menurunkan resistensi mukosa saluran cerna terhadap asam
lambung.Kenyataan ini diduga mempunyai implikasi terhadap terjadinya gastritis, tkak peptik dan refluks
esofagus.

Transkuilier (obat penenang)


Transkuiliser memliki efek yang minimal dalam mencegah dan mengobati tukak. obat ini
mengurangi perangsangan vagal dan menurunkan kecemasan. Contoh Librax, yaitu kombinasi
ansiolitik klordiasepoksid (librium) dan antikolinergik clidinium (Qarzan), dipakai dalam
mengobati tukak.
Adapun Golongan Obat Penenang :
Dari golongan benzodiazepin
Golongan yang paling sering digunakan adalah golongan benzodiazepin. Obat ini mempercepat
relaksasi mental dan fisik dengan cara mengurangi aktivitas saraf di dalam otak. Tetapi
benzodiazepin bisa menyebabkan ketergantungan fisik dan
pemakaian pada alkoholik harus sangat hati-hati. Obat cemas dari golongan benzodiazepin adalah
alprazolam, klordiazepoksid (chlordiazepoxide), lorazepam, oksazolam (oxazolam), klobazam
(clobazame) dan diazepam.
Buspirone
Obat cemas dari golongan azaspirodekanedion adalah buspiron (buspirone). Obat cemas ini
merupakan anti ansietas yang efek sedatifnya relatif ringan dan tidak bereaksi dengan alkohol.
Diduga resiko timbulnya toleransi dan ketergantungan juga kecil. Efeknya baru timbul setelah 10-
15 hari, sehingga hanya digunakan untuk mengobati penyakit kecemasan menyeluruh.
Hydroxyzine
Sedangkan obat cemas dari golongan piperazine adalah hydroxyzine. Hydroxyzine diindikasikan
untuk menghilngkan gejala ansietas dan ketegangan yang berhubungan dengan psikoneurosis
atau terapi tambahan untuk penyakit lainnya yang menyebabkan kecemasan. Hydroxyzine dapat
menyebabkan kantuk dan menghilangkan kesadaran, sehingga dianjurkan untuk tidak
mengendarai kendaraan atau mengoperasikan mesin. Hydroxyzine dapat menyebabkan
kekeringan pada mulut, hidung da tenggorokan. Jika kekeringan berlanjut hingga lebih dari dua
minggu maka harus diperiksakan lebih lanjut.

Antipasmodik,
Antipasmodik merupakan golongsn obat yang memiliki sifat sebagai relaksan otot polos (lebih
tepatnya anti muskarinik) dan antagonis reseptor-dopamin tertentu. Meskipun antipasmodik
dapat mengurangi spasme usus, tetapi penggunaanya dalam dispepsia bukan tukak, sindrom usus
irritable dan penyakit divertikular hanya bermanfaat sebagai penobatan tambahan. Manfaat klinik
anti sekresi lambung obat anti muskarinik konvensional relatif kecil, karena dosisnya dibatasi
oleh efek samping senyawa mirip antropin. Selain itu, keberadaannya telah digantikan oleh obat-
obat anti sekresi yang lebih kuat dan spesifik, yakni antagonis reseptor-H2 histamin dan anti
muskarinik selektif pirenzevin.
Antipasmodik obat yang digunakan untuk mengatasi kejang pada saluran cerna yang mungkin
disebabkan diare, gastritis, tukak peptik dan sebagainya. Beberapa contoh adalah Hyoscine (Obat
ini beraksi pada sistem saraf otonom dan mencegah kejang otot), Clidinium (Kombinasi
chlordiazepoxide dan clidinium bromide digunakan untuk mengobati lambung yang luka dan
teriritasi. Obat ini membantu mengobati kram perut dan abdominal, Mebeverine, Papaverine,
(golongan alkaloid opium yang diindikasikan untuk kolik kandungan empedu dan ginjal dimana
dibutuhkan relaksasi pada otot polos, emboli perifer dan mesenterik, Timepidium, Pramiverine,
Tiemonium.

Penggolongan anti spasmodik:


Hyoscine
Obat ini beraksi pada sistem saraf otonom dan mencegah kejang otot. Obat ini biasa digunakan untuk
pra pengobatan untuk mengosongkan secresi paru-paru. Obat ini juga digunakan untuk pengobatan
tukak lambung
Clidinium
Kombinasi chlordiazepoxide dan clidinium bromide digunakan untuk mengobati lambung yang luka dan
teriritasi. Obat ini membantu mengobati kram perut dan abdominal. Chlordiazepoxide dapat
menyebabkan kecanduan. Meskipun demikian, sewaktu mengkonsumsi chlordiazepoxide dan clidinium
bromide, jangan minum dengan dosis besar atau minum lebih lama dari yang dokter resepkan.
Toleransi mungkin terjadi karena pemakaian jangka panjang atau berlebihan yang membuat
pengobatan kurag efektif. Obat ini harus dikonsumsi secara teratur agar pengobatannya efektif. Jangan
lewatkan dosis walaupun anda pikir anda tak membutuhkannya. Jangan konsumsi kombinasi obat ini
lebih dari 4 bulan atau menghentikan pengobatan tanpa konsultasi ke dokter anda terlebih dahlu.
Penghentian obat yang mendadak akan memperparah kondisi penyakit anda dan menimbulkan gejala
withdrawal symptoms (anxiousness, sleeplessness, and irritability)
Mebeverine
Obat ini digolongkan sebagai obat antispasmodic. Mebeverine digunakan untuk mengobati kram dan
kejang pada perut dan usus. Mebeverine khususnya digunakan dalam pengobatan irritable bowel
syndrome (IBS) dan konsisi sejenis. Di Indonesia Mebeverine hanya tersedia dalam bentuk tablet
Papaverine
Papaverine digunakan untuk meningkatkan peredaran darah pada pasien dengan masalah sirkulasi
darah. Papaverine bekerja dengan merelaksasi saluran darah sehingga darah dapat mengalir lebih
mudah ke jantung dan seluruh tubuh. Papaverine adalah golongan alkaloid opium yang diindikasikan
untuk kolik kandungan empedu dan ginjal dimana dibutuhkan relaksasi pada otot polos, emboli perifer
dan mesenterik. Sediaannya selain tunggal juga ada yang dikombinasi dengan obat Metamizole
Timepidiu
Timepidium diindikasikan untuk sakit akibat spasme/kejang otot halus yang disebabkan oleh gastritis
(radang lambung), ulkus peptikum, pankreatitis, penyakit kandung empedu dan saluran empedu,
lithangiuria
Pramiverine
Pramiverine diindikasikan untuk spasme/kejang dan kolik yang terasa sangat sakit pada saluran
pencernaan, saluran empedu, dan saluran kemih, dismenore (nyeri perut pada saat haid), nyeri setelah
operasi
Tiemonium
Tiemonium Methylsulfate adalah obat antispasmodic antikolinergik sintetis. Tiemonium mengurangi
kejang otot pada usus, bilari, kandung kemih, dan uterus. Tiemonium diindikasikan untuk nyeri pada
penyakit gastrointestinal dan biliary and seperty gastroenteritis, diare, disentri, biliary colic, enterocolitis,
cholecystitis, colonopathies

Hepatoprotektor
Obat-obat protektor hati adalah obat-obat yang digunakan sebagai vitamin tambahan untuk
melindungi, meringankan atau menghilangkan gangguan fungsi hati kerena adanya bahan kimia,
penyakit kuning atau gangguan dalam penyaringan lemak oleh hati. Pada umumnya obat-obat
golongan ini mengandung asam-asam amino, kandungan dari tanaman kurkuma (kurkumin) dan
zat-zat lipotropik seperti methionin dan cholin. Methionin memiliki peranan penting dalam
metabolisme hati sehingga digunakan untuk melawan keracunan yang disebabkan oleh
hepatotoksin. Sedangkan choline adalah suatu zat yang dapat mencegah dan menghilangkan
perembesan lemak kedalam hati dan juga bekerja melawan keracunan. Obat-obat ini sebaiknya
jangan digunakan pada penderita penyakit hati yang berat karena pada dosis besar dapat
memperparah keadaan.

Antidiare
Diare adalah peningkatan volume, keenceran atau frekuensi buang air besar. Perubahan frekuensi
& konsistensi dari kondisi normal. Dalam keadaan normal, tinja mengandung 60- 90% air, pada
diare airnya bisa mencapai lebih dari 90%. Diare merupakan suatu gejala, pengobatannya
tergantung pada penyebabnya.
Proses pengobatan diare dilakukan dengan :
untuk membantu meringankan diare, diberikan obat seperti difenoksilat, codein, paregorik
(opium tinctur) atau loperamide.
untuk membantu mengeraskan tinja bisa diberikan kaolin, pektin dan attapulgit aktif.
diarenya berat /dehidrasi, maka penderita perlu dirawat di rumah sakit dan diberikan cairan
pengganti dan garam melalui infus.
Diare terjadi karena adanya rangsangan terhadap saraf otonom di dinding usus sehingga
menimbulkan reflek mempercepat peristaltik usus, rangsangan ini dapat ditimbulkan oleh:
infeksi oleh bakteri patogen misalnya bakteri colie
infeksi oleh kuman thypus (kadang-kadang) dan kolera
infeksi oleh virus misalnya influenza perut dan “travellers diarre
akibat dari penyakit cacing (cacing gelang, cacing pita)
keracunan makanan atau minuman
gangguan gizi
pengaruh enzym tertentu
pengaruh saraf (terkejut, takut dan sebagainya)
Diare juga dapat merupakan salah satu gejala penyakit seperti kanker pada usus

Antidiare adalah obat-obatan yang digunakan untuk menanggulangi atau mengobati penyakit
yang disebabkan oleh bakteri atau kuman, virus, cacing atau keracunan makanan. Gejala diare
adalah buang air besar berulang kali dengan banyak cairan kadang-kadang disertai mulas (kejang-
kejang perut) kadang-kadang disertai darah atau lendir. Anti diare yang ideal harus bekerja cepat,
tidak menyebabkan konstipasi, mempunyai indeks terapeutik yang tinggi, tidak mempunyai efek
buruk terhadap sistem saraf pusat, tidak menyebabkan ketergantungan.

Penggolonga Obat – obat yang diberikan untuk mengobati diare ini dapat berupa :
Obstipansia
Untuk terapi simptomatis dengan tujuan untuk menghentikan diare, yaitu dengan cara:
menekan peristaltik usus, misalnya loperamid
menciutkan selaput usus atau adstringen, contohnya tannin
pemberian adsorben untuk menyerap racun yang dihasilkan bakteri atau racun penyebab diare
yang lain misalnya, carbo-adsorben, kaolin
pemberian mucilagountuk melindungi selaput lendir usus yang luka.
Spasmolitik
Zat yang dapat melemaskan kejang-kejang otot perut (nyeri perut) pada diare misalnya Atropin
sulfat.
Kemoterapi
Untuk terapi kausal yaitu memusnahkan bakteri penyebab penyakit digunakan obat golongan
sulfonamida atau antibiotik

Ada beberapa penyakit infeksi usus lain yang menyebabkan diare, antara lain:
Kolera
Penyakit infeksi usus disebabkan bakteri Vibrio cholarae asiatica atau Vibrio cholerae eltor. Gejala-
gejala kolera adalah diare seperti air beras, muntah-muntah dan kejang- kejang, anuria
(terhentinya pengeluaran air seni)
Pengobatannya adalah dengan pemberian oralit atau teh susu untuk menghindari bahaya
dehidrasi disusul dengan pemberian antibiotik (tetrasiklin, kloramfenicol) sebagai terapi kausal
Disentri basile
Disebut juga shigellosis adalah penyakit infeksi usus yang diakibatkan oleh beberapa jenis basil
gram negatif genusshigella
Ciri-ciri penyakit:
Kejang dan nyeri perut
Mulas waktu buang air besar
Diare berlendir dan berdarah
Obat-obat yang biasa dipakai antara lain:
Golongan sulfonamida (sulfadiazin dan derivatnya serta kotrimoksazol
Golongan antibiotik (ampisilin, tetrasiklin
Thypus
Disebabkan oleh salmonella typhosa yang menyerang usus penderita dengan gejala demam tinggi
secara berkala, nyeri kepala, lidah menjadi putih dan bila terjadi perforasi usus, terjadi diare
berdarah.
Pengobatan thypus:
Chloramfenicol : merupakan obat pilihan (drug of choice). Efek samping mengakibatkan anemia
aplastis
Kotrimoksazol merupakan obat pilihan lainnya pada pemakaian lama (lebih dari 14 hari) dapat
menimbulkan gangguan darah
Antibiotik lain seperti ampisilin – amoksisilin dan tetrasiklin, baru digunakan bila terjadi
resistensi terhadap chlorampenicol atau kotrimoksazol

Sebelum diberikan obat yang tepat maka pertolongan pertama pengobatan diare akut seperti
pada gastro enteritis ialah mencegah atau mengatasi pengeluaran cairan atau elektrolit yang
berlebihan (dehidrasi) terutama pada pasien bayi dan usia lanjut, karena dehidrasi dapat
mengakibatkan kematian.
Gejala dehidrasi : haus, mulut dan bibir kering, kulit menjadi keriput (kehilangan turgor),
berkurangnya air kemih, berat badan turun dan gelisah. Pencegahan dehidrasi dilakukan dengan
pemberian larutan oralit, yaitu campuran dari NaCl 3,5 gram, KCl 1,5 gram, NaHCO3 2,5 gram dan
Glukosa 20 gram. Atau dengan memberikan larutan infus secara intra vena antara lain Larutan
NaCl 0,9 % ( normal saline) dan Larutan Na. Laktat majemuk ( ringer laktat).

Laksatif
Sembelit (konstipasi) adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami kesulitan buang air
besar atau jarang buang air besar. Jika konstipasi disebabkan oleh suatu penyakit, maka
penyakitnya harus diobati. Pencahar atau laxantia adalah obat-obat / zat yang dapat mempercepat
peristaltik usus sehingga mempermudah/ melancarkan buang air besar. Mekanisme kerjanya
adalah dengan cara merangsang susunan saraf otonom para-simpatis agar usus mengadakan
gerakan peristaltik dan mendorong isinya keluar. Pencegahan dan pengobatan terbaik untuk
konstipasi adalah gabungan dari olah raga, makanan kaya serat. Sayur-sayuran, buah-buahan dan
gandum merupakan sumber serat yang baik.
Penggunaan:
Obat pencahar digunakan untuk :
Pada keadaan sembelit (konstipasi) karena pengaruh efek samping obat kurang minum, kurang
mengkomsumsi makanan berserat
Pada pasien dengan resiko pendarahan, pada angina pektoris atau resiko
Pendarahan rektal pada hemoroid (wasir)
Untuk membersihkan saluran cerna sebelum pembedahan dan prosedur radiologi
Untuk pengeluaran parasit setelah pemberian antelmentik
Penggunaan pencahar pada anak-anak harus dihindari kecuali diresepkan oleh dokter

Penggolongan:
Berdasarkan mekanisme kerja dan sifat kimianya, pencahar digolongkan sebagai berikut:
Zat-zat perangsang dinding usus
Merangsang dinding usus besar misalnya glikosida antrakinon (rhei, sennae, aloe, bisakodil,
dantron
Merangsang dinding usus kecil misalnya oleum ricini /minyak jarak (sudah tidak dipakai) dan
kalomel
Zat-zat yang dapat memperbesar isi usus
Obat yang bekerja dengan jalan menahan cairan dalam usus secara osmosis (pencahar osmotik),
contohnya magnesium sulfat (garam Inggris) , natrium fosfat. Enema fosfat bermanfaat dalam
membersihkan usus sebelum prosedur radiologi, endoskopi dan bedah. Natrium sulfat harus
dihindari karena pada individu yang rentan dapat menyebabkan retensi air dan natrium
Obat yang dapat mengembang dalam usus, misalnya agar-agar, carboksil metil cellulose (CMC)
dan tylose
Serat juga dapat digunakan karena tidak dapat dicernakan, seperti buah-buahan dan sayuran
Zat pelicin atau pelunak tinja
Zat ini dapat mempermudah defikasi karena memperlunak tinja dan memperlicin jalannya
defekasi. Contohnya paraffin cair, suppositoria dengan gliserin, klisma dengan larutan sabun dll.

Golongan obat-obat pencahar yang biasa digunakan adalah :


Bulking Agents. Bulking agents (gandum, psilium, kalsium
polikarbofil dan metilselulosa) bisa menambahkan serat pada tinja.
Pelunak Tinja. Dokusat akan meningkatkan jumlah air yang dapat diserap oleh tinja.
Minyak Mineral. Minyak mineral akan melunakkan tinja dan memudahkannya keluar dari tubuh.
Bahan Osmotik. Bahan-bahan osmotik mendorong sejumlah besar air ke dalam usus besar,
sehingga tinja menjadi lunak dan mudah dilepaskan.Cairan yang berlebihan juga meregangkan
dinding usus besar dan merangsang kontraksi. Pencahar ini mengandung garam-garam (fosfat,
sulfat dan magnesium) atau gula (laktulosa dan sorbitol).
Pencahar Perangsang.
langsung merangsang dinding usus besar untuk berkontraksi dan mengeluarkan isinya.
Mengandung substansi yang dapat mengiritasi seperti senna, kaskara, fenolftalein, bisakodil atau
minyak kastor. bekerja setelah 6-8 jam dan menghasilkan tinja setengah padat, tapi sering
menyebabkan kram perut. Dalam bentuk supositoria (obat yang dimasukkan melalui lubang
dubur), akan bekerja setelah 15-60 menit.jangka panjang menyebabkan kerusakan pada usus
besar, juga seseorang bisa menjadi tergantung pada obat ini sehingga usus menjadi malas
berkontraksi (Lazy Bowel Syndromes).
Indikasi : untuk mengosongkan usus besar sebelum proses diagnostik dan untuk mencegah atau
mengobati konstipasi yang disebabkan karena obat yang memperlambat kontraksi usus besar
(misalnya narkotik).Adapun salah satu contoh dari obat laksatif yang biasa digunakan oleh
masyarakat luas adalah DULCOLAX.

OBAT HEMOROID
Hemoroid (Wasir) adalah pembengkakan jaringan yang mengandung pembuluh balik (vena) dan
terletak di dinding rektum dan anus. Wasir yang tetap berada di anus disebut hemoroid interna
(wasir dalam) dan wasir yang keluar dari anus disebut hemoroid eksternal (wasir luar). Wasir
bisa terjadi karena mengeluarkan darah, terutama setelah buang air besar, sehingga tinja
mengandung darah atau terdapat bercak darah di handuk ataupun tisu kamar mandi. Darahnya
bisa membuat air di kakus menjadi merah. Lama kelamaan wasir dapat menyebabkan
penderitanya mengalami kehilangan darah yang berat atau anemia sehingga memerlukan
transfusi darah.Wasir yang menonjol keluar mungkin harus dimasukkan kembali dengan tangan
perlahan-lahan atau bisa juga masuk dengan sendirinya. Wasir dapat membengkak dan menjadi
nyeri bila permukaannya terkena gesekan atau jika di dalamnya terbentuknya pembekuan
darah.Kadang-kadang, wasir bisa juga menyabakan keluarnya lendir dan menimbulkan perasaan
bahwa masih ada isi rektum yang belum dikeluarkan. Perut terasa mau jebol karena banyak tinja
yang tertahan akibat takut mengalamai rasa sakit saat buang air besar. Gatal pada daerah anus
(pruritus ani) bisa menjadi gejala dari wasir. Rasa gatal ini terjadi karena keadaan wasir yang
terkeluar itu menghambat pembersihan anus secara efisien, dapat menyebabkan partikel-partikel
kecil dari feses menumpuk pada kulit perianal dan bekerja sebagai iritan. Iritan ini dapat
berpotensi menjadi kanker bila tidak segera ditangani. Ada juga yang mengalami rasa sakit di
bagian tulang belakang bagian bawah. Biasanya, gejala itu di alami oleh penderita yang sudah
pada ambeien stadium 2.Penyakit hati menyebabkan kenaikan tekanan darah pada vena portal
dan kadang-kadang menyebabkan terbentuknya wasir.
Pengobatan Hemoroid/Wasir biasanya, tidak membutuhkan pengobatan kecuali bila
menyebabkan gejala.
Obat pelunak tinja atau psilium bisa mengurangi sembelit dan peregangan yang menyertainya.
Suntikan skleroterapi diberikan kepada penderita wasir yang mengalami perdarahan. Dengan
suntikan ini, vena digantikan oleh jaringan parut.
Wasir dalam yang besar dan tidak bereaksi terhadap suntikan skleroterapi, diikat dengan pita
karet. Cara ini, disebut ligasi pita karet, meyebabkan wasir menjadi layu dan putus tanpa rasa
sakit.
Pengobatan dilakukan dengan selang waktu 2 minggu atau lebih. Mungkin 3-6 kali pengobatan.
Wasir juga bisa dihancurkan dengan menggunakan laser (perusakan laser), sinar infra merah
(fotokoagulasi infra merah) atau dengan arus listrik (elektrokoagulasi).
Pembedahan mungkin digunakan bila pengobatan lain gagal.
Kandungan obat hemoroid / wasir
Polidocanol, sediaan injeksi (ampul).Senyawa bismuth dan kombinasinya, Kombinasi
Hydrokortison, suppositoria.Ekstrak tumbuh-tumbuhan, Graptophyllum pictum, Sophora japonica
, dllSenyawa flucortolone dan kombinasi senyawa alumunium, senyawa zink, hydrokortison dan
lidokain dalam bentuk krim.
Kandungan obat hemoroid / wasir di Indonesia bisa dijabarkan sebagai berikut:
Polidocanol
Polidocanol untuk wasir / hemoroid dalam bentuk sediaan injeksi (ampul)
Senyawa bismuth dan kombinasinya
Terdapat kombinasi dengan Hydrokortison, sediaan obat wasir ini biasa dalam bentuk suppositoria
Ekstrak tumbuh-tumbuhan
Banyak zat berkhasiat dari ekstrak tumbuh-tumbuhan yang digunakan untuk mengurangi gejala
penyakit. Seperti : Graptophyllum pictum, Sophora japonica , Rubia cordifolia , Coleus atropurpureus ,
Sanguisorba officinalis , Kaemferiae angustifoliae , Curcuma heyneanae
Senyawa flucortolone dan kombinasinya
Sediaan yang tersedia untuk obat wasir dengan kandungan zat aktif ini adalah suppositoria dan krim
untuk pemaakian lokal. Selain obat di atas juga ada kombinasi lainnya senyawa alumunium, senyawa
zink, hydrokortison dan lidokain dalam bentuk krim. Pada obat ini Lidokain berfungsi untuk
menghilangkan rasa tidakenak/sakit karena bersifat bius lokal

KOLAGOGA
Kolagoga adalah zat atau obat yang digunakan sebagai peluruh atau penghancur batu empedu. Batu
empedu merupakan penyakit yang terjadi di saluran atau kandung empedu Faktor pencetusnya
meliputi hiperkolesterolemia, penyumbatan disaluran empedu dan radang saluran empedu.
Terdapat tiga jenis batu empedu yakni batu kolesterol, batu pigmen dan batu kalsium karbonat
(kebanyakan yang terjadi batu empedu campuran). Terapi batu empedu dengan obat perannya relatif
kecil bila dibandingkan dengan tehnik pembedahan atau endoskopi.dan laparoskopi Terapi dengan
obat cocok untuk pasien yang gejalanya ringan :
Fungsi kandung empedu tidak terganggu
Ukuran batu empedu kecil sampai sedang

Pencegahan jangka panjang mungkin diperlukan setelah batu empedunya melarut atau dibuang,
karena dapat terjadi kembali pada sebagian pasien sesudah pengobatan dihentikan. Obat yang sering
digunakan untuk membantu melarutkan batu empedu adalah asam kenodeoksikolat dan asam
ursodeoksikolat. Pasien batu empedu dianjurkan melakukan diet kolesterol dan pengobatan
dilanjutkan sampai 3 atau 4 bulan sesedah batunya melarut.
DAFTAR PUSTAKA

Effendi, Nasrul. (1998). Dasar-dasar Kesehatan Masyarakat. Jakarta : EGC Santoso B. Farmakokinetika
klinik. Cermin Dunia Kedokteran No 37. 1985
Katzung BG. Basic principle. 10th ed. Basic and Clinical Pharmacology. McGraw Hill.San Fransisco.2006

Tambahan:
Omeprazole
Omeprazole merupakan substitut benzimidazole yang berperan sebagai prodrug yang menjadi
PPI. Omeprazole merupakan basa lemah dan terkonsentrasi pada kanalikuli sekretoris dari sel
parietal lambung. Omeprazole menginhibisi pompa enzim. Dosis awal omeprazole hanya akan
menginhibisi pompa proton pada permukaan luminal, dosis tambahan diperlukan untuk
menginhibisi pompapompa tambahan tersebut. Makadari itu, omeprazole memerlukan beberapa
hari untuk memberikan efek maksimalnya untuk mengurangi sekresi asam lambung. Pemberian
harian menimbulkan 66% inhibisi terhadap sekresi asam lambung selama 5 hari. Penghentian
konsumsi omeprazole juga tidak akan seketika mengembalikan sekresi asam lambung. Gambar
35-7 Omeprazole. Omeprazole memberikan efek inhibisi yang cukup lama terhadap sekresi asam
lambung tanpa memerhatikan stimulus, dan omeprazole juga menginhibisi sekresi asam lambung
siang hari, nokturnal, maupun yang distimulasi makananserta lebih kuat dibandingkan antagonis
reseptor H2. Obat ini menyembuhkan ulkus duodenal dan kemungkinan juga ulkus lambung lebih
cepat dibandingkan antagonis reseptor H2. Pada pasien dengan ulkus peptikum dengan
perdarahan aktif, terapi dengan omeprazole menurunkan tingkat perdarahan dan keperluan
untuk tindakan operasi. Omeprazole lebih superior terhadap antagonis reseptor H2 untuk terapi
refluks esofagitis dan merupakan terapi farmakologis terbaik untuk sindrom Zollinger-Ellison.

Terapi preoperatif Omeprazole


sebagai terapi preoperatif efektif meningkatkan pH cairan lambung dan menurunkan volume
cairan lambung pada anak-anak dan orang dewasa. Onset dari efek antisekretorik omeprazole
setelah pemberian dosis tunggal (20 mg) didapatkan dalam 2 – 6 jam. Durasi kerjanya memanjang
(>24 jam) karena obat ini terkonsentrasi secara selektif pada lingkungan asam dari sel parietal
lambung. Omeprazole, 20 mg yang dikonsumsi secara oral pada malam sebelum operasi
dilakukan, meningkatakan pH cairan lambung, sedangkan pemberian pada hari operasi dilakukan
(hingga 3 jam sebelum induksi anestesi), gagal memperbaiki kondisi asam dari cairan lambung.
Hal ini mengindikasikan bahwa omeprazole oral harus diberikan >3 jam sebelum induksi anestesi
untuk memastikan efek kemoprofilaksis yang adekuat.

Efek samping Omeprazole


melewati sawar darah otak dan dapat mengakibatkan nyeri kepala, agitasi, dan kebingungan. Efek
samping pada saluran cerna meliputi nyeri perut, perut kembung akibat penumbukan gas, mual,
dan muntah. Pertumbuhan berlebih bakteri pada usus halus dapat terjadi akibat supresi suasana
asam. Tidak diperlukan penurunan dosis PPI meskipun pasien memiliki disfungsi ginjal dan liver.

Prokinetik Gastrointestinal
Obat-obatan yang memodulasi motilitas saluran cerna menghasilkan efek terapeutiknya dengan
meningkatkan tonus sfinkter esofagus bagian bawah, meningkatkan kontraksi peristaltik, dan
mempercepat pengosongan lambung. 4.1 Penghambat Dopamin a) Metoclopramide
Metoclopramide bekerja sebagai prokinetik gastrointestinal yang menigkatkan tonus sfinkter
esofagus bagian bawah dan menstimulasi motilitas saluran cerna bagian atas pada orang normal
dan parturien. Obat ini merupakan satu-satunya yang disetujui oleh U.S Food and Drug
Administration (FDA) untuk terapi gastroparesis diabetikum. Sekresi ion hidrogen lambung tidak
dipengaruhi. Efek akhirnya adalah percepatan pengosongan lambung dan mempersingkat waktu
transit pada usus halus. b)

Domperidone
Domperidone merupakan derivat benzimidazole, yang seperti metoclopramide, bekerja sebagai
antagonis spesifik dopamine yang menstimulasi peristaltik pada saluran cerna, mempercepat
waktu pengosongan lambung, dan meningkatkan tonus sfinkter esofagus bagian bawah.
Domperidone saat ini tidak diperjualbelikan di Amerika Serikat. Tidak seperti metoclopramide,
domperidone tidak dengan mudah melewati sawar darah otak dan tidak memiliki aktivitas
antikolinergik. Aktivitas gastrokinetiknya didapatkan dari aktivitas dopaminergik perifer.
Mengingat efek dopaminergiknya yang kurang pada sistem saraf pusat, obat ini tidak
berhubungan dengan gejala ekstrapiramidal. Namun, obat ini memengaruhi sekresi prolaktin oleh
kelenjar pituitari. FDA melarang pemasaran domperidone karena kekhawatiran terhadap wanita
menyusui yang sengaja menggunakan obat ini untuk meningkatkan produksi ASI karena terdapat
risiko terhadap jantung yang berhubungan dengan penggunaan domperidone, seperti aritmia,
henti jantung, dan kematian mendadak. Kegunaan atau nilai domperidone sebagai profilaksis atau
terapi untuk mual dan muntah pasca operasi masih belum jelas.

Mekanisme
Metoclopramide menghasilkan stimulasi kolinergik selektif pada saluran cerna yang meliputi (a)
peningkatan kinerja otot polos pada sfinkter esofagus dan fundus lambung, (b) meningkatkan
motilitas lambung dan usus halus, dan (c) relaksasi pilorus dan duodenum selama kontraksi
lambung. Efek stimulasi kolinergik dari metoclopramide terbatas pada otot halus saluran cerna
bagian proksimal. Terdapat bukti bahwa metoclopramide mensensitisasi otot polos saluran cerna
terhadap efek dari asetilkolin, yang menjelaskan bahwa metoclopramide memerlukan adanya
aktivitas kolinergik untuk dapat bekerja efektif. Aktivitas postsinaps dihasilkan dari kemampuan
metoclopramide untuk melepaskan asetilkoloin. Atropin bekerja melawan efek metoclopramide
yang meningkatkan tonus sfinkter esofagus bagian bawah dan hipermotilitas saluran cerna. Hal
tersebut mengindikasikan bahwa metoclopramide bekerja pada saraf kolinergik post-ganglion,
intrinsic terhadap dinding saluran cerna. Metoclopramide bekerja sebagai antagonis reseptor
dopamine. Namun, metoclopramide mampu melewati sawar darah otak dan, didalam SSP, inhibisi
metoclopramide terhadap reseptor dopamine dapat mengakibatkan efek samping ekstrapiramidal
yang signifikan. Efek antagonisme ini juga menstimulasi sekresi prolaktin, tetapi rasio risiko-
keuntungannya dianggap lebih aman dibandingkan domperidone. Efek antagonisme tehadap
dopamine yang dihasilkan oleh metoclopramide juga memberikan efek pada zona pembangkitan
kemoreseptor (terletak diluar sawar darah otak) yang berkontribusi terhadap efek antiemetik.

Farmakokinetik Metoclopramide
dengan cepat diabsorpsi setelah pemberian secara oral, mencapai konsentrasi plasma puncak
dalam waktu 40 – 120 menit. Metabolisme first-pass hepatik yang masif membatasi
bioavailabilitasnya hingga 75%. Kebanyakan pasien mencapai konsentrasi terapeutik yakni 40 –
80 ng/mL setelah pemberian 10 mg metoclopramide secara oral. Waktu paruh eliminasinya yakni
2 – 4 jam. Metoclopramide dapat secara langsung melewati sawar darah otak dan plasenta.
Konsentrasi metoclopramide pada ASI dapat melebihi konsentrasinya pada plasma. Sebanyak
85% dari dosis oral obat ini terdeteksi pada urin. Gangguan fungsi ginjal memperpanjang waktu
eliminasinya dan diperlukan penurunan dosis.

4.1.4 Penggunaan klinis


Kegunaan klinis dari metoclopramide meliputi (a) penurunan volume cairan lambung preoperatif,
(b) efek antiemetik, (c) sebagai terapi gastroparesis, (d) terapi simptomatis refluks
gastroesofageal, dan (e) intoleransi terhadap terapi nutrisi enteral pada pasien dengan kondisi
kritis. Pemberian metoclopramide, 10 – 20 mg secara intravena, dapat berguna untuk
mempercepat pengosongan lambung sebelum induksi anestesi, untuk memfasilitasi intubasi usus
halus, atau untuk mempercepat pengosongan lambung untuk meningkatkan hasil pemeriksaan
radiografi. Metoclopramide telah digunakan untuk meningkatkan efektivitas terapi oral bila obat
lainnya atau kondisi medis lain yang dimiliki pasien dapat memperlambat pengosongan lambung.

4.1.5 Penurunan volume lambung preoperatif Metoclopramide, 10 – 20 mg intravena yang


diberikan 15 – 30 menit sebelum induksi anestesi, menyebabkan peningkatan tonus sfinkter
esofagus bagian bawah dan penurunan volume cairan lambung. Pemberian secara intravena dapat
mengakibatkan kram perut. Efek pengosongan lambung ini dapat merupakan keuntungan
sebelum dilakukan induksi anestesi pada (a) pasien yang baru saja mengonsumsi makanan padat,
(b) pasien trauma, (c) pasien obesitas, (d) pasien dengan diabetes mellitus dan gejala
gastroparesis, dan (e) parturien, terutamanya pada pasien dengan riwayat esofagitis
(“heartburn”), mengindikasikan adanya disfungsi sfinkter esofagus bagian bawah dan
hipomotilitas lambung. Namun, keuntungan penggunaan metoclopramide pada pasien dengan
tingkat cairan lambung yang memang rendah sulit didokumetasikan. Terlepas dari efeknya
terhadap volume cairan lambung, pemberian metoclopramide tidak memengaruhi pH cairan
lambung. Lebih lanjut, penting untuk diperhatikan bahwa inhibisi motilitas lambung yang
dicetuskan oleh opioid tidak dapat dikembalikan seperti semula dengan pemberian
metoclopramide. Metoclopramide dan obat-obat profilaksis lainnya (antasida atau antagonis
reseptor H2) tidak menggantikan kebutuhan akan manajemen jalan napas yang baik, termasuk
pemasangan pipa trakea.

Efek samping Metoclopramide


tidak boleh diberikan pada pasien yang diketahui menderita penyakit Parkinson, restless leg
syndrome, atau memiliki gangguan pergerakan yang terkait inhibisi atau kekurangan dopamine.
Pada pasien tanpa gangguan pergerakan yang diketahui, reaksi ekstrapiramidal distonik (krisis
okulogirik, opistotonus, trismus, torticollis) terjadi pada < 1% pasien yang diterapi secara
berkepanjangan dengan metoclopramide. Meskipun reaksi ekstrapiramidal dapat menjadi
masalah jika dosis oral dalam jumlah besar diberikan (40 – 80 mg perhari), terdapat laporan akan
adanya disfungsi neurologis yang berhubungan pemberian preoperatif metoclopramide. Reaksi
ekstrapiramidal tersebut identik dengan sindrom parkinsonian yang diakibatkan oleh obat
antipsikotik yang memiliki efek antagonis terhadap dopamine. Akatisia, suatu perasaan tidak
menyenangkan dan restlessness pada ekstremitas bawah, dapat terjadi setelah pemberian
metoclopramide secara intravena. Kram perut dapat terjadi setelah pemeberian cepat
metoclopramide secara intravena (diterapi dengan inhibitor monoamine oksidase atau
antidepresan trisiklik sebaiknya tidak menggunakan metoclopramide. Metoclopramide
mengurangi bioavailabilitas cimetidine yang dikonsumsi secara oral sebanyak 25% - 50%.
Metoclopramide juga tidak diberikan pada pasien pasca operasi saluran cerna atau anastomosis
intestinal karena obat ini menstimulasi motilitas usus dan dapat menghambat proses
penyembuhan luka. Metoclopramide memiliki efek inhibisi terhadap aktivitas kolinesterase
plasma, dimana hal ini dapat menjelaskan respon yang lambat terhadap pemberian suksinilkolin
dan mivacurium. Parturien berada dalam kelompok berisiko tersebut mengingat sudah terdapat
peningkatan kadar kolinesterase plasma akibat kehamilannya.

Flood, P., Rathmell, JP., Shafer, S. 2015. STOELTING’S Pharmacology and Physiology in Anesthetic
Practice Fifth Edition. United States of America : Library of Congress Cataloging.

Anda mungkin juga menyukai