NIM : 1806050008
Stres (cekaman) biasanya didefinisikan sebagai faktor luar yang tidak menguntungkan
yang berpengaruh buruk terhadap tanaman(Fallah, 2006). Campbell (2003), mendefinisikan
cekaman sebagai kondisi lingkungan yang dapat memberi pengaruh buruk pada
pertumbuhan, reproduksi, dan kelangsungan hidup tumbuhan. Menurut Hidayat (2002), pada
umumnya cekaman lingkungan pada tumbuhan dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
2. cekaman abiotik berupa: (a) suhu (tinggi dan rendah), (b) air (kelebihan dan
kekurangan), (c) radiasi (ultraviolet, infra merah, dan radiasi mengionisasi), (d) kimiawi
(garam, gas, dan pestisida), (e) angin, dan (f) suara. Menurut Sipayung (2006), kerusakan
yang timbul akibat stres dapat dikelompokkan dalam 3 jenis kerusakan sebagai berikut.
Kondisi pada tubuh tanaman terdapat hubungan yang erat antara absorbsi dengan
perkembangan akar. Untuk tanaman yang akarnya berkembang kuat terjadi peningkatan
absorbsi air dan relatif lebih toleran terhadap kekeringan. Banyak sifat-sifat tanaman baik
morfologi maupun fisiologi yang dapat digunakan sebagai dasar penilaian sifat ketahanan
terhadap kekeringan seperti pola kedalaman perakaran, jumlah stomata, lebar stomata,
penyesuaian osmosis, peningkatan elastisitas dinding sel (Sammons et. al., 1980; Kramer,
1980).
Umumnya pengaruh fisiologi stres air pada tanaman yang paling menonjol dalam
jaringan yang sedang tumbuh dengan cepat, yakni pada fase perkecambahan dan
pertumbuhan awal vegetatif. Kemampuan benih berkecambah pada kandungan air tanah yang
rendah tergantung kepada spesies. Setiap spesies memerlukan penyerapan air yang minimum
untuk bisa berkecambah dan tampaknya mempunyai batas tegangan tersendiri. Nilai batas
tersebut -1,25 MPa untuk jagung, -0,79 Mpa, untuk padi -0,66 MPa untuk kedelai -0,35 MPa
untuk bit gula. Kondisi cekaman air, tanaman akan memperlihatkan berbagai respon sebagai
mekanisme tanaman dalam usaha mengurangi cekaman yaitu:
Respon morfologi
1. Mengurangi luas permukaan daun sehingga transpirasi menurun.
2. Mempercepat perkembangan perakaran terutama kearah bawah menyebabkan nisbah
akar/pucuk meningkat sehingga tanaman lebih mampu mengabsorbsi air dari lapisan
tanah yang lebih dalam sementara transpirasi dari bagian atas tanaman menurun
(Herawati, 2000).
3. Mengubah sudut daun pada posisi hampir sejajar dengan datangnya cahaya, agar suhu
daun tidak segera meningkat sehingga transpirasi dapat ditekan.
4. Pembentukan lapisan kutikula pada permukaan daun dapat mengurangi penguapan.
Selain itu lapisan lilin dapat meningkatkan pantulan cahaya, sehingga mengurangi
suhu permukaan daun. Beberapa tanaman yang diketahui toleran terhadap kekeringan
mampu membuat lapisan kutikula pada permukaan daunnya bila mendapat cekaman
kekeringan.
5. Membuka dan menutup stomata. Perilaku stomata, berhubungan dengan potensial air
daun yang tergantung pada faktor umur, kondisi tumbuh. Menurut Ackerson dan
Krieg (1977) bahwa tanaman jagung pada fase pertumbuhan vegetatif dan potensial
air rendah akan menyebabkan penutupan stomata di bawah cahaya matahari. Jumlah
dan ukuran stomata dipengaruhi oleh genotype dan lingkungan. Oleh kerena itu sel
penjaga kekurangan air dapat mengurangi pembukaan stomata.
6. Mengurangi luas daun, yang berkaitan dengan laju transpirasi. Hasil penelitian yang
dilakukan oleh Bayer (Cristiansen and Lewis, 1982) menyatakan bahwa perpanjangan
daun jagung maksimal pada potensial air -0,15 MPa sampai -0,25 MPa dan menurun
25% jika potensial air turun sampai -0,4 Mpa.
7. Pengulungan atau pelipatan daun. Tanaman kedelai berdaun lebar kecendurungan
untuk mengulung daun keatas sehingga bulu-bulu (rambut) diatas permukaan bawah
daun yang terbuka dapat merefleksikan lebih banyak cahaya.
Respon fisiologi
Respon fisiologi di dalam tanaman untuk beradaptasi pada kondisi kekeringan telah lama
diketahui. Suatu hal yang cukup penting diantaranya adalah kemampuan tanaman
mempertahankan tekanan turgor dengan menurunkan potensial osmotiknya (Jones et.al.,
1981). Menurut Hale dan Orchutt (1987), beberapa faktor yang dapat membantu
mempertahankan turgor adalah :
Hasil penelitian Sharp dan Davies (1979); Westgate dan Boyer (1985) menyatakan
bahwa senyawa prolin berkontribusi lebih dari 50% terhadap osmotic adjustment pada akar
jagung. Pembentukan senyawa osmoregulasi ini sebagai penanda biokimia untuk indikasi
toleransi cekaman kekeringan. Banyak peneliti menyatakan bahwa prolin bebas banyak
diakumulasi sebagai respon terhadap stress air yang dapat diamati pada daun-daun yang
masih melekat maupun yang telah gugur pada banyak tanaman budidaya pada kondisi
laboratorium (Barnett dan Nailor, 1966, Routley, 1966 dan Singh, Aspinal dan Paleg, 1972).
Akumulasi asam absisik (ABA) berkaitan juga dengan respon tantaman yang toleran
cekaman kekeringan. Akar yang mengalami cekaman kekeringan, menurut Salisbury dan
Ross (1992) akan membentuk asam absisik lebih banyak dan diangkut melalui xylem menuju
daun untuk menutup stomata. Menurut Zeevaart dan Creelman (1988) bahwa ABA yang
diproduksi dalam akar tanaman mengalami cekaman kekeringan berperan sebagai sinyal
kimia pada tajuk sehingga mendorong penutupan stomata sebelum perubahan status air dalam
daun terjadi, sehingga tanaman dapat mengoptimalkan penggunaan air dengan cara
mengurangi kehilangan air melalui transpirasi. Selain itu kadar ABA endogen yang tinggi
juga dapat diketahui dapat menginduksi peningkatan rasio pertumbuhan akar/tajuk
(Biddington dan Dearman, 1982). Kenyataan ini menunjukkan respon yang berbeda dari akar
dan tajuk terhadap ABA (Creelman et.al.,1990). Pada tajuk, ABA menginduksi
penghambatan sedangkan pada akar ABA mendorong pertumbuhan (Dallaire, et.al., 1994).
Toleransi dengan potensial air jaringan yang tinggi (dehydration avoidance), yaitu
kemampuan tanaman yang tetap menjaga potensial jaringan dengan meningkatkan
penyerapan air atau menekan kehilangan air. Pada mekanisme ini biasanya tanaman
mempunyai kemampuan untuk meningkatkan sistem perakaran dan konduktivitas
hidrolitik atau kemampuan untuk menurunkan hantaran epidermis dengan regulasi
stomata, pengurangan absorbsi radiasi dengan pembentukan lapisan lilin, bulu yang
tebal dan penurunan permukaan evapotranspirasi melalui penyempitan daun serta
pengguguran daun tua.
Toleransi dengan potensial air jaringan yang rendah (Dehydration Tolerance), yaitu
kemampuan tanaman untuk menjaga tekanan turgor sel dengan menurunkan potensial
airnya melalui akumulasi solut seperti gula, asam amino dan sebagainya atau dengan
meningkatkan elastisitas sel. Akumulasi prolin. Prolin bebas yang terkumpul pada
tanaman berasal dari karbohidrat melalui pembentukan alfa-ketoglutarate dan
glutamate. Oksidasi proline, setelah keadaan normal terjadi dengan cepat untuk
menjaga kandungan proline yang rendah dalam tanaman. Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa tanaman yang toleran terhadap cekaman air memperlihatkan
kemampuan mengakumulasi prolin.