Anda di halaman 1dari 11

NAMA : ANISA KURNIATI

NIM : 1806050008

KELAS / SEMESTER : A / IV

UJIAN AKHIR SEMESTER EKOLOGI TUMBUHAN

DOSEN PENGASUH MATA KULIAH : DEMAK E.R DAMANIK, S.Pd, M.Si

PRODI BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK UNDANA

1. Tabel pengamatan 10 jenis tumbuhan

JENIS TUMBUHAN EPIFIT HALOFIT INDIKATOR

Kelapa (Cocos nucifera) 


(Semi halofit, karena
menyerap garam
yang kemudian
garam tersebut
digunakan untuk
perekembangan
buah).

Gewang (Corypha utan 


Lamk.) Karena hidup dominan
di padang rumput dan
sabana dan merupakan
tanaman preferensial
habitat spesies kunci
(tertentu)

Asam (Tamarindus 
indica) Karena habitat dan
penyebarannya yang
hanya bisa hidup di
darerah yang
musimnya kering dan
cukup panjang serta
pada tanah yang
berpasir (menjadi
indikator ekologi untuk
ekosistem sabana)
Bidara (Ziziphus 
mauritiana) Karena mampu
bertahan pada daerah
yang iklimnya kering
dan mudah ber-
adaptasi di lahan-lahan
yang kurang terurus
dan tumbuh meliar dan
juga pada ekosistem
sabana sebagai tepat
bernaung hewan-hewan
pada ekosistem
tersebut.
Mimba (Azadiractha 
indica) Karena mengandung
bahan aktif zat
azadirachtin,meliantriol
dan salanin yang
menyebabkan serangga
atau hama enggan
mendekat dan dapat
mengahambat hormon
ecdyson yang berfungsi
dalam proses
metamorfosis serangga.

Bambu (Bambuceae) 
Dapat menjadi
indikator penentu
kesuburan tanah karena
bambu dapat tumbuh 3
-10 cm dalam 24 jam
dan laju per
tumbuhannya
ditentukan oleh
habitatnya yang terdiri
dari kondisi
tanah,air,iklim serta
suhu
Biduri (Calontropis 
gigantea) Karena habitanya
yaitu pada pes-caprae
bergantung pada
ketersediaan air tanah
berkadar garam
rendah tetapi tahan
terhadap
kekeringan,suhu
tinggi,unsur hara
rendah,serta
semburan garam dan
tiupan angin yang
terus-menerus.
Jati putih (Gmelina 
arborea) Karena hanya dapat
tumbuh subur di daerah
kering dan
mengandung banyak
calsium dan fosfor
(dapat menjadi
indikator penentu
kandungan unsur hara
tanah) dan mudah
beradaptasi dengan
menggugurkan daun
pada saat kemarau.
Angsana (Pterocarpus 
indicus) Karena merupakan
bioindikator
pencemaran udara
dengan menyerap
polutan dari gas
buangan seperti timbal
(Pb) yang bersifat
karsinogenik dan juga
merupakan tumbuhan
protektor karena
mampu
mengakumulasi timbal
(Pb).

Sawo (Manilkara zapota) 


Semi-halofit karena
dapat tahan terhadap
kekringan ,salinitas
yang tinggi,tiupan
angin yang keras dan
hidup pada tanah
yang lempung dan
berpasir.

2. Manfaat dan kegunaan dalam melakukan analisis vegetasi dan contohnya


a. untuk mengetahui hubungan interaksi antar vegetasi dalam suatu ekosistem, Beberapa jenis
tumbuhan tersebut biasanya hidup secara bersamaan pada suatu waktu dan tempat tertentu. Dalam
suatu vegetasi terdapat berbagai interaksi yang erat antara individu penyusun vegetasi itu sendiri
dengan organisme lainnya Interaksi antara individu penyusun vegetasi dengan organisme lain pada
akhirnya akan membuat mekanisme kehidupan berjalan dengan baik dan sistem kehidupan berjalan
secara dinamis. Analisa vegetasi berkaitan dengan hubungan antara spesies dan luasan lingkungan.
Hubungan yang terjalin antara spesies tertentu dengan luasan lingkungan akan menunjukkan suatu
pola klasik ekologi.Vegetasi akan membentuk suatu ekosistem yang bisa saja berbeda dengan
ekosistem lainnya. Vegetasi menjadi ciri dari suatu ekosistem tertentu. Misalnya, pada ekosistem
sabana, maka vegetasi yang dominan merupakan rumput-rumputan. Contoh lain, yaitu pada
ekosistem pegunungan, umumnya vegetasi didominasi oleh pepohonan. Sedangkan pada ekosistem
bakau, umumnya vegetasi berupa tanaman yang tahan terhadap kadar garam yang tinggi.
b. Untuk mengetahui sebaran macam spesies di suatu wilayah atau daerah, Pengetahuan
mengenai sebaran berbagai jenis spesies bermanfaat untuk mengetahui keragaman vegetasi di suatu
kawasan dan pengambilan keputusan tentang program konservasi atau pelestarian yang akan diambil
untuk mengetahui seberapa besar sebaran berbagai macam spesies dalam suatu area. Jika diamati
secara langsung, maka kita dapat melihat vegetasi dominan pada suatu ekosistem. Namun
dibutuhkan analisis yang tepat untuk mengetahui dengan jelas persentase dari vegetasi dominan.
Analisis vegetasi juga bisa dilakukan untuk tujuan mengetahui penyebaran tumbuhan pada vegetasi
tersebut yang terdapat pada satu area tertentu. Melalui penelitian, maka dapat diketahui hubungan
apa yang terdapat di antara vegetasi dengan makhluk hidup lain pada suatu ekosistem dan
peneyebarannya.penyebaran dalam vegetasi memiliki cakupan wilayah yang cukup sempit dan tipe
vegetasinya dibedakan berdasarkan karakter floristik tertentu seperti asosiasi spesies-spesies yang
dominan atau karakter lingkungan seperti jenis tanah dan iklim.persebaran ini juga akan
menentukkan kelimpahan jenis,struktur biomassa, kerapatan tumbuh dan pelapisan tajuk persebaran
ini akan memudahkan untuk menentukan suatu komunitas tumbuhan dari vegetasi yang
ada.Contohnya seperti pohon, semak, rumput, lumut kerak, dan lain sebagainya
c. Dapat mengetahui komposisi jenis tumbuhan dan menetapkan jenis yang dominan,biasanya
hal ini dilakukan untuk keperluan perencanaan.contohnya, dengan mengetahui komposisi gulma di
suatu vegetasi dapat memudahkan untuk memilih jenis herbisida yang sesuai.
d. Dapat mengetahui tingkat persamaan atau perbedaan antarr dua vegetasi, Analisa vegetasi
ini merupakan cara mempelajari susunan (komposisi jenis) dan bentuk (struktur) vegetasi atau
masyarakat tumbuh-tumbuhan. Untuk suatu kondisi hutan yang luas, maka analisa vegetasi erat
kaitannya dengan sampling, artinya kita cukup menempatkan beberapa petak contoh untuk mewakili
habitat tersebut. Dalam sampling ini ada tiga hal yang perlu diperhatikan, yaitu jumlah petak contoh,
cara peletakan petak contoh dan teknik analisa untuk mengetahui persamaan dan perbedaan antar
dua vegetasi yang digunakan.hal ini penting. Contohnya, untuk membandingkan apakah terjadi
perubahan komposisi vegetasi gulma sebelum dan sesudah pengendalian dengan cara tertentu seperti
menggunakan herbisida.
e. Dapat mengetahui tumbuhan-tumbuhan yang memiliki kemampuan tinggi dalam
penguasaan sarana tumbuh dan ruang hidup contohnya, dengan mengetahui gulma-gulma yang
memiliki kemampuan tinggi dalam sarana tumbuh dan penguasaan ruang hidup kita dapat mengatasi
dengan berbagai cara yang tidak merusak lingkungan.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan vegetasi dan karakteristiknya, misalnya kasus


pulau paskah atau easter island

Menurut saya, Ekologi merupakan studi hubungan timbal balik antara organisme-organisme
dan antar organisme itu sendiri dengan lingkungan. Faktor-faktor ekologi itu banyak dan beraneka
ragam dan saling bergantungan. Faktor ekologi itu dapat berpengaruh terhadap perubahan vegetasi
dan karakteristiknya.

 Faktor Iklim

Faktor-faktor iklim meliputi sifat-sifat umum iklim daerah misal yang menunjukkan fluktuasi
berdaur harian, musiman atau berjangka panjang. Pada umumnya faktor-faktor yang diklasifikasikan
sebagai faktor iklim mempunyai pengaruh dominan. Ada 5 faktor iklim utama yang harus kita
perhatikan dalam menentukan tipe-tipe vegetasi, yaitu:
a. Cahaya, merupakan suatu faktor esensial untuk fotosintesis serta cahaya juga perlu untuk
beberapa proses reproduksi. Iklim cahaya pada suatu tempat bergantung pada lamanya penyinaran,
agihan waktu, intensitas, dan kualitas cahaya yang diterima. Pengaruh cahaya terhadap fotosintesis
sebagian besar bergantung pada intensitas yang juga mempengaruhi pertumbuhan. Di tempat
terbuka, pertumbuhan memanjang terhambat, organ-organ lateral bertambah luas, sedang dalam
kondisi yang berdesak-desakan seperti dalam hutan, bentuk tumbuhan cenderung lebih memanjang
dan sempit. Berbagai tingkat atau lapisan dalam hutan biasanya memiliki iklim cahaya yang
berbeda-beda.
b. Suhu, Faktor ini memiliki arti vital, karena suhu menentukan reaksi-reaksi dan kegiatan-
kegiatan kimiawi yang mencakup kehidupan. Mintakat besar vegetasi dunia seperti mintakat-
mintakat menurut ketinggian, terutama bergantung pada suhu. Contohnya tumbuhan megateran,
mikrotern, dan mesotern. Tumbuhan yang berbeda juga dalam beradaptasi terhadap keadaan suhu
juga berbeda. Rata-rata suhu tahunan yang nyata dibawah titik beku ditemukan dibeberapa daerah
kontinental. Untuk memberikan gambaran yang lengkap mengenai iklim suhu yang berpengaruh
terhadap tumbuhan, pelacakan dapat diperoleh secara sinkron pada masing-masing tingkat atau
lapisan vegetasi dan tanah yang dilalui oleh akar.
c. Presipitasi (curah hujan), Banyaknya hujan, khususnya yang jatuh di suatu daerah selama
setahun merupakan suatu faktor penting karena curah hujan menentukan ketersediaan air untuk
pertumbuhan dan proses-proses vital lain. Dengan semakin berkurangnya curah hujan, terdapat
kecenderungan semakin lebih banyaknya tumbuhan dengan sifat-sifat untuk membantu
penghambatan air, seperti tumbuhan / xerofita merupakan tumbuhan yang umumnya hidup di
tempat-tempat kering.
d. Daya Penguapan, Ini merupakan faktor ynag penting bagi kehidupan tumbuhan. Daya
penguapan ditunjukkan kira-kira oleh lembab nisbi (perbandingan uap air yang terdapat dalam
atmosfer dengan yang diperlukan untuk kejenuhan pada suhu tertentu) ynag juga memperhatikan
suhu, dan menentukan ”tarikan” oleh atmosfer dari masyarakat tumbuhan. Lembab Nisbi umumnya
diukur dengan higrometer, pada waktu tertentu. Deretan alat-alat tersebut menunjukkan perbedaan
nyata dalam lapisan hutan yang tingginya berbeda-beda.
e. Angin., Karena ada gesekan dengan permukaan tanah, batuan, sifat-sifat fisiografi utama
dan massa vegetasi, maka angin cenderung meningkatkan kecepatannya dengan semakin tinggi dari
permukaan tanah. Angin mempengaruhi faktor-faktor ekologi lain disuatu tempat. Secara umum
yang penting bagi tumbuhan adalah cara bagaimana angin meningkatkan kehilangan air (penguapan)
dengan terus-terus membawa udara yang belum jenuh dengan air sehingga bersentuhan daun-daun
dan tunas-tunas muda. Angin juga dapat menyebabkan erosi tanah dan abrasi vegetasi. Dari segi
fisiologi mengurangi pertumbuhan dengan mengganti udara basah dengan udara kering dan
meningkatkan transpirasi dan menurunkan turhor sel-sel tumbuhan yang dipengaruhi.

 Faktor Topografi

Faktor-faktor fisiografis adalah faktor-faktor yang ditimbulkan oleh susunan, konformitas, dan
”perilaku” permukaan bumi. Misalnya sifat-sifat topografi seperti ketinggian dan kemiringan,
proses-proses geodinamik seperti pendangkalan dan erosi dan konsekuensinya oleh geologi
setempat. Juga mencakup hembusan pasir/debu yang pada keadaan tertentu dapat mencapai
ukauaran besar. Faktor-faktor topografi berpengaruh terhadap vegetasi setempat melalui iklim dan
edafik yang ditimbulkan. Faktor-faktor ekologi secara luas mempunyai hubungan saling
ketergantungan dan faktor-faktor fisiografi nyata pengaruhnya terhadap vegetasi di daerah-daerah
dengan topografi yang drastik dan iklim keras. Relief topografi yang kuat cenderung menghasilkan
iklim lokal yang menyolok. Terlepas dari kecenderungan menjadi lebih berangin pada elevasi yang
lebih tinggi, suhu udara tanah cenderung menjadi lebih rendah dan kelembaban nsibi lebih besar bila
kita naik keatas dengan tekanan udara yang berkurang dan radiasi panas yang meningkat
intensitasnya. Variasi iklim menjadi semakin ekstrem dan cepat dengan semakin bertambahnya
ketinggian.Pengaruh topografi , bahwa di belahan bumi utara, lereng yang menghadap ke utara
cenderung lebih sesuai kondisi yang lembab daripada lereng yang menghadap keselatan pada
ketinggian yang sama. Ini karena pengaruh penyinaran terhadap suhu udara dan suhu tanah dan
akibatnya pada lembab nisbi dan penguapan dan melalui aspek-aspek tersebut berpengaruh terhadap
keadaan air setempat, kendati curah hujan sama

Perbedaan vegetasi oleh topografi yang paling sering adalah korelasinya dengan lengas,
dicirikan di tempat yang air berkurang dan konsekuensinya merupakan faktor kritis. Sehingga
terdapat vegetasi yang berbeda dan flora pada kedua sisi lembah yang dalam atau gunung terjal.
Kemiringan suatu lereng menentukan sebagian besar stabilitas permukaan dan kemampuan untuk
menahan air dan pengaruh aspek dan dadahan di garis lintang tinggi. Belahan bumi utara lereng
yang terjal menghadap ke selatan menerima sinar matahari siang, dan lereng terjal yang menghadap
ke utara menerima sinar pagi dan sore miring yang lemah. Perbedaan ini berpengaruh pada kondisi
air dan suhu ditempat itu dan vegetasinya. Kemiringan juga berpengaruh pada sifat-sifat dan
banyaknya tanah yang terhimpun. Tekstur dan tipe batuan yang berbeda menghasilkan topografi
yang berbeda sehingga iklim setempat yang ditimbulkan secara fisiografi. Perbedaan itu
mempengaruhi kondisi air, juga arus yang dibawahnya tersumbat air dan kembali dengan demikian
mempengaruhi habitat.

 Faktor Edafik

Faktor-faktor edafik adalah faktor-faktor yang bergantung pada keadaan tanah, kandungan air
dan udara, organisme yang hidup didalamnya. Dalam penerapan praktek pertanian, hortikultura, dan
kehutanan. Perbedaan-perbedaan pada tanah sering merupakan penyebab utama terjadinya
perubahan vegetasi dalam daerah iklim yang sama. Maka faktor-faktor edafik merupakan faktor-
faktor yang mempunyai arti yang sangat besar bagi geografi tumbuhan.

a. Tanah yang tidak terganggu oleh pertanian dan faktor-faktor lain pada umumnya menjadi
berlapis-lapis menunjukkan lapisan mendatar pada kedalaman yang berbeda-beda, mempunyai
komposisi yang sangat berbeda dan sifat-sifatnya yang berbeda pula. Profil-profil karakteristik yang
terbentuk itu sampai suatu derajat tertentu lahir karena pengaruh iklim. Tanah yang telah matang
secara kasar dapat diklasifikasikan menurut tipe iklim atau kelompok dunia, yaitu:
 Tanah padsol, terbentuk didaerah dingin dengan curah hujan yang relatif lebih tinggi
daripada penguapannya.
 Tanah perang, pada umumnya dengan curah hujan yang lebih rendah didaerah-daerah
kontinental.
 Tanah padang rumput, dengan curah hujan yang lebih tinggi.
 Tanah perang kastanya, ini ditempat-tempat yang lebih panas dan lebih kering.
 Tanah laterit, dengan curah hujan yang tinggi didaerah tropika.
 Tanah geluh merah, dengan curah hujan yang lebih rendah di daerah iklim sedang yang
panas
 Tanah tundra, didaerah kutub yang lapisan bwahnya tetap membeku dan dekomposisi
organik mengalami hambatan.
b. Fragmen Mineral. Fragmen-fragmen mineral, berbagai ukuran yang merupakan hasil
disintegrasi bahan batuan akibat pelapukan fisik atau kimiawi, bahan induknya dapat bersifat lokal
atau bukan demikian juga pelapukannya. Kontinen mineral ini merupakan kerangka anorganik dan
jauh berbeda-beda sesuai dengan sifat fisik dan kimiawi bahan induknya. Fragmen-fragmen ini
berpengaruh terhadap tumbuhan yang dengan menyebabkan terjadinya variasi dalam air tanah dan
aerasi, karena kemampuan menahan air sangat dipengaruhi komposisi mekanik (perbandingan relatif
partikel-partikel mineral dengan ukuran berbeda-beda yang ada di dalam tanah.
c. Air Tanah. Air tanah yang mengandung zat-zat terlarut juga mempunyai air yang
fundamental karena pada umumnya merupakan sumber air utama bagi tumbuhan. Air merupakan
bahan esensial bagi tumbuhan karena menurut bobotnya merupakan penyusun utama tubuh
tumbuhan, sebagai medium berlangsungnya perubahan-perubahan fisik dan kimiawi, dan karena air
harus diserap dalam jumlah besar untuk menutup kehilangan akibat adanya transpirasi dari
permukaannya yang berlangsung terus menerus. Tanah yang ekstrem kering dan dibawah arus air
tanah yang permanen, air tanah terutama membentuk lapisan air disekitar partikel-pertikel penyusun
tanah. Jumlah air demikian itu dan tebalnya film bergantung pada faktor-faktor seperti konstitusi
mekanik tanah, lamanya curah hujan dan kecenderungan pelimpasan, pada kondisi cuaca berikutnya,
pada kadar bunga tanah, pada penutupan oleh vegetasi dan seresah dan pada pengaruh penutupan
terhadap kehilangan akibat terjadinya transpirasi dan evaporasi.
d. Udara dalam tanah. Udara dalam tanah, merupakan salah satu penyusun utama tanah yang
fungsinya terutama mengisi ruang-ruang diantara partikel-pertikel tanah yang dibalut lapisan air.
Udara didalam tanah cenderung mengandung oksigen dalam kadar yang lebih rendah dan kadar
karbondioksida yang lebih tinggi daripada udara biasa dan biasanya jenuh dengan uap air. Karena
secara normal dalam tanah diperlukan oksigen dalam jumlah besar untuk kehidupan mikroorganisme
dan penghuni lain dan untuk pernapasan bagaian-bagian yang tinggi yang terdapat dalam tanah.
e. Bahan Organik. Bahan organik yang berasal dari tumbuhan mati atau bagian-bagian pada
tumbuhan atau dari hewan atau ditumbuhkan ke dalam tanah dengan sengaja sebagai pupuk
kandang, merupakan penyusun tanah yang sangat penting. Semua tanah yang ada vegetasinya
mengandung bahan organik yang telah mati, biasanya sedikit banyak telah terurai menjadi bunga
tanah, yang merupakan tempat utama kegiatan mikroorganisme yang menghasilkan zat-zat hara.
f. Organisme hidup. Organisme hidup bersama akar-akar dan bagian-bagian lain tumbuhan
dibawah tanah dari tumbuhan yang hidup diatas tanah mencakup penyusun penting lain dari tanah.
Organisme hidup itu meliputi flora dan fauna tanah yang bersifat mikroskopik dan kegiatan
hidupnya terpusatkan pada kandungan tanah yang berupa bunga tanah dan yang sering sangat peka
terhadap perubahan-perubahan kondisi lingkungannya yang terbatas. Organisme hidup itu
mempunyai arti penting dalam memlihara keseimbangan ekologi dan kehidupan di bumi. Organisme
itu juga menyebabkan berbagai zat hara esensial bagi tumbuhan tinggi, termasuk nitrogen dalam
bentuk yang langsung dapat digunakan.

 Faktor Biotik

Faktor biotik adalah faktor-faktor yang ditimbulkan oleh makhluk hidup baik hewan maupun
tumbuhan yang menurut kenyataannya berkisar dari manusia dan pemakan tumbuhan yang besar dan
pohon-pohon sampai ke mikroorganisme tanah. Faktor biotik berguna dalam menggambarkan
jumlah komponen dalam suatu lingkungan dekat atau habitat yang dikenal sebagai pembentuk
ekosistem yang berdiri sendiri, yang pada satu pihak tersusun atas bagian-bagian anorganik dan
dilain fihak atas berbagai organisme yang hidup bersama dalam suatu unit sosiologi yang disebut
biota. Suatu komunitas biota utama yang besar, yang didalamnya vegetasi klimaks kurang lebih
bersifat seragam disebut bioma. Tumbuhan membentuk komunitas tumbuhan yang dapat
didefinisikan sebagai seluruh populasi tumbuhan yang hidup bersama dan sebagai keseluruhan
mempertahankan suatu individualitas gabungan yang tidak sama dengan jumlah total manifestasi
dan pengaruh-pengaruh komponennya secara terpisah-pisah. Tumbuh-tumbuhan penyusun suatu
komunitas banyak mempunyai mempunyai pengaruh internal yang langsung terhadap tumbuhan lain
yang bersifat timbal balik terhadap habitatnya. Dengan sendirinya akan muncul dalam keseluruhan
pengaruh hewan langsung atau tidak langsung terhadap tumbuhan. Terlepas dari perubahan-
perubahan yang ditimbulkan oleh komponen-komponen tumbuhan yang penting dan yang kurang
penting itu sendiri, berbagai macam organisme lain dapat berpengaruh terhadap suatu komunitas
tumbuhan dengan cara bermacam-macam. Misalnya bakteri yang menyebabkan terjadinya
perubahan kimiawi dengan segala macam cara. Tumbuhan rendah yang hidup sebagai parasit adalah
sangat penting untuk tanaman budidaya yang pertumbuhannya sering memacu parasit itu atau
serangga pendukungnya. Pengaruhnya terhadap vegetasi tidak begitu banyak diketahui.

Pengaruh hewan bertulang belakang lebih kecil, karena manusia menghancurkannya maka akan
mengganggu keseimbangan alam. Dari hewan penyonggut yang besar seperti bison penting dalam
mempertahankan lahan rumput yang berarti hutan pada umumnya cenderung untuk meningkat pada
lahan rumput kalau tidak ada penggembalaan yang berat. Pengaruh faktor biotik umumnya diatur
manusia bersifat merusak seperti dalam erosi. Namun hewan masih sering membantu vegetasi dalam
pemencaran biji, buah, dan spora dan seterusnya kemudian manusia membantu dalam pengairan,
pembangunan penahan angin, peningkatan kesuburan tanah dan berbagai cara penggarapan tanah
dan pemindahan tumbuhan yang berguna / pembentukan tumbuhan baru.

Perladangan berpindah di daerah tropika sangat merusak vegetasi, pohon-pohon serta kesuburan
tanah yang terhimpun bertahun-tahun habis hanya dalam beberapa tahun saja. Kemudian erosi yang
lebih merusak terjadi akibat pembukaan hutan. Langkah yang tepat mengatasi hal itu adalah
pengawetan vegetasi, pengawetan lahan dan pelestarian hutan terhadap kebakaran. Pembakaran
hutan yang berulang akan megubah tumbuhan yang dominan dan komunitas yang dapat mengadakan
regenerasi setelah pembakaran.

Kebakaran menguntungkan jenis-jenis tumbuhan yang tahan api dengan menghilangkan


pesaing-pesaingnya yang tidak begitu tahan. Pembudidayaan tanaman didasarkan pada persiapan
permukaan substrat yang cocok untuk menerima biji setelah dibersihkan dari vegetasi lain,
pengendalian gulma serta mempertahankan kondisi yang menguntungkan bagi tumbuhan yang
dibudidayakan. Agar memuaskan secara terus menerus perlu dilakukan penggarapan tanah seperti
pencangkulan dan pembajakan.

Jadi, Vegetasi yang ada di bumi ini berciri khas dan spesifik . Berbeda-beda antar 1 dgn yg lain.
Namun vegetasi ini tidak bersifat permanen sepanjang peradaban, tetapi mampu mengalami
perubahan seiring dengan perubahan alam dan lingkungan. Jadi lingkungan (biotik dan abiotik)
saling mempengaruhi 1 sama lain dan mampu melakukan perubahan baik skala singkat maupun
dalam kurun waktu ribuan tahun . Dan Yang saya kaitkan dengan vegetasi dan karakteristiknya
sehubungan dengan pulau paskah ini adalah, suatu vegetasi yang awalnya dominan dalam suatu
komunitas tumbuhan pada suatu waktu dapat musnah atau hilang dalam komunitas tersebut jika
terjadi eksploitasi yang besar-besaran terhadap vegetasi tersebut dan tidak ada upaya penanaman
kembali (restorasi) sehingga dapat menyebabkan tanah tidak subur dan akhirnya tak dapat ditumbuhi
kembali oleh vegetasi awalnya.
4. Tulisan mengenai ekosistem teresterial yang ada di NTT

“ SABANA FULAN FEHAN “

Fulan Fehan Merupakan sebuah lembah di kaki Gunung Lakaan dengan sabana yang sangat
luas. Lembah ini berada di Desa Dirun, Kecamatan Lamaknen, Kabupaten Belu, Nusa Tenggara
Timur (NTT), sekitar 26 Km dari Atambua, ibu kota Kabupaten Belu. Potensi yang dimiliki Lembah
Fulan Fehan adalah banyak terdapat kuda yang bebas berkeliaran, pohon kaktus yang tumbuh subur
dan hamparan padang sabana yang luasnya tak terjangkau oleh mata. Selain itu tak jauh dari lembah
ini ada beberapa objek bersejarah lainnya yang menjadi satu kesatuan paket yang mendukung pesona
dan daya tarik objek wisata ini, seperti Benteng Ranu Hitu atau Benteng Lapis Tujuh di puncak
Bukit Makes, di sudut lainnya berdiri Gunung Lakaan yang menjulang tinggi, Bukit Batu Maudemu
di Desa Maudemu, yang di puncaknya terdapat beberpa peninggalan bersejarah berupa desa dan
kuburan-kuburan bangsa Melus. Kita juga bisa menyaksikan Kabupaten Belu dari ketinggian di
pinggir tebing. Bahkan dari kejauhan di sebelah timur dan selatan tampak beberapa gunung tinggi
yang merupakan bagian dari Timor Leste. Di ujung Timur lembah ini ada situs bersejarah Kikit
Gewen yang Berupa kuburan tua yang sangat sakral, juga dua air terjun berair jernih dan segar yakni
Air Terjun Sihata Mauhale di antara Desa Aitoun dan Desa serta Air Terjun Lesu Til di Weluli, Ibu
Kota Kecamatan Lamaknen.

Sabana merupakan suatu lanskap yang unik dan kompleks dimana rerumputan, perdu, semak
dan pepohonan secara bersama-sama berada pada kondisi dinamika yang seimbang. Curah hujan
yang rendah menyebabkan sabana ditemui sebagai hamparan padang rumput tropis yang luas di
permukaan bumi. Karena memiliki ciri khas yang unik, Sabana menjadi tempat yang sering diincar
untuk sekedar menikmati keindahannya atau pun sebagai arena perluasan investasi dengan dalil
pengalih fungsian lahan. Contohnya seperti Sabana Fulan Fehan di Atambua. Selain itu, Sabana-
tersebut sering menjadi latar tempat pembuatan film, pengambilan foto atau video pre wedding.
Untuk bisa menikmati hijaunya rumput Fulan Fehan secara sempurna, waktu terbaik untuk datang ke
sini adalah sekitar November hingga April alias pada musim hujan. Saat kemarau, rumput
mengering dan suhu sedikit agak panas. Di balik cerita tentang keindahan Sabana terdapat anggapan
keliru mengenai Sabana. Sabana hanya dianggap sebagai lahan tidur atau lahan tidak potensial
dalam produksi ekonomis.

Tegakan-tegakan pohon dalam ekosistem sabana menjadikan ekosistem ini juga terlihat sebagai
hutan skala mikro. Adapun spesies pepohonan yang mendominasi sabana di NTT khususnya di
Fulan Fehan antara lain lontar, gewang, kayu putih, huek, cemara gunung, akasia, tamarin dan
bidara. Sabana huek, gewang dan lontar memiliki potensi simpanan karbon, terutama Sabana huek
(Eucalyptus alba) yang cukup tinggi yaitu; 537,18 ton/ha diikuti oleh lontar sebanyak 45,72 ton/ha
.Manfaat Sabana yang diabaikan ini akan melahirkan ancaman terdapat kelestarian Sabana itu
sendiri. Anggapan Sabana sebagai padang rumput kosong yang tidak memiliki manfaat menjadi
alasan pengalih fungsian Sabana. Pengalihan fungsi ini , dalam kenyatannya merupakan bentuk
eksploitasi terhadap potensi sumber daya alam dan ekosistem di dalamnya. Bentuk pengalihan jenis
ini wajib ditolak, sebab sejatinya membunuh ruang ruang kehidupan masyarakat asli yang sejatinya
hidup dari bertani dan beternak.

Untuk Menjamin keberlangsungan hidup ekosistem Sabana sesuai dengan potensinya berarti
menjamin terciptanya harmoni ekosistem yang sejatinya saling mengisi antara alam dunia yang
menghidupi dan manusia serta makhluk lain yang hidup di dalamnya. agar sabana sebagai
penyimpan karbon, harus tetap dijaga kelestariannya karena memiliki kontribusi dalam hidup
manusia. Sabana tidak dapat dipandang sebagai lahan yang tidak memiliki manfaat, karena tanpa
dimanfaatkan pun, sabana telah memberikan manfaat dengan caranya sendiri. Jadi, kita semua harus
melestarikan dan memperhatikan keberadaan ekosistem-ekosistem unik seperti ekosistem sabana di
NTT (Fulan Fehan) sehingga tidak ada lagi pembangunan yang mengancam keberlangsungan
ekosistem sabana dan masyarakat yang menggantungkan hidupnya pada ekosistem ini.

5. Konsep klimaks dan jenisnya pada suksesi

Klimaks adalah Tingkat terakhir dari proses suksesi dicapai ketika komunitas tersebut stabil.
Komunitas terakhir ini biasanya relatif stabil, tahan lama, jenis makhluk hidupnya lebih banyak dan
lebih kompleks, dan di dalamnya berlangsung berbagai interaksi antar anggota komunitas. klimaks
merupakan akhir dari serangkaian proses suksesi. Artinya, komunitas demikian dapat dicapai setelah
melalui beberapa tahap suksesi. klimaks adalah komunitas terakhir dan stabil (tidak berubah) yang
mencapai keseimbangan dengan lingkungannya. klimaks ditandai dengan tercapainya keseimbangan
yaitu suatu komunitas yang mampu mempertahankan kestabilan komponennya dan dapat bertahan
dari berbagai perubahan dalam system secara keseluruhan. Tiap-tiap tahap suksesi tersebut disebut
tahap suksesional, sedangkan seluruh rangkaian tahapan suksesi dikenal dengan istilah sere.
Beberapa ciri klimaks antara lain adalah sebagai berikut

1. Mampu menyokong kehidupan seluruh spesies yang hidup di dalamnya.

2. Mengandung lebih banyak makhluk hidup dan macam – macam bentuk interaksi dibandingkan
komunitas suksesional.

Setelah melalui beberapa tahapan perkembangan ekosistem atau sere, suatu ekosistem dapat
mencapai tahapan akhir klimaks atau dapat pula dianggap sebagai puncak perkembangan ekosistem.
Salah satu ciri pada komunitas klimaks yaitu dengan tidak terdapatnya penumpukan zat organik
netto tahunan. Hal ini disebabkan karena produksi tahunan komunitas seimbang dengan konsumsi
tahunan. Meskipun suksesi pada suatu ekosistem untuk dapat mencapai klimaks membutuhkan
waktu yang tidak sebentar, namun cepat lambatnya masih tergantung pula oleh tingkatan suksesi
yang terjadi kepadanya. secara umum terdapat dua macam ekosistem suksesi yaitu, ekosistem
suksesi primer dan ekosistem suksesi sekunder. Ekosistem suksesi primer lebih dinyatakan pada
berkembangnya ekosistem tersebut melalui substrat yang baru. Artinya kehidupan yang ada pada
ekosistem tersebut setelah perlakuan benar-benar dimulai dari nol, dan harus dimulai dari kerja
organisme pionir dengan segala perlakuan dari faktor pembatas fisik yang ada. Sedangkan ekosistem
suksesi sekunder berkembang setelah ekosistem alami rusak total tetapi dimulai dengan tidak
terbentuk substrat yang baru, atau dapat dianggap sebagai dimulainya kehidupan baru setelah adanya
“gangguan” pada ekosistem alami. Di dalam kondisi klimaks ini spesies-spesies itu dapat mengatur
dirinya sendiri dan dapat mengolah habitat sedemikian rupa sehingga cenderung untuk melawan
inovasi baru. Di dalam konsep klimaks ini Clements berpendapat:
1.Suksesi dimulai dari kondisi lingkungan yang berbeda, tetapi akhirnya punya klimaks yang
sama.

2.Klimaks hanya dapat dicapai dengan kondisi iklim tertentu, sehingga klimaks dengan iklim
itu saling berhubungan. Dan kemudian klimaks ini disebut klimaks klimatik.

3.Setiap kelompok vegetasi masing-masing mempunyai klimaks.

klimaks klimatik dicapai pada saat kondisi fisik di sub stratum tidak begitu ekstrem untuk
mengadakan perubahan terhadap kebiasaan iklim di suatu wilayah. Kadang-kadang klimaks
dimodifikasi begitu besar oleh kondisi fisik tanah seperti topografi dan kandungan air. Klimaks
seperti ini disebut klimaks edafik. Secara relatif vegetasi dapat mencapai kestabilan lain dari
klimatik atau klimaks yang sebenarnya di suatu wilayah. Hal ini disebabkan adanya tanah habitat
yang mempunyai karakteristik yang tersendiri. Jadi, di dalam wilayah tertentu dapat dikenali adanya:

1. Klimaks tunggal yang klimatiks, yaitu yang bersifat berkeseimbangan dengan iklim secara
umum

2. Klimaks edafik yang cacahnya berbeda-beda, yang termodifikasi oleh kondisi substrat lokal.

Klimaks klimatik ialah komunitas teoretik yang merupakan kecenderungan tujuan semua
perkembangan suksesional di wilayah manapun, komunitas klimatik ini akan dapat terjadi jika
kondisi fisik substrat tidak terlalu ekstrem. Suksesi akan berakhir pada suatu klimaks yang edafik
pada topografi, tanah, air, api, atau gangguan lain sehingga klimaks klimatik tak dapat berkembang.
Bila komuitas stabil, tetapi bukan klimaks klimatik atau klimkas edafik, dipelihara oleh manusia dan
hewan ternaknya maka dapat dinamakan disklimaks (=klimaks gangguan) atau subklimaks
anthropogenik.

Adakalanya vegetasi terhalang untuk mencapai klimaks, oleh karena beberapa faktor selain
iklim. Misalnya adanya penebangan, dipakai untuk penggembalaan hewan, tergenang dan lain-lain.
Dengan demikian vegetasi dalam tahap perkembangan yang tidak sempurna (tahap sebelum klimaks
yang sebenarnya) baik oleh faktor alam atau buatan. Keadaan ini disebut sub klimaks. Komunitas
tanaman sub klimaks akan cenderung untuk mencapai klimaks sebenarnya jika faktor-faktor
penghalang/penghambat dihilangkan. Pembentukkan komunitas klimaks sangat dipengaruhi oleh
musim dan biasanya komposisinya bercirikan spesies yang dominan. Suksesi meliputi
pengorganisasian sendiri dan perubahan dimana ekosistem – ekosistem menjadi mantap dan kadang-
kadang kembali ke awal (retrogress). Suksesi dipertimbangkan berakhir apabila suatu pola ke suatu
kondisi yang kurang terorganisir memulai melakukan suksesi lagi. Klimaks adalah merupakan
puncak pertumbuhan. Telah dijelaskan bahwa akhir suksesi adalah terbentuknya suatu komunitas
klimaks. Berdasarkan tempat terbentuknya, terdapat tiga jenis komunitas klimaks sebagai berikut :

1. Hidroser yaitu sukses yang terbentuk di ekosistem air tawar.

2. Haloser yaitu suksesi yang terbentuk di ekosistem air payau

3. Xeroser yaitu sukses yang terbentuk di daerah gurun.

Anda mungkin juga menyukai