Anda di halaman 1dari 13

TUGAS EKOLOGI TUMBUHAN

“Vegetasi Ekosistem Lingkungan Perairan”

DISUSUN OLEH :

AMMAR HAFID SABBAN


202076002

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PATTIMURA
2022

Vegetasi Ekosistem Lingkungan Perairan

A. Tanah Gambut

Lahan atau tanah gambut merupakan ekosistem tanah basah yang tergenang air
sehingga materi-materi tanaman tidak bisa membusuk sepenuhnya. Hal ini membuat
produksi bahan organik menjadi lebih banyak dari proses pembusukan yang terjadi
sehingga terjadi akumulasi bahan gambut.

Di daerah yang beriklim dingin,


vegetasi yang ada pada area
gambut umumnya adalah
semak-semak dan lumut
Sphagnum. Sedangkan di
daerah yang beriklim hangat
seperti Indonesia, vegetasi yang
ditemukan adalah graminoid
atau tanaman yang menyerupai
rumput dan pepohonan berkayu.

Area gambut dapat ditemukan di berbagai zona iklim dan benua. Bahkan,


sebanyak 4,23 juta km atau 2,84% area di permukaan bumi merupakan area
gambut. Area ini bisa digunakan untuk kepentingan ekonomi seperti pertanian,
kehutanan, ekskavasi untuk menghasilkan energi dan panas, dan masih banyak lagi.

Proses pembentukan tanah gambut berbeda-beda sehingga menghasilkan jenis dan


karakter gambut yang berbeda pula. Itulah mengapa umumnya gambut di daerah yang
lebih dalam akan berbeda dengan yang berada di sekitar perairan seperti sungai, pantai,
atau danau. Meski demikian, secara umum gambut terbentuk ketika bagian-bagian
tumbuhan berguguran tetapi mengalami pembusukan yang terhambat. Proses ini
biasanya terjadi di daerah dengan kadar keasaman yang tinggi atau akibat pengaruh
kondisi anaerob di sekitar perairan. Karena pembusukan yang terhambat itulah tanah
gambut terbentuk dengan susunan berupa serpihan dan kepingan sisa tumbuhan,
dedaunan, ranting, kayu, dan lain-lain. Tidak hanya itu saja, sisa-sisa bangkai binatang
yang masih awet sering kali ditemukan di antara lapisan gambut karena terhambat
proses pembusukan.

Tanah gambut terbentuk pertama kali sekitar tahun 9,600 sebelum Masehi. Gambut ini
sebenarnya termasuk gambut pedalaman, tapi seiring dengan permukaan laut yang
semakin meningkat, lama-kelamaan terbentuklah gambut di daerah sekitar sungai dan
pantai. Gambut di daerah perairan ini memiliki kandungan mineral yang berasal dari
sungai dan pantai. Tanah gambut juga memiliki karbon yang lebih tinggi dari hutan tanah
mineral di seluruh dunia. Jadi, ketika lahan ini terganggu atau mengering, karbon yang
ada di dalam lapisannya akan terlepas ke udara dan menimbulkan emisi gas rumah
tangga. Itulah mengapa lahan gambut tidak bisa diolah dengan sembarangan.

Gambut memiliki banyak fungsi penting baik bagi kelestarian lingkungan maupun
masyarakat. Berikut ini adalah beberapa fungsi dari tanah gambut.

 Menjaga lingkungan dari perubahan iklim

Dari area daratan yang begitu luas di seluruh dunia, hanya 3% yang merupakan
wilayah gambut. Meski demikian, area tanah yang terbilang kecil ini memiliki
kemampuan tinggi untuk menyerap karbon.

Bahkan, lahan tersebut mampu menyerap sebanyak 550 gigaton karbon atau


sekitar 30% karbon yang berada di tanah di seluruh dunia. Sedangkan lahan
gambut di Indonesia mampu menyimpan hingga 57 gigaton karbon atau kurang
lebih 20 kali lebih banyak dari yang bisa disimpan jenis hutan dan tanah
lainnya.

Itulah mengapa pengolahan hutan gambut harus sangat hati-hati. Pasalnya,


mengeringkan satu hektar hutan gambut di daerah tropis dapat mengeluarkan 55
metrik ton karbon dioksida setiap tahun atau setara dengan pembakaran lebih
dari 6 ribu galon bensin.

 Mengurangi dampak buruk banjir dan kemarau

Hutan gambut memiliki daya serap yang sangat tinggi, bahkan mampu
menampung air hingga sebanyak 450 sampai 850 persen dari bobot keringnya
atau kurang lebih 90% dari volumenya. Tidak hanya itu saja, tanah gambut
yang sudah terdekomposisi mampu menahan air antara 2 hingga 6 kali lipat
berat keringnya.

Karena kemampuan itu, gambut bermanfaat besar dalam mengurangi dampak


buruk banjir maupun kemarau. Lahan ini mampu menahan air dalam jumlah
yang sangat besar sehingga mencegah banjir saat musim hujan, dan
melepaskannya pada musim kemarau.
 Menunjang perekonomian

Berbagai jenis tanaman bernilai ekonomi tinggi dapat tumbuh dengan baik di
tanah gambut. Bahkan, tanah gambut merupakan habitat alami beberapa
tanaman tersebut. Beberapa di antaranya termasuk rotan, karet, nanas, rumbia,
tebu, sagu, kalapa, dan lain-lain.

Selain baik bagi berbagai jenis tanaman, lahan ini juga sangat cocok dikelola
sebagai tempat pengembangbiakan berbagai jenis ikan. Beberapa di antaranya
adalah ikan patin siam, nila, dan lele dumbo.

Karena manfaatnya yang kaya inilah area gambut bisa dikelola untuk
menunjang perekonomian warga di sekitarnya. Pengelolaan yang baik akan
meningkatkan sumber penghidupan masyarakat sehingga keberlangsungan
perekonomian mereka juga terus terjaga.

 Habitat alami berbagai keanekaragaman hayati

Berbagai jenis binatang dan tumbuhan tinggal dan berkembang biak di area
gambut. Beberapa di antaranya memiliki manfaat yang besar bagi masyarakat
dan lingkungan sehingga penting untuk dijaga kelestariannya. Beberapa jenis
binatang yang tumbuh dengan baik di lahan ini antara lain adalah buaya
sinyulong, beruang madu, macan Sumatra, tapir, beruang madu, angsa sayap
putih, dan lain-lain. Selain itu, berbagai tanaman termasuk pulai, durian, Jambu-
jambuan, jelutung, pala, dan berbagai tanaman lainnya juga bisa ditemukan di
sini.

B. Formasi Pes-Caprae

Ada bermacam-macam vegetasi pantai, salah satu vegetasi pantai di daerah pasang surut
di pantai berpasir biasa dikenal dengan sebutan formasi pes-caprae. Jenis tumbuhan yang
menyusun formasi tersebut adalah Ipomoea pes-caprae, Spinifex littoreus, Crotalaria
retusa  dan Calotropis gigantea. Formasi pes-caprae tumbuh di bukit-bukit pantai
berpasir dan berguna untuk mencegah abrasi pantai dan mempertahankan ekosistem
pantai sedangkan daunnya terlihat tebal, kaku, mengkilat dan tumbuhnya pun terlihat
tegak. Morfologi daun seperti itu berfungsi untuk mengurangi penguapan yang terlampau
besar yang disebabkan karena panas matahari di pantai serta adaptasi terhadap kadar
garam yang tinggi. Anggota formasi pes-caprae berkembang biak melalui mekanisme
pemencaran oleh angin, air dan hewan (serangga).

 Ipomoea pes-caprae (Daun Katang)

Tumbuhan ini merupakan jenis tumbuhan pantai yang khas sejenis semak-
semak atau disebut Daun Katang dan termasuk dalam familia Convulvulaceae
(sekeluarga dengan Kangkung (Ipomoea aquatica), Ubi Jalar (Ipomoea
batatas). Daun Katang
merupakan tumbuhan
menjalar yang tumbuh
liar dengan batang lurus
dan panjang yang
tumbuh menyebar ke
segala arah. Tajuk bunga
berbentuk terompet
berwarna merah ungu
namun apabila hari
sudah siang bunganya cepat menjadi layu. Daerah penyebaran Daun katang
sangat luas dan biasanya tumbuh bersama jenis tumbuhan yang lain. Berbagai
jenis tumbuhan ini oleh para ahli dimasukkan ke dalam kelompok atau asosiasi
atau formasi dan karena Ipomoea pes-caprae  merupakan tumbuhan yang
mendominasi dan selalu ada maka disebut formasi pes-caprae.

 Spinifex littoreus (Rumput lari-lari, Rumput angin)


Dalam bahasa latin littoris berarti pantai, Spinifex littoreus menunjukkan
tumbuhan yang hidup di pantai. Tumbuhan ini tergolong dalam famili
Gramineae
atau Poaceae
yaitu rumput-
rumputan.
Tumbuhan
ini hidup di
pasir pantai
dan terlihat
mencolok dibanding tumbuhan yang lain, tumbuh cukup tinggi, hidup
berumpun dan bertunas menjalar sehingga sering menempati permukaan pantai
yang cukup luas. Rumput ini merupakan rumput yang kokoh, kuat, keras dan
kaku. Bulir-bulirnya majemuk berbentuk bulat dan bila bulirnya sudah matang
maka mudah melepaskan diri dari tanaman induk sehingga mudah terhembus
angin ke tempat lain di sepanjang pantai sambil berguling-guling (maka dari itu
disebut rumput lari).

 Crotalaria retusa (Orok-orok)
Tumbuhan ini memiliki bunga seperti kupu-kupu (termasuk dalam familia
Papilionaceae), memiliki akar tunggang kecil, menembus pasir dan batangmya
bercabang-cabang di
atas pasir. Bentuk
batang tumbuhan ini
pendek dan bercabang-
cabang menyerupai
payung. Buahnya
berupa polong-polongan yang merupakan alat perkembangbiakannya. Fungsi
pemencarannya secara hidrokori (dengan bantuan air) dan zookori (missal
melalui serangga). Daunnya kecil-kecil dan bagian caulisnya berdekatan dengan
tanah. Tumbuhan ini juga mempunyai bunga tetapi tidak terlalu banyak.

 Calotropis gigantea (Bunga banci)


Tumbuhan ini terdiri
dari daun yang lebar,
batang yang kokoh dan
bunga yang berwarna
ungu. Tempat tumbuh
cabang daun terlihat
jelas pada tangkainya
dengan garis-garis
serat daun terlihat jelas. Biji tersimpan pada buah dan ujungnya terdapat umbai
atau jambul halus seperti benang sutra yang merupakan alat
perkembangbiakannya. Mekanisme pemencaran tumbuhan ini parasut atau
anemokori

 Canavalia rosea
Jack-bean pesisir adalah
tanaman merambat herba yang
membentuk tikar dedaunan. Batang
mencapai panjang lebih dari 6 m (20
kaki) dan ketebalan 2,5 cm (0,98
inci). Setiap daun majemuk terdiri
dari tiga selebaran dengan diameter
5,1–7,6 cm (2,0–3,0 in), yang akan
melipat sendiri saat terkena sinar
matahari yang panas. Bunganya berwarna merah muda keunguan dan
panjangnya 5,1 cm (2,0 inci). Polong pipih memiliki panjang 10,2–15,2 cm
(4,0–6,0 inci) dan menjadi bergerigi menonjol saat dewasa. Daya apung
benih memungkinkan mereka untuk didistribusikan oleh arus laut.

 Vitex trifolia

Vitex trifolia adalah perdu pantai besar atau pohon kecil, tingginya kurang dari
5 m dengan batang ditutupi oleh bulu-bulu halus (tomentose). Daun tersusun
berseberangan di
sepanjang batang dan
biasanya majemuk,
terdiri dari 3 helai
daun linier yang
panjangnya berkisar
antara 1 – 12
cm. Permukaan atas
daun berwarna hijau dan permukaan bawah berwarna hijau keabu-abuan.

Bunganya lahir dalam malai atau tandan dengan panjang hingga 18 cm. Bunga


individu memiliki mahkota berbibir dua ungu hingga ungu yang panjangnya
kira-kira 5 mm. Benang sari berada dalam dua pasang dan ovarium lebih
unggul, atau berkembang di atas mahkota. Buahnya berdaging berdiameter
sekitar 6 mm dan mengandung 4 biji hitam kecil.

C. Formasi Barringtonia

Di belakang formasi pes-capreae ditumbuhi pula jenis Barringtonia asiatica yang khas


dan dominan, yang kemudian dinamai formasi Barringtonia. Formasi ini termasuk
jenis circum tropik yang terdapat di daerah yang selalu basah. Formasi ini juga terdapat
di atas atau di balik daerah-daerah yang sedang mengalami proses pengikisan. Formasi
Barringtonia ditumbuhi oleh vegetasi yang tahan terhadap siraman air asin, serta mampu
hidup pada tanah miskin serta kekeringan. Formasi Barringtonia biasanya menempati area
yang tidak luas yakni 25 – 50 M pada daerah pantai  yang laindai dan akan berkurang
luasnya di pantai yang terjal dan berbatu-batu.

Adapun jenis yang biasa dijumpai pada formasi ini adalah Ardisiaelliptica (sejenis semak
belukar yang besar dengan cabang-cabang muda dan daun yang berwarna merah
jambu), Ardisia squamulosa, Barringtonia asiatica, Excoecaria agallocha (buta-
buta), Caesalpinia benducella, Calophyllum inophyllum, Casuarina
equisetifolia (cemara), Cerbesa sp., Cocos nucifera, Crinum  asiaticum, Cycas
rumphii  dan Pandanus tectorius.

 Ardisia elliptica

Ardusia elliptica
merupakan semak
yang bisa
mencapai
ketinggian hingga
5 meter. Tanaman
yang tidak rusak
di habitat hutan
yang ditandai dengan batang tunggal, dengan cabang pendek dan tegak lurus.
Daun berbentuk jorong sampai bulat panjang, dengan tekstur halus mengkilat.
Perbungaan berbentuk payung berkembang di axils daun dari cabang daun.
Kelopak putih hingga warna merah muda. Buah-buahan tunggal bergerombol,
mula-mula berwarna hijau kusam dan berubah menjadi merah saat mereka
dewasa dan kemudian ungu / hitam. Buah yang masak bisa membuat jari
berwarna ungu, ukuran sekitar 5-6 mm. Benih yang kurang lebih berbentuk
bulat dengan diameter sekitar 5 mm.

 Barringtonia asiatica

Butun atau keben (Barringto
nia asiatica) adalah
sejenis pohon yang tumbuh di
pantai-pantai wilayah tropika,
di Samudra Hindia, hingga ke
pulau-pulau di Pasifik barat.
Nama lainnya adalah putat
laut. Buahnya terapung di air,
sehingga tersebar secara luas
pada banyak pulau dan pantai. Tinggi tanaman dapat mencapai 30 m. Kayunya
digunakan dalam pekerjaan konstruksi dan juga untuk membuat  kano.

 Excoecaria agallocha

Excoecaria agallocha atau dikenal
dengan pohon Buta-buta merupakan
jenis tumbuhan di hutan mangrove,
berbentuk pohon merangas kecil, dan
mampu mencapai ketinggian 15 m .
Kulit kayu berwarna abu-abu, halus,
tetapi memiliki bintil.

 Calophyllum inophyllu
Nyamplung adalah pohon yang hidup di pesisir yang berpasir dan berbatu
karang, kulit pohonnya dapat digunakan untuk obat, kayunya keras, digunakan
untuk bahan pembuat perahu dan tiang kapal.

 Cocos nucifera

Tumbuhan ini diperkirakan berasal dari pesisir Samudra Hindia di sisi Asia,


tetapi kini telah menyebar luas di seluruh pantai tropika.

D. Strategi Adaptasi Tumbuhan di Danau

Tumbuhan air yang hidup di danau memiliki karakteristik yang berkaitan


dengan kemampuannya untuk mengatasi kondisi jumlah air yang berlebihan
dengan melakukan modiikasi sifat morfologis, anatomis dan isiologis
sebagai berikut:

1) Kutikula tipis, kutikula berperan mencegah kehilangan air, oleh karena itu
sebagian besar tumbuhan air memiliki kutikula tipis dan atau tidak memiliki
kutikula.
2) Stomata umumnya selalu terbuka sepanjang waktu, sebab air melimpah
dan oleh karena itu tidak membutuhkan mekanisme untuk mempertahankan
air.

3) Terjadi peningkatan jumlah stomata, baik pada permukaan atas maupun


bawah,

4) Umumnya mempunyai kantong udara untuk mengapung,

5) Akar kecil/tipis; air dapat berdifusi langsung ke dalam daun,

6) Spesialisasi akar untuk mengambil oksigen,

7) Tumbuhan umumnya mengapung.

E. Strategi Adaptasi Tumbuhan di Laut

Berbagai strategi adaptasi dilakukan oleh tumbuhan untuk menyesuaikan diri dengan
kondisi lingkungan di laut yang khas, misalnya yang terkait dengan kondisi arus laut,
substrat yang berair dan berlumpur, dan ketersediaan oksigen yang sangat terbatas, serta
tingkat salinitas yang sangat tinggi. Kekhasan struktur morfologis, anatomis maupun
isiologis yang dimilikinya merupakan strategi adaptasi guna menyesuaikan diri dengan
lingkungan tempat tumbuhnya. Adaptasi tumbuhan mangrove terhadap lingkungan
tumbuhnya yang ekstrem, antara lain dilakukan dengan:

1) sistem perakaran yang khas, dan lentisel sebagai tanggapannya terhadap kondisi tanah
yang jenuh air,

2) adanya kelenjar garam pada golongan secreter, dan kulit yang mengelupas pada
golongan non secreter, dan

3) struktur dan posisi daun yang khas, sebagai respon terhadap radiasi sinar matahari dan
suhu yang tinggi (Onrizal, 2005).
Berkaitan dengan sistem perakaran, maka formasi terluar biasanya ditempati pohon bakau
(Rhizophora spp.) yang mampu bertahan dari hempasan gelombang karena memiliki akar
tunjang (stilt root). Jenis api-api (Avicennia spp.) dan pidada (Sonneratia spp.)
menumbuhkan akar nafas (pneumatophora) yang muncul dari substrat berlumpur untuk
mengambil oksigen dari udara. Jenis kendeka (Bruguiera spp.) mempunyai akar lutut
(knee root), dan pohon nirih (Xylocarpus spp.) mempunyai akar papan yang berkelok-
kelok; keduanya dimaksudkan untuk menopang tegaknya pohon di atas tanah berlumpur,
sekaligus untuk memperoleh oksigen bagi pernapasannya (Onrizal, 2005).

DAFTAR PUSTAKA

Diktat Ekologi Tumbuhan OLEH : MELFA AISYAH


HUTASUHUT, S. Pd., M. Si

Sukarman & Haryati, U. (2021). Tanah Gambut dan Estimasi


Cadangan Karbon di Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan
Timur. Jurnal Agroekoteknologi Tropika Lembab Volume 4,
Nomor 1, Halaman : 20-28.

https://kkp.go.id/djprl/artikel/14317-mengenal-formasi-vegetasi
pantai-pes-caprae-di-pantai berpasir#:~:text=Formasi%20pes
%2Dcaprae%20tumbuh%20di,dan%20tumbuhnya%20pun
%20terlihat%20tegak.
https://mutuinstitute.com/post/lahan-gambut/

https://rimbakita.com/hutan-pantai/

http://www.wetlands.or.id › mangrove

Excoecaria agallocha L. - Wetlands International Indonesia


Programme

Anda mungkin juga menyukai