MAKALAH
Makalah ini diajuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Lingkungan Hidup
Oleh :
Sultanah Syafirah
NIM : 2021.01.01.0009
Mengetahui,
Menyetujui,
Ketua Prodi IPA
Dengan mengucapkan Pujidan Syukur Kehadirat Allah SWT, karena dengan Rahmat
dan Hidayahnya penulis dapat menyalesaikan makalah hasil laoran praktikum penanaman
mangrove pada matauliah Pendidikan Lingkungan Hidup. Dimana kegiatan ini merupakan
salah satu rangkaian praktikum pada modul Pendidikan Lingkungan Hidup.
Kesuksesan kegiatan kali ini tidak terlepas dari do’a dan bantuan dari semua pihak
yang terkait. Untuk itu pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan terimakasih
kepadapihak-pihak yang telah membantu ketua pelaksana dalam menyelesaikan dan
membuat kegiatan family gathering.
1. Rahma Dewi, S.T M.I.L selaku Ketua Program Studi Pendidikan IPA STKIP Al
Amin Indramayu dan dosen pengampuh pada mata kulliah Pendidikan Lingkungan
Hidup.
2. Rekan-rekan serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.
Atas terselesaikannya praktikum penanaman magrove ini, dan penulis mohon saran
dan kritik apabila dalam penyusunan makalah hasil laporan pratikum ini masih banyak
kekurangan.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hutan mangrove adalah hutan yang berada di daerah tepi pantai yang dipengaruhi oleh
pasang susrut air laut, sehingga tanah hutannya selalu tergenang air. Magrove adalah vegetasi
hutan yang tumbu diantara garis pasang surut. Hutan mangrove merupakan salah satu bentuk
ekosistem hutan yang unik dan khas, terdapat didaerah pasang surut pesisir, panati atau
pulau-pulau kecil dan merupakan potensi sumber daya alam yang sangat potensial.
Fungsi hutan mangrove secara ekologis antaranya sebagai tempang mencari makan
(feeding ground), tempat memijah (spawning ground) dan tempat berkembang bia (nursery
ground) berbagai jenis ikan, udang, kerang dan biota laut lainya, tempat bersarang berbagai
jenis satwa liat terutama burung dan reptile.
Saat ini di kecamantan pasekan, pabean ilir sedang mengembangkan kawasan wisata
pantai tiris yang sebagian besar kawasanya merupakan hutan mangrove. Di beberapa titik
pantai tiris terdapat barisan pohon cemara laut ketapang dan mangrove. Pantai tersebut
terletak 12 km daei kota Indramayu. Pantai Tiris memiliki potensi wisata cukup menarik dan
butuh banyak sentuhan.
Ekosistem hutan mangrove sangan rapuh dan mudah rusak. Karusakan bisa saja
disebabkan oleh tindakan mekanis secara langsung, seperti memotong, membongkar, dan
sebagainya. Jua sebagai akibat yang tidak langsung seperti perubahan salinitas air,
pencemaran air, adanya erosi, pemcemaran minyak dan sebagainya. Oleh karena itu, hutan
mangrove yang bertindak sebagai tempat berlangsungnya proses-proses ekologis dan
pendukung kehidupan hendaknya dapat terhindar dari unsur-unsur yang merusak tersebut.
Kerusakan ekosistem mangrve dapat diteankan dengan mencegah dan mengelolah berbagai
faktor yang menyebankn kerusakan ekosistem tersebut. Karena itu, setiap upaya dilakukan
untuk menekan kerusakan ekosistem amngrove, perlu mengidentifikasi faktor-faktor
penyebabnya.
B. TUJUAN PRAKTIKUM
a. Mengetahui gambaran umum wilayah kawasan wisata hutan mangrove pantai tiris,
Indramayu.
b. Mengidentifikasi jenis flora dan fauna yang ada di sekitar pantai tiris.
c. Mempelajarai dan mengkasi ekosistem mangrove beserta kerusakannya dan upaya
konservasinya.
C. Alat dan bahan
a. Meteran.
b. Tali rafia.
c. Alat tulis.
d. Kamera.
D. WAKTU DAN TEMPAT
Hari : Minggu
Tanggal : 5 Desember 2021.
Tempat : Pantai Tiris, Indramayu
E. SUSUNAN PANITIA
Ketua : Hamdan
Sekretaris : Ilah Nurilah
Bendahara : Salsabila Nur Aflah
Gina Ayu Lestari
Sie konsumsi : Hanafiah Almadani
Ghina Roudhotul Jannah
Sie pubdekdok : Casmeri
Dini Ariani
Sie dokumentasi : Sultanah Syafirah
Inanik Husnul Latifah
Sie lapangan : Dirta
Danea Irfan
Caswa
Riyan
Aji Ali Sohudin
BAB II
PEMBAHASAN
A. Lingkungan
Pantai Tiris terletak di desa Pabeanilir, Pasekan Kabupaten Indramayu. Pantai ini terletak
jauh dari permukiman warga. Panjang jalan
B. Zona Sekitar Pantai Tiris
Ekosistem mangrove dapat tumbuh dengan baik pada zona pasang-surut di sepanjang
garis pantai daerah tropis seperti laguna, rawa, dan muara sungai. Ekosistem mangrove
bersifat kompleks dan dinamis tetapi labil. Kompleks, karena di dalam ekosistem mangrove
dan perairan maupun tanah di bawahnya merupakan habitat berbagai jenis satwa daratan dan
biota perairan. Dinamis, karena ekosistem mangrove dapat terus tumbuh dan berkembang
serta mengalami suksesi serta perubahan zonasi sesuai dengan tempat tumbuh. Labil, karena
mudah sekali rusak dan sulit untuk pulih kembali (Kusmana, 1995).
Pertumbuhan mangrove akan menurun jika suplai air tawar dan sedimennya rendah.
Keragaman jenis hutan mangrove secara umumnya relatif rendah jika dibandingkan dengan
hutan alam tipe lainnya, keadaan ini disebabkan oleh kondisi lahan hutan mangrove yang
senantiasa atau secara periodik digenangi oleh air laut. Kondisi-kondisi lingkungan luar yang
terdapat dikawasan mangrove cenderung bervariasi di sepanjang gradien dari laut ke darat.
Watson (1928) dalam Kusmana (1995) berpendapat bahwa hutan mangrove dapat dibagi
menjadi lima bagian berdasarkan frekuensi air pasang, yaitu; zonasi yang terdekat dengan
laut, akan didominasi oleh Avicennia spp dan Sonneratia spp, tumbuh pada lumpur lunak
dengan kandungan organik yang tinggi. Avicennia spp tumbuh pada substrat yang agak keras,
sedangkan Avicennia alba tumbuh pada substrat yang agak lunak; zonasi yang tumbuh pada
tanah kuat dan cukup keras serta dicapai oleh beberapa air pasang. Zonasi ini sedikit lebih
tinggi dan biasanya didominasi oleh Bruguiera cylindrica; ke arah daratan lagi, zonasi yang
didominasi oleh Rhyzophora mucronata dan Rhyzophora apiculata.
A. Identitas Responden
Nama :
Jenis Kelamin :
Pekerjaan :
B. Petunjuk Pengisian
DAFTAR PUSTAKA
Kusmana, C. 1995. Manajemen hutan mangrove Indonesia. Lab Ekologi Hutan. Jurusan
Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan, IPB. Bogor.