Anda di halaman 1dari 15

PENGEMBANGAN KURIKULUM PADA SEKOLAH BERBASIS

MUHAMMADIYAH
(Studi Pada Madrasah Mu’alimin Muhammadiyah Yogyakarta)

Sumarito; Titis Thoriquttyas1


Konsentrasi Pendidikan Agama Islam
Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga

ABSTRAK

Madrasah Mu’alimin Muhammadiyah Yogyakarta merupakan institusi pendidikan tertua dibawah


naungan Muhammadiyah, organisasi massa Islam terbesar kedua di Indonesia. Sebagai sebuah
institusi pendidikan, eksistensi dan urgensi kurikulum yang diterapkan di lembaga tersebut merupakan
kajian yang menarik untuk dikaji. Kurikulum sebagai sebuah bagian integral dalam proses
pembelajaran memiliki makna yang lebih luas jika disesuaikan dengan tingkat kompleksitas kondisi
dan situasi masyarakat sekarang ini. Kurikulum bukan hanya mengenai buku ajar, materi
pembelajaran ataupun arsip administrasi.
Penelitian ini berfokus untuk mengkaji pengembangan kurikulum yang telah dilaksanakan oleh
Madrasah Mu’alimin Muhammadiyah Yogyakarta didasarkan pada beberapa kajian mengenai
pengembangan kurikulum. Peneliti memiliki keingintahuan akademik terhadap keberadaan kurikulum
pada institusi pendidikan yang berafiliasi dengan salah satu ormas Islam, dalam hal ini
Muhammadiyah.
Untuk menunjang proses penelitian ini, Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dan disertai
dengan metode interview, dokumentasi dan observasi untuk mendapatkan data-data yang sesuai
dengan tema tersebut. Adapun cara mendapatkannya melalui teknik purposive sampling dan snowball
sampling.

Kata Kunci: Pengembangan Kurikulum, Sekolah Muhammadiyah dan Madrasah Mu’alimin


Muhammadiyah

PENDAHULUAN
Hakekat pendidikan secara umum adalah sebagai upaya secara sadar dan sistematis
untuk memanusiakan manusia. Usaha tersebut terwadahi melalui sebuah wadah yang
bernama pendidikan dan arah kendali dari pendidikan itu sendiri adalah kurikulum.
Pemaknaan kurikulum sebagai salah satu bagian integral dari proses pembelajaran dan
pendidikan sudah saatnya mengalami pergeseran arti dan eksistensi. Bila sebelumnya
kurikulum lebih identik sebagai materi dan bahan pelajaran ataupun tumpukan – tumpukan
berkas administrasi, sekarang ini pemaknaan kurikulum harus berubah kearah definisi yang
lebih luas. Kurikulum, dewasa ini, harus dimaknai sebagai sebuah proses pembelajaran yang
1
Sumarito adalah Musyrif pada Asrama Muadz bin Jabal, Madrasah Mu’alimin Muhammadiyah dan Peneliti
merupakan Mahasiswa PPs. UIN Yogyakarta dengan konsentrasi PAI. Titis Thoriquttyas adalah Mahasiswa
PPs. UIN Yogyakarta dan memiliki pengalaman menjadi Musyrif di Mabna Ibnu Rusyd dan Al Farabi pada
Ma’had Sunan Ampel Al Aly UIN Malang. Penelitian ini merupakan tugas mata kuliah “Pengembangan
Kurikulum” yang diampu oleh Dr. Subiyanto, M.Pd dan dipresentasikan pada seminar kelas tanggal 15
Desember 2014.

Page | 1
bersifat komprehensif dan berkeseluruhan, dimana kurikulum juga mencakup beberapa
komponen kurikulum, misalnya tujuan pembelajaran, strategi pembelajaran, isi atau bahan
pembelajaran dan sistem evaluasi.
Eksistensi kurikulum sebagai bagian integral dalam dunia pendidikan, idealnya
mengakomodir perubahan zaman sehingga peserta didik dan pendidik sebagai pelaku dalam
proses pembelajaran tersebut tidak tertinggal dengan progresifitas era dan bisa
mengimbanginya secara arif dan bijaksana. Dunia pendidikan dihadapkan dengan tuntutan
masyarakat yang sedemikian kompleks dimana salah satu ekpekstasinya adalah menghasilkan
para lulusan yang berkualitas tinggi yang mampu bersaing pada era globalisasi namun
memiliki bekal kreatifitas, keterampilan, daya juang sebagaimana bekal pengetahuan agama,
moral dan teknologi disertai dengan penanaman keimanan dan ketaqwaan (IMTAQ). Oleh
sebab itu, adanya penyesuaian ulang terhadap jenis ataupun model kurikulum tidak dapat
dinafikkan keberadaannya. Modifikasi atas kurikulum dapat diartikan juga sebagai usaha
untuk mengembangankan kurikulum agar sesuai dengan kondisi dan situasi dimana
kurikulum tersebut diterapkan.
Adanya Undang – Undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, telah
memberi peluang bagi kepala madrasah, guru, dan peserta didik untuk melakukan inovasi dan
improvisasi di madrasah, baik berkaitan dengan masalah kurikulum, pembelajaran, dan
manajerial yang tumbuh dari aktivitas, kreativitas, dan profesionalisme yang dimiliki
madrasah itu sendiri. Salah satu madrasah yang saat ini sedang melaksanakan kurikulum
yang telah dirancangnya seiring dengan adanya kebijakan pemerintah tentang otonomi daerah
dan desentralisasi adalah Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta.
Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta merupakan lembaga pendidikan
yang berada di bawah naungan Pimpinan Pusat Muhammadiyah dan institusi ini berbasis
pondok pesantren dan berasrama. Seluruh siswa Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah
Yogyakarta, tidak tinggal bersama orang tuanya masing-masing, tetapi tinggal bersama
teman-teman di asrama serta dibimbing oleh pamong asrama dan wali siswa atau musyrif
yang telah ditunjuk oleh Madrasah. Siswa Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta
merupakan kader persyarikatan Muhammadiyah, sebagian merupakan utusan dari Pimpinan
Cabang, Pimpinan Daerah serta Pimpinan Wilayah Muhammadiyah tertentu dari penjuru
Indonesia.
Selain itu, sebagai sebuah intitusi pendidikan yang berafiliasi pada salah satu
Organisasi Massa Islam di Indonesia, Madrasah Mu’alimin Muhammadiyah Yogyakarta
memiliki ciri khas corak kemuhammadiyahan yang tampak pada beberapa mata pelajaran

Page | 2
yang mengandung muatan nilai-nilai kemuhammadiyahan. Disisi lain, Muhammadiyah yang
dikenal sebagai sebuah organisasi massa Islam yang menawarkan gagasan Ruju’ ila al Quran
wa As Sunah dan semangat tajdid dalam interpretasi teks keagamaan, memungkinkan
memiliki keterkaitan dalam proses pengembangan kurikulum pada pengkaderan peserta
didiknya melalui institusi pendidikan di bawah naungannya. Oleh sebab itu, Peneliti memiliki
intellectual curiosity untuk mengkaji, meneliti, mengamati sekaligus menuangkan hasil
temuannya melalui penelitian ini dan selanjutnya akan dipresentasikan guna mendapatkan
respond dari audiences, baik berupa kritik, saran ataupun gagasan tambahan.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dimana penelitian ini ditujukan
untuk mendeskripsikan dan menganalisis peristiwa, kejadian, aktivitas sosial, sikap, persepsi
dan pemikiran orang secara individu ataupun secara berkelompok2. Sajian data-data yang
akan ditampilkan akan berbentuk kata-kata yang menggambarkan suatu pendekripsian
ataupun interpretasi. Adapun lokasi penelitiannya yaitu di Madrasah Mu’alimin
Muhammadiyah Yogyakarta. Dalam penelitian ini, Peneliti mendapatkan beberapa sumber
data seperti dokumen, buku-buku relevan dan lain-lain, ditunjang dari hasil wawancara
kepada beberapa responden yang memiliki kualifikasi dibidangnya. Peneliti mendapatkan
data-data dengan menggunakan teknik purposive sampling dan snowball sampling. Pemilihan
kedua teknik tersebut didasari pertimbangan tertentu yang diambil oleh Peneliti.
Adapun dalam penelitian ini yang menjadi sumber data adalah Waka Kurikulum
Madrasah Mu’alimin Muhammadiyah, Guru PAI dan beberapa siswa Madrasah Mu’alimin
Muhammadiyah. Dalam mengumpulkan data-data yang terkait, Peneliti menggunakan
beberapa teknik pengumpulan data, diantaranya sebagai berikut: teknik wawancara
(interview); teknik observasi dan teknik Dokumentasi. Teknik dokumentasi digunakan untuk
mendapatkan data-data tertulis mengenai perkembangan kurikulum di Madrasah Mu’alimin
Muhammadiyah.

KAJIAN TEORI
1. Kurikulum: Sebuah Pengantar
Istilah kurikulum mempunyai pengertian yang cukup beragam mulai dari pengertian
yang sempit hingga yang sangat luas. Pengertian kurikulum secara sempit seperti yang
dikemukakan oleh William B. Ragan yang dikutip oleh Hendyat Soetopo, yaitu:“…
2
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010)

Page | 3
Traditionally, the curriculum has meant the subject taught in the school or course of
study…”3.Hal ini senada dengan definisi yang dinyatakan oleh Carter V. Good mengenai
istilah kurikulum, yaitu:
“…Curriculum as a systematic group of courses or sequences of subject
required for graduation or certification in a major field of study, for
example, social studies curriculum and physical education curriculum…”4.

Beberapa pengertian kurikulum diatas merupakan pengertian yang sempit dan tradisional.
Kurikulum tersebut sekedar memuat dan dibatasi pada sejumlah mata pelajaran yang
diberikan Pendidik kepada Peserta didik guna mendapatkan ijazah atau sertifikat.
Pengertian kurikulum secara agak luas dikemukakan oleh Winarno Surahmad bahwa
kurikulum adalah suatu program yang direncanakan dan dilaksanakan untuk mencapai
sejumlah tujuan pendidikan tertentu5. Pengertian yang lebih luas lagi disampaikan oleh
Nana Sudjana yang mengartikan kurikulum sebagai program dan pengalaman belajar serta
hasil-hasil belajar yang diharapkan, diformulasikan melalui pengetahuan dan kegiatan
yang tersusun secara sistematis, diberikan kepada peserta didik dibawah tanggung jawab
sekolah. Dari beberapa pengertian sebelumnya, definisi kurikulum mengalami generalisasi
makna dimana pergeseran makna tersebut menyesuaikan perkembangan zaman dan
teknologi.
Disisi lain, pengertian yang sangat luas mengenai kurikulum dikemukakan oleh Hollis
Caswell dan Doak S, Campbell yang memandang kurikulum merupakan semua
pengalaman yang diharapkan dimiliki peserta didik dibawah bimbingan para pendidik.
Sejalan dengan gagasan tersebut, William M. Alexander mengemukakan pengertian
kurikulum seperti yang dikutip S. Nasution:
“Curriculum is the sum total of school’s effort to influence learning,
whether in the classroom, on the playground, or out of the school”.

Namun, pengertian kurikulum yang terlalu luas memiliki sisi kelemahan yakni kurang
oprasional sehingga akan menimbulkan kekaburan dalam pelaksanaanya di lapangan.
Disini, Peneliti ingin menarik garis merah dari semua pengertian kurikulum diatas, yakni
sebagai model yang mencakup semua proses pembelajaran baik didalam kelas ataupun
diluar kelas dan dibawah bimbingan Pendidik dimana memiliki arah dan tujuan
pembelajaran yang jelas.

3
Hendyat Soetopo, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum, (Jakarta: Bina Aksara, 1998)
4
Carter V. Good, (ed), Dictionary of Education, Third Edition, (New York: McGraw-Hill, 1973)
5
Winarno Surachmad, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum, (Jakarta: Proyek Pengadaan Buku Sekolah
Pendidikan Guru, 1977)

Page | 4
2. Pengembangan Kurikulum
Diantara para ahli, praktisi dan pelaksana kurikulum pendidikan belum mempunyai
keseragaman dalam mengartikan kata “pengembangan” yang terdapat dalam pengertian
pengembangan kurikulum. Sebagian ahli pendidikan berpendapat bahwa jika berbicara
tentang pengembangan tentu harus sudah ada modal yang akan dikembangkan, namun
sebagian praktisi lainnya berpendapat bahwa pengembangan dapat dimulai dari yang tidak
ada, berarti mulai dari mengadakan yang baru, lalu secara bertahap menyempurnakannya
melalui evaluasi, revisi dan evaluasi lagi, revisi lagi dan seterusnya sampai sesuai dengan
harapan.
Hendyat Soetopo dan Wasty Soemanto mengemukakan istilah pengembangan yang
menunjukkan pada suatu tindakan yang menghasilakn suatu alat atau cara yang baru,
dimana selama kegiatan tersebut penilaian dan penyempurnaan terhadap alat atau cara
tersebut terus dilakukan. Pengertian pengembangan seperti itu, berlaku pula dalam bidang
kurikulum. Kegiatan pengembangan kurikulum mencakup kegiatan penyusunan
kurikulum itu sendiri, pelaksanaannya di sekolah yang disertai dengan penilaian yang
intensif dan penyempurnaan-penyempurnaan yang dilakukan terhadap komponen
kurikulum tertentu atas dasar penelitian. Sehingga, pengembangan kurikulum (curriculum
development) pada dasarnya adalah proses yang dimulai dari kegiatan menyusun
kurikulum, mengimplementasikan, mengevaluasi dan memperbaiki sehingga diperoleh
suatu bentuk kurikulum yang dianggap ideal.

3. Komponen Pengembangan Kurikulum


Kurikulum sebagai sebuah sistem, pastinya kurikulum memiliki komponen-komponen
yang saling mendukung dan membentuk satu kesatuan yang tak terpisahkan. Komponen
tersebut bersifat harmonis, tidak saling bertentangan dan merupakan sebuah urgensi
tersendiri untuk kita mengetahui komponen-komponen tersebut sehingga kita tahu arahan
atas apa saja yang akan menjadi bahan pengembangan. Adapun komponen-komponen
kurikulum yang akan menjadi focus bahan pengembangan sebagaimana yang Peneliti
amati di Madrasah Mua’limin Muhammadiyah yaitu6:
a. Tujuan
Tujuan kurikulum pada hakikatnya adalah tujuan dari setiap program pendidikan yang
akan diberikan kepada peserta didik dan sebagaimana yang kita ketahui bahwa
6
Sukiman, “Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktik pada Perguruan Tinggi”, (Yogyakarta: FITK, 2013)

Page | 5
kurikulum adalah alat untuk mencapai tujuan pendidikan, maka tujuan kurikulum
harus dijabarkan dari tujuan umum pendidikan. Pada tingkat operasional, tujuan
pendidikan dirumuskan lebih bersifat spesifik dan lebih menggambarkan tentang,
“what will the student be able to do as result of the teaching that he was unable to do
before” dan jika merujuk pada taksonomi Bloom, maka perubahan perilaku mencakup
tiga ranah perilaku, yaitu aspek kognitif, afektif dan psikomotor.
b. Materi atau Isi
Materi atau isi program kurikulum adalah segala sesuatu yang diberikan kepada
peserta didik dalam berbagai kegiatan pembelajaran dalam rangka untuk mencapai
tujuan yang diharapkan.
c. Strategi
Komponen strategi yang adalah strategi pelaksanaan kurikulum di tingkat sekolah atau
madrasah. Kurikulum harus diwujudkan secara nyata di sekolah sehingga
mempengaruhi dan mengantarkan peserta didik kepada tujuan pendidikan yang
diharapkan. Dalam praktik implementasi kurikulum di sekolah-sekolah di Indonesia
selama ini setidaknya dapat diklasifikasikan menjadi dua kelompok strategi
pembelajaran, yaitu strategi pembelajaran yang berpusat pada guru (Teacher centered
learning-TCL) dan strategi pembelajaran yang berpusat pada peserta didik (Student
centered learning-SCL)
d. Evaluasi
Para ahli memberikan pengertian yang beragam terkait istilah evaluasi yang
disandarkan pada proses pembelajaran. Ada ahli yang merumuskan pengertian
evaluasi secara terbatas pada evaluasi hasil pembelajaran, sedangkan beberapa praktisi
kurikulum lainnya merumuskan definisi evaluasi secara lebih luas dan mendalam
dengan mengaitkannya dalam berbagai sektor dalam setiap proses pembelajaran.
Namun, dari berbagai perbedaan tersebut, para ahli ataupun praktisi pendidikan, secara
khususnya dalam kajian kurikulum memiliki kesamaan pandangan dalam satu hal,
yaitu keharusan seorang evaluator untuk mengetahui kemampuan awal peserta didik
sebelum mengikuti tahapan-tahapan pendidikan.
Lingkup dari pendefinisian evaluasi sebagai komponen kurikulum ditentukan oleh
tujuan diadakannya evaluasi kurikulum itu sendiri. Hasil-hasil evaluasi kurikulum
dapat digunakan oleh decision maker untuk pengambilan keputusan yang lebih sesuai
dan mengakomodir realitas dalam proses pendidikan tersebut.

Page | 6
HASIL TEMUAN
1. Madrasah Mu’alimin Muhammadiyah Yogyakarta
Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta didirikan oleh KH Ahmad
Dahlan pada tahun 1918 dengan nama “Qismul Arqa” di Kampung Kauman Yogyakarta.
Sepanjang sejarahnya, Madrasah al-Qismu al-Arqo mengalami beberapa kali perubahan
nama. Secara kronologis, perubahan nama ini dimulai dari Madrasah al-Qismu al-Arqo
kemudian Hogere Muhammadijah School, kemudian Kweekschool Islam dan menjadi
Kweekschool Muhammadijah. Nama Kweekschool muncul dalam pikiran KH Ahmad
Dahlan setelah kunjungannya dari Kweekschool Katholik di Muntilan. Perubahan nama
menjadi Madrasah Mu’allimin Muhammadijah terjadi pada tahun 1941 berdasarkan hasil
kongres Muhammadyah ke-23, pada 19-25 Juli 1934 di Yogyakarta. Nama Madrasah
Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta dipergunakan hingga sekarang dan perubahan
nama ini bermula dari kritik para warga Muhammadiyah, mengapa harus memakai nama
sekolah Belanda; Kweekschool, padahal ijazahnya dan kurikulumnya jelas berbeda.
Adapun Visi dan Misi Madrasah Mu'allimin Muhammadiyah Yogyakarta beserta
tujuannya dijelaskan sebagai berikut7:
VISI
Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta sebagai institusi pendidikan
Muhammadiyah tingkat menengah yang unggul dan mampu menghasilkan kader
ulama, pemimpin, dan pendidik sebagai pembawa misi gerakan Muhammadiyah.
MISI
a. Menyelenggarakan dan mengembangkan pendidikan Islam guna membangun
kompetensi dan keunggulan siswa di bidang ilmu-ilmu dasar keislaman, ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya.
b. Menyelenggarakan dan mengembangkan pendidikan bahasa Arab dan bahasa
Inggris sebagai alat komunikasi untuk mendalami agama dan ilmu pengetahuan.
c. Menyelenggarakan dan mengembangkan pendidikan kepemimpinan guna
membangun kompetensi dan keunggulan siswa di bidang akhlak dan kepribadian.
d. Menyelenggarakan dan mengembangkan pendidikan keguruan guna membangun
kompetensi dan keunggulan siswa di bidang kependidikan.
e. Menyelenggarakan dan mengembangkan pendidikan keterampilan guna
membangun kompetensi dan keunggulan siswa di bidang Wirausaha.

7
http://www.muallimin.sch.id

Page | 7
f. Menyelenggarakan dan mengembangkan pendidikan kader Muhammadiyah guna
membangun kompetensi dan keunggulan siswa di bidang organisasi dan
perjuangan Muhammadiyah.
TUJUAN MADRASAH MU'ALLIMIN :
Terselenggaranya pendidikan Pesantren yang unggul dalam membentuk kader
ulama, pemimpin, dan pendidik yang mendukung pencapaian tujuan
Muhammadiyah, yakni terwujudnya masyarakat islam yang sebenar-benarnya
Madrasah Mu’alimin Muhammadiyah dilengkapi dengan beberapa asrama
(boarding school) sebagai tempat tinggal para siswa yang terletak disekitar sekolah
tersebut. Dalam pembinaan siswanya, Madrasah Mualimin menggunakan sistem asrama
atau maskan dan lingkungan asrama tersebut mendukung dan melengkapi pengajaran di
Madrasah. Asrama bukan hanya tempat tinggal untuk menampung siswa, melainkan
sebagai tempat pendidikan selama hidup (long life education), yaitu tempat berlatih dan
mengamalkan ajaran Islam dan memberikan pengalaman hidup bagi siswa yang
diharapkan dapat berguna di masa depan, baik bagi dirinya sendiri, bagi masyarakat atau
bangsa dan bagi agama.
Madrasah Mu’alimin Muhammadiyah sebagai sekolah calon kader
Persyarikatan tingkat menengah memiliki satu kesatuan sistem dengan asrama dan jika
sebelumnya Madrasah Mu’alimin merekrut peserta didik yang dikirim resmi dari cabang-
cabang Muhammadiyah, maka mulai tahun 1980’an Madrasah Mu’alimin telah
menerapkan sistem test dan menentukan syarat-syarat yang harus dimiliki untuk dapat
mengikuti pendidikan di Madrasah ini. Model pendidikan di Madrasah Mualimin menjadi
kesatuan dengan pendidikan di asrama, maka seluruh siswa yang menempuh pendidikan di
Madrasah Mu’alimin Muhammadiyah wajib untuk tinggal di asrama
Keberadaan Asrama bagi siswa Madrasa Mu’alimin Muhammadiyah
Yogyakarta, merupakan sebuah wahana untuk pengembangan diri khususnya dalam
bidang perilaku atau akhlaq. Setiap asrama terdapat beberapa musyrif yang jumlahnya
menyesuaikan dengan jumlah kelas yang dinaunginya. Peranan musyrif dalam kegiatan
asrama merupakan sebuah usaha untuk mendampingi sekaligus menjadi tutor sebaya bagi
siswa Mu’alimin.

2. Kurikulum di Madrasah Mualimin: antara KBK dan Kurtilas (Kurikulum 2013)

Page | 8
Sebagaimana hasil wawancara yang telah dilakukan kepada Bapak Ruslan
Fariadi, M.Si, selaku Wakil Direktur I bidang Pendidikan dan Pengajaran mengenai
keberadaan kurikulum KTSP dan K13 di Madrasah Mualimin yaitu,

“…apapun kurikulum yang digunakan di Madrasah Mualimin, baik itu


KBK, KTSP ataupun K13, kita bisa menerapkannya asalkan sesuai dengan
visi-misi dan cita-cita Madrasah Mualimin Muhammadiyah sebagai sebuah
institusi pendidikan. Selain itu, pelaksanaan kurikulum 2013 di Madrasah
ini, terkendala pada sistem evaluasi yang belum jelas dan tidak semua Guru
memahaminya, dan juga ditambah dengan distribusi buku bahan ajar
kurikulum 2013 yang belum merata. Oleh karena itu, kami masih
menggunakan KTSP sebagai model kurikulum namun tetap ada upaya untuk
memodifikasi setiap kurikulum yang ada agar sesuai dengan materi
kemuhammadiyahan…”

Dari hasil interview diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa Madrasah Mualimin
Muhammadiyah tidak mempermasalahkan mengenai pengunaan kedua model kurikulum
tersebut. Madrasah Mualimin tidak menutup diri terhadap berbagai jenis kurikulum
asallkan sesuai dengan cita-cita dan visi-misi Mualimin sebagai institusi pendidikan
dibawah naungan Muhammadiyah. Lebih lanjut lagi, penerapan K13 di Madrasah
Mualimin masih terkendala belum adanya format evaluasi yang jelas dari Pusat sehingga
membingungkan beberapa Guru dalam proses evaluasinya dan selain itu, problematika
distribusi buku bahan ajar K13 terbitan Kementerian Agama ataupun Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan yang masih belum sampai di Madrasah Mualimin
Muhammadiyah. Oleh sebab itu, sebagian besar Guru di Madrasah Mu’alimin masih
menggunakan kurikulum KTSP dalam proses pembelajarannya dan evaluasinya
dikarenakan masih belum siapnya sarana penunjang untuk mengimplementasikan K13
secara menyeluruh di madrasah ini.
Selain itu, penerapan kurikulum model modifikatif, menurut Bapak Ruslan
Fariadi, M.Si, selaku Wakil Direktur I bidang Pendidikan dan Pengajaran merupakan
sarana integrasi yang efektif untuk memadukan materi-materi kemualiminan (leadership,
ilmu falaq dan ilmu keguruan) dalam berbagai jenis model kurikulum, baik KTSP ataupun
K13. Meskipun menggunakan kedua model kurikulum tersebut, upaya untuk
memodifikasi kurikulum beserta perangkat penunjangnya, yaitu buku bahan ajar dan
sistem evaluasinya, menjadi hal yang pokok untuk mempertahankan ciri khas madrasah
mualimin agar sesuai dengan visi-misi madrasah tersebut.

Page | 9
ANALISIS HASIL TEMUAN
Pada dasarnya perubahan ataupun pengembangan kurikulum dimaksudkan untuk
mengarahkan kurikulum yang sekarang ini ada untuk mencapai tujuan pendidikan yang
diharapkan, baik dalam lingkup internal ataupun eksternal lembaga pendidikan itu sendiri.
Dalam pengembangan kurikulum ini sebaiknya melihat keperluan masa depan dan
mampu memenuhi permintaan dari semua dimensi kehidupan. Selain itu juga menghentikan
penyimpangan-penyimpangan dan praktik yang salah atau bisa juga memperkenalkan
prosedur yang lebih baik. Perubahan bisa diartikan dengan memperbaiki atau
menyempurnakan dengan membuat sesuatu yang salah menjadi benar.
Pengembangan kurikulum juga harus disesuaian dengan tuntutan kebutuhan anak
didik, keadaan lembaga pendidikan, dan kondisi daerah, baik berupa materi yang diajarkan,
pengelolaan pengalaman belajar, cara mengajar, dan evaluasi keberhasilan belajar mengajar.
Sumber penggunaan kurikulum yang diterapkan oleh Madrasah Mu’alimin
Muhammadiyah merupakan hasil perpaduan kurikulum yang berasal dari Kemendiknas,
Kemenag dan kurikulum pesantren (Muhammadiyah). Berdasarkan hasil wawancara dengan
Bapak Ruslan Fariadi, M.Si, selaku Wakil Direktur I bidang Pendidikan dan Pengajaran,
model kurikulum secara umum yang diterapkan oleh Madrasah Mu’alimin Muhammadiyah
Yogyakarta merupakan Kurikulum Modifikatif. Lebih lanjut, hal tersebut disampaikan
sebagai berikut:

“…Kurikulum yang diterapkan oleh Madrasah Mu’alimin Muhammadiyah


Yogyakarta merupakan kurikulum model modifikatif. Kurikulum ini
merupakan hasil modifikasi kurikulum yang berasal dari Kementerian
Pendidikan Nasional dan Kementerian Agama yang disesuaikan dengan
visi, misi dan cita – cita kemuhammadiyahan. Lanjutnya, materi ataupun
bahan ajar yang berasal dari Pusat (Kemendiknas ataupun Kemenag)
disesuaikan dengan ajaran kemuhammadiyahan, sehingga ada beberapa
materi pelajaran yang berubah atau dimodifikasi. Terdapat team khusus
(terdiri dari Guru Internal Mu’alimin) untuk memilih dan memilah bahan
materi pembelajaran yang mana sesuai dan mana yang tidak sesuai dengan
ajaran Muhammadiyah…8”

Dari penjelasan diatas, Peneliti mendapatkan informasi bahwa terdapat penyesuaian materi
ataupun bahan pembelajaran yang berasal dari Kemendiknas dan Kemenag dengan
mengambil standar parameter pemilihan bahan pembelajaran yang sesuai dengan nilai-nilai
Kemuhammadiyahan. Selain itu, terdapat team penyeleksi materi-materi tersebut yang terdiri

8
Hasil Wawancara terhadap Bapak Ruslan Fariadi, M.Si, selaku Wadir I Bidang Pendidikan dan Pengajaran, di
kantor Guru Madrasah Mu’alimin Muhammadiyah pada tanggal 14th Desember 2014

Page | 10
dari team guru internal Mu’alimin sendiri. Adanya modifikasi ini, menyebabkan adanya
perbedaan pada kajian pembahasan dalam beberapa mata pelajaran tertentu, misalnya Fiqih;
Qur’an Hadits and Aqidah Akhlaq. Misalnya, dalam buku bahan ajar Fiqih yang
mencantumkan penggunaan Do’a Qunut dalam shalat Shubuh, materi tersebut tidak dipakai
oleh Pendidik untuk disampaikan didalam kelas. Namun, bukan berarti semua isi dari buku
tersebut tidak dipakai dalam proses pembelajaran, karena asalkan kajian materinya bersifat
umum dan sesuai dengan nilai kemuhammadiyahan, maka buku tersebut masih digunakan.
Namun pengaruh dari perpaduan kurikulum yang berasal dari beberapa institusi
tersebut (Kurikulum Kemendiknas, Kemenag dan kurikulum Pesantren Muhammadiyah)
menyebabkan adanya overloaded terhadap materi ataupun mata pelajaran yang diberikan
kepada peserta didik, secara lebih khusus adanya pengulangan beberapa kajian pada mata
pelajaran tertentu yang telah disampaikan di Madrasah Mu’alimin dengan pelajaran yang
disampaikan di Asrama (Ma’had) dimana peserta didik tinggal. Hal ini diutarakan oleh
Sumarito, S.Pd.I, Musyrif pada Asrama Muadz bin Jabal Mu’alimin, yang mengatakan bahwa
adanya kesamaan dalam kajian pembelajaran yang disampaikan di Asrama dengan yang di
sampaikan di Madrasah9. Adapun jenis pengembangan kurikulum yang telah dilakukan oleh
Madrasah Mu’alimin Muhammadiyah dijelaskan secara lebih terperinci pada paragraph
dibawah ini:
a. Tujuan Pembelajaran;
Meskipun secara historis Madrasah Mu’alimin Muhammadiyah telah
mengalami perubahan nomenklatur nama institusi, namun perubahannya tersebut tidak
mengubah tujuan Madrasah Mu’alimin secara substantif, hal ini dinyatakan oleh Bapak
Ruslan Fariadi, M.Si sebagai berikut:
“…memang Madrasah Mua’limin Muhammadiyah telah mengalami
perubahan nama pada periode sebelumnya, namun perubahan tersebut tidak
mengubah tujuan dan visi – misi lembaga Madrasah ini secara substantif.
Adanya perubahan nomenklatur tersebut menunjukkan bahwa adanya
modifikasi dan penyesuaian terhadap kurikulum yang digunakan oleh
Madrasah ini. Memang penyesuaian kurikulum merupakan cara yang tepat
untuk menyesuaikan perubahan zaman dan kebutuhan masyarakat sehingga
tantangan tersebut direspon oleh madrasah Mu’alimin melalui perubahan
nomenklatur. Namun, saya (Ruslan Fariadi, M.Si.) ingatkan kembali secara
substantif, tidak ada perubahan dalam Mu’alimin…10”

9
Hasil Wawancara Peneliti secara personal kepada Sumarito S.Pd.I, Musyrif pada asrama Muadz bin Jabal pada
tanggal 14th Desember 2014 di Masjid Madrasa Mu’alimin Muhammadiyah.
10
Hasil Wawancara terhadap Bapak Ruslan Fariadi, M.Si, selaku Wadir I Bidang Pendidikan dan Pengajaran, di
kantor Guru Madrasah Mu’alimin Muhammadiyah pada tanggal 14th Desember 2014

Page | 11
Dari penuturan diatas, Peneliti dapat menyimpulkan bahwa adanya perubahan
nomenklatur nama Madrasah Mu’alimin Muhammadiyah, secara historis, merupakan
sebuah usaha untuk mengembangkan jenis kurikulum yang digunakannya. Dalam proses
pengembangan kurikulum itulah, pertimbangan atas faktor kondisi masyarakat kekinian,
tuntutan zaman dan kebutuhan masyarakat terhadap Madrasa Mu’alimin direspon melalui
perubahan nomenklatur nama institusi. Namun, hal yang patut digarisbawahi adalah
meskipun telah berganti nomenklatur nama institusi, visi – misi dan cita-cita Madrasa
Mu’alimin secara substantif tidak berubah.

b. Materi Pembelajaran
Terdapat beberapa mata pelajaran yang menjadi ciri khas sebagai Madrasah
Mu’alimin Muhammadiyah Yogyakarta dibandingkan dengan sekolah ataupun Madrasah
lainnya, yaitu mata pelajaran Ilmu Pendidikan, Ilmu Falaq dan Ilmu Kepemimpinan
(Leadership). Informasi tersebut didapatkan Peneliti saat mewawancarai Bapak Ruslan
Fariadi, M.Si, selaku Wadir I Bidang Pendidikan dan Pengajaran. Ketiga mata pelajaran
tersebut disampaikan pada setiap peserta didik dengan setiap jenjang pendidikan yang
berbeda.
Menurut analisis Peneliti mengenai ketiga mata pelajaran tersebut, Peneliti
memandang ketiga subjek pembelajaran tersebut merupakan kelanjutan dari visi, misi dan
cita-cita yang diemban oleh Madrasah Mu’alimin Muhammadiyah Yogyakarta sebagai
sebuah institusi pendidikan dibawah naungan Muhammadiyah. Mata pelajaran Ilmu
keguruan merupakan hasil perpanjangan tangan dari visi dan misi Madrasah Mu’alimin
Muhammadiyah mengenai keberadaannya sebagai sebuah institusi pendidikan yang
orientasinya untuk mencetak Pendidik (Mu’alimin), sehingga mata pelajaran ini
disampaikan kepada setiap peserta didik. Mata pelajaran Ilmu Falaq merupakan
perpanjangan tangan dari visi dan misi Madrasah Mu’alimin untuk mencetak Ulama yang
memiliki pengetahuan keagamaan sebagaimana pengetahuan sains dan humaniora, selain
itu mata pelajaran Ilmu Kepemimpinan merupakan usaha dari Madrasah Mu’alimin
sebagai sebuah institusi pendidikan yang bertujuan untuk mencetak kader-kader
Muhammadiyah supaya terbekali dengan kemampuan kepemimpinan (leadership skill)
saat mereka kembali ke tanah kelahirannya dan berperan sebagai seorang kader
Muhammadiyah.
Hal ini senada dengan apa yang disampaikan oleh Sumarito, S.Pd.I, salah
seorang Musyrif pada Madrasah Mu’alimin, yang menjelaskan bahwa ketiga mata

Page | 12
pelajaran tersebut berpangkal pada visi, misi dan cita-cita Madrasah Mu’alimin
Muhammadiyah Yogyakarta sebagai institusi pendidikan yang berhaluan
Muhammadiyah11.

c. Strategi;
Jika membahas metode ataupun strategi pembelajaran yang digunakan di
Madrasah Mu’alimin Muhammadiyah, maka Peneliti menemukan adanya fleksibilitas dan
kelenturan terhadap pemilihan metode pembelajaran yang digunakan. Sebagaimana yang
disampaikan Bapak Ruslan Fariadi, M.Si, selaku Wakil Direktur I Bidang Pendidikan dan
Pengajaran, bahwa pemilihan metode pembelajaran disesuaikan dengan mata pelajaran
yang akan disampaikan. Mata pelajaran yang melibatkan penggunaan teknologi dan sistem
informasi, misalnya Pelajaran Komputer, pastinya membutuhkan metode ataupun strategi
pembelajaran yang memaksimalkan penggunaan piranti teknologi, namun bila
pelajarannya adalah Qur’an dan Hadits ataupun Fiqih, maka metode pembelajaran
ekspositori, praktik dan diskusi merupakan metode pembelajaran yang akan digunakan.
Pengembangan kurikulum dalam komponen strategi terlihat dimana Madrasah
Mu’alimin Muhammadiyah mulai menggunakan teknologi dan piranti-piranti sistem
informasi lainnya untuk mengakomodir perkembangan zaman sehingga peserta didik
dapat terbekali dengan pengetahuan terhadap teknologi secara mumpuni.
Lebih lanjut lagi, Madrasah Mu’alimin Muhammadiyah yang memiliki
beberapa asrama sebagai tempat tinggal bagi peserta didiknya merupakan salah satu
strategi untuk mewujudkan kader-kader Muhammadiyah yang tidak hanya memiliki
kecakapan secara akademik – intelektual, namun memiliki keterampilan sosial dan
kedalaman akhlaq atau perilaku yang luhur. Pembelajaran yang diterapkan di Madrasa
Mu’alimin merupakan pembelajaran yang integralistik dimana melibatkan posisi Asrama
bagi peserta didik sebagai sarana pembelajaran yang berorientasi pada komponen perilaku
atau akhlaq. Pernyataan tersebut senada dengan statement yang disampaikan oleh
Sumarito, S.Pd.I, selaku Musyrif di Asrama Muadz bin Jabal, yang menyatakan sebagai
berikut:
“…keberadaan asrama (ma’had) merupakan sarana untuk menggembleng
perilaku atau akhlaq siswa. Kegiatan yang diterapkan di asrama, misalnya pada
asrama Muadz bin Jabal, seperti Qiro’ah, Tahfidz, Imla’ dan Pendampingan
Muroja’ah. Keberadaan Musyrif di Asrama seperti wali orang tua bagi siswa,

Hasil Wawancara Peneliti secara personal kepada Sumarito, S.Pd.I, Musyrif pada Asrama Muadz bin Jabal
11

Madrasah Mu’alimin Muhammadiyah pada tanggal 14th Desember 2014 di Masjid Madrasah Mu’alimin.

Page | 13
karena proses pendampingan secara personal atau kalau ada siswa yang sakit,
Musyrif memiliki tanggung jawab untuk mengantarkannya. Lebih lanjut lagi,
bila ada siswa yang memiliki kekurangan dalam hal hafalannya, namun
memiliki akhlaq dan ibadah yang baik, hal itu bisa digunakan sebagai bahan
pertimbangan jika siswa tersebut terganjal masalah hafalan…12”

Dari penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa strategi atau metode pembelajaran
yang digunakan di Madrasa Mu’alimin Muhammadiyah merupakan metode pembelajaran
yang dinamis dan sekaligus bersifat integralistik, dimana peranan asrama sebagai bagian
penunjang pembelajaran di kelas sangat dioptimalisasikan, terutama dalam hal pembinaan
akhlaq.
d. Sistem Evaluasi.
Membicarakan sistem evaluasi pada Madrasa Mu’alimin Muhammadiyah, berdasarkan
hasil wawancara yang dilakukan kepada Bapak Ruslan Fariadi, M.Si menjelaskan bahwa
secara umum model evaluasi yang diterapkan hampir sama dengan sekolah ataupun
madrasa pada umumnya, yaitu sistem evaluasi summatif dan formatif. Sistem evaluasi
juga diperuntukkan untuk mengukur kinerja Pendidik dalam proses pembelajarannya.
Penggunaan sistem evaluasi summatif dan formatif sebagaimana institusi pendidikan pada
umumnya, sebenarnya merupakan pengembangan kurikulum dalam komponen evaluasi
jika ditelusuri secara historis perkembangan Madrasa Mu’alimin Muhammadiyah itu
sendiri. Peneliti mendapatkan informasi dari Sumarito, S.Pd.I, selaku Musyrif Senior
sekaligus Alumni Madrasah Mu’alimin, bahwa pada awalnya sistem evaluasi
pembelajaran pada Madrasa Mu’alimin bersifat terpisah dari sistem evaluasi nasional. Hal
ini menyebabkan Madrasa Mu’alimin pernah mengalami masa-masa dimana ijazah yang
digunakan merupakan ijazah yang bersifat lokal, bukannya ijazah yang bersifat nasional
sebagaimana sekarang ini. Tambahnya lagi, masa-masa itu Madrasa Mu’alimin tidak
menyelenggarakan UN dan komponen evaluasinya mutlak materi-materi tentang
kemuhammadiyahan.

KESIMPULAN
Pengembangan kurikulum merupakan sebuah usaha untuk mengakomodir dan
mengadaptasi pergerakan zaman, tuntutan masyarakat sekaligus sebagai sebuah respon balik
atas dinamika kehidupan sosial yang bergerak secara dinamis dilingkungan sekitar institusi
pendidikan. Sebagaimana institusi pendidikan lainnya, Madrasa Mu’alimin Muhammadiyah

Hasil Wawancara Peneliti secara personal kepada Sumarito, S.Pd.I, Musyrif pada Asrama Muadz bin Jabal
12

Madrasah Mu’alimin Muhammadiyah pada tanggal 14th Desember 2014 di Masjid Madrasah Mu’alimin.

Page | 14
juga mengalami beberapa model pengembangan kurikulum yang memiliki orientasi untuk
merespon tantangan masyarakat namun tetap berpegang teguh pada visi, misi dan cita-cita
luhur Muhammadiyah. Pengembangan kurikulum pada Madrasa Mu’alimin meliputi
beberapa komponen, yaitu tujuan pembelajaran, strategi pembelajaran, materi atau isi dan
sistem evaluasi. Dalam komponen-komponen tersebut, keberadaan Asrama bagi siswa
Mualimin merupakan usaha pembelajaran integralistik yang menekankan pada aspek perilaku
atau akhlaq, sehingga diharapkan siswa Madrasa Mu’alimin memiliki kecakapan dalam hal
akademik sebagaimana kecakapan dalam interaksi sosial, akhlaq dan kedalaman spiritual.

DAFTAR PUSTAKA
Carter V. Good, (ed), Dictionary of Education, Third Edition, (New York: McGraw-Hill,
1973)

Hendyat Soetopo, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum, (Jakarta: Bina Aksara, 1998)

Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya,


2010)

Sukiman, “Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktik pada Perguruan Tinggi”,


(Yogyakarta: FITK, 2013)

Winarno Surachmad, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum, (Jakarta: Proyek


Pengadaan Buku Sekolah Pendidikan Guru, 1977)

www.muallimin.sch.id

Wawancara terhadap Ruslan Fariadi, M.Si

Wawancara terhadap Sumarito, S.Pd.I

Page | 15

Anda mungkin juga menyukai