Anda di halaman 1dari 7

Teori Kognitif

Secara bahasa Kognitif berasal dari bahasa latin ”Cogitare” artinya berfikir.


Kemudian istilah kognitif lebih mementingkan proses belajar, biasanya penganut teori ini,
menyatakan bahwa belajar tidak hanya sekedar hubungan antara stimulus- respons, tetapi
melibatkan proses berfikir yang sangat kompleks (umum).

Dalam praktek pembelajaran, teori kognitif antara lain tampak dalam rumusan-
rumusan seperti : “Tahap-tahap Perkembangan” yang dikemukakan oleh Tokoh-tokoh Teori
Kognitif ini ialah :

1. Teori teori Jean Piaget.

Menurut Jean Piaget, bahwa proses belajar sebenarnya terdiri dari tiga tahapan, yaitu :

a. Asimilasi
proses penyatuan (pengintegrasian) informasi baru ke struktur kognitif yang
sudah ada dalam benak siswa. Contoh, bagi siswa yang sudah mengetahui prinsip
penjumlahan, jika gurunya memperkenalkan prinsip perkalian, maka proses
pengintegrasian antara prinsip penjumlahan (yang sudah ada dalam benak siswa),
dengan prinsip perkalian (sebagai informasi baru). “Artinya, dengan asimilasi,
siswa menggunakan konsep-konsep yang telah mereka punyai untuk berhadapan
dengan fenomena yang baru”
b. Akomodasi
penyesuaian struktur kognitif ke dalam situasi yang baru. Contoh, jika siswa
diberi soal perkalian, maka berarti pemakaian (aplikasi) prinsip perkalian tersebut
dalam situasi yang baru dan spesifik. “artinya, dengan akomodasi siswa mengubah
konsepnya yang tidak cocok lagi dengan fenomena baru yang mereka hadapi.
Akomodasi disebut juga perubahan konsep secara radikal”.
Supaya terjadi perubahan akomodasi(secara radikal) harus dibutuhkan empat
syarat; (1) harus ada ketidakpuasan terhadapa konsep yang telah ada. (2) konsep
yang baru haru bisa dimengerti, rasional, dan dapat memecahkan persoalan. (3)
konsep yang baru harus masuk akal, dan juga konsisten dengan teori-teori
pengatahuan sebelumnya. (4) konsep baru harus berdaya guna bagi perkembangan
peneltian dan penemuan baru.

c. Equilibrasi (penyeimbangan)
penyesuaian berkesinambungan antara asimilasi dan akomodasi. Contoh, agar
siswa tersebut dapat terus berkembang dan menambah ilmunya, maka yang
bersangkutan menjaga stabilitas mental dalam dirinya yang memerlukan proses
penyeimbangan antara “dunia dalam” dan “dunia luar.

Menurut Piaget, equilibrasi yang baik memiliki kemampuan untuk menata berbagai
informasi dengan baik, jerneih dan logis. Sebaliknya equilibrasi yang buruk akan cenderung
menyimpan informasi kurang teratur, mrmpunyai alur berpikir ruwet, tidak logis dan berpikir
berbelit-belit.
Piaget membagi tahap-tahapa perkembangan kognitif ini menjadi empat yaitu:

1. Tahap sensorimotor (umur 1,5-2 tahun)

Pada tahap ini anak mengatur sensorinya (inderanya) dan tindakan-tindakannya.


Pada awal periode ini anak tidak mempunyai konsepsi tentang benda-benda secara
permanen. Artinya anak belum dapat mengenal dan menemukan objek, benda apapun
yang tidak dilihat, tidak disentuh atau tidak didengar. Benda-benda tersebut dianggap
tidak  ada meskipun sesungguhnya ada di tempat lain.

2. Tahap Praoperasional (umur 2/3-7/8 tahun)

Anak sudah dapat memahami objek-objek secara sempurna, sudah dapat mencari
benda yang dibutuhkannya walaupun ia tidak melihatnya. Sudah memiliki
kemampuan berbahasa (dengan kata-kata pendek).

3. Tahap Operasional Konkret ( umur 7/8-12/14 tahun )

Anak sudah mulai melakukan operasi dan berpikir rasional, mampu mengambil
keputusan secara logis yang bersifat konkret, mampu mepertimbangkan dua aspek
misalnya bentuk dan ukuran. Adanya keterampilan klasifikasi-dapat menggolongkan
benda-benda ke dalam perangkat-perangkat dan penalarannya logis dan bersifat tidak
abstrak (tidak membayangkan persamaan aljabar).

4. Tahap Operasional Formal ( umur 14 tahun atau lebih )


Remaja tidak lagi terbatas pada pengalaman konkret aktual sebagai dasar
pemikiran. Mereka dapat membangkitkan situasi-situasi khayalan, kemungkinan-
kemungkinan hipotetis, atau dalil-dalil dan penalaran yang benar-benar abstrak.
2. Teori kognitif Ausubel.

Ausubel percaya bahwa “Advence Organizers” dapat memberikan tiga macam


manfaat, yaitu :

a. Dapat menyediakan suatu kerangka kenseptual untuk materi belajar yang akan di
pelajari oleh siswa.
b. Dapat berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan antara yang sedang
dipelajari siswa saat ini dengan apa yang akan dipelajari siswa, sedemikian rupa,
c. Sehingga membantu siswa untuk memahami bahan belajar secara lebih mudah.

Untuk mengatasi persoalan diatas, maka ausubel mengisyaratkan kepada para guru
sebegai berikut :

a. Pengatahuan guru terhadap materi harus sangat baik.


b. Seorang guru akan mampu menemukan inormasi yang menurut ausubel “sangat
abstrak”, umum dan insklusif, yang mewadahi apa yang akan dipelajari itu.
c. Logika berpikir guru dituntut sebaik mungkin.
Salain itu, beberapa prinsip-prinsip teori belajar bermakna ausubel adalah sebagai
berikut:

a. Mengukur kesiapan siswa


b. Memilih materi-materi kunci lalu penyajiannya diatur dan dimulai dengan contoh.
c. Mengidentifikasi prinsip-prinsip yang dikuasai dari materi baru.
d. Menyajikan suatu pandangan secara menyeluruh tentang apa yang harus
dipelajari.
e. Mengajar siswa untuk memahami konsep-konsep dan prinsip yang sudah ada
dengan memberikan focus pada hubungan yang ada.
3. Teori Kognitif Bruner.
Dalam memandang proses belajar, bruner menekankan teorinya yang disebut
free discovery learning, ia mengatakan bahwa proses belajar akan berjalan dengan
baik dan kreatif jika guru emberikan kesmpatan kepada siswa untuk menemukan
suatu konsep, teori,  aturan atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai
dalam kehidupannya.
Menurut bruner perkembangan kognitif seseorang terjadi melalui tiga tahap,
yaitu:
a. Tahap enaktif
Dimana siswa melakukan aktifitas dalam upayanya memahai lingkunga
sekitarnya
b. Tahap ikonik
Dimana siswa memahami atau melihat objek-objek atau dunianya melalui
gambar-gambar dan viualisasi verbal.
c. Tahap simbolik
Dimana siswa mampu memiliki ide-ide atau gagasan-gagasan abstrak yang sangat
dipengruhi oleh kemampuannya dalam berbahasa dan logika dan komunkasi
dilakukan dengan pertolongan sistem symbol.

Dapat disimpulkan bahwa teori belajar kognitif menurut bruner adalah belajar akan
berjalan dengan baik dan anak akan cendrung lebih kreatif jika guru dapat meberikan
siswa kesempatan dalam mengembangkan bahasa dan juga mengembangkan dirinya
agar ia dapat menemukan konsep, teori, pengetahuan, pemahaman dari apa-apa yang
ia lihat dilingkungannya.

4. Teori Kognitif Hertley dan Davies

Bahwa prinsip-prinsip kognitifisme dari beberapa contoh diatas banyak diterapkan


dalam dunia pendidikan khususnya dalam melaksanakan kegiatan perancangan
pembelajaran, prinsip tersebut adalah:

a. Siswa akan lebih mudah mengingat dan memahami sesuatu apabila pelajaran
tersebut disusun berdasarkan pola logika tertentu,
b. Penyusunan materi pelajaran harus dari yang sederhana ke yang rumit.
c. Belajar dengan memahami lebih baik daripada menghafal tanpa pengertian.
d. Adanya perbedaan individual pada siswa harus diperhatikan, karena factor ini
sangat mempengaruhi proses belajar siswa.
5. Kritik terhadap Teori Kognitif
Beberapa kritik terhadap teori kognitif adalah sebagai berikut:
a. Teori kognitif ini, terutama teori yang dikembangkan oleh piaget, sering di kritik
karena suka dipraktekkan.
b. Beberapa konsep tertentu yang mendasari teori ini seperti: 1. Intelegensi, 2.
Belajar, 3. Pengetahuan.

Teori Humanistik

Teori ini sangat menekankan pentingnya “isi” dari pada proses belajar. Pada
kenyataannya teori ini lebih banyak berbicara tentang pendidikan dan proses belajar dalam
bentuk yang paling ideal.

Dalam praktek, teori ini antara lain terwujud dalam pendekatan yang di usulkan oleh
Ausubel yang disebut dengan “belajar bermakna” atau meaningful learning. Teori ini juga
terwujud dalam teori Bloom dan Krathwohl dalam bentuk taksonomi Bloom yang terkenal
dalam dunia pendidikan sampai sekarang. Selain itu empat tokoh lain yang termasuk dalam
kubu teori ini adalah Kolb, Honey dan Mumford, serta Habermas.

1. Teori Humanistik Bloom dan Krathwohl

Dalam teori ini, Bloom dan Krathwohl menunnjukan apayang mungkin dikuasi oleh
peserta didik, tercakup dalam tiga kawasan atau rana, yaitu:

a. Kognitif : terdiri dari enam tingkatan


1. Pengetahuan (mengingatkan dan menghafal)
2. Pemahaman (menginterpretasikan)
3. Aplikasi (menggunakan konsep untuk memecahkan suatu masalah)
4. Analisis (menjabarkan suatu konsep)
5. Sisntesi (menggabungkan bagian-bagian konsep menjadi suatu konsep utuh)
6. Evaluasi (membandingkan nilali, ide, metode, dan sebagainya)
b. Psikomotorik : terdiri dari Lima tingkatan
1. Peniruan (menirukan gerakan)
2. Penggunaan (menggunakan konsep untuk melakukan gerakan)
3. Ketetapan (melakukan gerakan dengan benar)
4. Perangkaian (melakukan beberapa gerakan)
5. Naturalisasi (melakukan gerakan wajar)
c. Afektif : terdiri dari lima tingkatan
1. Pengenalan (ingin menerima, sadar akan adanya sesuatu)
2. Merespon (aktif berpartisipasi)
3. Penghargaan (menerima nilai-nilai, setia kepada nilai-nilai tertentu)
4. Pengorganisasian (menghubungkan nilai-nilai yang dipercayai)
5. Pengalaman (menjadikan nilai-nilai sebagai bagian dari pola hidup).
Teksonomi Bloom ini, berhasil memberi inpirasi kepada banyak pakar lain untuk
mengembangkan teori-teori belajar dan pembelajaran. Selain itu juga banyak dijadikan
pedomanuntuk membuat buti-butir soal ujian.

2. Teori Humanistik Kolb


Kolb membagi Ada empat tahapan belajar belajar, Yaitu:
a. Pengalaman Konkret
Tahapan paling dini dalam proses belajar, siswa hanya mampu sekedar ikut
mengalami suatu kejadian.
b. Pengalaman Aktif dan Reflektif
Tahap kedua, siswa tersebut lambat laun mampu mengadakan obsevasi aktif
terhadap kejadian itu, mulai berusaha memikirkan dan memahaminya.
c. Konseptualisasi
Tahap ketiga, siswa mulai belajar untuk m,embuat abstraksi atau teori tentang
sesuatu hal yang ernah diamatinya.
d. Eksperimentasi Aktif
Tahap terakhir, siswa sudah mampu mengaplikasikan suatu aturan umum kesituasi
yang baru.

Menurut Kolb, siklus belajar menurut teori ini terjadi berkeseinambungan dan
berlangsung diluar kesadaraan si pelajar.

3. Teori Humanistik Honey dan Mumford


Honey dan Mumford membuat ada empat macam atau tipe siswa.
a. Siswa tipe aktivis
1. Suka melibatakan diri pada pengalaman-pengalaman baru.
2. Cenderung berpikir terbuka dan mudah diajak berdialog.
3. Kurang skeptis terhadap sesuatu, identic dengansifat mudah percaya dalam
proses belajar.
4. Menyukai metode yang mampu mendororng seseorang menemukan hal-hal
baru seperti “brain storming” atau “problrm solving”.
5. Cepet bosan dengan hal-hal yang memerlukan waktu lama dan implentasi.
b. Siswa tipe reflrktif
1. Cenderung sangat berhati-hati mengambil langkah dalam proses pengambilan
keputusan.
2. Siswa tipe ini cenderung “konvervatif”
3. Merka lebih suka menimbang-nimbang secara cermat baik buruk suatu
keputusan.
c. Siswa tipe teoris
1. Biasanya sangat kritis, senang menganalisis dan menyukai pendapat atau
penilaian yang sifatnya subyektif.
2. Berpikir rasional adalah suatu hal yang sangat penting.
3. Sangat skeptic dan tidak menyukai hal-hal yang bersifat “spekulatif”
d. Siswa tipe pragmatis
1. Perhatian besar terhadap aspek-aspek prkatis dari segala hal.
2. Teori-penting-tetapi apabila teori tersebut tidak dapat dipeaktekan untuk apa?
3. Tidak “suka bertele tele” membahas aspek teoritis, filosofis dari sesuatu.
4. Sesuatu yang dikatakan ada manfaatnya dam abik jika dapat dipraktekkan
4. Kritik terhadap Teori Humanistik
Teori humanistik sangat membantu kita memahami proses belajar serta
melakukan proses belajar itu dalam dimensi yang lebih luas, jika mampu
menempatkannya pada konteks yang tepat. Walaupun, teori ini sukar diterjemahkan
ke dalam langkah-langkah praktis proses belajar, tetapi ide-ide, konsep-konsep dan
taksonomi-taksonomi yang dibahas dalam teori lebih membantu membuka untuk
memhami hakekatnya jiwa manusia dan juga membantu menntukan strategi belahjar
yang tepat secara lebih sadar dan terarah dan tidak semata-mata tergantung pada
intuisi.
5. Prinsip-prinsip (teori) pembelajaran
Berbeda dengan teori belajar, teori pembelajaan bersifat prespektif. Teori
pembelajaran merumuskan cara-cara untuk membuat orang dapat belajar dengan baik.
Dalam teori pembelajaran dibicarakan tentang prinsip-prinsip yang dipakai untuk
memecahkan masalah-masalah praktis didalam pembelajaran dan bagaimana
menyelesaikan masalah yang terdapat dalam pembelajaran sehari hari.
Prosedur meningkatkan kualitas pembelajaran dibagi 4 macam:
a. Belajar merupakan suatu kempulan proses yang bersifat individu merupakan
stimulasi yang dating dari lingkungan seseorng kedalam sejumlah informasi yang
selanjutnya dapat menyebabkan adanya hasil belajara dalam bentuk ingatan
jangka panjang.
b. Kemampuan yang merupakan hasil belajar ibi dapat dikategorikan sebagai bersifat
Praktis dan bersifat teoritis.
c. Kejadian kejadian didalam pemeblajaran yang mempengaruhi proses belajar dapat
dikelompokan ke dalam kategori umum, tanpa memeperhatikan hasil belajar yang
diharapkan.
d. Dari uarain diatas tanpak bahwa toeri pembelajaran merupakan suatu kempulan
prinsip-prinsip yang terintegrasi dan memberikan preskripsi untuk mengatur
situasi agar siswa mudah menvapai tujuan belajar. Maka toeri pemebelajaran ini
dapat diabagi kedalam dua kelompok yaitu: 1. Pendekatan meodifikasi
tingkahlaku, 2. Teori pembelajaran konstruk kognitif.

Toeri pembelajaran berdasarkan prinsip-prinsip.

Dari berbagai teori belajar yang ada, Bulgelski mengindentifikasi beberapa puluh
prinsip kemudian dipadatkan menjadi empat prinsip dasar yang dapat diterapkan oleh parah
guru dalam melaksanakan tugas mengajar, yaitu:

1. Untuk belajar siswa harus mempunyai perhatian dan responsive terhadap materi yang
akan diajarkan.
2. Semua proses belajar memerlukan waktu, dan untuk suatu waktu tertentu hanya dapat
dipelajari sejumlah materi yang sangat terbatas.
3. Didalam diri oeang yang sedang belajar selalu terdapat suatu alat pengatur internal
yang dapat menyetrom motivasi serta menentuakan sejauh mana dan dalam bentuk
apa seseorang bertindak suatu situasi tertentu.
4. Pengatahuan tentang hasil yang diperoleh didalam proses belajar merupakan factor
penting senagai pengontrol.

Anda mungkin juga menyukai