Anda di halaman 1dari 2

Direktur RSUD Kanjuruhan serta Kasubag Keuangan Dinkes Kabupaten

Malang, Ditetapkan Tersangka Korupsi Dana Kapitasi Rp 8,5 miliar

Direktur RSUD (Rumah Sakit Umum Daerah) Kanjuruhan, dr. Abdurrahman dan
Kasubag Keuangan Dinas Kesehatan Kabupaten Malang, Yohan Charles LS statusnya resmi
ditetapkan sebagai tersangka dalam dugaan kasus korupsi, Senin (13/1/2020).

Keduanya ditetapkan tersangka setelah menjalani pemeriksaan setahun oleh penyidik


Kejaksaan Negeri (kejari) Kepanjen.  ”Setelah sekitar setahun melakukan penyidikan, keduanya
akhirnya kami tetapkan sebagai tersangka atas dugaan kasus korupsi dana kapitasi," kata Abdul
Qohar selaku Kajari Kepanjen, saat menggelar pers rilis di kantor Kejari Kepanjen, Senin
(13/1/2020).

Dari hasil penyidikan yang berlangsung sekitar setahun lamanya tersebut, penyidik Kejari
Kepanjen memperkirakan jika dana yang diduga dikorupsi oleh kedua tersangka mencapai lebih
dari Rp 8,5 miliar.

Diduga kuat, dana yang dikorupsi itu bersumber dari hasil kapitasi atau anggaran yang
dialokasikan oleh BPJS yang diperuntukan bagi Puskesmas. Di mana dana yang dikucurkan
melalui Dinkes (Dinas Kesehatan) tersebut, seharusnya digunakan sebagai jasa operasional dan
pelayanan.

Sayangnya, sejak tahun 2015 hingga 2017, dana yang digelontorkan oleh BPJS itu
tersendat. Di mana saat anggaran mencapai milyaran tersebut mengalami kendala, Abdurrahman
diketahui masih menjabat sebagai Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Malang. ”Proses
penyidikan memang memakan waktu cukup lama, sebab ada banyak saksi yang harus kami
mintai keterangan sebelum akhirnya menetapkan keduanya menjadi status tersangka,” sambung
Abdul Qohar.

Beberapa saksi yang dimintai keterangan oleh penyidik ini memang bisa dikatakan tidak
tanggung-tangung. Pasalnya, mulai dari 39 Kepala Puskesmas serta 39 bendahara kapitasi
Puskesmas yang ada di Kabupaten Malang, tidak luput dari upaya pemeriksaan yang dilakukan
oleh penyidik Kejari.

Selain itu, para Kepala Dinkes Kabupaten Malang yang pernah menjabat maupun yang
baru menjabat juga tidak luput dari cercaan pertanyaan penyidik. Bahkan dua orang yang saat ini
berstatus tersangka tersebut juga sempat menjalani pemeriksaan sebanyak tiga kali. Guna
menguatkan temuan di lapangan, penyidik juga mengorek keterangan dari para pejabat struktural
Dinkes Kabupaten Malang, beberapa saksi dari BPJS, hingga para saksi ahli.
Kesemua saksi yang dimintai keterangan tersebut, mulai menjalani pemeriksaan sejak
awal Januari 2019 silam. Hasilnya, petugas mendapati beberapa alat bukti yang menguatkan.
Salah satunya dari hasil audit kerugian negara yang dilakukan BPKP (Badan Pengawasan
Keuangan dan Pembangunan) Jawa Timur (Jatim). ”Dari hasil audit, ditemukan adanya kerugian
negara yang mencapai lebih dari Rp 8,5 miliar,” jelas Abdul Qohar.

Praktik korupsi yang dilakukan para tersangka ini, dilakukan keduanya dengan cara
memotong dana kapitasi sebesar 7 persen pada setiap bulannya. Uang pemotongan tersebut
dilakukan pada puluhan puskesmas yang ada di Kabupaten Malang. Hasil pemotongan dana
kapitasi yang diduga digagas oleh Abdurrahman yang saat itu menjabat sebagai Kadinkes
Kabupaten Malang ini, kemudian diserahkan kepada tersangka Yohan Charles LS.

 "Anggaran sebesar 7 persen dari hasil pemotongan tersebut, diduga kuat digunakan oleh
kedua tersangka untuk kepentingan pribadi mereka. Saat ini masih kami dalami, untuk apa uang
hasil korupsi tersebut digunakan,” terang Abdul Qohar.

Atas perbuatannya tersebut, kedua tersangka diancam dengan pasal 2 juncto pasal 3 serta
pasal 12 huruf e, Undang-undang nomor 20 tahun 2001 tentang perubahan atas Undang-undang
nomor 31 tahun 1999 tentang pemberantasan tipikor (tindak pidana korupsi). ”Ancamannya
kurungan penjara minimal 4 tahun dan maksimal 20 tahun,” tegas Abdul Qohar.

Meski sudah ditetapkan sebagai tersangka, lanjut Abdul, Kejari hingga sementara ini
masih belum melakukan penahanan terhadap para tersangka. Sebab keduanya dinilai kooperatif
saat proses penyidikan berlangsung.

Meski demikian Kejari Kepanjen dipastikan bakal segera memanggil kedua tersangka
guna kepentingan penyidikan lanjutan. Bahkan , Abdul Qohar yang sepanjang sesi rilis
berlangsung didampingi oleh Kasi Pidsus, Muhandas Ulimen dan Kasi Datun, Wahyu Susanto
menegaskan bakal segera mengeluarkan surat perintah penyidikan khusus terhadap kedua
tersangka.

”Kasusnya masih akan kami kembangkan, terkait apakah akan ada tersangka lain dalam
kasus ini. Hasilnya nanti akan kita tentukan setelah proses penyidikan perkembangan
berlangsung," pungkasnya.

Di sisi lain, tersiar kabar jika Senin (13/1/2020) malam, pihak Kejari Kepanjen telah
mengamankan tersangka atas nama Abdurrahman. Namun saat dikonfirmasi pihak Kejari masih
enggan untuk memastikan kabar yang berhembus tersebut. ”Tidak ada (penangkapan terhadap
Abdurrahman),” ucap Kasi Pidsus, Muhandas Ulimen singkat.
Sementara itu, hingga berita ini diterbitkan belum ada penjelasan dari Abdurrahman. Saat
dibuhungi di nomor teleponnya, sedang tidak aktif.

Anda mungkin juga menyukai