Anda di halaman 1dari 12

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Suatu logam mempunyai sifat-sifat tertentu yang dibedakan atas sifat fisik,
mekanik, thermal, dan korosif. Salah satu yang penting dari sifat tersebut adalah sifat
mekanik. Sifat mekanik terdiri dari keuletan, kekerasan, kekuatan, dan ketangguhan. Sifat
mekanik merupakan salah satu acuan untuk melakukan proses selanjutnya terhadap suatu
material, contohnya

untuk dibentuk dan dilakukan proses permesinan. Untuk mengetahui sifat mekanik pada
suatu logam harus dilakukan pengujian terhadap logam tersebut. Salah satu pengujian yang
dilakukan adalah pengujian tarik. Dalam pembuatan suatu konstruksi diperlukan material
dengan spesifikasi dan sifat-sifat yang khusus pada setiap bagiannya. Sebagai contoh dalam
pembuatan konstruksi sebuah jembatan. Diperlukan material yang kuat untuk menerima
beban diatasnya. Material juga harus elastis agar pada saat terjadi pembebanan standar atau

berlebih tidak patah. Salah satu contoh material yang sekarang banyak digunakan pada
konstruksi bangunan atau umum adalah logam. Meskipun dalam proses pembuatannya telah
diprediksikan sifat mekanik dari logam tersebut, kita perlu benar-benar mengetahui nilai
mutlak dan akurat dari sifat mekanik logam tersebut. Oleh karena itu, sekarang ini banyak
dilakukan pengujian-pengujian terhadap sampel dari material. Pengujian ini dimaksudkan
agar kita dapat mengetahui besar sifat mekanik dari material, sehingga dapat dlihat kelebihan
dan kekurangannya. Material yang mempunyai sifat mekanik lebih baik dapat memperbaiki
sifat mekanik dari material dengan sifat yang kurang baik dengan cara alloying. Hal ini
dilakukan sesuai kebutuhan konstruksi dan pesanan. Uji tarik adalah suatu metode yang
digunakan untuk menguji kekuatan suatu bahan/material dengan cara memberikan beban
gaya yang sesumbu. Hasil yang didapatkan dari pengujian tarik sangat penting untuk
rekayasa teknik dan desain produk karena mengahsilkan data

kekuatan material. Pengujian uji tarik digunakan untuk mengukur ketahanan suatu material
terhadap gaya statis yang diberikan secara lambat.Salah satu cara untuk mengetahui besaran
sifat mekanik dari logam adalah dengan uji tarik. Sifat mekanik yang dapat diketahui adalah
kekuatan dan elastisitas dari logam tersebut. Uji tarik banyak dilakukan untuk melengkapi
informasi rancangan dasar kekuatan suatu bahan dan sebagai data pendukung bagi spesifikasi
bahan. Nilai kekuatan dan elastisitas dari material uji dapat dilihat dari kurva

uji tarik. Pengujian tarik ini dilakukan untuk mengetahui sifat-sifat mekanis suatu material,
khususnya logam diantara sifat-sifat mekanis yang dapat diketahui dari hasil pengujian tarik
adalah sebagai berikut:

1. Kekuatan tarik
2. Kuat luluh dari material

3. Keuletan dari material

4. Modulus elastic dari material

5. Kelentingan dari suatu material

6. Ketangguhan

Pengujian tarik banyak dilakukan untuk melengkapi informasi rancangan dasar


kekuatan suatu

bahan dan sebagai data pendukung bagi spesifikasi bahan. Karena dengan pengujian tarik
dapat diukur ketahanan suatu material terhadap gaya statis yang diberikan secara perlahan.
Pengujian tarik ini merupakan salah satu pengujian yang penting untuk dilakukan, karena
dengan pengujian ini dapat memberikan berbagai informasi mengenai sifat-sifat logam.
Dalam bidang industri diperlukan pengujian tarik ini untuk mempertimbangkan faktor
metalurgi dan faktor mekanis yang tercakup dalam proses perlakuan terhadap

logam jadi, untuk memenuhi proses selanjutnya. Oleh karena pentingnya pengujian
tarik ini, kita sebagai mahasiswa metalurgi hendaknya mengetahui mengenai pengujian ini.
Dengan adanya kurva tegangan regangan kita dapat mengetahui kekuatan tarik, kekuatan
luluh, keuletan, modulus elastisitas, ketangguhan, dan lain-lain. Pada pegujian tarik ini kita
juga harus mengetahui dampak pengujian terhadap sifat mekanis dan fisik suatu logam.
Dengan mengetahui parameter-parameter tersebut maka kita dapat data dasar mengenai
kekuatan suatu bahan atau logam.

1.2. Tujuan Percobaan Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui kekuatan bahan
logam melalui pemahaman dan pendalaman kurva hasil uji tarik.

1.3. Batasan Masalah Batasan masalah dalam percobaan ini yaitu melakukan pengujian pada
sampel yang berbentuk pelat dan kawat sampai sampel tersebut putus. Dari hasil pengujian
yang diperoleh, mencari berapa besar yield strength, tensile strength dan persentase
elongasinya.

1.4. Sistematika Penulisan Penulisan laporan ini dibagi menjadi lima bab. Bab I menjelaskan
mengenai latar belakang, tujuan percobaan, batasan masalah, sistematika penulisan Bab II
menjelaskan mengenai tinjauan pustaka yang berisi mengenai teori singkat dari percobaan
yang dilakukan, Bab III menjelaskan mengenai metode penelitian, Bab IV menjelaskan
mengenai data percobaan, Bab V menjelaskan mengenai pembahasan dan Bab VI
menjelaskan mengenai kesimpulan dari percobaan. Selain itu juga di

akhir laporan terdapat lampiran yang memuat contoh perhitungan, jawaban pertanyaan dan
tugas serta terdapat juga blangko percobaan. _____________________________
_____________________________ _____________________________ ___
BAB II

ISI

2.1 Dasar Pengujian Logam Uji tarik adalah suatu metode yang digunakan untuk menguji
kekuatan suatu bahan/material dengan cara memberikan beban gaya yang sesumbu
[Askeland, 1985]. Hasil

yang didapatkan dari pengujian tarik sangat penting untuk rekayasa teknik dan desain produk
karena mengahsilkan data kekuatan material. Pengujian uji tarik digunakan untuk mengukur
ketahanan suatu material terhadap gaya statis yang diberikan secara lambat. Gambar 1. Mesin
uji tarik dilengkapi spesimen ukuran standar. Seperti pada gambar 1 benda yang di uji tarik
diberi pembebanan pada kedua arah sumbunya. Pemberian beban pada kedua arah sumbunya
diberi beban yang sama besarnya.

Pengujian tarik adalah dasar dari pengujian mekanik yang dipergunakan pada material.
Dimana spesimen uji yang telah distandarisasi, dilakukan pembebanan uniaxial sehingga
spesimen uji mengalami peregangan dan bertambah panjang hingga akhirnya patah.
Pengujian tarik relatif sederhana, murah dan sangat terstandarisasi dibanding pengujian lain.
Hal-hal yang perlu diperhatikan agar penguijian menghasilkan nilai yang valid adalah; bentuk
dan dimensi spesimen uji, pemilihan grips dan lain-lain.

1. Bentuk dan Dimensi Spesimen uji Spesimen uji harus memenuhi standar dan spesifikasi
dari ASTM E8 atau D638. Bentuk dari spesimen penting karena kita harus menghindari
terjadinya patah atau retak pada daerah grip atau yang lainnya. Jadi standarisasi dari bentuk
spesimen uji dimaksudkan agar retak dan patahan terjadi di daerah gage length. 1. b. Grip
and Face Selection Face dan grip adalah faktor penting. Dengan pemilihan setting yang tidak
tepat, spesimen uji akan terjadi slip atau bahkan pecah dalam daerah

grip ( jaw break ). Ini akan menghasilkan hasil yang tidak valid. Face harus selalu tertutupi di
seluruh permukaan yang kontak dengan grip . Agar spesimen uji tidak bergesekan langsung
dengan face. Beban yang diberikan pada bahan yang di uji ditransmisikan pada pegangan
bahan yang di uji. Dimensi dan ukuran pada benda uji disesuaikan dengan estándar baku
pengujian. Gambar 2. Dimensi dan ukuran spesimen untuk uji tarik Kurva tegangan-regangan
teknik

dibuat dari hasil pengujian yang didapatkan. Gambar 3. Contoh kurva uji tarik Tegangan
yang digunakan pada kurva adalah tegangan membujur rata-rata dari pengujian tarik.
Tegangan teknik tersebut diperoleh dengan cara membagi beban yang diberikan dibagi
dengan luas awal penampang benda uji. Dituliskan seperti dalam persamaan 2.1 berikut: s=
P/A0 Keterangan ; s : besarnya tegangan (kg/mm ) P : beban yang diberikan (kg)

A : Luas penampang awal benda uji (mm ) Regangan yang digunakan untuk kurva tegangan-
regangan teknik adalah regangan linier rata-rata, yang diperoleh dengan cara membagi
perpanjangan yang dihasilkan setelah pengujian dilakukan dengan panjang awal. Dituliskan
seperti dalam persamaan 2.2 berikut. Keterangan ; e : Besar regangan L : Panjang benda
uji setelah pengujian (mm) Lo : Panjang awal benda uji (mm) Bentuk dan besaran pada kurva
tegangan-regangan suatu logam tergantung pada komposisi, perlakuan panas, deformasi
plastik, laju regangan, temperatur dan keadaan tegangan yang menentukan selama pengujian.
Parameter-parameter yang digunakan untuk menggambarkan kurva tegangan-regangan logam
adalah kekuatan tarik, kekuatan luluh atau titik luluh, persen perpanjangan dan pengurangan
luas. Dan parameter pertama adalah parameter kekuatan, sedangkan dua yang terakhir
menyatakan keuletan bahan.

Bentuk kurva tegangan-regangan pada daerah elastis tegangan berbanding lurus terhadap
regangan. Deformasi tidak berubah pada pembebanan, daerah remangan yang tidak
menimbulkan deformasi apabila beban dihilangkan disebut daerah elastis. Apabila beban
melampaui nilai yang berkaitan dengan kekuatan luluh, benda mengalami deformasi plastis
bruto. Deformasi pada daerah ini bersifat permanen, meskipun bebannya dihilangkan.
Tegangan yang dibutuhkan untuk menghasilkan deformasi plastis

akan bertambah besar dengan bertambahnya regangan plastik. Pada tegangan dan regangan
yang dihasilkan, dapat diketahui nilai modulus elastisitas. Persamaannya dituliskan dalam
persamaan Keterangan ; E : Besar modulus elastisitas (kg/mm ), e : regangan : Tegangan
(kg/mm ) Pada mulanya pengerasan regang lebih besar dari yang dibutuhkan untuk
mengimbangi penurunan luas penampang lintang benda uji dan tegangan teknik (sebanding
dengan beban F) yang bertambah terus,

dengan bertambahnya regangan. Akhirnya dicapai suatu titik di mana pengurangan luas
penampang lintang lebih besar dibandingkan pertambahan deformasi beban yang diakibatkan
oleh pengerasan regang. Keadaan ini untuk pertama kalinya dicapai pada suatu titik dalam
benda uji yang sedikit lebih lemah dibandingkan dengan keadaan tanpa beban. Seluruh
deformasi plastis berikutnya terpusat pada daerah tersebut dan benda uji mulai mengalami
penyempitan secara lokal. Karena penurunan luas penampang lintang lebih cepat

daripada pertambahan deformasi akibat pengerasan regang, beban sebenarnya yang


diperlukan untuk mengubah bentuk benda uji akan berkurang dan demikian juga tegangan
teknik pada persamaan (1) akan berkurang hingga terjadi patah. Dari kurva uji tarik yang
diperoleh dari hasil pengujian akan didapatkan beberapa sifat mekanik yang dimiliki oleh
benda uji, sifat-sifat tersebut antara lain [Dieter, 1993]: 1. Kekuatan tarik 2. Kuat luluh dari
material 3. Keuletan dari material 4. Modulus elastic dari material

5. Kelentingan dari suatu material 6. Ketangguhan. 2.2 Kekuatan Tarik Kekuatan yang
biasanya ditentukan dari suatu hasil pengujian tarik adalah kuat luluh ( Yield Strength ) dan
kuat tarik ( Ultimate Tensile Strength ). Kekuatan tarik atau kekuatan tarik maksimum
( Ultimate Tensile Strength / UTS), adalah beban maksimum dibagi luas penampang lintang
awal benda uji. di mana, S = Kuat tarik P = Beban maksimum A = Luas penampang awal
Untuk logam-logam yang liat

kekuatan tariknya harus dikaitkan dengan beban maksimum dimana logam dapat menahan
sesumbu untuk keadaan yang sangat terbatas. Tegangan tarik adalah nilai yang paling sering
dituliskan sebagai hasil suatu uji tarik, tetapi pada kenyataannya nilai tersebut kurang bersifat
mendasar dalam kaitannya dengan kekuatan bahan. Untuk logam-logam yang liat kekuatan
tariknya harus dikaitkan dengan beban maksimum, di mana logam dapat menahan beban
sesumbu untuk keadaan yang sangat

terbatas. Akan ditunjukkan bahwa nilai tersebut kaitannya dengan kekuatan logam kecil
sekali kegunaannya untuk tegangan yang lebih kompleks, yakni yang biasanya ditemui.
Untuk berapa lama, telah menjadi kebiasaan mendasarkan kekuatan struktur pada kekuatan
tarik, dikurangi dengan faktor keamanan yang sesuai. Kecenderungan yang banyak ditemui
adalah menggunakan pendekatan yang lebih rasional yakni mendasarkan rancangan statis
logam yang liat pada kekuatan luluhnya. Akan tetapi, karena jauh

lebih praktis menggunakan kekuatan tarik untuk menentukan kekuatan bahan, maka metode
ini lebih banyak dikenal, dan merupakan metode identifikasi bahan yang sangat berguna,
mirip dengan kegunaan komposisi kimia untuk mengenali logam atau bahan. Selanjutnya,
karena kekuatan tarik mudah ditentukan dan merupakan sifat yang mudah dihasilkan kembali
( reproducible). Kekuatan tersebut berguna untuk keperluan spesifikasi dan kontrol kualitas
bahan. Korelasi empiris yang diperluas antara kekuatan tarik dan sifat-sifat bahan misalnya
kekerasan dan kekuatan lelah, sering dipergunakan. Untuk bahan-bahan yang getas, kekuatan
tarik merupakan kriteria yang tepat untuk keperluan perancangan. Tegangan di mana
deformasi plastik atau batas luluh mulai teramati tergantung pada kepekaan pengukuran
regangan. Sebagian besar bahan mengalami perubahan sifat dari elastik menjadi plastik yang
berlangsung sedikit demi sedikit, dan titik di mana deformasi plastik mulai terjadi dan sukar
ditentukan secara teliti. Telah digunakan berbagai kriteria permulaan batas

luluh yang tergantung pada ketelitian pengukuran regangan dan data-data yang akan
digunakan. 1. Batas elastik sejati berdasarkan pada pengukuran regangan mikro pada skala
regangan 2 X 10 inci/inci. Batas elastik nilainya sangat rendah dan dikaitkan dengan gerakan
beberapa ratus dislokasi. 2. Batas proporsional adalah tegangan tertinggi untuk daerah
hubungan proporsional antara tegangan-regangan. Harga ini diperoleh dengan cara
mengamati penyimpangan dari bagian garis lurus kurva tegangan-regangan.

3. Batas elastik adalah tegangan terbesar yang masih dapat ditahan oleh bahan tanpa terjadi
regangan sisa permanen yang terukur pada saat beban telah ditiadakan. Dengan
bertambahnya ketelitian pengukuran regangan, nilai batas elastiknya menurun hingga suatu
batas yang sama dengan batas elastik sejati yang diperoleh dengan cara pengukuran regangan
mikro. Dengan ketelitian regangan yang sering digunakan pada kuliah rekayasa (10 inci/inci),
batas elastik lebih besar daripada batas proporsional. Penentuan batas

elastik memerlukan prosedur pengujian yang diberi beban-tak diberi beban ( loading-
unloading ) yang membosankan. 2.3 Kekuatan luluh ( yield strength ) Salah satu
kekuatan yang biasanya diketahui dari suatu hasil pengujian tarik adalah kuat luluh ( Yield
Strength ). Kekuatan luluh ( yield strength) merupakan titik yang menunjukan perubahan dari
deformasi elastis ke deformasi plastis [Dieter, 1993]. Besar tegangan luluh dituliskan seperti
pada persamaan 2.4, sebagai
berikut. Keterangan ; Ys : Besarnya tegangan luluh (kg/mm ) Py : Besarnya beban di titik
yield (kg) Ao : Luas penampang awal benda uji (mm ) Tegangan di mana deformasi plastis
atau batas luluh mulai teramati tergantung pada kepekaan pengukuran regangan. Sebagian
besar bahan mengalami perubahan sifat dari elastik menjadi plastis yang berlangsung sedikit
demi sedikit, dan titik di mana deformasi plastis mulai terjadi dan sukar ditentukan

secara teliti. Kekuatan luluh adalah tegangan yang dibutuhkan untuk menghasilkan sejumlah
kecil deformasi plastis yang ditetapkan. Definisi yang sering digunakan untuk sifat ini adalah
kekuatan luluh ditentukan oleh tegangan yang berkaitan dengan perpotongan antara kurva
tegangan-regangan dengan garis yang sejajar dengan elastis ofset kurva oleh regangan
tertentu. Di Amerika Serikat offset biasanya ditentukan sebagai regangan 0,2 atau 0,1 persen
( e = 0,002 atau 0,001)

Cara yang baik untuk mengamati kekuatan luluh offset adalah setelah benda uji diberi
pembebanan hingga 0,2% kekuatan luluh offset dan kemudian pada saat beban ditiadakan
maka benda ujinya akan bertambah panjang 0,1 sampai dengan 0,2%, lebih panjang daripada
saat dalam keadaan diam. Tegangan offset di Britania Raya sering dinyatakan sebagai
tegangan uji ( proff stress ), di mana harga ofsetnya 0,1% atau 0,5%. Kekuatan luluh yang
diperoleh dengan metode ofset biasanya dipergunakan untuk perancangan dan keperluan

spesifikasi, karena metode tersebut terhindar dari kesukaran dalam pengukuran batas elastik
atau batas proporsional. 2.4 Pengukuran Keliatan (keuletan) Keuleten adalah kemampuan
suatu bahan sewaktu menahan beban pada saat diberikan penetrasi dan akan kembali ke
baentuk semula.Secara umum pengukuran keuletan dilakukan untuk memenuhi kepentingan
tiga buah hal [Dieter, 1993]: 1. Untuk menunjukan elongasi di mana suatu logam dapat

berdeformasi tanpa terjadi patah dalam suatu proses suatu pembentukan logam, misalnya
pengerolan dan ekstrusi. 2. Untuk memberi petunjuk secara umum kepada perancang
mengenai kemampuan logam untuk mengalir secara pelastis sebelum patah. 3. Sebagai
petunjuk adanya perubahan permukaan kemurnian atau kondisi pengolahan 2.5 Modulus
Elastisitas Modulus Elastisitas adalah ukuran kekuatan suatu bahan akan keelastisitasannya.
Makin besar modulus, makin kecil regangan

elastik yang dihasilkan akibat pemberian tegangan.Modulus elastisitas ditentukan oleh gaya
ikat antar atom, karena gaya-gaya ini tidak dapat dirubah tanpa terjadi perubahan mendasar
pada sifat bahannya. Maka modulus elastisitas salah satu sifat-sifat mekanik yang tidak dapat
diubah. Sifat ini hanya sedikit berubah oleh adanya penambahan paduan, perlakuan panas,
atau pengerjaan dingin. Secara matematis persamaan modulus elastic dapat ditulis sebagai
berikut. Dimana, s = tegangan

= regangan Tabel 1 Harga modulus elastisitas pada berbagai suhu [Askeland, 1985] 2.6
Kelentingan (resilience) Kelentingan adalah kemampuan suatu bahan untuk menyerap energi
pada waktu berdeformasi secara elastis dan kembali kebentuk awal apabila bebannya
dihilangkan [Dieter, 1993]. Kelentingan biasanya dinyatakan sebagai modulus kelentingan,
yakni energi regangan tiap satuan volume yang dibutuhkan untuk menekan bahan dari
tegangan nol hingga tegangan luluh . Energi
regangan tiap satuan volume untuk beban tarik satu sumbu adalah : Uo = ½ Dari definisi
diatas, modulus kelentingan adalah : Persamaan ini menunjukan bahwa bahan ideal untuk
menahan beban energi pada pemakaian di mana bahan tidak mengalami deformasi permanen,
misal pegas mekanik, adalah data bahan yang memiliki tegangan luelastisitas rendah. 2.7
Ketangguhan (Toughness) Ketangguhan (Toughness) adalah kemampuan menyerap energi
pada

daerah plastik. Pada umumnya ketangguhan menggunakan konsep yang sukar dibuktikan
atau didefinisikan. Salah satu menyatakan ketangguhan adalah meninjau luas keseluruhan
daerah di bawah kurva tegangan-regangan. Luas ini menunjukan jumlah energi tiap satuan
volume yang dapat dikenakan kepada bahan tanpa mengakibatkan pecah. Ketangguhan (S )
adalh perbandingan antara kekuatan dan kueletan. Persamaan sebagai berikut. U s e atau

Untuk material yang getas Keterangan; U : Jumlah unit volume Tegangan patah sejati
adalah beban pada waktu patah, dibagi luas penampang lintang. Tegangan ini harus dikoreksi
untuk keadaan tegangan tiga sumbu yang terjadi pada benda uji tarik saat terjadi patah.
Karena data yang diperlukan untuk koreksi seringkali tidak diperoleh, maka tegangan patah
sejati sering tidak tepat nilai. _____________________________
_____________________________ _____________________________

__
3.1. Diagram Alir Percobaan Gambar 4. Diagram alir proses percobaan pengujian uji tarik

3.2. Alat dan Bahan 3.2.1 Alat-Alat yang Digunakan 1. Masin uji tarik 2. Jangka sorong 3.
Meteran 3.2.2 Bahan-Bahan yang Digunakan 1. Sampel berbentuk plat 2. Sampel berbentuk
kawat 3.3 Prosedur Percobaan

1. Mengukur benda uji dengan ukuran standar 2. Mengkur panjang awal (Lo) atau gage
length dan luas penampang irisan benda uji. 3. Mengukur benda uji pada pegangan ( grip )
atas dan pegangan bawah pada mesin uji tarik. 4. Nyalakan mesin uji tarik dan lakukan
pembebanan tarik sampai benda uji putus. 5. Mencatat beban luluh dan beban putus yang
terdapat pada skala. 6. Melepaskan benda uji pada pegangan atas dan bawah,

kemudian satukan keduanya seperti semula. 7. Mengukur panjang regangan yang terjadi.
_____________________________ _____________________________
_____________________________ ___

4.1 Data Hasil Percobaan Dari hasil percobaan pengujian tarik yang telah dilakukan,
didapatkan data-data berikut,dengan spesimen uji adalah wire dan strip. Tabel 2. Data hasil
percobaan uji

tarik Benda Uji Standar T S So Lo Fy Fm luh tinggi dan modulus Benda Uji Standar T S So
Lo Fy Fm YS TS %EL WIRE 2.2 200 250 3.79 1382 1384.5 364.64 365.303 23.28% =
46.5676 25% PLATE 0.36 50 82 9 2735.5 2735.8 303.94 303.92 51.083% = 25.5419 64%
Keterangan : T : Tebal Sampel Uji YS : Yield strength W : Lebar Sampel Uji TS : Tensile
strength

So : Luas Sampel Uji % EL : % elongation Lo : Gage Lenght LI :


Perpanjangan 4.2 Pembahasan Pada percobaan uji tarik ini, menggunakan bahan
alumunium berbentuk pelat dan kawat. Proses pengujiannya adalah dengan cara
memasangkan specimen pada alat uji tarik. Dengan gaya yang sudah ditentukan pengujian
dilakukan sampai terjadi fracture dan dapat diketahui UTS dan tegangan luluhnya. 4.2.1 Uji
tarik kawat logam

Berdasarkan hasil pengujian tarik pada bahan kawat yang dilakukan, didapatkan grafik
sebagai berikut: Gambar 5 Grafik hasil uji tarik pada bahan kawat Dari gambar 5 dapat dilhat
perubahan grafik dari deformasi elastis menjadi deformasi plastis, perubahan tersebut terjadi
pada saat nilai mencapai 364,64 N/mm dan fenomena fracture terjadi pada saat regangan
bertambah 200 mm.Ultimate Tensile Strengh yang dicapai oleh kawat dicapai pada saat nilai
mencapai 365,303 N/mm dan tensile strength didapat sebesar

365,303N/mm dimana tensile strength ini adalah nilai akhir sebelum terjadinya
patahan.Pertambahan panjang ini terjadi akibat gaya yang diberikan hingga mencapai putus
dan terbukti makin besar tegangan maka makin panjang regangan yang didapat. 4.2.2 Uji
tarik pelat logam Percobaan dengan menggunakan specimen uji berbeda dengan
mengguanakan pelat terlihat sedikit perbedaan baik dari nilai maupun nilai pertambahan
panjang karena specimen ketika mengalami patah ujung dari permukaan patahan

menjadi tidak lurus melainkan patahannya miring. Perbandingan dapat dilihat pada gambar 7.
Gambar 7 Grafik hasil uji tarik pada bahan pelat Dari gambar 7, titik yang menunjukan
perubahan dari deformasi elastis ke deformasi plastis berada pada nilai 303.94 N/mm dapat
diketahui bahwa nilai yang berada pada tittik tersebut menunjukkan kekuatan luluh (yield
strength), . Sedangkan nilai kekuatan tarik (tensile strength), yaitu merupakan titik akhir
pengujian tarik yang ditandai dengan

perpatahan berada pada nilai 2620 N/mm. Pengujian yang sudah dilakukan mendapat
perbedaan data yang dapat dibandingkan dari kedua jenis specimen yaitu specimen uji
berbentuk kawat dan specimen uji berjenis pelat atau strip . Pada pengujian antara dua
specimen ini terlihat bahwa kekuatan tarik makasimum kawat lebih besar dibandingkan
kekuatan tarik maksimum pada pelat, tetapi kekuatan luluh pada kawat lebih rendah
dibandingkan kekuatan luluh pada pelat.Faktor penyebab ini

adalah perbedaan dimensi terutama dimensi standar yang digunakan berbeda-beda. Pada
perlakuan awal dari kedua specimen pun berbeda.Pada kawat merupakan hasil dari proses
ektrusi (penarikan), yang menyebabkan sifat dari specimen uji menjadi lebih keras. Pada
bahan pelat merupakan hasil dari proses pengerolan, yang mempunyai sifat lebih ulet dari
kawat. Dari kurva hasil uji tarik dapat diperoleh keterangan bahwa bahan yang berbentuk
pelat lebih ulet dari pada bahan yang berbentuk kawat.

Sebaliknya, bahan yang berbentuk kawat lebih keras dari pada bahan yang berbentuk pelat
BAB lll

PENUTUP

5.1 Kesimpulan Dari hasil percobaan pengujian tarik yang telah dilakukan, maka didapatkan
beberapa kesimpulan, antara lain : 1. Pada uji coba ini kita menguji ketahanan bahan
materialnya

sejauh mana pertambahan panjangnya dan bagaimana bahan tersebut bereaksi terhadap
tarikan, berdasarkan hasil percobaan dan dari grafik kurva uji tarik, plat mengalami
perpanjangan lebih kecil dari kawat dikarnakan luas penampang kawat lebih kecil dibanding
plat 2. Jenis material yang berbeda, dengan perlakuan yang didapatkannya berbeda dan
komposisinya yang berbeda akan menyebabkan nilai kekuatannya berbeda pula dan kurva
hasil uji tariknya juga berbeda.

3. Faktor penyebab terjadinya nilai diantara dua specimen uji tersebut adalah dimensi yang
berbeda dan perlakuan yang berbeda pula 5.2 Saran Setelah melakukan praktikum di hari
yang lalu penulis menyarankan agar alat yang di gunakan (mesin uji tarik) untuk uji tarik
harus di lengkapi dengan monitor yang mana langsung menampilkan kurva hasil uji tarik.
Sehingga kesalahan praktikan dalam membuat kurva uji tarik dapad di minimalisir.
_____________________________ _____________________________

_____________________________ ___

DAFTAR PUSTAKA

Askeland., D. R., 1985, “The Science and Engineering of Material”, Alternate Edition, PWS
Engineering, Boston, USA Dieter, E. George, 1993, “ Metalurgi Mekanik ”, Jakarta: PT.
Gelora Aksara Pratama. http://www.calce.umd.edu/general/fa cilities/hardness_ed_.htm
http://www.geology.csupomona.edu/ alert/mineral/hardness.htm
http://www.gordonengland.co.uk/har dness.htm

Tim Laboratorium metalurgi, 2009, “ Panduan Praktikum Laboratorium Metalurgi II” ,


Cilegon: FT. Untirta. _____________________________
TUGAS MAKALAH

SIFAT-SIFAT MEKANIK DAN PENGUJIAN MEKANIK

OLEH
NAMA :

NIM : 170600258

KELAS : B

JURUSAN TEKNIK MESIN

FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK

UNIVERSITAS NUSA CENDANA

KUPANG

2018

Anda mungkin juga menyukai