Anda di halaman 1dari 39

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masalah gizi di Indonesia pada hakekatnya merupakan masalah kesehatan

masyarakat, namun penanggulangannya tidak dapat dilakukan dengan pendekatan

medis dan pelayanan kesehatan saja. Penyebab timbulnya masalah gizi adalah dari

banyak faktor, oleh karena itu pendekatan penanggulanggannya harus melibatkan

berbagai sector terkait seperti dinas kesehatan, puskesmas, dan tenaga medis

lainnya.

Berdasarkan perkembangan masalah gizi, menurut data Riskesdas pada

tahun 2013 prevalensi gizi buruk di indonesia sebesar 5,7% dan gizi kurang sebesar

13,9%. Wanita hamil berusia 15-49 tahun yang memiliki resiko mengalami KEK

(Kurang Energi Kronik) sebesar 24,2 %.

Kebijakan Indonesia sehat pada tahun 2010 menetapkan 3 pilar utama yaitu

lingkungan sehat, perilaku sehat dan pelayanan kesehatan bermutu adil dan merata.

Dalam tatanan otonomi daerah, visi Indonesia Sehat pada tahun 2010 akan dapat

dicapai bila tercapai secara keseluruhan kabupaten atau kota sehat. Oleh karena itu,

selain harus dikembangkan sistem kesehatan kabupaten atau kota yang termasuk

kedalam subsistem dari sistem kesehatan nasional, harus ditetapkan pula kegiatan

minimal yang harus dilaksanakan oleh kabupaten atau kota. (Aksono, 2008)

Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten atau

kota yang bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan upaya kesehatan untuk

jenjang tingkat pertama. Puskesmas merupakan organisasi fungsional yang

menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu, merata, dan

dapat diterima serta dijangkau oleh masyarakat, dengan peran serta peran aktif

masyrakat dan menggunakan hasil pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

1
Puskesmas yang merupakan tombak dasar untuk menindak lanjuti

permasalahan gizi yang terjadi didalam masyarakat harus mempunyai kinerja yang

kuat, teliti dan tepat dalam mendeteksi, menganalisi dan memecahkan

permasalahan gizi yang ada, sehingga untuk menjangkau seluruh wilayah kerjanya,

puskesmas diperkuat dengan Puskesmas Pembantu (Pustu), dan Puskesmas

Keliling (Pusling) serta dilengkapi dengan Fasilitas Rawat Inap (RI) untuk daerah

yang jauh dari saran pelayanan rujukan.

Praktek kerja lapangan ini merupakan upaya untuk menghasilkan tenaga ahli

gizi yang mampu untuk melaksanakan pelayanan gizi, khususnya di Puskesmas

secara optimal dan terintegral. Mahasiswa secara langsung terlibat dalam situasi

kerja yang sesungguhnya, sehingga mahasiswa siap menghadapi dunia kerja dan

mengetahui secara langsung tentang masalah-masalah gizi serta upaya

penanggulangannya yang dilakukan oleh pihak Puskesmas.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Memberikan pengalaman kerja di puskesmas mengenai pelaksanaan

manajemen pelayanan gizi masyrakat serta mempelajari pengawasan

penyelenggaraan makanan yang berada di wilayah puskesmas Gilingan.

2. Tujuan khusus

a. Memahami struktur organisasi dan tugas pokok puskesmas Gilingan dalam

melaksanakan program pelayanan gizi masyarakat.

b. Memahami masalah kesehatan dan gizi puskesmas Gilingan..

c. Memahami program pelayanan gizi puskesmas Gilingan

d. Memahami pelaksanaan pengawasan terhadap institusi penyelenggaraan

makanan massal.

e. Memahami perencanaan, pelaksanaan evaluasi program gizi di tingkat

puskesmas.

2
f. Mampu menyusun dan menyajikan laporan mengenai Manajemen Pelayanan

Gizi Masyarakat di tingkat Puskesmas.

C. Manfaat

1. Manfaat Bagi Puskesmas Gilingan Surakarta

Memberikan informasi bagi pihak puskesmas mengenai permasalahan gizi.

2. Manfaat Bagi Mahasiswa

a. Mahasiswa dapat mengetahui permasalahan kesehatan dan gizi di tingkat

Puskesmas Gilingan Surakarta.

b. Mahasiswa dapat mengetahui program-program gizi di Puskesmas Gilingan

Surakarta.

D. Ruang Lingkup PKL

1. Tempat atau Lokasi

Praktek Kerja Lapang (PKL) ini dilaksanakan di UPTD Puskesmas Gilingan

Kecamatan Banjarsari Surakarta.

2. Waktu Pelaksanaan

Praktek Kerja Lapangan ini dilaksanakan pada tanggal 23 Februari – 6 Maret

2015.

3. Metode Pelaksanaan

Metode pelaksananan pada praktek kerja lapangan di UPTD Puskesmas

Giliingan adalah :

a. Wawancara

b. Turun Lapang

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Puskesmas

1. Definisi Puskesmas

Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat) adalah suatu organisasi

kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan

masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat di samping memberikan

pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah

kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok. Menurut Depkes RI (2004) puskesmas

merupakan unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang

bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di wilayah kerja

(Effendi, 2009).

Pelayanan kesehatan yang diberikan puskesmas merupakan pelayanan yang

menyeluruh yang meliputi pelayanan kuratif (pengobatan), preventif

(pencegahan), promotif (peningkatan kesehatan) dan rehabilitatif (pemulihan

kesehatan). Pelayanan tersebut ditujukan kepada semua penduduk tanpa

membedakan jenis kelamin dan usia (Effendi, 2009). Puskesmas mempunyai

upaya kesehatan wajib yaitu upaya yang ditetapkan berdasarkan komitmen

nasional, regional dan global serta yang mempunyai daya ungkit tinggi untuk

peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan wajib ini harus

diselenggarakan oleh setiap Puskesmas wilayah indonesia. Menurut Depkes

(2004) upaya kesehatan wajib puskesmas tersebut antara lain :

a. Upaya Promosi Kesehatan

b. Upaya Kesehatan Lingkungan

c. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana

d. Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat

4
e. Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular

f. Upaya pengobatan

2. Tujuan Puskesmas

Menurut Trihono (2005), puskesmas memiliki tujuan untuk meningkatkan

kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi orang yang bertempat

tinggal di wilayah kerja puskesmas tersebut agar terwujud derajat kesehatan yang

setinggi-tingginya.

3. Fungsi Puskesmas

Menurut Trihono (2005) terdapat 3 fungsi puskesmas, yaitu:

a. Pusat Penggerak Pembangunan Berwawasan Kesehatan.

Puskesmas berupaya menggerakkan dan memantau

penyelenggaraan pembangunan lintas sektor termasuk oleh masyarakat dan

dunia usaha di wilayah kerjanya, sehingga berwawasan serta mendukung

pembangunan kesehatan. Puskesmas aktif memantau dan melaporkan

dampak kesehatan dari penyelenggaraan setiap program pembangunan

diwilayah kerjanya. Upaya yang dilakukan puskesmas dalam pembangunan

kesehatan adalah mengutamakan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan

penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan

kesehatan.

b. Pusat Pemberdayaan Masyarakat

Pusat pemberdayaan masyarakat berarti puskesmas selalu berupaya

agar perorangan terutama pemuka masyarakat, keluarga dan masyarakat

termasuk dunia usaha memiliki kesadaran, kemauan dan kemampuan

melayani diri sendiri dan masyarakat untuk hidup sehat, berperan aktif dalam

memperjuangkan kepentingan kesehatan termasuk sumber pembiayaannya,

serta ikut menetapkan, menyelenggarakan dan memantau pelaksanaan

program kesehatan. Pemberdayaan perorangan, keluarga dan masyarakat ini

5
diselenggarakan dengan memperhatikan kondisi dan situasi, khususnya sosial

budaya masyarakat setempat.

c. Pusat Pelayanan Kesehatan Strata Pertama

Puskesmas sebagai pusat pelayanan kesehatan strata pertama, bertanggung

jawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama secara

menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Pelayanan kesehatan tingkat

pertama yang menjadi tanggungjawab puskesmas meliputi pelayanan

kesehatan perorangan dan pelayanan kesehatan masyarakat.

B. Posyandu

Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) merupakan salah satu bentuk Upaya

Kesehatan Bersumber daya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan

dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan

kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada

masyarakat dalam memperoleh kesehatan dasar, utamanya untuk mempercepat

penurunan angka kematian ibu dan bayi (Depkes RI, 2006).

Tujuan posyandu adalah menunjang percepatan penurunan Angka Kematian

Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia melalui upaya pemberdayaan

masyarakat. Sasaran pelayanan kesehatan di posyandu adalah seluruh masyarakat

utamanya bayi, anak balita, ibu hamil, ibu melahirkan, ibu nifas dan ibu menyusui,

serta Pasangan Usia Subur (PUS).

Keberhasilan posyandu tergambar melalui cakupan SKDN, yaitu:

S : Jumlah seluruh balita di wilayah kerja posyandu

K : Jumlah balita yang memiliki KMS di wilayah kerja posyandu

D : Jumlah balita yang ditimbang di wilayah kerja posyandu

N : Balita yang berat badannya naik

6
Keberhasilan posyandu berdasarkan :

1. D /S yaitu baik atau kurangnya peran serta (partisipasi) masyarakat

2. N/D yaitu kecenderungan status gizi

3. K/S yaitu cakupan kegiatan penimbangan

4. D/K yaitu kesinambungan kegiatan penimbangan posyandu

5.N/S yaitu efektifitas kegiatan

Cakupan hasil program gizi di Posyandu adalah sebagai berikut :

1. Cakupan Program (K/S)

Cakupan program (K/S) adalah Jumlah Balita yang memiliki Kartu

Menuju Sehat (KMS) dibagi dengan jumlah balita yang ada di wilayah Posyandu

kemudian dikali 100%. Persentase K/S disini, menggambarkan berapa jumlah

balita diwilayah tersebut yang telah memiliki KMS atau berapa besar cakupan

program di daerah tersebut telah tercapai.

2. Cakupan Partisipasi Masyarakat (D/S)

Cakupan partisipasi masyarakat (D/S) adalah Jumlah Balita yang

ditimbang di Posyandu dibagi dengan jumlah balita yang ada di wilayah kerja

Posyandu kemudian dikali 100 %. Persentase D/S disini, menggambarkan

berapa besar jumlah partisipasi masyarakat di dareah tersebut yang telah

tercapai.

3. Cakupan Kelangsungan Penimbangan (D/K)

Cakupan kelangsungan penimbangan (D/K) adalah Jumlah Balita yang

ditimbang di Posyandu dalam dibagi dengan jumlah balita yang telah memiliki

KMS kemudian dikali 100%. Persentase D/K disini, menggambarkan berapa

besar kelangsungan penimbangan di daerah tersebut yang telah tercapai.

4. Cakupan Hasil Penimbangan (N/D)

Cakupan Hasil Penimbangan (N/D) adalah : Rata – rata jumlah Balita

yang naik berat badan (BB) nya dibagi dengan jumlah balita yang ditimbang di

7
Posyandu kemudian dikali 100%. Persentase N/D disini, menggambarkan

berapa besar hasil penimbangan didaerah tersebut yang telah tercapai.

C. Status Gizi

1. Pengertian

Menurut Almatsier (2004) status gizi merupakan keadaan tubuh sebagai

akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Menurut Beck (2000)

status gizi adalah ukuran keberhasilan dalam pemenuhan nutrisi untuk anak yang

diindikasi oleh berat badan dan tinggi badan anak. Status gizi juga didefinisikan

sebagai status kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan antara kebutuhan

dan masukan nutrient. Penelitian status gizi merupakan pengukuran yang

didasarkan pada data antropometri, biokimia dan riwayat diit.

2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi

a. Faktor Langsung

a) Tingkat Konsumsi Pangan

Konsumsi pangan merupakan informasi tentang jenis dan jumlah

pangan yang di makan seseorang atau sekelompok orang (keluarga atau

rumah tangga) pada waktu tertentu. Konsumsi merupakan salah satu

kebutuhan pokok yang diperlukan tubuh setiap hari dalam jumlah tertentu

sebagai sumber energi dan zat gizi. Kekurangan dan kelebihan dalam

jangka waktu yang lama akan berakibat buruk terhadap kesehatan.

Kebutuhan akan energi dan zat gizi bergantung pada berbagai faktor

seperti umur, jenis kelamin, berat badan, iklim, dan aktivitas fisik

(Almatsir, 2004)

Frekuensi makan dapat menunjukkan tingkat kecukupan

konsumsi gizi. Semakin tinggi frekuensi makan semakin besar

kemungkinan terpenuhinya kecukupan gizi. Frekuensi makan pada

8
seseorang dengan kondisi ekonomi mampu lebih tinggi dibandingkan

dengan ornag kondisi ekonomi lemah. Hal ini di sebabkan orang deengan

kondisi ekonomi yang lemah memiliki daya beli yang rendah sehingga

tidak dapat mengkonsumsi maknan dengan frekuensi yang ukup.

Ketiadaan pangan dapat mengakibatkan berkurangnya asupan

seseorang (Arisman, 2009).

Perhatian terhadap pangan pada balita menurun setelah beberapa bulan

sampai beberapa tahun. Balita mulai memilih makanan yang disukai dan

tidak disukai. Anak balita pada usia 1-3 tahun bersifat konsumen pasif

dan usia 3-5 tahun bersifat konsumen aktif. Konsumen pasif artinya pada

usia1-3 tahun makanan yang dikonsumsi tergantung pada apa yang

disediakan oleh ibu, sedangkan konsumen aktif artinya anak dapat

memilih makanan yang disukainya (Supriatin 2004).

b) Morbiditas

Menurut Badan Pusat Statistik Republik Indonesia (2009),

morbiditas atau kesakitan merupakan salah satu indikator yang

digunakan untuk mengukur derajat kesehatan penduduk. Semakin tinggi

morbiditas, menunjukkan derajat kesehatan penduduk semakin buruk.

Sebaliknya semakin rendah morbiditas (kesakitan) menunjukkan derajat

kesehatan penduduk yang semakin baik. Pengertian morbiditas

(kesakitan) adalah kondisi seseorang dikatakan sakit apabila keluhan

kesehatan yang dirasakan mengganggu aktivitas sehari-hari yaitu tidak

dapat melakukan kegiatan seperti bekerja, mengurus rumah tangga dan

kegiatan lainnya secara normal sebagaimana biasanya. Penyakit-

penyakit penyebab morbiditas muncul karena gaya hidup dan pola

makan yang salah, serta lingkungan kotor. Pengetahuan yang rendah

mengenai masalah gizi dan lingkungan berpengaruh besar terhadap

kejadian morbiditas.

9
c) Imunisasi

Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan

seseorang secara aktif terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak

ia terpajan pada antigen yang serupa, tidak akan terjadi penyakit

(Ranuh, 2008, p10). Imunisasi berasal dari kata imun yang berarti kebal

atau resisten. Imunisasi berarti anak di berikan kekebalan terhadap

suatu penyakit tertentu. Anak kebal terhadap suatu penyakit tapi

belum kebal terhadap penyakit yang lain (Notoatmodjo, 2003). Tujuan

imunisasi yaitu untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu pada

seseorang dan menghilangkan penyakit tertentu pada sekelompok

masyarakat (populasi) atau bahkan menghilangkan suatu penyakit

tertentu dari dunia. (Ranuh, 2008, p10) .

Program imunisasi bertujuan untuk menurunkan angka

kesakitan dan kematian dari penyakit yang dapat dicegah dengan

imunisasi. Pada saat ini, penyakit-penyakit tersebut adalah difteri,

tetanus, batuk rejan (pertusis), campak, polio dan tuberkulosis

(Notoatmodjo, 2003).

b. Faktor Tidak Langsung

a) Pengetahuan

Pengetahuan mengenai gizi akan mempengaruhi status gizi

balita karena dengan pengetahuannya, para ibu dapat mengasuh dan

memenuhi gizi anak balitanya, yang pada gilirannya dapat menjamin

asupan gizi anak. Menurut Nasar (2010), banyak orang tua yang

memberikan makan kepada anak-anak sebatas supaya kenyang,

sementara komposisinya tidak disesuaikan dengan kebutuhan gizinya.

Rendahnya pendidikan juga seringkali melahirkan kebiasaan,

kepercayaan, pantangan, dan tahayul yang keliru. Adanya pantangan

mengonsumsi makanan tertentu yang salah dalam pemberian makan

10
anak akan sangat merugikan dan menghilangkan kesempatan anak

untuk mendapat asupan gizi yang cukup. Pendidikan dan pengetahuan

gizi sangat diperlukan untuk mengubah sikap dan perilaku sehat tentang

berbagai jenis pangan. Pendidikan dan pengetahuan gizi sangat penting

bagi ibu rumah tangga yang turut bertanggung jawab akan keadaan gizi

setiap anggota keluarga.

b) Sosial-Ekonomi

Menurut Dalimunthe (1995), kehidupan sosial ekonomi adalah

suatu kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang menggunakan

indikator pendidikan, pekerjaan dan penghasilan sebagai tolak ukur.

Menurut pendapat Junaidi (1999), keluarga adalah individu dengan jati

diri yang khas yang memiliki karakteristik tersendiri. Karakteristik adalah

sifat individu yang relatif tidak berubah, atau yang dipengaruhi lingkungan

seperti umur, jenis kelamin, suku bangsa, kebangsaan, pendidikan dan

lain-lain. Perkembangan intelektual akan kesadaran lingkungan seorang

individu seringkali dilepaskan dan bahkan dipisahkan dengan masalah

keluarga.

3. Penilaian Status Gizi

Menurut Supariasa,et all (2002), penilaian status gizi dapat dilakukan secara

langsung maupun tidak langsung.

a. Penilaian Secara Langsung

Penilaian status gizi secara langsung dibagi menjadi empat penilaian yaitu

antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik. Adapun penilaian dari masing-masing

adalah sebagai berikut (Supariasa, et all, 2002):

1) Antropometri

Antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran

dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat

11
gizi. Parameter yang diukur antara lain BB, TB, LLA, Lingkar kepala, Lingkar

dada, Lemak subkutan. Beberapa indeks antropometri yang sering

digunakan adalah:

a) Berat Badan Menurut Umur (BB/U)

Berat badan adalah salah satu parameter yang memberikan

gambaran masa tubuh. Masa tubuh sangat sensitive terhadap

perubahan-perubahan yang mendadak. Berat badan adalah parameter

antropometri yang sangat labil. Sehingga indeks BB/U lebih

menggambarkan status gizi seseorang saat ini.

Klasifikasi status gizi dengan indeks BB/U :

Tabel 1
Indeks BB/U

Indeks BB/U Klasifikasi


Sumber : Khomsan, 2004
>2 SD Lebih
b) -2 SD s/d +2 SD Baik Tinggi

< -2 SD s/d -3 SD Kurang Badan


< -3 SD Buruk

Menurut Umur (TB/U)

Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan

keadaan pertumbuhan skeletal. Pada keadaan normal, tinggi badan

tumbuh seiring dengan pertambahan umur. Pertumbuhan tinggi badan

tidak seperti berat badan, relative kurang sensitive terhadap masalah

kekurangan gizi dalam waktu yang pendek. Pengaruh defisiensi zat gizi

terhadap tinggi badan akan nampak dalam waktu yang relative lama.

12
Klasifikasi status gizi dengan indeks TB/U:

Tabel 2
Indeks TB/U

Indeks TB/U Klasifikasi

≥ -2 SD Normal

< -2 SD Pendek / stunted

Sumber : Khomsan, 2004


c) Berat Badan Menurut Tinggi Badan (BB/TB)

Berat badan memiliki hubungan yang linear dengan tinggi

badan. Dalam keadaan normal, perkembangan berat badan akan

searah dengan pertumbuhan tinggi badan dengan kecepatan tertentu.

Jeliffe pada tahun 1966 telah memperkenalkan indeks ini untuk

mengidentifikasi status gizi. Indeks BB/TB merupakan indicator yang

baik untuk menilai status gizi saat kini (sekarang). Indeks BB/TB adalah

merupakan indeks yang independen terhadap umur.

Klasifikasi status gizi dengan indeks BB/TB

Tabel 3
Indeks BB/TB
Indeks BB/TB Klasifikasi

>2 SD Gemuk

-2 SD s/d + 2 SD Normal

< -2 SD s/d -3 SD Kurus / wasted

<-3 SD Sangat kurus

Sumber : Khomsan, 2004

2) Klinis

Metode ini, didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi

yang dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal tersebut dapat

dilihat pada jaringan epitel seperti kulit, mata, rambut, dan mukosa oral atau

13
pada organ-organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar

tiroid.

3) Biokimia

Adalah suatu pemeriksaan spesimen yang diuji secara

laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan

tubuh yang digunakan antara lain: urine, tinja, darah, beberapa jaringan

tubuh lain seperti hati dan otot.

4) Biofisik

Penentuan gizi secara biofisik adalah suatu metode penentuan

status gizi dengan melihat kemampuan fungsi, khususnya jaringan, dan

melihat perubahan struktur jaringan.

b. Penilaian Secara Tidak Langsung

Penilaian status gizi secara tidak langsung dibagi menjadi 3 yaitu:

survey konsumsi makanan, statistik vital, dan faktor ekologi (Supariasa, et all

2002). uraian dari ketiga hal tersebut adalah:

1) Survey konsumsi makanan

Adalah suatu metode penentuan status gizi secara tidak langsung

dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi.

2) Statistik vital

Adalah dengan cara menganalisis data beberapa statistik kesehatan

seperti angka kematian berdasarkan umur, angka kesakitan dan kematian

akibat penyebab tertentu dan data lainnya yang berhubungan dengan gizi.

3) Faktor ekologi

Berdasarkan ungkapan dari Bengoa dikatakan bahwa malnutrisi

merupakan masalah ekologi sebagai hasil interaksi beberapa faktor fisik,

biologis, dan lingkungan budaya. Jumlah makanan yang tersedia sangat

tergantung dari keadaan ekologi seperti iklim, tanah, irigasi dan lain-lain.

14
BAB III

METODE PENGUMPULAN DATA

A. Lokasi

Lokasi yang digunakan sebagai tempat kegiatan Praktek Kerja Lapangan

Manajemen Pelayanan Gizi Masyarakat adalah di UPTD Puskesmas Gilingan

Kecamatan Banjarsari Surakarta.

B. Waktu

Praktek Kerja Lapangan Manajemen Pelayanan Gizi Masyarakat

dilaksanakan pada tanggal 23 Februari sampai 6 Maret 2015.

C. Sasaran

1. Bayi dan Balita

2. Wanita Subur (WUS)

3. Lansia

D. Jenis dan Cara Pengumpulan Data

1. Cara Pengumpulan Data Primer

Data primer diperoleh dengan cara mengambil data secara langsung pada

kelompok sasaran melalui pengukuran berat badan, tinggi badan pada balita,

panjang badan pada bayi, pengukuran lengan atas (LILA), pengukuran lingkar

kepala, dan pengukuran status gizi.

2. Cara Pengumpulan Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari data – data Puskesmas Gilingan yang meliputi

visi dan misi puskesmas, letak geografis, demografi, ketenagaan, program

pelayanan gizi puskesmas, pelayanan posyandu, dan data SKDN.

E. Instrumen Pengambilan Data

1. Instrumen

15
a. Form Register pencatatan berat badan dan tinggi badan

b. Leaflet

2. Alat

a. Timbangan injak

b. Dacin

c. Microtoice / mikrotoa

d. Metline

e. Baby board

f. Pita LILA

g. Alat tulis

h. Kalkulator

F. Pengolahan dan Penyajian Data

1. Cara Pengolahan Data

a. Editing

Mengkaji dan meneliti data dari hasil observasi dan wawancara yang

telah dilakukan selama praktek.

b. Tabulating

Memasukan data dalam bentuk tabel terhadap hasil observasi dan

wawancara yang telah diperoleh selama praktek.

2. Cara Penyajian Data

Analisis data yang dilakukan secara deskriptif dengan menggambarkan

masalah kesehatan dan gizi, cara penanggulangannya, program –program gizi

masyarakat (PGM), pelaksananan pengawasan terhadap institusi, serta

perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi program di UPTD Puskesmas Gilingan.

16
BAB IV

GAMBARAN UMUM PUSKESMAS

A. Visi dan Misi UPTD Puskesmas Gilingan

1. Visi

Terwujudnya pelayanan dan kemandirian masyarakat di bidang kesehatan.

2. Misi

a. Meningkatkan mutu pelayanan secara berkesinambungan.

b. Meningkatkan kompetensi dan profesionalisme petugas puskesmas.

c. Meningkatkan dan mengelola sarana dan prasarana yang memadai.

B. Letak Geografis

Puskesmas Gilingan terbagi menjadi 3 wilayah kerja, yaitu: Kelurahan

Gilingan, Kelurahan Kestalan, dan Kelurahan Punggawan. Batas wilayah

puskesmas Gilingan adalah sebagai berikut:

Utara : Kelurahan Nusukan

Timur : Kelurahan Jebres

Selatan : Kelurahan Tegalharjo

Barat : Kelurahan Manahan

C. Data Demografi

1. Jumlah penduduk

Jumlah penduduk di wilayah kerja puskesmas Gilingan sebanyak 24.191 jiwa.

a. Kelurahan Gilingan : 21 RW, 112 RT

Jumlah penduduk : 17.704 jiwa

17
Jumlah KK : 4.504 Jiwa

b. Kelurahan Kestalan : 6 RW, 20 RT

Jumlah penduduk : 2.681 jiwa

Jumlah KK : 933 jiwa

c. Kelurahan Punggawan : 6 RW, 31 RT

Jumlah penduduk : 3.806 jiwa

Jumlah KK : 1.534 jiwa

2. Pendidikan

Data sekolah di wilayah kerja Puskesmas Gilingan dapat dilihat dalam tabel

berikut:

Tabel 4
Data Sekolah di wilayah kerja Puskesmas Gilingan

No Nama Jumlah Siswa Jumlah Jumlah Kader Guru


Sekolah Sekolah Sekolah UKS UKS
Laki- Perempuan UKS Dokter
laki Kecil

1 TK dan 259 459 20 - - -


PAUD

2 SD/MI 1902 1852 16 16 622 16

3 SMP/MTs 79 42 2 2 5 2

4 SMA/MA 792 1532 7 7 390 7

5 PT - - - - - -

(Sumber: POA UPTD Puskesmas Gilingan, 2015)

3. Fasilitas Kesehatan

a. Peran Serta Masyarakat

Peran serta masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Gilingan dapat

dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 5
Peran Serta Masyarakat di Puskesmas Gilingan

Jumlah Kader
Jumlah
No Kelurahan/ Desa
Posyandu
Dilatih Aktif %

18
1 Gilingan 22 88 203 43

2 Kestalan 4 16 26 61,5

3 Punggawan 6 24 38 63,2

Jumlah 32 128 267 47,9

(Sumber: POA UPTD Puskesmas Gilingan, 2015)

b. Sarana Puskesmas

Sarana puskesmas di puskesmas Gilingan dapat dilihat dalam tabel


berikut:

Tabel 6
Data Sarana Puskesmas Gilingan

No Jenis Sarana Prasarana Jumlah

Sarana Kesehatan

1 Puskesmas Induk 1

2. Puskesmas Pembantu 1

3. Rumah Dinas Dokter 1

4. Rumah Dinas Perawat 1

5. Rumah Dinas Bidan 1

6. Puskesmas Keliling roda 4 1

7. Sepeda Motor 5

Sarana Penunjang

1 Komputer 9

2 Mesin Tik 2

3 Telepon 1

4. LCD Proyektor 2

5. Laptop 6

19
(Sumber: POA UPTD Puskesmas Gilingan, 2015)

Sarana dan prasarana yang terdapat di Puskesmas Gilingan cukup

memadai, namun beberapa ada yang mengalami kerusakan, sarana dan

prasarana tersebut ialah komputer dan laptop. Dari 9 komputer yang telah

dimiliki oleh Puskesmas terdapat 2 komputer yang rusak berat. Sedangkan

untuk laptop, dari 6 laptop terdapat 1 laptop yang rusak sedang.

D. Ketenagaan

Ketenagaan di puskesmas Gilingan dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 7
Ketenagaan di Puskesmas Gilingan

No Jenis Ketenagaan Jumlah (orang)

1 Dokter 2

2 Dokter Gigi 1

3 Sarjana/ D3

a. SKM 2

b. Sarjana Keperawatan 1

c. Sarjana Umum 2

4. Sarjana Diploma 3

20
a. Akademi Kebidanan 4

b. Akademi Keperawatan 2

c. Akademi Gizi 1

d. Akademi Farmasi 1

e. Akademi Analisi/Laborat 1

5. Paramedis

a. Perawat SPK 2

b. Perawat Gigi SPKG 1

c. Perawat Obat SMF 1

6. Lain-Lain

a. Tenaga Umum 5

b. Penjaga Malam 1

c. Cleaning Service 1

(Sumber: POA UPTD Puskesmas Gilingan, 2015)

Ketenagaan di Puskesmas Gilingan masih terdapat kekurangan

terutama pada tenaga kerja dokter, akademi keperawatan, sanitarian, dan

tenaga umum. Puskesmas Gilingan masih memerlukan tambahan tenaga

kerja untuk dokter sebanyak 1 orang, akademi keperawatan sebanyak 1

orang, sanitarian sebanyak 1 orang, sedangkan untuk tenaga umum

sebanyak 3 orang. Sehingga jumlah tenaga yang masih dibutuhkan oleh

Puskesmas di Gilingan sebanyak 6 orang tenaga, penambahan tenaga ini

perlu dilakukan agar proses pelayanan kesehatan kepada masyarakat dapat

berjalan dengan baik dan lancar.

E. Program Pelayanan Gizi di Puskesmas

Pelayanan gizi di puskesmas terbagi menjadi 2, yaitu pelayanan gizi di dalam

gedung puskesmas dan di luar gedung puskesmas.

1. Pelayanan di dalam gedung Puskesmas.

Pelayanan di dalam gedung puskesmas Gilingan berada di ruang pojok

gizi. Pojok gizi memberikan pelayanan kepada pasien yang mendapat rujukan

21
dari poli umum dan KIA, serta pasien yang ingin melakukan konsultasi.

Pelayanan ini diberikan oleh petugas gizi yang meliputi konsultasi gizi, diet, serta

intervensi gizi.

2. Pelayanan di luar gedung Puskesmas.

a. Sekolah

Kegiatan yang dilakukan meliputi pelatihan dokter kecil setiap satu

tahun sekali dan pemberian PMT AS kepada sekolah yang mayoritas siswa

dan siswinya memiliki status gizi kurang serta tingkat sosial ekonomi yang

rendah. Data tersebut didapatkan dari hasil skrining pada semua sekolahan

tingkat SD dan TK di wilayah binaan Puskesmas Gilingan. Kegiatan lain yang

dilakukan di sekolah adalah Pemantauan Status Gizi (PSG) terutama pada

siswa baru kelas 1 dan TK.

b. Posyandu

Pembinaan Posyandu dilakukan setiap satu bulan sekali pada semua

RW di kelurahan wilayah binaan Puskesmas Gilingan. Kegiatan di Posyandu

meliputi Pemantauan Status Gizi (PSG), pemberian vitamin A, konseling gizi,

Deteksi Dini Tumbuh Kembang (DDTK), penyuluhan, pemeriksaan garam

beryodium, dan kunjungan rumah balita bawah garis merah (BGM).

c. Pemantauan Balita Bawah Garis Merah (BGM)

Kegiatan pemantauan balita Bawah Garis Merah (BGM) untuk

mengetahui perkembangan berat badan dan tinggi badan atau panjang

badan. Kegiatan ini berupa kunjungan rumah dan pemberian konsultasi

kepada ibu/ keluarga bayi dan balita BGM.

d. Pemantauan Pemberian PMT Pemulihan

22
Kegiatan pemantauan PMT pemulihan dilakukan untuk memantau

pelaksanaan PMT dan mengevaluasi pemberian PMT serta pemantauan

status gizi.

e. Pemantauan Garam Beryodium

Pemantauan garam beryodium dilaksanakan di Posyandu dan SD

yang bertujuan untuk mengetahui tingkat konsumsi garam beryodium di

masyarakat. Pemantauan dilakukan dengan cara pemeriksaan garam

beryodium menggunakan yodium tester.

f. Pemberian Kapsul Vitamin A Dosis Tinggi

Pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi diberikan dua kali dalam

setahun, yaitu pada bulan Februari dan Agustus. Pemberian kapsul vitamin A

dosis tinggi dibedakan menurut umur, yaitu bayi (6-11 bulan) kapsul berwarna

biru dan balita (12-59 bulan) kapsul berwarna merah. Diberikan juga untuk ibu

nifas dan beberapa kasus penyakit yang memerlukan tambahan suplemen

vitamin A.

F. Pelayanan Posyandu

Posyandu di wiliyah binaan UPTD Puskesmas Gilingan terdapat dua

jangkauan posyandu utama yaitu :

1. Posyandu Balita

Posyandu balita di wilayah binaan UPTD Puskesmas Gilingan

berjumlah 32. Posyandu balita ini sasarannya ialah bayi, balita, ibu hamil, dan

ibu menyusui. Kegiatan di posyandu ini meliputi penimbangan berat badan,

pengukuran tinggi badan / panjang badan, lingkar lengan atas (LILA), dan

lingkar kepala (LIKA). Posyandu balita dilaksanakan di tempat yang telah

disepakati oleh kader, tokoh masyarakat setempat, dan masyarakat untuk

pelayanan/ kegiatan posyandu. Pelaksanaan posyandu dibantu oleh ibu – ibu

kader posyandu dibawah binaan UPTD Puskesmas Gilingan.

23
Kegiatan di posyandu balita ini terdiri dari lima meja yang meliputi:

Tabel 8
Mekanisme Kegiatan Posyandu

Langkah Kegiatan

Meja I berupa pendaftaran bayi, balita, ibu hamil, atau ibu menyusui.

penimbangan dan pengukuran tinggi badan pada bayi, anak balita


Meja II dan ibu hamil, selain itu juga pengukuran LILA dan LIKA pada bayi
dan balita.

Meja III pengisian buku KMS atau buku KIA.

penyuluhan kepada ibu-ibu balita berdasarkan hasil penimbangan


Meja IV anaknya dan memberikan pelayanan gizi kepada ibu bayi, balita,
hamil, dan menyusui.

pelayanan kesehatan (pemberian pelayanan imunisasi, KB,


Meja V
pengobatan, gizi, KIA)

Sumber: Depkes RI, 2006

2. Posyandu Lansia

Posyandu lansia di wilayah binaan UPTD Puskesmas Gilingan

berjumlah 17. Posyandu ini dilakukan kepada masyarakat lanjut usia.

Kegiatan yang dilakukan adalah penimbangan berat badan, cek kesehatan,

pemberian vitamin, serta penyuluhan.

24
BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Permasalahan Penyakit dan Gizi di UPTD Puskesmas Gilingan

Permasalahan penyakit terbanyak yang terdapat di UPTD Puskesmas

Gilingan pada tahun 2014 dapat dilihat dalam tabel berikut ini:

Tabel 9
Data 10 Penyakit Terbanyak di UPTD Puskesmas Gilingan Tahun 2014

No
Nama Penyakit Total
.
1. Flu dengan virus yang tidak 4.845
teridentifikasi
2. Flu dengan virus yang 3.704
teridentifikasi
3. Hipertensi 3.334
3. Gastritis dan duodenitis 2.284
5. Penyakit jaringan 2.110
6. Pusing 1.232
7. KB 1.044
8. Demam 1.008
9. Sakit gigi dan radang gusi 1.007
10. Imunisasi 950
(Sumber: POA UPTD Puskesmas Gilingan, 2015)

Selain masalah penyakit, juga terdapat beberapa permasalahan gizi di UPTD

Puskesmas Gilingan. Beberapa permasalahan gizi tersebut adalah gizi kurang, gizi

lebih, KEK pada ibu hamil, partisipasi masyarakat terhadap posyandu masih rendah,

dan cakupan hasil penimbangan yang masih rendah.

Tabel 10
Permasalahan Gizi di UPTD Puskesmas Gilingan Tahun 2014

Hasil
No. Masalah Gizi
(%)
1. Partisipasi masyarakat untuk menimbangkan bayi dan balita 72%
ke posyandu (D/S) masih rendah
2. Cakupan hasil penimbangan di posyandu masih rendah 61%
3. Gizi kurang pada bayi dan balita 4,9 %
4. Gizi lebih pada bayi dan balita 3,6 %
(Sumber: POA UPTD Puskesmas Gilingan, 2015)

Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa permasalahan utama adalah

partisipasi masyarakat untuk menimbangkan bayi dan balita masih rendah (<80%)

yaitu sebesar 72%. Permasalahan selanjutnya adalah cakupan hasil penimbangan di

25
posyandu masih rendah (<80%) sebesar 61%. Status gizi gizi kurang maupun gizi

lebih bayi dan balita bukan menjadi masalah utama di wilayah binaan UPTD

Puskesmas Gilingan, hal ini karena presentase gizi kurang pada bayi dan balita

sebesar 4,9% dan gizi lebih sebesar 3,6%.

B. Cara Penanggulangan Penyakit dan Gizi di UPT Puskesmas Gilingan

1. Penanggulangan Permasalahan Penyakit

Penanggulangan penyakit di UPTD Puskesmas Gilingan mengacu pada visi

dan misi puskesmas, yang meliputi penanganan secara preventif, promotif, kuratif,

dan rehabilitatif. Penanganan preventif dengan cara skrining secara berkala yang

dilakukan dua kali dalam satu tahun. Penanganan promotif dapat meliputi

penyuluhan, DDTK (Deteksi Dini Tumbuh Kembang), dan MTBS (Manajemen

Terpadu Balita Sakit). Penanganan secara kuratif dengan cara pengobatan yang

dilakukan oleh dokter, bidan, dan perawat. Penanganan rehabilitatif dapat

dilakukan dengan terapi, seperti fisioterapi dan okupasi terapi. Penanganan

secara rehabilitatif ini tidak dilakukan oleh UPTD Puskesmas Gilingan.

2. Penanggulangan Masalah Gizi

Permasalahan gizi yang terjadi di wilayah binaan UPTD Puskesmas Gilingan

ditanggulangi dengan beberapa cara, seperti pemberian PMT Pemulihan dan

penyuluhan PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) di masyarakat dan sekolah.

PMT Pemulihan diberikan kepada bayi dan balita yang memiliki status gizi kurang.

PMT Pemulihan tersebut mengandung energi sebesar 300 kkal dan protein 5-10

gram. Kegiatan lain sebagai upaya penanggulangan masalah gizi yaitu:

kunjungan rumah balita BGM yang dilakukan oleh petugas gizi, konseling gizi, dan

Kelompok Pendukung Ibu (KP Ibu).

26
C. Program Gizi di UPTD Puskesmas Gilingan

Program gizi yang terdapat di UPTD Puskesmas Gilingan tahun 2015 adalah:

1. PMT Pemulihan Bayi dan Balita

PMT pemulihan merupakan program gizi yang bertujuan untuk memperbaiki

status gizi kurang pada bayi dan balita di wilayah binaan Puskesmas Gilingan

Surakarta. PMT Pemulihan diberikan selama 90 hari dengan energi 250-300 kkal/

orang/ hari dan protein 5-10 gram/ orang/ hari seharga Rp. 7500. Pemberian PMT

Pemulihan ini sudah sesuai dengan standar Departemen Kesehatan tahun 2008,

yaitu energi sebesar 200-300 kkal dan protein 5-10 gram.

2. PMT AS (Anak Sekolah)

PMT AS merupakan program gizi yang bertujuan untuk memperbaiki status

gizi pada anak TK dan SD yang memiliki status gizi kurang. PMT ini hanya

diberikan kepada siswa dan siswi yang keluarganya memiliki tingkat sosial

ekonomi rendah. Tahun 2014 PMT AS diberikan mulai bulan Oktober - November

dengan 36 kali pemberian, penyusunan menu PMT AS dilakukan oleh petugas

gizi Puskesmas Gilingan. Pemasakannya dilakukan oleh catering yang telah

memenuhi syarat- syarat, seperti SIUP dan sertifikat higiene sanitasi makanan .

Pemberian PMT AS tahun 2014 dilaksanakan di TK Aisyiah Cinderejo dan di SD

Bibis Wetan.

3. PMT Ibu Hamil

PMT ibu hamil diberikan kepada ibu hamil yang mengalami anemia dan

kurang energi kronis (KEK). Program ini diberikan selama 90 hari berupa lauk,

buah dan snack seharga Rp. 10.000 dengan kandungan energi 250-300 kkal/

orang/ hari dan protein 5-10 gram/ orang/ hari.

4. Pemberian Kapsul Vitamin A

27
Pemberian kapsul vitamin A merupakan program gizi yang bertujuan untuk

mencegah kekurangan vitamin A pada balita. Pemberian kapsul vitamin A ini

diberikan setiap bulan Februari dan Agustus.

5. Pemberian Obat Cacing

Pemberian obat cacing merupakan program gizi yang bertujuan untuk

mencegah terjadinya anemia pada bayi dan balita. Obat cacing ini diberikan

kepada balita yang memiliki status gizi kurang.

6. Pemantauan Garam Beryodium

Pemantauan garam beryodium dilakukan di Posyandu dan SD dengan

sampel minimal berjumlah 21 sampel. Pemantauan ini bertujuan untuk mengetahui

apakah garam yang dikonsumsi telah mengandung yodium atau tidak.

7. Pemantauan Status Gizi (PSG)

Pemantauan status gizi dilakukan secara serentak dengan penimbangan BB

dan pengukuran TB yang dilaksanakan pada bulan Oktober – November.

8. Kelompok Pendukung Ibu (KP Ibu)

Kelompok Pendukung Ibu (KP Ibu) merupakan suatu forum yang bertujuan

untuk meningkatkan pemberian ASI Eksklusif, menekan angka kematian ibu dan

bayi, serta tempat ibu-ibu menyusui dan berbagi pengalaman.

9. Pendataan ASI Eksklusif

Pendataan ASI Eksklusif dilakukan untuk mengetahui ibu yang memberikan

ASI secara eksklusif kepada anaknya. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk

memberikan penyuluhan mengenai pentingnya memberikan ASI secara Eksklusif.

D. Pelaksanaan Pengawasan Terhadap Institusi Penyelenggaraan Makanan

Penyelenggaraan makanan di UPTD Puskesmas Gilingan dilakukan dalam

rangka merealisasikan program gizi berupa pemberian PMT Pemulihan dan PMT

AS. Pemasakan PMT ini dilakukan oleh pihak catering yang telah memenuhi syarat,

seperti memiliki SIUP dan sertifikat higiene sanitasi dan telah ditunjuk oleh pihak

28
Puskesmas. Pengawasan catering ini dengan cara pengisian kuesioner yang

dilakukan oleh petugas kesehatan lingkungan dari Puskesmas Gilingan.

Pengawasan yang dilakukan meliputi higiene sanitasi, pemeriksaan air, dan sampel

makanan. Catering juga mendapatkan penyuluhan dan konsultasi mengenai

makanan sehat dari petugas gizi Puskesmas.

E. Perencanaan, Pelaksanaan dan Evaluasi Program

Tahapan yang dilakukan dalam kegiatan program gizi adalah sebagai berikut:

1. Perencanaan

Perencanaan program Puskesmas Gilingan, termasuk program gizi dilakukan

dalam Minilokakarya tahunan dan bulanan. Perencanaan yang dilakukan adalah

dengan melakukan pendataan - pendataan dari sasaran yang meliputi:

a. Bayi dan balita, pendataan untuk pemberian kapsul vitamin A dan pemberian

PMT bagi bayi dan balita yang memiliki status gizi kurang.

b. Ibu hamil trimester awal, pendataan ini dilakukan oleh kader posyandu serta

petugas gizi.

c. Ibu yang memberikan ASI Eksklusif.

2. Pelaksanaan

Di tahun 2015 ini, program gizi yang telah dilaksanakan adalah pemberian

kapsul vitamin A dosis tinggi kepada bayi dan balita pada bulan Februari.

Sedangkan program gizi yang lain akan dilaksanakan mulai bulan Juli hingga

Desember. Program gizi tersebut meliputi pemberian PMT AS, PMT gizi kurang,

PMT bumil KEK, penanggulangan KEP, anemia gizi besi, GAKY, kekurangan

vitamin A, dan PSG di Posyandu.

3. Evaluasi

Evaluasi program dilakukan dalam Minilokakarya bulanan, yang membahas

hasil kegiatan yang telah dilaksanakan. Evaluasi juga dilakukan dengan

memberikan pembinaan pada kader di tingkat kelurahan setiap bulannya.

29
Evaluasi program gizi di UPTD Puskesmas Gilingan dapat dilihat

dalam tabel berikut ini:

a. Pencapaian Sasaran Program Gizi Tahun 2014

Daftar pencapaian sasaran program gizi yang terdapat di UPTD

Puskesmas Gilingan pada tahun 2014 dapat dilihat dalam tabel berikut ini:

Tabel 11
Pencapaian Sasaran Program Gizi UPTD Puskesmas Gilingan
Tahun 2014

No Indikator Kinerja Target 2014 Realisasi Capaian

1 Kelurahan bebas rawan gizi 99% 100% 101,01%

2 Balita gizi buruk 0% 0%


0,025%
3 Balita gizi buruk yang mendapat
100% 0,00% 0,00%
perawatan (%)

4 Balita gizi kurang 5,3% 3,89% 73,31%

5 Balita naik berat badan 79% 62,33% 78,89%

6 Ibu hamil KEK 3,3% 1,16% 35,17%

7 Gizi baik anak SD 79% 69,90% 88,48%

8 Pemberian makanan pendamping


ASI pada anak usia 6-24 bulan 85% 16,03% 18,85%
keluarga miskin

9 Bayi mendapat kapsul vitamin A


100% 100% 100%
dosis tinggi

Balita mendapat vitamin A dosis


10 100% 100% 100%
tinggi 2x setahun

11 Ibu nifas mendapat kapsul Vitamin


98% 123,48% 126,00%
A dosis tinggi

12 Cakupan ibu hamil mendapat


98% 129,01% 131,65%
tablet fe 90 tablet

13 Cakupan deteksi dini tumbuh


95% 98,09% 103,25%
kembang balita

14 Penanganan BBLR 100% 100% 100%

(Sumber: POA UPTD Puskesmas Gilingan, 2015)

30
Berdasarkan data di atas dapat dilihat pencapaian program gizi di

UPTD Puskesmas Gilingan pada tahun 2014. Program gizi yang telah

mencapai target adalah kelurahan bebas rawan gizi, bayi mendapat kapsul

vitamin A dosis tinggi, balita mendapat vitamin A dosis tinggi 2x setahun, ibu

nifas mendapat kapsul vitamin A dosis tinggi, cakupan ibu hamil mendapat

tablet fe 90 tablet, cakupan deteksi dini tumbuh kembang balita, penanganan

BBLR. Sedangkan program gizi yang belum memenuhi target antara lain:

balita naik berat badan, gizi baik anak SD, dan pemberian makanan

pendamping ASI pada anak usia 6-24 bulan keluarga miskin. Program-

program yang belum mencapai target ini disebabkan oleh beberapa faktor,

antara lain: pengetahuan ibu yang rendah dan ibu yang sibuk bekerja,

sehingga anak-anak kurang diperhatikan pola makannya.

b. Status Gizi Balita

Pada kegiatan Praktek Kerja Lapangan di UPTD Puskesmas Gilingan

yang dimulai tanggal 23 Februari hingga 5 Maret 2015, telah dilakukan

penimbangan dan pengukuran tinggi badan di 11 Posyandu yang terletak di

kelurahan Gilingan, kelurahan Kestalan, dan kelurahan Punggawan.

Data status gizi bayi dan balita yang melakukan penimbangan di Posyandu

mulai tanggal 23 Februari sampai 5 Maret 2015 dapat dilihat dalam tabel

berikut ini:

Tabel 12
Data Status Gizi Balita Berdasarkan BB/U
Di UPTD Puskesmas Gilingan
Pada Tanggal : 23 Februari – 5 Maret 2015

Jumlah Status Gizi


No Nama Posyandu
Balita Baik Lebih Kurang Buruk
1. Kestalan RW 1 29 23 4 2 0
2. Kestalan RW 5 17 15 1 1 0
3. Gilingan RW 9 19 18 0 1 0
4. Gilingan RW 10 24 19 2 3 0
5 Gilingan RW 12 19 18 1 0 0
6. Gilingan RW 13 31 27 4 0 0
7. Gilingan RW 14 29 28 0 1 0

31
8. Gilingan RW 18 19 18 1 0 0
9. Gilingan RW 19 25 20 3 2 0
10 Gilingan RW 20 41 36 1 4 0
11. Punggawan RW 4 13 12 0 1 0
Jumlah 266 234 17 15 0

Berdasarkan data primer yang diambil di 11 Posyandu pada tanggal 23

Februari sampai 5 Maret 2015, didapatkan hasil bahwa 266 bayi dan balita

melakukan penimbangan di Posyandu. Bayi dan balita yang memiliki status gizi

baik berjumlah 234 orang, status gizi lebih 17 orang, dan status gizi kurang 15

orang. Disimpulkan bahwa mayoritas bayi dan balita di wilayah binaan UPTD

Puskesmas Gilingan memiliki status gizi baik.

c. Pencapaian Data SKDN

Data SKDN di 11 Posyandu pada tanggal 23 Februari sampai 5 Maret

2015 dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 13
Data SKDN di Posyandu pada Tanggal 23 Februari-5 Maret 2015

SKDN
No. Nama Posyandu
K/S D/S N/D N/S
1. Kestalan RW 1 100% 46,77% 62,01% 29%
2. Kestalan RW 5 100% 50% 58,8% 29,4%
3. Gilingan RW 9 100% 23,2% 89,5% 20,7%
4. Gilingan RW 10 100% 48% 45,8% 22%
5. Gilingan RW 12 100% 52,7% 57,8% 30,6%
6. Gilingan RW 13 100% 31% 48,4% 15%
7. Gilingan RW 14 100% 60,4% 51,7% 31,25%
8. Gilingan RW 18 100% 54,3% 52,6% 28,6%
9. Gilingan RW 19 100% 53,2% 32% 17%
10. Gilingan RW 20 100% 60,3% 29,3% 17,6%
11. Punggawan RW 4 100% 37,1% 38,5% 14,3%

Berdasarkan tabel data SKDN di atas dapat diketahui bahwa

pencapaian data SKDN yang ada di UPTD Puskesmas Gilingan pada tanggal

23 Februari sampai 5 Maret 2015 adalah sebagai berikut:

1) Data K/S (cakupan kegiatan penimbangan posyandu) sudah mencapai

target (100%), yaitu rata-rata dari 11 posyandu sebesar 100%.

2) Data D/S (partisipasi masyarakat dalam penimbangan) belum mencapai

target (80%), yaitu rata-rata dari 11 posyandu sebesar 47%.

32
3) Data N/D (cakupan hasil penimbangan) belum mencapai target (80%),

yaitu rata-rata dari 11 posyandu 51,5%.

4) Data N/S (efektifitas kegiatan) belum mencapai target (60%), yaitu rata-

rata dari 11 posyandu sebesar 23,2%.

d. Pencapaian Data SKDN Tahun 2014

Tabel 14
Pencapaian Data SKDN UPTD Puskesmas Gilingan Tahun 2014

SKDN
Bulan
K/S D/S N/D N/S

Januari
100% 66,75% 53,7% 35,8%

Februari
100% 73,7% 59% 43,5%

Maret
100% 72,2% 63,6% 45,9%

April
100% 71,5% 62,2% 44,5%

Mei
100% 71,6% 63,1% 45,2%

Juni
100% 73,1% 59,8% 43,7%

Juli
100% 73,8% 60,3% 44,5%

Agustus
100% 76,9% 60,5% 46,7%

September
100% 75% 64,2% 46,9%

Oktober
100% 73% 62,7% 45,8%

November
100% 72,1% 61,3% 44,2%
33
Desember
100% 71,2% 62,7% 44,7%
(Sumber: Data SKDN Puskesmas Gilingan, 2014)

Berdasarkan tabel data SKDN di atas dapat diketahui bahwa pencapaian

data SKDN yang ada di UPTD Puskesmas Gilingan pada tahun 2014 adalah

sebagai berikut :

1) Data K/S (cakupan kegiatan penimbangan posyandu) sudah mencapai

target (100%), yaitu rata-rata pada tahun 2014 sebesar 100%.

2) Data D/S (partisipasi masyarakat dalam penimbangan) belum mencapai

target (80%), yaitu rata-rata pada tahun 2014 sebesar 72,6%. Rendahnya

partisipasi masyarakat dalam kegiatan penimbangan bayi dan balita ini

disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain: pengetahuan ibu yang

rendah mengenai pentingnya menimbangkan anaknya ke posyandu dan

kesibukan ibu dalam bekerja.

3) Data N/D (cakupan hasil penimbangan) belum mencapai target (80%),

yaitu rata-rata pada tahun 2014 61,1%. Hal ini perlu dilakukan

pemantapan dan penyuluhan untuk orangtua balita agar menimbangkan

balitanya secara teratur tiap bulan ke posyandu dan melakukan

pembinaan pada tokoh agama, tokoh masyarakat setempat, LSM

setempat untuk memotivasi orangtua balita.

4) Data N/S (efektifitas kegiatan) belum mencapai target (60%), yaitu rata-

rata pada tahun 2014 sebesar 44,3%.

34
F. Kegiatan Selama PKL di UPT Puskesmas Gilingan

Beberapa kegiatan yang telah dilakukan mahasisiwa selama mengikuti Praktek

Kerja Lapangan (PKL) di UPTD Puskesmas Gilingan meliputi :

1. Penyuluhan

Penyuluhan dilakukan di beberapa lokasi, yaitu Puskesmas Induk dan

Posyandu. Penyuluhan di puskesmas induk dilakukan di ruang tunggu dengan

pasien sebagai audiensnya. Berikut ini materi dan media yang digunakan untuk

penyuluhan:

Tabel 15
Materi dan Media Penyuluhan

No Materi Media
1 Asam Urat, dengan materi:
a. Tujuan diet
b. Prinsip diet
Leaflet
c. Makanan yang dianjurkan
d. Makanan yang dibatasi

2 Gizi pada Balita, dengan materi


a. Tujuan
b. Makanan yang Baik
Leaflet
c. Bahan makanan yang dibatasi
d. Hal-hal yang perlu diperhatikan

3 10 Pesan Gizi Seimbang


Leaflet
a. Isi 10 pesan gizi seimbang

2. Konseling Gizi

Konseling atau konsultasi gizi dilakukan di dua lokasi, yaitu di pojok gizi

Puskesmas Induk dan Puskesmas Pembantu.

Permasalahan kesehatan yang dikonsultasikan yaitu:

Tabel 16. Materi Konseling Gizi

No Nama Pasien Penyakit/ Materi Konseling Media

35
Keluhan

1 Ny. P Konsultasi a. Gizi ibu menyusui Leaflet


mengenai ibu b. Hal-hal yang perlu
menyusui diketahui bagi ibu
menyusui
c. Bahan akanan yang
dapat merangsang
produksi ASI
2 Ny. R Konsultasi a. Gizi ibu menyusui Leaflet
mengenai ibu b. Hal-hal yang perlu
menyusui diketahui bagi ibu
menyusui
c. Bahan akanan yang
dapat merangsang
produksi ASI
3 An. JH Batuk, pilek, a. Memberikan Leaflet dan
susah makan pengetahuan Daftar
mengenai makanan Bahan
porsi kecil tetapi Makanan
sering Penukar
b. Memberikan
pengetahuan
mengenai makanan
yang bervariasi
4 Ny. M Asam Urat a. Tujuan diet rendah Leaflet
purin
b. Prinsip diet rendah
purin
c. Makanan yang
diperbolehkan
d. Makanan yang tidak
diperbolehkan dan
dibatasi
5 An. K Diare a. Tujuan diet rendah Leaflet
sisa dan diet TKTP
b. Prinsip diet rendah
sisa dan diet TKTP
c. Makanan yang
diperbolehkan
d. Makanan yang tidak
diperbolehkan dan
dibatasi
6 An. S Berat badan a. Tujuan diet TKTP Leaflet
turun 2 ons b. Prinsip diet TKTP
c. Makanan yang
dianjurkan
7 Ny. PW Sesak nafas a. Hal-hal yang harus Leaflet
pada saat hamil diperhatikan oleh
ibu hamil
b. Makanan yang
dianjurkan
c. Makanan yang
dibatasi

3. Membantu Pelayanan di Puskesmas

36
Kegiatan selama Praktek Kerja Lapangan di UPTD Puskesmas

Gilingan selain melakukan penyuluhan dan konsultasi, juga membantu

pelayanan di poli umum (BP), Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), apotek, dan

pendaftaran.

BAB VI

37
PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Masalah gizi di wilayah binaan UPTD Puskesmas Gilingan antara lain gizi

kurang, gizi lebih, KEK pada ibu hamil, partisipasi masyarakat terhadap

posyandu masih rendah, dan cakupan hasil penimbangan yang masih rendah.

2. Cara penanggulangan yang dilakukan oleh UPTD Puskesmas Gilingan meliputi

pemberian PMT Pemulihan, kunjungan rumah balita BGM yang dilakukan oleh

petugas gizi, konseling gizi, dan Kelompok Pendukung Ibu (KP Ibu).

3. Program gizi di UPTD Puskesmas Gilingan meliputi pemberian PMT Pemulihan

bagi bayi dan balita gizi kurang, PMT ibu hamil, PMT AS, pemberian kapsul

vitamin A dosis tinggi, pemantauan garam beryodium, pemberian obat cacing,

KP Ibu, dan pendataan ASI Eksklusif.

4. Pengawasan terhadap institusi penyelenggaraan makanan dilakukan oleh

petugas bagian kesehatan lingkungan dari Puskesmas Gilingan. Pengawasan

dilakukan terhadap catering yang ditunjuk untuk menyediakan PMT bagi bayi,

balita, anak sekolah, dan ibu hamil.

5. Pencapaian data SKDN (D/S, N/D, N/S) dari 11 posyandu yang dilaksanakan

pada tanggal 23 Februari sampai 5 Maret 2015, belum mencapai target yang

ditetapkan. Hanya indikator K/S yang sudah mencapai target 100%.

6. Pencapaian data SKDN di UPTD Puskesmas Gilingan tahun 2014 hampir

mencapai target yang telah ditetapkan.

7. Perencanaan program dilakukan dengan pendataan sasaran, program yang

telah dilaksanakan hingga bulan Maret 2015 adalah pemberian kapsul vitamin A

dosis tinggi bagi bayi dan balita. Evaluasi program dilakukan dalam

minilokakarya bulanan. Evaluasi dilakukan dengan beberapa cara seperti

pembinaan atau pelatihan kader posyandu di tingkat kelurahan yang dilakukan

oleh petugas puskesmas.

38
B. Saran

1. Bagi Puskesmas

a. Perlu diadakan sosialisasi mengenai pentingnya menimbangkan bayi dan

balita setiap bulan di Posyandu kepada orangtua bayi dan balita, karena

partisipasi masyarakat terhadap penimbangan di posyandu masih

rendah, selain itu dapat juga diadakan kegiatan seperti arisan antara ibu-

ibu balita agar dapat meningkatkan partisipasi masyarakat terhadap

posyandu.

b. Diharapkan puskesmas dapat melakukan penyuluhan dan penanganan

terhadap masalah gizi kurang, karena masih terdapat balita gizi kurang.

39

Anda mungkin juga menyukai