KLP 1

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kegiatan pemberdayaan masyarakat adalah suatu kegiatan yang memiliki
tujuan yang jelas dan harus dicapai, oleh sebab itu, setiap pelaksanaan
pemberdayaan masyarakat perlu dilandasi dengan strategi kerja tertentu demi
keberhasilannya untuk mencapai tujuan masyarakat perlu dilandasi dengan
strategi kerja tertentu demi keberhasilannya untuk mencapau tujuan yang
diinginkan. Dalam pengertian sehari-hari, strategi sering diartikan sebagai
langkah-langkah atau tindakan tertentu yang dilaksanakan demi tercapainya suatu
tujuan atau penerima manfaat yang dikehendaki, oleh karena itu, pengertian
strategi sering rancu dengan: metoda, teknik dan taktik
Melakukan upaya fasilitasi yang bersifat non-instruktif guna
meningkatkan pengetahuan dan kemampuan masyarakat agar mampu
mengidentifikasi masalah, merencanakan dan melakukan pemecahannya dengan
memanfaatkan potensi dan fasilitas setempat, yang lazim disebut dengan
pemberdayaan adalah salah satu pendekatan pembangunan. Walau mungkin tidak
mudah untuk dilaksanakan, masuknya konsep pemberdayaan untuk menggantikan
pendekatan top-down yang cenderung mewarnai upaya pembangunan, ternyata
mempunyai daya tarik tersendiri bagi para aktivis, akademisi dan para birokrat.
Pendekatan ini dinilai akan mempercepat tercapainya tujuan programprogram
pembangunan.
Pada kasus tingginya angka kematian bayi (AKB) dan kematian ibu
(AKI). Berdasarkan data tahun 2002/2003, Indonesia masih memiliki AKB sekitar
3–10 kali lebih tinggi dan AKI lebih tinggi sekitar 3–6 kali dibandingkan kondisi
di negara tetangga seperti Singapura, Malaysia, Thailand dan Philipina.
Pemerintah melalui Departemen Kesehatan, yang sekarang menjadi Kementerian
Kesehatan juga telah menggunakan pendekatan pemberdayaan masyarakat
sebagai salah satu upaya menurunkan AKB dan AKI sesuai dengan Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJM-N) bahwa diakhir tahun 2009,

1
Indonesia mengharapkan terjadinya penurunan AKB menjadi 26/1000 kelahiran
hidup dan AKI menjadi 226/100.000 kelahiran hidup. Guna memenuhi harapan
ter sebut di atas, Pemerintah bekerjasama dengan WHO mengembangkan program
”safe motherhood” dan ”making pregnancy safer” yang kemudian lebih dikenal
dengan istilah MPS.
Ada 4 strategi yang digunakan untuk menciptakan kondisi persalinan yang
aman antara lain dengan meningkatkan cakupan dan kualitas pelayanan kesehatan
maternal, meningkatkan hubungan lintas sektor, memberdayakan ibu dan
keluarga, yang terakhir adalah meningkatkan pemberdayaan masyarakat. Dalam
melaksanakan program penurunan AKB dan AKI seperti program MPS
digunakan kerangka pikir sistem kesehatan. Pada kerangka pikir ini, upaya
kesehatan yang dilakukan untuk menurunkan AKB dan AKI, oleh Soemantri
(2004) dinilai mempunyai ketergantungan pada efisiensi input yang berupa
sumberdaya manusia, sarana dan dana. Disisi lain, upaya kesehatan tersebut juga
tidak dapat lepas dari pengaruh kebijakan, manajemen kesehatan dan
pemberdayaan masyarakat. Kerangka pikir ini hamper sama dengan penilaian
WHO tentang beberapa faktor determinan yang berkontribusi terhadap kematian
ibu dan bayi. Faktor tersebut terkategori menjadi 3 aspek yaitu medis, manajemen
pelayanan kesehatan dan aspek sosial budaya (Aryoso, 2003).
Program yang dilakukan untuk menurunkan AKI dan AKB dari aspek
medis, kebijakan dan manajemen pelayanan kesehatan, antara lain dengan
meningkatkan cakupan dan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan maternal.
Untuk meningkatkan cakupan dan kualitas pelayanan, sudah dilakukan kegiatan
dengan target meningkatkan cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan terampil,
meningkatkan cakupan pelayanan komplikasi obstetri dan neonatal berkualitas,
meningkatkan dan melaksanakan pelayanan obstetri dan neonatal emergensi dasar
(PONED) di Puskesmas dengan tempat tidur di setiap Kabupaten/Kota dan
meningkatkan pelayanan obstetric dan neonatal emergensi komprehensif
(PONEK) selama 24 jam di Rumah sakit Kabupaten/Kota (Rahmawati, 2006).
Hasil dari progran tersebut dapat dilihat dari tersedianya tenaga bidan di tingkat
desa dan meningkatnya cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan. Diakui oleh

2
banyak pihak bahwa mengatasi masalah kematian ibu dan bayi dari segi medis
dan manajemen pelayanan kesehatan bukanlah hal yang sulit. Hal yang sulit
adalah mengatasi masalah non medis seperti aspek sosial dan budaya. Terkait
dengan aspek sosial budaya, salah satu cara yang dinilai akan mempercepat
keberhasilan suatu kegiatan adalah dengan menggunakan pendekatan
pemberdayaan masyarakat, Suatu kegiatan dapat dikategorikan sebagai
pemberdayaan bila mampu memperkuat, meningkatkan atau mengembangkan
potensi masyarakat setempat.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud strategi Pemberdayaan?
2. Bagaimana Pemberdayaan Individu, Keluarga Dan Masyarakat pada
Pelayanan KIA Dan Reproduksi Wanita?
3. Bagaimana Strategi Pemberdayaan Kader Dan Dukun?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui Apa strategi Pemberdayaan
2. Mengetahui dan memehami Pemberdayaan Individu, Keluarga Dan
Masyarakat pada Pelayanan KIA Dan Reproduksi Wanita
3. Mengetahui Strategi Pemberdayaan Kader Dan Dukun

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Strategi pemberdayaan
1. Strategi
Strategi merupakan upaya-upaya yang dilakukan oleh individu organisasi
atau perusahaan untuk memenangkan persaingan, demi tercapainya tujuan
yang diharapkan atau telah ditetapkan.
2. Pemberdayaan masyarakat
Ialah menyiapkan kepada masyarakat berupa sumber daya, kesempatan,
pengetahuan dan keahlian untuk meningkatkan kapasitas diri masyarakat
dalam menentukan masa depan meraks serta berpartisipasi dan
mempengaruhi kehidupan dalam komunitas masyarakat itu sendiri.

B. Pemberdayaan Individu, Keluarga Dan Masyarakat


1. Strategi pemberdayaan individu
a. Strategi pemberdayaan individu melalui bimbingan ,
Yaitu proses membantu individu melalaui usahanya sendiri untuk
menemukan dan mengembangkan kemampuan sehingga menemukan
kebahagiaan pribadi dan kemanfaatan sosial.
Bimbingan pada prinsipnya adalah proses pemberian bantuan yang
dilakuakn oleh orang yang ahli kepada seorang atau beberapa dalam hal
memahami diri sendiri menghubungkan pemahaman tentang diri sendiri
dengan lingkungan, memilih, menentukan, memnyusun rencana sesuai
dengan konsep dirinya dan tuntunan lingkungan.
Metode bimbingan individual merupakan salah satu teknik
bimbingan, melalui metode ini upaya pemberian bantuan diberikan
secara individual dan langsung bertatap muka (berkomunikasi) antara
pembimbing dengan klien. Dengan perkataan lain pemberian bantuan
diberikan dilakukan melalui hubungan yang bersifat face to face
relationship (hubungan empat mata).

4
b. Strategi pemberdayaan melalui konseling
Konseling menurut Prayitno dan Erman Amti (2004:105) adalah proses
pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh
seorang ahli (disebut konselor) kepada individu yang sedang mengalami
sesuatu masalah (disebut klien) yang bermuara pada teratasinya masalah
yang dihadapi klien. Konseling adalah usaha membantu konseli/klien
secara tatap muka dengan tujuan agar klien dapat mengambil tanggung
jawab sendiri terhadap berbagai persoalan atau masalah khusus. Dengan
kata lain, teratasinya masalah yang dihadapi oleh konseli/klien.
Jenis-jenis Konseling Kebidanan, antara lain:
1) Konseling remaja dan kesehatan reproduksi remaja
Proses pemberian bantuan seorang individu atau
sekelompok orang yang memiliki masalah kesehatan reproduksi.
Menurut BKKBN konseling kesehatan reproduksi merupakan suatu
bentuk komunikasi dua arah yang dilakukan antara dua pihak. Pihak
pertama adalah konselor, membantu pihak lainnya yaitu klien dalam
memecahkan masalah kesehatan reproduksi yang dihadapinya.
Dalam menghasilkan keturunan demi kelestarian hidupnya.
Kesehatan reproduksi remaja adalah suatu kondisi sehat yang
menyangkut sistem fungsi, dan proses reproduksi remaja. Biasanya
dipengaruhi oleh masalah menikah dan melakukan hubungan
seksual pada usia dini, akses pendidikan dan pekerjaan,
ketidaksetaraan gender, kekerasan seksual, dan pengaruh media
massa. Kualitas sumber daya manusia ditentukan oleh anak-anak
dan remaja.Karena ini sangat berkualitas pada kepribadian,
kesehatan, maupun pendidikan.
Topik konseling remaja melipurti:
·         Remaja dan kesehatan reproduksinya.
·         Seksualitas.
·         Infeksi menular seksual.
·         Isu gender.

5
·         Narkoba dan zat adiktif.
2) Konseling Kebidanan
Pertolongan dalam bentuk wawancara yang menuntut adanya
komunikasi, interaksi yang mendalam, dan usaha bersama antara
konselor (bidan) dengan konseli (klien) untuk mencapai tujuan
konseling yang dapat berupa pemecahan masalah, pemenuhan
kebutuhan, ataupun perubahan tingkah laku atau sikap dalam ruang
lingkup pelayanan kebidanan.
Tingginya kematian ibu merupakan permasalahan, karena
kematian ibu akan berdampak pada seluruh keluarga. Ini
dikarenakan adanya komplikasi dari kehamilan. Di Indonesia angka
kematian ibu sangat tinggi. Mengingat masih tingginya AKI,
diperlukan suatu kerja sama bidan dengan ibu. Salah satu upaya
yang dilakukan bidan adalah konseling.
Konseling Pada Ibu Bersalin, Merupakan proses alamiah,
teapi meskipun proses alamiah, tidak semua ibu bersalin  mampu
beradaptasi dengan persalinan terutama pada kala 1 yang
merupakan nyeri hebat bagi si ibu. Karena pada tahap ini resiko
komplikasi yang dapat mengancam keselamatan ibu dan
bayi.Lancarnya persalinan ditentukan oleh faktor psikologis.
Koseling Ibu Nifas:
1.      proses masa nifas.
2.      Keluhan umum 1-72 jam masa nifas.
3.      Tanda-tanda kegawatan masa nifas pada ibu.
4.      Tanda komplikasi masa nifas.
5.      Kebersihan ibu.
6.      Kolostrum dan pemberian ASI.
7.      Teknik menyusui
8.      Kebutuhan nutrisi ibu pada masa nifas.
c. Strategi Pemberdayaan Individu Melalui Stress Manajemen

6
Istilah manajemen stress merujuk kepada identifikasi dan analisis
terhadap permasalah yang terkait dengan stress, dan aplikasi dari
berbagai terapi terapeutik untuk mengubah sumber stress atau
pengalaman stress.
Cara melakukan manajemen stress menurut Cotton :
 Terapi individual
Pada terapi individual, salah satu keuntungan yang dimilki adalah
dapat menangani kasus dengan klien sulitatau dengan masalah yang
cukup berat.
 Terapi kelompok
Terapi kelompok umumnya digunakan dengan mempertimbangkan
alas an praktis, misalnya lebih murah untuk klien, tidak banyak
menghabiskan waktu, dan memungkinkan untuk menyediakan
informasi dari klien lainnya.
 Workshop
Workshop merupakan cara yang tepat untuk mengajarkan informasi
kepada peserta, namun kelemahannya terkadang terapis melakukan
workshop dengan jumlah peserta yang terlalu banyak sehingga
proses terpeutik tidak dapatberjalan efektif.
 Bibliography
Bibliography merupakan salah satu cara untuk mengatasi stress
dengan membaca buku, meskipun hal ini belum dapat dibuktikan.
d. Strategi Pemberdayaan Individu Melalui Crisis Intervention (Intervensi
Krisis)
Intervensi krisis adalah metode pemberian bantuan terhadap mereka
yang tertimpa krisis, di mana masalah yang membutuhkan penanganan
yang cepat dapat segera diselesaikan dan keseimbangan psikis yang
dipulihkan.
Tujuan dari intervensi krisis antara lain:

7
a) Berfokus pada pemberian dukungan terhadap individu sehingga
individu mencapai tingkat fungsi seperti sebelum krisis, atau bahkan
pada tingkat fungsi yang lebih tinggi.
b) Membantu individu memecahkan masalah dan mendapatkan kembali
keseimbangan emosionalnya. Dalam intervensi krisis, pendekatan
pemecahan masalah digunakan secara sistematis yang meliputi :
 Mengkaji persepsi individu terhadap masalah, serta mengkaji
kekurangan dan kelebihan sistem pendukung individu dan
keluarga
 Merencanakan hasil yang spesifik dan tujuan yang didasarkan
pada prioritas
 Memberikan penanganan langsung
Peran petugas adalah membantu individu dalam :
a) Menganalisa situasi yang penuh stress
b) Mengungkapkan perasaan tanpa penilaian
c) Mencari cara untuk beradaptasi dengan stress dan kecemasan
d) Memecahkan masalah dan mengidentifikasi strategi dan tindakan
e) Mencari dukungan ( keluarga, teman, komunitas )
f) Menghindari stress yang akan datang dengan anticipatory guidance

2. Strategi pemberdayaan dalam Keluarga dan Masyarakat


a. Melakukan pendekatan dengan cara mengirim surat permohonan ijin.
Melakukan identifikasi permasalahan pada wanita, khusunya pada
wanita usiareproduksi sehat. Identifikasi dilakukan dengan cara
melakukan interview dengan pimpinan dan kader setempat.
b. Penyuluhan Kesehatan Reproduksi Wanita
Aktif Penyuluhan dengan tema kesehatan wanita aktif di berikan
dengan tujuan untuk meningkatkan keshatan reproduksi wanita pada
masa reproduksi agar tetap aktif dan sehat. Pelaksanaan penyuluhan
dilaksanakan di rumah salah satu kader dengan sasaran semua wanita
yang mengikuti Kegiatan bulanan .

8
c. Penyuluhan Keluarga Berencana
Penyuluhan dengan tema keluarga berencana dipilih sebagai tema
kedua sesuai dengan hasil identifikasi masalah bahwa banyak keluarga
yang tidak mengetahui tentang mekanisme kerja dan efeksamping dari
alat kontrasepsi yang digunakan, sebagian lagi menyatakan tidak
menggunakan alat kontrasepsi dengan alasan ketakutan akan efek
samping dan kebigungan dengan pilihan alat kontrasepsi yang akan
digunakan. Penyuluhan ini dilakukan dirumah salah satu kader stempat
d. Penyuluhan Penyakit Jantung
Tujuan pemberian informasi ini adalah untuk meningkat pengetahuan
ibu-ibu tentang tanda-tanda penyakit jantung sehingga dapat
mengidentifikasi secara dini jika ada anggota keluarga yang
mengalami tanda-tanda tersebut. Materi yang diberikan meliputi
pengertian penyakit jantung, macam-macam penyakit jantung, tanda
dan gejala penyakit jantung, komplikasipenyakit jantung, pencegahan
penyakit jantung. Dengan demikian wanita dapat menjadi pendidik
keluarga untuk dapat mencegah penyakit jantung palam lingkup
keluaraga. Penyuluhan tentang penyakit jantung ini diberikan
berdasarkan permasalahan yang ada di desa tersebut dimana ditemukan
dua kasus di masyarakat yang meninggal secara tiba-tiba.
e. Pemeriksaan Kesehatan Gratis
Pemeriksaan yang dilakukan dengan tujuan mengetahui besarnya
angka kejadian penyakit tekanan darah tinggi, diabetes milletus dan
asam urat yang ada di masyarakat donowangun. Hasil pemeriksaan
tekanan darah semua warga berusia dewasa mengikuti pemeriksaan ini,
dan didapatkan 55% peserta terdeteksi menderita penyakit hipertensi.
Pada masing-masing keluarga yang terdapat sasaran yang terdeteksi
menderita darah tingg diberikan pendidikan kesehatan secara singkat
dengan media leaflet tentang pencegahan penyakit darah tinggi.
f. Refleksi

9
Setelah rangkaian kegiatan selesai dilakukan refleksi untuk
mengetahui kekurangan dan kelebihan terhadap kegiatan yang telah
dilakukan guna merancang rencana tindak lanjut yang akan dilakukan
setelah pengabdian selesai sehingga kegiatan dapat terus ditingkatkan.
Evaluasi kegiatan dilaksanakan dengan berdiskusi ke pimpinan
setempat. Hal ini merupakan upaya untuk membantu meningkatkan
pengetahuan dan kesadaran masyarakat, terutama wanita dan keluarga
tentang berbagai aspek penting dalam kesehatan keluarga, terutama
untuk deteksi dini penyakit-penyakit degeneratif yang mungkin
menyertai dan memperdayakan wanita agar dapat aktif untuk membuat
keluarga yang sehat. Rencana tindak lanjut dari kegiatan pengabdian ini
adalah mengajukan proposal ke puskesmas Talun untuk pengisian
pengajian berikutnya sehingga berkalanjutan akan memberikan
informasi dan dukungan kepada wanita dalam upaya merencanakan
kesehatan keluarga dapat tercapai. Kendala yang dihadapi pada
pelaksanaan pengabdian ini adalah kendala waktu, dimana waktu
pelaksanaan di sore hari, sehinnga kadang hujan, dan sangat pendek
durasi waktu yang diberikan. Kendala yang terbesar adalah komitmen
peserta sebagai sasaran yang terkadang tidak hadir dalam pelaksanaan
kegiatan.
3. Strategi pemberdayaan masyarakat
Dalam melihat pemberdayaa n , studi ini memfokuskan diri pada berbagai
kegiatan yang dikenakan pada sasaran Posyandu. Sebagai lembaga
kesehatan yang berbasis masyarakat (UKBM), Posyandu mempunyai
sasaran primer yakni ibu hamil, sasaran sekunder yang terdiri dari kepala
keluarga dan orang tua ibu hamil dan sasaran tersier yakni para tokoh
masyarakat baik yang formal maupun yang informal.Ada beberapa
kegiatan yang dilihat terkait dengan upaya pemberdayaan yang dilakukan
posyandu. Kegiatan tersebut antara lain melakukan berbagai upaya untuk
meningkatkan pengetahuan, kemampuan untuk cepat mengambil keputusan
dan memudahkan akses terhadap pelayanan kesehatan.

10
4. Faktor pendukung dan penghambat upaya
a. Pendukung:
 Pimpinan pemerintah setempat seperti Camat dan Lurah/Kepala
Desa mempunyai keperdulian yang cukup tinggi terhadap masalah-
masalah kesehatan khususnya kesehatan ibu dan anak.
 Tokoh agama dan masyarakat setempat sudah mau terlibat secara
langsung dalam kegiatan kesehatan.
 Dinas Kesehatan (Puskesmas) sudah melakukan pembinaan secara
rutin
 Masyarakat tidak segan berkontribusi dalam hal tenaga dan dana.
 Di setiap daerah banyak terdapat sumbardaya organisasi yang
potensial seperti PKK, BPD, LSM, Karang Taruna, Lembaga
Keagamaan dan Lembaga Adat.
 Setiap ibu hamil sudah mempunyai buku kesehatan ibu dan anak
b. Penghambat:
 Organisasi potensial yang ada belum banyak dilibatkan untuk
membantu mensukseskan kegiatan dan program yang sedang
dikerjakannya.
 Tidak ada pembekalan untuk meningkatkan pengetahuan dan
ketrampilan kepada kaderc. Kader tidak percaya diri dengan
kemampuannya untuk memberikan penyuluhan kepada
masyarakat
 Kesulitan untuk mengumpulkan masyarakat karena kesibukan
masing-masing orang, terutama terhalang dengan pekerjaan.
 Suami dan orang tua masih belum dijadikan sebagai sasaran yang
perlu ditingkatkan pengetahuan dan kesadarannya tentang masalah
yang terkait dengan kesehatan ibu dan anak.
 Kesadaran ibu untuk membaca buku kesehatan ibu dan anak masih
rendah

11
C. Strategi Pemberdayaan Kader Dan Dukun
1. Pemberdayaan Kader PKK
Pemberdayaan Kesejahteraan keluarga (PKK) merupakan suatu
komunitas dalam melakukan gerakan masyarakat yang lahir karena
kebutuhan masyarakat. Tim penggerak PKK terdapat dari tingkat pusat
sampai dengan desa/kelurahan dan juga terdapat kelompok-kelompok
kerja. Misi PKK, yaitu meningkatkan derajat kesehatan, kelestarian
lingkungan hidup serta membiasakan hidup berencana dalam semua aspek
kehidupan dan perencanaan ekonomi keluarga dengan membiasakan
menabung (Dahniar, 2014 :8). Dengan peran PKK yang dapat menjangkau
masyarakat secara luas ini, menjadikan PKK luwes bergerak.
Dipilihnya PKK sebagai sasaran penyuluhan penyebarluasan
informasi kesehatan karena sesuai dengan Permendagri nomor 1 tahun
2013 Pasal 1 Ayat 10 yang menyebutkan bahwa: Tim Penggerak PKK
untuk selanjutnya disingkat dengan TP PKK adalah fasilitator, perencana,
pelaksana, pengendali dan penggerak pada masingmasing tingkat
pemerintahan untuk terlaksananya program PKK yang merupakan mitra
kerja pemerintah, dan organisasi kemasyarakatan/lembaga kemasyarakatan
lainnya.
Dalam meningkatkan kesadaran akan kesehatan keluarga dan lingkungan,
TP PKK di setiap tingkat pemerintahan harus mampu:
 memahami dan menafsirkan masalah, faktor penyebab, dan kebutuhan
di bidang kesehatan; dan dapat mengidentifikasi potensi atau
sumberdaya yang dapat digunakan dalam memecahkan masalah
tersebut (mampu melakukan assessment) di wilayahnya;
 menerjemahkannya ke dalam sebuah proses tindakan;
 melaksanakan tindakan-tindakan tersebut dengan melibatkan berbagai
sumberdaya yang ada di wilayahnya maupun di luar wilayahnya.
a) Metode
Metode pelaksanaan kegiatan pengabdian pada masyarakat (PPM)
Pemberdayaan Perempuan (PKK) dalam Usaha Penyebarluasan

12
Informasi Kesehatan di Kecamatan Jatinangor dalam mencapai target
luaran berupa penyuluhan, dengan tahapan sebagai berikut:
o Kegiatan Pre-test
Sebelum dilakukan penyuluhan peserta mengisi daftar pertanyaan
untuk mengetahui persepsi kader PKK sebelum dilakukan kegiatan
penyuluhan.
o Penyajian Materi
Materi yang disajikan dalam penyuluhan ini terkait dengan tema
usaha penyebarluasan informasi kesehatan dan penguatan partisipasi
PKK.
o Kegiatan Post-test
Setelah penyuluhan dilanjutkan dengan kegiatan post-test untuk
mengetahui sejauhmana kesamaan persepsi berkaitan dengan
peningkatan derajat kesehatan masyarakat melalui pemberdayaan
(empowerment).
b) Manfaat penyuluhan
 Momen yang tepat untuk belajar
 Mendatangkan para pakar di bidang kesehatan masyarakat dan
kesejahteraan sosial, para kader PKK yang mengikuti seminar dapat
belajar tentang cara menyebarluaskan informasi mengenai
kesehatan pada keluarga maupun lingkungan masyarakat sekitar
dari informasi yang diberikan. Para kader PKK juga dapat bertanya,
meminta nasehat, dan saran dari para pakar yang menjadi
narasumber sehingga pengetahuan para peserta seminarnya semakin
bertambah.
 Sarana bersosialisasi
kader PKK dapat saling berbagi pengalaman dan bersosialisasi
untuk bertukar informasi mengenai masalah seputar kesehatan di
desanya masing-masing.
 Sarana inspiratif

13
Dalam kegiatan penyuluhan, narasumber adalah ahli yang memiliki
kompetensi yang sesuai dengan tema sehingga para peserta seminar
dapat mendapatkan inspirasi dari materi-materi yang disampaikan.
Selain itu, pemberian informasi melalui penyuluhan kepada para
kader PKK merupakan bagian dari pemberdayaan masyarakat,
dimana pemberdayaan masyarakat adalah pemberian kewenangan
dan kepercayaan kepada masyarakat setempat untuk menentukan
berbagai bentuk program kegiatan pembangunan serta kebutuhan
mereka melalui upaya perlindungan, penguatan, pengembangan,
konsultasi dan advokasi guna peningkatan taraf kesejahteraan
sosialnya.
c) Manfaat dari kegiatan yang telah dilaksanakan antara lain:
 untuk pihak PKK mendapatkan informasi mengenai informasi
kesehatan dari kegiatan seminar yang telah dilaksanakan.
2. Strategi Pemberdayaan Kader Posyandu
Partisipasi sebagai kader posyandu dilatarbelakangi faktor internal
dan eksternal. Faktor internal menjadi kader posyandu di kelurahan Kawal
yaitu jiwa sosial tinggi untuk membantu orang lain di bidang kesehatan dan
keinginan untuk mendapat pengetahuan tentang kesehatan, terutama anak
dan ibu hamil, pengetahuan tentang tumbuh kembang balita, untuk
meningkatkan kesehatan keluarga.
Faktor eksternal yang melatarbelakangi adalah ingin membantu
program pemerintah untuk membentuk anak sehat dan mempunyai layanan
kesehatan keluarga yang mudah dijangkau. Kesadaran untuk terlibat aktif
dalammembangun kesadaran masyarakat untuk mengambil bagian dalam
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat terutama anak-anak.
a. Kader posyandu memberi layanan kesehatan, dari pendaftaran,
penimbangan bayi dan balita, pencatatan, penyuluhan, pemberian
vitamin A dan imunisasi. Penyuluhan kesehatan tentang perilaku hidup
bersih dan sehat dan kebersihan lingkungan.

14
b. Masyarakat belum mempunyai kesadaran untuk menimbang balita
secara rutin. Sebagian masyarakat menganggap kegiatan penimbangan
balita kurang bermanfaat. Mereka menilai bahwa untuk mengetahui
berat badan balita tidak susah datang ke posyandu. Penimbangan berat
badan balita dapat dilakukan dimana saja, seperti kedai/toko, asalkan
di tempat itu tersedia timbangan. Selain itu sebagian masyarakat
memiliki persepsi salah terhadap kegiatan imunisasi di posyandu,
seperti anggapan demam pasca imunisasi (KIPI) dapat mengganggu
kesehatan anak.
c. Kader posyandu membangun partisipasi dengan melibatkan
masyarakat dalam kegiatan gotong royong untuk menyediakan
tanaman obat keluarga dan memelihara kebersihan lingkungan.
d. Kebutuhan terhadap peningkatan kemampuan dan keterampilan kader
posyandu dalam memberi layanan kesehatan kepada masyarakat,
dengan memberikan pelatihan. Pengetahuan setelah mengikuti
pelatihan disosialisasikan pada kader lain yang tidak mengikuti
pelatihan atau penataran (peer educator) .
e. Kader posyandu dibekali buku panduan untuk memberi layanan
kesehatan kepada masyarakat. Kader posyandu dapat mempelajari
buku panduan tersebut untuk memberikan pelayanan dengan “Sistem 5
Meja”. Kader posyandu diminta rutin mengawasi tumbuh kembang
balita. Kader posyandu dibekali buku panduan untuk memberi layanan
kesehatan kepada masyarakat. Kader posyandu dapat mempelajari
buku panduan tersebut untuk memberikan pelayanan dengan “Sistem 5
Meja”. Kader posyandu diminta rutin mengawasi tumbuh kembang
balita.
f. Pemberian doorprize merupakan salah satu cara untuk menarik
masyarakat agar mengikuti kegiatan posyandu. Hadiah diberikan
sebagai penghargaan kepada orang tua balita yang telah mengikuti
kegiatan posyandu selama 5 tahun. Pemberian hadiah-hadiah tersebut
menggunakan uang kas dari iuran kader posyandu.

15
g. Pelatihan dapat memberikan manfaat untuk kader posyandu. Kader
mempunyai kemampuan untuk memberikan pendidikan dan
penyadaran kepada masyarakat dalam layanan kesehatan mandiri
berupa pertolongan pertama dan pengobatan sendiri jika terjadi diare,
penyuluhan gizi, penyuluhan penyakit wabah, mengajak partisipasi
aktif orang tua melalui kunjungan ke rumah, kelas ibu hamil dan balita.
h. Kader posyandu mampu memberikan penyuluhan tentang kebersihan
lingkungan untuk mencegah demam berdarah, campak, dan penyakit
kaki gajah. Kader dapat memberikan pengertian tentang kejadian
ikutan pasca imunisasi (KIPI) kepada orang tua balita.
i. Kader posyandu memberikan pendidikan kepada orang tua tentang
tumbuh kembang balita melalui “Kelas Balita”. Kelas balita adalah
media pendidikan ibu tentang merawat balita pada masa tumbuh
kembang, kesehatan, dan perkembangan sosial dan psikologis anak.
Kegiatan kelas balita dilakukan setiap enam bulan sekali.
Komitmen dapat terwujud, jika kader posyandu secara bergilir
memperoleh kesempatan untuk mengikuti kegiatan pelatihan dan
sosialisasi, terutama kader baru. Sementara, kader posyandu yang
belum mengikuti kegiatan tersebut dapat menggunakan buku panduan
posyandu untuk melaksanakan kegiatan posyandu. Kegiatan ini
menjadi sarana penguatan peranan kader. Pendidikan layanan
kesehatan secara langsung dapat membantu kader posyandu untuk
mengambil peran dalam memberdayakan masyarakat. Pelatihan
merupakan mekanisme penggunaan sumber daya eksternal. Jenjang
pelatihan dan keikutsertaan organisasi berpengaruh pada kelangsungan
kader.
Pelatihan kader dimaksudkan untuk meningkatkan pemahaman dan
keterampilan dalam pelaksanaan tugas di posyandu .Peran masyarakat
dalam memberikan pelayanan kesehatan secara mandiri dengan
mengoptimalkan sumber daya dan potensi yang tersedia di masyarakat.

16
Peran-peran tersebut terbagi dalam tiga kelompok yaitu motivator
kesehatan, penyuluhan dan pelayanankesehatan.
Motivator kesehatan bertugas menggerakkan masyarakat untuk
mengikuti kegiatan posyandu menanam TOGA, menggalang dana
swadaya masyarakat, dan perbaikan gizi balita. Penyuluh kesehatan
berperan memberikan edukasi tentang perilaku PHBS, kebersihan,
sanitasi lingkungan. Pelayanan kesehatan meliputi pendaftaran anggota
posyandu, penimbangan bayi dan balita, pencatatan perkembangan
balita, penyuluhan tumbuh kembang anak, pemberian kapsul vitamin
A, pemberian imunisasi bayi dan balita. Pemberdayaan masyarakat
terjadi karena komitmen dan integritas kader posyandu dalam
memahami kebutuhan masyarakat
3. Pemberdayaan Dukun
Pemberdayaan dukun bersalin dinilai sangat perlu dilakukan
karena masyarakat Indonesia terutama masyarakat miskin di pedesaan
masih menyerahkan kepercayaannya pada saat persalian kepada dukun
bersalin.
Dukun merupakan tokoh kunci dalam masyarakat yang berpotensi
untuk meningkatkan kesehatan ibu dan bayi. Peran dan pengaruh dukun
sangat bervariasi sesuai dengan budaya yang terbatas dalam pengambilan
keputusan tentang cara penatalaksanaan komplikasi kehamilan dan
persalian sehinnga angka kematian masih tinggi.
Untuk mengatasi hal tersebut di atas, yaitu untuk meningkatkan
status dukun dalam pengambilan keputusan, maka dilakukan upaya
pelatihan dukun bayi agar mereka memiliki pengetahuan dan ide baru yang
dapat disampaiakn dan diterima oleh anggota masyarakat.
Beberapa program pelatihan dukun bayi memperbesar peran dukun
bayi dalam program KB dan pendidikan kesehatan di berbagai aspek
Kesehatan Reproduksi dan kesehatan ank. Pokok dan pelatihan dukun
adalah untuk memperbaikin kegiata-kegiatan yang sebenarnya sudah
dilakukan oleh dukun, seperti memberikan saran tentang kehamilan,

17
melakukan persalinan bersih dan aman, serta mengatasi masalah yang
mungkin muncul pada saat persalinan, sehingga angka kematian ibu dan
bayi dapat di kurangi atau di cegah sedini mungkin
a. Pembinaan dukun
Dalam praktiknya, melakukan pembinaan dukun di masyarakat
tidaklah mudah. Masyarakat masih menganggap dukun sebagai tokoh
masyarakat yang patut dihormati, memiliki peran penting bagi ibu-ibu
desa. Oleh karena itu, dibutuhkan upaya agar bidan melakukan
pembinaan dukun. Beberapa upaya yang dapat dilakukan bidan di
antaranya adalah sebagai berikut:
a) Melakukan pendekatan dengan para tokoh masyarakat setempat
b) Melakukan pendakatan dengan para dukun
c) Memperikan pengertian kepada para dukun tentang pentingnya
persalinan yang bersih dan aman
d) Memberi pengetahuan kepada dukun tentang komplikasi-
komplikasi kehamilan dan bahaya proses persalinan
e) Membina kemitraan dengan dukun dengan memegang asa saling
menguntungkan
f) Mengnjurkan dan mengajak dukun merujuk kasus-kasus resiko
tinggi kehamilan kepada tenaga kesehatan.
b. Pelaksana pembinaan dukun
 Pelaksana supervise/bimbingan dan pembinaan
 Dokter
 Bidan
 Perawat kesehatan
 Petugas imunisasi
 Petugas kesehatan
c. Beberapa langkah yang dapat dilakun bidan dalam pembinaan dukun
adalah sebagai berikut:
1) Fase I : Pendaftan Duku

18
 Semua dukun yang berpraktek didaftra dan diberikan tanda
terdaftar
 Dilakukan assessment mengenai pengetahuan/ keterampilan
dan sikap mereka dalam penaganan kehamilan dan
persalinan
2) Fase II : Pelatihan
 Dilakukan pelatihan sesuai dengan assessment
 Diberikan sertifikat
 Diberikan penataaan kembali tugas dan wewenang bidan
dalam pelayanan KIA
3) Fase III : pelatihan oleh tenaga terlatih
 Persalinan hanya boleh dilakukan oleh tenaga terlatih
 Pendidikan bidan desa diprioritaskan pada anak dan
keluarga dukun

19
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kegiatan pemberdayaan masyarakat adalah suatu kegiatan yang memiliki
tujuan yang jelas dan harus dicapai, oleh sebab itu, setiap pelaksanaan
pemberdayaan masyarakat perlu dilandasi dengan strategi kerja tertentu demi
keberhasilannya untuk mencapai tujuan masyarakat perlu dilandasi dengan
strategi kerja tertentu demi keberhasilannya untuk mencapau tujuan yang
diinginkan. Strategi pemberdayaan Individu dapat melalui bimbingan dan
konseling , Yaitu proses membantu individu melalaui usahanya sendiri untuk
menemukan dan mengembangkan kemampuan sehingga menemukan
kebahagiaan pribadi dan kemanfaatan sosial. Strategi Pemberdayaan
kesehatan dapat dilakuan dari pembinaan dan pelatihan oleh kader PPK dan
kader posyandu. Pemberdayaan dukun bersalin dinilai sangat perlu dilakukan
karena masyarakat Indonesia terutama masyarakat miskin di pedesaan masih
menyerahkan kepercayaannya pada saat persalian kepada dukun bersalin, Oleh
karena itu, dibutuhkan upaya agar bidan melakukan pembinaan dukun.

B. Saran
Diharapkan kepadaa tenaga kesehatanagar dapat menfasilitasi masyarakat
melalui kegiatan-kegiatan dan program-program pemberdayaan masyarakat
meliputi pertemuan pengorganisasian masyarkata, memberikan motivasi
kepada msyarakat untuk meningkatakn kesehatan Ibu dan Anak dan
Kesehatan Reproduksi masyarakat.

20
DAFTAR PUSTAKA

Fino Susanto, Mora Claramita, Sri Handayani. 2017. Peran kader


posyandu dalam pemberdayaan masyarakat Bintan. Berita Kedokteran
Masyarakat (BKM Journalof Community Medicine and Public Health).33(1):13-
18

Fitrah. 2016. Strategi Prmberdayaan Kader dan Dukun .


https://id.scribd.com/document/333366117/Strategi-Pemberdayaan-Kader-Dan-
Dukun-Belum-Selesai diakses 5 Desember 2019

“konseling Kebidanan”
http://sekilastentangduniakesehatan.blogspot.com/2015/06/konseling-dalam-
praktik-kebidanan.html/ diakses 5 desember 2019

Nissa Noor Annashr, Joko Prasetyo, Nurhidayatullah. 2012. Intensive


Community Empowerment Strategi Menurunkan Angka Kematian Ibu. Jurnal
Ilmiah Mahasiswa. 2(1).

“Pengertian Bimbingan dan Konseling” diakses dari


http://konselingindonesia.com/ tanggal 5 Desember 2019 Jam 12:00 WIT

Prof.Totok M, Dr. Poerwoko S. 2015. Pemberdayaan Masyrakat Dalam


Perspektif Kebijakan Publik. Alfabeta: Jakarta

Rodiah S., Lusiana E. dan Agustine M. 2016. Pemberdayaan Kader Pkk


Dalam Usaha Penyebarluasan Informasi Kesehatan Jatinangor. Jurnal Aplikasi
Ipteks untuk Masyarakat. 5(1) : 5-8

Setia Pranata,Niniek Lely Pratiwi,Sugeng Rahanto. 2011. Pemberdayaan


Masyarakat Di Bidang Kesehatan, Gambaran Peran Kader Posyandu Dalam

21
Upaya Penurunan Angkakematian Ibu Dan Bayi Di Kota Manado Dan
Palangkaraya. Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Kesehatan. 14(2) :174-182

22

Anda mungkin juga menyukai