Anda di halaman 1dari 9

Krisis Negara Venezuela

Venezuela merupakan negara yang berada di ujung utara Amerika Selatan.


Venezuela dibagi menjadi 23 negara bagian (estados) dengan ibu kota (distrito capital)
di Caracas. Penemuan minyak mentah tahun 1913 membuat Venezuela menjadi negara
penghasil minyak dengan sumbangan cadangan devisa sebagian besar berasal dari
minyak. Pada tahun 1920 produksi minyak kebanyakan dilakukan oleh perusahan-
perusahaan asing. Seiring berjalannya waktu awal tahun 1970-an dan lebih tepatnya
tahun 1976 program nasionalisasi minyak di resmikan. Peningkatan dan volatilitas lebih
besar dari harga minyak tahun 1974 menyebabkan pendapatan tidak terduga dari negara
Venezuela. Ekspor minyak mendominasi 90 persen dari total keseluruhan ekspor dan
menyumbang 60 persen dari pendapatan pemerintah. Peningkatan ini berdampak pada
pertumbuhan positif GDP riil per capita Venezuela yang terus mengalami kenaikan dari
tahun 1960 -1970 an, namun dekade setelah itu GDP riil perkapita terus menurun
(Gambar. 1).
Secara garis besar negara Venezuela terus mengalami peningkatan pertumbuhan
ekonomi hingga tahun 1970. Namun, semua itu berubah pada tahun setelahnya
diakibatkan adanya gangguan pada perekonomian Venezuela. Elemen penting dari
dalam pertumbuhan yang relatif rendah adalah proses nasionalisasi industri minyak.
Periode antara 1978 dan 1989 memiliki pertumbuhan tahunan rata- rata negatif -2,6
persen, tahun 1990- 2016 pertumbuhan rata- rata tahunan adalah -0,2 persen dengan
penurunan parah pada tahun 2001 dan 2002 yakni 19 persen, sedangkan pada tahun
2013 hingga 2016 penurunan sebesar 30 persen. Perburukan perekonomian tidak hanya
faktor penurunan harga minyak saja namun juga faktor politik dan ketidakstabilan
variabel ekonomi lainnya.
Ketidakstabilan perekonomian Venezuela juga diperburuk dengan pergolakan
krisis politik di bawah kekuasaan otoriter Presiden Nicolas Maduro. Rezim Maduro
dituduh telah melakukan berbagai pelanggaran hak asasi manusia yang menyebabkan
krisis kemanuasian yang mendalam di Venezuela. Maduro juga memiliki berbagai
kebijakan yang kontroversional, seperti penggunaan pengadilan dan pasukan keamanan
untuk menindas dan membagai oposisi politik. Keterpurukan ekonomi politik di
Venezuela menandakan krisis di negara Vennezuela yang ditandai dengan
ketidakstabilan inflasi, kekuarangan barang konsumsi, sovereign debt, dan
memperburukanya kondisi kehidupan.

Krisis Ekonomi di Venezuela


Selama beberapa dekade Venezuela merupakan negara paling makmur di
Amerika Selatan, tetapi sekarang Venezuela sekarang tertinggal di belakang di kawasan
Amerika Selatan (Gambar. 1). Shock penurunan harga pada tahun 1980 an tidak
menjadi pembelajaran bagi Presiden Hugo Chaves, akbatnya penurunan tajam harga
minyak pada 2014 memiliki dampak yang cukup signifikan pada perekonomian
Venezuela karena tidak adanya penahanan akan adanya shock harga minyak. Kondisi
ekonomi mengalami keterburukan dengan cepat di bawah Presiden Maduro, kondisi ini
diperparah karena pada bulan November 2017 pemerintah mengumumkan akan adanya
restrukturisasi utang pemerintah.

Gambar 1. GDP per Kapita Venezuela


Sumber: Nelson, 2018

Kondisi inflasi di Venezuela juga memprihatinkan yang mencapai rata- rata


sekitar ratusan persen (Gambar 2). Kondisi ini membuat inflasi Venezuela
dikategorikan sebagai hyperinflasi. Istilah ini berarti kenaikan harga konsumen
mencapai 50 persen dalam sebulan. International Moneter Fund (IMF) memproyeksi
bahwa inflasi Venezuela mecapai 13.000 persen pada tahun 2018. Salah satu penyebab
hyperinflasi ini adalah rendahnya harga minyak dunia, penurunan produksi minyak,
serta kesalahan pengolahan ekonomi yang membebani pemerintah Venezuela. Selain
itu, nilai tukar mata uang boliviar (mata uanag Venezuela) melemah terhadap dollar AS
sejak awal 2016. Kebijakan penggantian uang kertas 100 bolivar dengan uang kertas
lainnya, ini belum cukup karena produksi barang telah anjlok dan biaya impor dalam
mata uang lokal telah meroket, sehingga kombinasi ini yang membuat konsumen tidak
bisa mengimbangi peningkatan harga.

Gambar 2. Tingkat Inflasi Tahunan (%)


Sumber: Restuccia, 2018

Mismanagement Ekonomi Selama Boom Oil


Venezuela mendapat manfaat dari ledakan harga minyak selama tahun 2000-an.
Saat Presiden Hugo Chavez mulai berkuasa pada tahun 1999 harga minyak mencapai
$10 per barel. Harga minyak treus mengalami kenaikan selama tahun-tahun berikutnya,
hingga mencapai $133 per barel pada Juli 2008. Dalam aktivitas perdagangan
internasional antara tahun 1999- 2015 memperoleh hampir $ 900 miliar dari ekspor
minyak bumi dan setengahnya ($450 miliar) diperoleh antara 2007 dan 2012. Hubungan
antara peningkatan harga minyak di Venezuela ini selalu linier dengan GDP riil/
kapita(Gambar 3.). Ini menunjukan bahwa ketergantungan yang sangat tinggi terhadap
minyak pada perekonomian Venezuela.
Gambar 3. Real GDP per Capita dan Oil Price
Sumber: Restuccia, 2018

Presiden Chaves menggunakan dampak dari penjualan minyak untuk


menghabiskan banyak dana untuk program sosial dan memperluas subsidi untuk
makanan dan energi. Pengeluaran sosial sebagai bagian dari PDB meningkat dari 28
persen menjadi antara 40 persen antara tahun 2000 dan 2013 peningkatan yang jauh
lebih besar daripada di ekonomi pasar lainnya di Amerika Latin. Kebijakan Presiden
Chaves meminjam ekspor minyak di masa depan demi menjalankan defisit anggaran
selama masa jabatannya (1999- 2013). Penambahan utang publik membuat total utang
Venezuela lebih dari dua kali lipat antara tahun yakni 28 persen dari tahun 2000
menjadi 58 persen pada tahun 2012. Presiden Chaves juga menggunakan minyak untuk
memperluas pengaruh luar negeri (PetroCaribe) atau suatu program yang
memungkinkan negara- negara Karibia untuk membeli minyak di bawah harga pasar.
Pengambilalihan dan nasionalisasi secara luas pada pemerintahan Chaves
membuat jumlah perusahaan swasta turun dari 14.000 pada 1998 menjadi 9.000 pada
tahun 2011. Belanjan pemerintah pada program- program sosial membantu penurunan
tingkat kemiskinan di Venezuela dari 37 persen pada 2005 menjadi 25 persen pada
tahun 2012. Namun dampak ekonomi yang tersebar luas yang memiliki konsekuensi
jangka panjang, dimana pengeluaran pemerintah tidak diarahkan pada investasi yang
dapat membantu meningkatnya produktivitas dan mengurangi ketergantunga pada
minyak. Program nasionalisasi Venezuela menurunkan investasi asing di negara
tersebut, yang sebetulnya investasi asing dapat digunakan untuk peningkatan skill dan
modal. Selai itu, kntrol harga yang dilakukan pemerintah juga berdampak pada distorsi
pasar dan menghamat sektor swasta. Ini yang membuat Venezuela berakibat pada
tertinggalnya negara Venezuela dalam hal pertumbuhan dan pengurangan kemiskinan.
Saat pergantian presiden yakni Nicolas Maduro menjabat, ia mewarisi keijakan
ekonomi yang secara luas dipandang tidak berkelanjutan dan terlalu tergantung pada
hasil ekspor minyak. Ketika harga minyak jatuh pada tahun 2014 pemerintahan Maduro
tidak diperlengkapi untuk memperlunak pukulan ekonomi Venezuela. Sementara
sebagian besar produsen komoditas lainnya menggunakan siklus masa boom untuk
menabung cadangan devisa atau kekayaan negara (sovereign wealth funds) untuk
mengurangi resiko gejolak besar atau stabilitasi dalam gejolak perubahan harga
komodiatas. Pada pemerintahan sebelumnya yakni Chaves tidak menciptakan dana
stabilitasi seperti itu untuk menjaga terhadap potensi penurunan miinyak di masa depan.
Sebaliknya, Chaves melakukan kebijakan meminjam dengan spekulasi harga minyak
akan tetap tinggi.
Penurunan dratis harga minyak menyebabkan penurunan tajam dalam
pendapatan pemerintah ditambah dengan pilihan kebijakan pemerintah memicu krisis
ekonomi yang luas.Perekonomian Venezuela diperkirakan telah mengalami kontraksi
hampir 35% antara 2012 dan 2017. Jatuhnya harga minyak menurun keuangan publik,
alih-alih menyesuaikan kebijakan fiskal melalui kenaikan pajak dan pemotongan
belanja, pemerintah Maduro berusaha mengatasi defisit anggaran yang semakin
meningkat dengan mencetak uang yang menyebabkan terjadinya hyperinflasi.
Pemerintah telah mencoba untuk mengekang inflasi melalui kontrol harga meskipun
kontrol ini sebagian besar tidak efektif dalam membatasi harga karena pasokan telah
mengering dan transaksi telah pindah ke pasar gelap.
Pengangguran di Venezuela diperkirakan akan mencapai 26% pada tahun 2017
lebih dari tiga kali lipat tingkat pengangguran pada tahun 2012. Tabel 1 memberikan
gambaran perubahan indikator ekonomi utama untuk Venezuela sejak 2013. Pemerintah
Venezuela mengejar berbagai kebijakan untuk mengisi kesenjangan pendanaan dan
menghindari kegagalan. Pemerintah mendekati sekutu China dan Rusia untuk
membiayai dan mengamankan pinjaman untuk dibayar kembali melalui ekspor minyak
masa depan (“oil-for-loan” deals). Pada Mei 2017 bank sentral Venezuela
mengumpulkan dana melalui penjualan $2,8 miliar dalam obligasi PdVSA kepada
Goldman Sachs Asset Management dengan diskon tajam (Goldman hanya membayar
$865 juta). Kesepakatan itu menjadi kontroversial akibatnya pemerintah mengalami
kesulitan menemukan pembeli untuk transaksi serupa dalam bulan-bulan berikutnya.
Pemerintah Venezuela kehabisan cadangan devisa untuk melakukan pembayaran utang
dengan cadangan turun dari $ 21,5 miliar pada akhir 2013 menjadi $ 10 miliar pada
kuartal ketiga 2017. Pada bulan Agustus 2017 sanksi baru AS memperburuk posisi
fiskal pemerintah yang genting. Secara khusus, sanksi pada bulan Agustus 2017
membatasi kemampuan Venezuela untuk meminjam dari investor AS atau mengakses
pasar keuangan AS.

Tabel 1. Krisis Ekonomi Venezuela: Indikator Kunci

Sumber: Restuccia, 2018

Kesimpulan
Venezuela merupakan negara dengan komoditas minyak yang menjadi sumber
utama pendapatan utama di negara tersebut. Minyak menguasi 90 persen total ekspor
dan 60 persen dari pendapatan negara. Ketergantungan yang tinggi terhadap minyak
membuat perekonomian negara Venezuela tergantung pada harga minyak dunia. Pada
penjelasan diatas bisa dilihat dimana GDP real/ kapita selalu mengikuti perubahan
siklus harga minyak. Saat harga minyak berada di puncak saat itu ekonomi di negara
Venezuela mengalami ekspansi yang tajam. Potensi dari kekayaan perdagangan ekspor
minyak tidak membuat pemerintah memanfaat moment tersebut. Bahkan kejadian pada
tahun 1970- 1980 an tidak memberi pengalaman pada negara Venezuela dalam
penentuan kebijakannya. Saat harga minyak dalam masa boom pemerintah lebih
terfokus pada defsisit anggaran (penambahan hutang publik) untuk pembiayaan sosial
dan cenderung tidak menggunakan untuk peningkatan cadangan devisa. Ini merupakan
akibat tindakan spekulasi dari pemerintah Venezuela yang beranggapan harga minyak
akan terus naik, hingga tahun 2014 harga minyak kembali mengalami penurunan
akibatnya cadangan devisa yang sedikit tidak bisa menutupi pembayaran hutang.
Kejadian krisis yang menimpa Venezuela diakibatkan pada kebijakan pemerintah yang
tidak bisa memanfaatkan potensi dari perdagangan minyak saat berada di harga puncak.
Dimana penyaluran dana terlalu difokuskan pada program yang tidak produktif dan
cenderung tidak berkelanjutan. Selain itu, unsur politik seperti program nasionalisasi
Venezuela dan anti asing juga tambah memperburuk kondisi perekonmian Venezuela.
Di tengah zaman perekonomian terbuka seperti saat ini, dimana intesintas perdagangan
internasional yang semakin tinggi kurang tepat jika tetap memaksakan unsur ideologi
politik dalam kebijakan ekonomi.
Daftar Pustaka

Nelson, Rebecca. 2018. Venezuella’s Economics Crisis: Issues For Congress.


Congressional Research Service Report 7-5700.
https://fas.org/sgp/crs/row/R45072.pdf diakses pada 5 Desember 2018.
Restuccia, Diego. 2018. The Monetary and Fiscal History of Venezuela 1960- 2016.
MFHLA papper.
https://www.economics.utoronto.ca/diegor/research/MFHLA_paper.pdf diakses
pada 5 Desember 2018.
Serbin, Andres. 2014. Venezuela in Crisis: Economics and Political Conflict Drivers In
the Post-Chavez Era. GPPAC Alert.
https://www.sciencespo.fr/opalc/sites/sciencespo.fr.opalc/files/GPPAC_Alert_V
enezuela_Final26Mar20141.pdf diakses pada 5 Desember 2018.
Cheskidov, B.M. 2015. Economic difficulties of Greece: Monetarycomponent of
electoral processes. Money and Credit, 11 hal. 73-75.
Sergeev, V. 2013. Problems of European Crisis. Annals of the Institute of International
Researches of the Moscow State Institute (University) of International Relations
of the Ministry of International Affairs of the Russian Federation, 3 hal. 61-67.
Kolodko, G.V. 2015. Impact of Greek debt crisis on development of European
integration. Russian External Economic Bulletin, 8, 3-8.
Nelson, Rebecca, et al,. 2011. Greece’s Debt Crisis: Overview, Policy Responses, and
Implications. CSR Report. https://fas.org/sgp/crs/row/R41167.pdf diakses pada 5
Desember 2018.
Dudin, Mihall. 2016. Financial Crisis in Greece: Challanges and Threats For the Global
Economy. International Journal of Economics and Financial Issues, 2016, 6(S5)
1-6.

Internet:
https://ekonomi.kompas.com/read/2018/02/08/165656826/menilik-penyebab-inflasi-
super-tinggi-di-venezuela diakses pada 5 Desember 2018.
https://www.bareksa.com/id/text/2016/12/20/inflasi-capai-181-inilah-data-penyebab-
krisis-%0B%20%20%20%20%20venezuela/14498/analysis diakses pada 5
Desember 2018.

Anda mungkin juga menyukai