Anda di halaman 1dari 14

BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

“Teori Perkembangan Intelektual PIAGET”

OLEH KELOMPOK 8 :

Ni Wayan Adnyani Suari NIM.1713-71024

Ni Luh Putu Pradnya Paramita Dewi NIM. 1713071025

Ni Luh Putu Andika NIM. 1713071045

Ni Nyoman Tri Anggeani NIM. 1713071056


PENDIDIKAN IPA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

SINGARAJA

2018
BAB I
PENDAHULUAN

Pengetahuan itu bukanlah salinan dari obyek dan juga bukan berbentuk kesadaran
apriori yang sudah ditetapkan di dalam diri subyek, ia bentukan perseptual, oleh
pertukaran antara organisme dan lingkungan dari sudut tinjauan biologi dan antara
fikiran dan obyeknya menurut tinjauan kognitif. Teori Jean Piaget tentang
perkembangan kognitif memberikan batasan kembali tentang kecerdasan,
pengetahuan dan hubungan anak didik dengan lingkungannya. Kecerdasan merupakan
proses yang berkesinambungan yang membentuk struktur yang diperlukan dalam
interaksi terus menerus dengan lingkungan. Struktur yang dibentuk oleh kecerdasan,
pengetahuan sangat subjektif waktu masih bayi dan masa kanak – kanak awal dan
menjadi objektif dalam masa dewasa awal. Perkembangan cara berfikir yang
berlainan dari masa bayi sampai usia dewasa meliputi tindakan dari bayi, pra operasi,
operasi kongkrit dan opersai formal. Proses dibentuknya setiap struktur yang lebih
kompleks ini adalah asimilasi dan akomodasi, yang diatur oleh ekuilibrasi. Piaget juga
memberikan proses pembentukan pengetahuan dari pandangan yang lain, ia
menguraikan pengalaman fisik atau pengetahuan eksogen, yang merupakan abstraksi
dari ciri – ciri dari obyek, pengalaman logis matematis atau pengetahuan endogen
disusun melalui reorganisasi proses pemikiran anak didik. Sruktur tindakan, operasi
kongkrit dan operasai formal dibangun dengan jalan logis – matematis.Sumbangan
bagi praktek pendidikan untuk karya – karya Piaget mengenali pengetahuan yang
disosialisasikan dari sudut pandangan anak. Implementasi kurikulum menjadi pelik
oleh kenyataan bahwa teorinya tidak memasukan hubungan antara berfikir logis dan
pelajaran – pelajaran pokok seperti membaca dan menulis.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Biografi Jean Piaget
Jean Piaget lahir di Neuchâtel, Swiss , yang berbahasa Perancis pada 9 Agustus
1896 dan meninggal 16 September 1980 pada umur 84 tahun. Dia adalah seorang
filsuf, ilmuwan, dan psikolog perkembangan Swiss, yang terkenal karena hasil
penelitiannya tentang anak-anak dan teori perkembangan kognitifnya. Menurut Ernest
von Glasersfeld, Jean Piaget adalah juga “perintis besar dalam teori konstruktivis
tentang pengetahuan” . Karya Piaget pun banyak dikutip dalam pembahasan
mengenai psikologi kognitif.
2.2 Teori Piaget tentang Perkembangan Intelektual Piaget
Teori piaget adalah kisah terpadu yang menjelaskan bagaimana faktor biologis
dan pengalaman membentuk perkembangan kognitif. Piaget berfikir bagaimana tubuh
fisik kita memiliki struktur yang memampukan kita beradaptasi dengan dunia,
struktur mentan kita juga membantu kita beradaptasi dengan dunia. Adaptasi meliputi
penyesuaian terhadap tuntutan tuntutan baru dari lingkungan. Piaget menekankan
bahwa anak anak secara aktif membangun dunia dunia kognitif mereka sendiri
informasi dari lingkungan tidak begitu saja dituangkan kedalam pikiran pikiran
mereka.
Proses-proses yang digunakan anak-anak saat mereka membangun pengetahuan
mereka tentang dunia, piaget yakin bahwa proses proses penting tersebut meliputi
skema, asimilasi, akomodasi, organisasi, keseimbangan, dan penyeimbangan.
 Skema. Piaget (1954) mengatakan bahwa ketika seorang anak mulai membangun
pemahamannya tentang dunia, otak yang berkembang pun membentuk skema.ini
merupakan tindakan tindakan atau representasi representasi mental yang
mengorganisasikan pengetahuan. Dalam teori piaget , skema skema prilaku
(aktivitas aktivitas kognitif ) berkembang pada masa kanak kanak (lamb,
Bornstein, dan teti, 2002). Skema skema bayi disusun oleh tindakan tindakan
sederhana yang diterapkan pada objek objek tertentu, contohnya tindakan
menyusu, melihat dan menggenggam. Anak yang lebih tua memiliki skema
skema yang meliputi berbagai strategi dan perecanaan untuk mengatasi persoalan.
 Asimilasi dan Akomodasi untuk menjelaskan bagaimana anak anak
menggunakan skema skema sambil beradaptasi, piaget menawarkan dua konsep yang
dikemukakan dalam bab 2 : asimilasi dan akomodasi, Asimilasi terjadi jika anak anak
memasukkan informasi baru ke dalam skema skema yang ada. Alomodasi terjadi
ketika anak anak menyesuaikan skema skema mereka dengan informasi dan
pengalaman pengalaman baru.
 Organisasi agar dapat memahami dunia mereka, kata piaget anak anak secara
sadar mengorganisasikan penglaman pengalaman mereka. Dalam teori piaget,
organisasi adalah penglompokan prilaku prilaku dan pemikiran pemkiran yang
terisolasi ke dalam system yang lebih teratur dan lebih tinggi. Perbaikan organisasi ini
secara terus menerus merupakan bagian samar tentang cara menggunakan sebuah palu
mungkin saja memiliki samar terhadap alat alat pertukaran yang lain.
2.3 Tahapan Perkembangan Kognitif
Empat tahapan perkembangan kognitif dari piaget

Tahapan Rentang usia Deskripsi


Sensorimotor 9-2 tahun Bayi memperoleh pengetahuan tentang dunia dari
tindakan tindakan fisik yang mereka lakukan. Bayi
mengkoordinasikan pengalaman pengalaman sensorik
dengan tindakan tindakanfisik seorang bayi
berkembang dari tindakan refleksif, instingfit pada saat
kelahiran hingga berkembangnya pemikiran simbolik
awal pada akhir tahapan ini.
Praoperasional 2-7 tahun Anak mulai menggunakan gambaran gambaran mental
untuk memahami dunianya. Pemikiran pemikiran
simbolik yang di refleksikan dalam penggunaan kata
kata dan gambar gambar mulai digunakan dalam
penggambaran mental yang melampaui hubungan
informasi sensorik dengan tindakan fisik. Akan tetapi,
ada bebrapa hambatan dalam pemikiran anak pada
tahapan ini, seperti egosentrisme dan sentralisasi.
Operasional konkret 7-11 tahun Anak mampu berfikir logis mengenai kejadia kejadian
konkret, memahami konsep percakapan
mengorganisasikan objek menjadi kelas kelas hierarki
(klasifikasi) dan menempatkan objek objek dalam
urutan yang teratur (serialisasi).
Operasional formal 11 tahun Remaja berfikir secara lebih abstrak, idealis, dan logis
hingga masa (hipotesis-deduktif).
dewasa

A. Tahap Sensorimotor
Tahapan sensorimotor berlangsung dari kelahiran sampai kira kira usia 2 tahun.
Dalam tahapan ini, bayi membentuk pemahaman tentang dunia dengan
mengkoordinasikan pengalaman pengalaman sensorik (sepert melihat dan mendengar)
dengan tindakan fisik, motorik oleh karena itu disebut “sensorimotor”. Pada awal
tahapan ini, bayi yang baru lahir hanya memiliki pola prilaku reflex. Pada akhir
tahapan sensorimotor anak berusia 2 tahun mampu menghasilkan pla pola
sensorimotor yang kompleks dan menggunakan symbol symbol primitive.
Sub sub tahapan piaget membagi tahapan sensorimotor menjadi enam sub
tahapan yaitu (1) reflex reflex sederhana (2) kebiasaan kebiasaan(habits) yang
pertama dan reaksi reaksi sirkuler primer terjadi pada usia 1 sampai 4 bulan (3)reaksi
reaksi sirkuler sekunder (4) koordinasi terhadap reaksi reaksi sirkuler sekunder (5)
reaksi reaksi sirkuler tersier, kesenangan baru dan keingintahuan (6) skema skema
internalisasi.
Reflek reflek sederhana, sub tahapan sensorimotor yang pertama terjadi padamasa
masa bulan pertama setelah kelahiran. Pada sub tahapan ini, sensasi dan tindakan
dikoordinasikan melalui perilaku reflex seperti gerakan refleks menyusu. Segera
setelah itu, bayi menunjukkan perilaku perilaku menyurupai gerak gerak refleks
tersebut tanpa memerlukan stimulus yang lazimnya harus ada memunculkan gerak
gerak tersebut. Contohnya seorang bayi akan menyusu dari putting susu ibunya atau
dari dari botol dot hanya ketika benda benda tersebut dimasukkan ke dalam mulut
bayi atau disentuhkan ke bibirnya.
Kebiasaan kebiasaan pertama dan reaksi reaksi sirkuler primer adalah sub
tahapan sensorimotor yang kedua, yang berkembang pada usia 1 sampai 4 bulan.
Dalam sub tahapan ini byi mengkoordinasikan sensasi dengan dua tipe skema: reaksi
reaksi sirkuler primer dan kebiasaan-kebiasaan. Kebiasaan (habits) adalah skema yang
didasarkan pada suatu refleks yang seluruhnya terpisah dari stimulus yang
mendatangkannya. Contohnya bayi bayi pada sub tahapan 1 melakukan gerak
menyusu ketika botol susu didekatkan pada bibir mereka atau ketika mereka melihat
botol.
Reaksi sirkuler primer adalah sebuah skema yang didasarkan pada usaha
menghasilkan kembali suatu kejadian yang awalnya terjadi secara kebetulan.
Contohnya seorang bayi tiba tiba menghisap jarinya ketika jari itu diletakkan dekat
mulut. Selanjutnya, ia mencari jari jarinya untuk dihisap lagi, tetapi jari jari tersebut
tidak dapat “bekerja sama” karena bayi itubelum dapat mengkoordinasikan tindakan
tindakan manual dan visual.
Reaksi sirkuler sekunder merupakan sub tahapan sensorimotor yang ketiga, yang
berkembang antara usia 4 hingga 8 bulan. Pada sub tahanan ini, bayi menjadi lebih
berosientasi pada objek, berpindah dan keasyikan pada drinya sendiri. Secara
kebetulan seorang bayi mungkin menggoyangkan mainnya hingga bergemerincing
bayi akan mengulang tindakan ini untuk kesenangannya.
Koordinasi reaksi reaksi sirkuler sekunder adalah sub tahapan sensorimotor
piaget yang keempat, yang berkembang antara usia 8 sampai 12 bulan. Untuk
berkembang hingga sub tahapan ini. Seorang bayi harus mengkoordinasikan
pandangan dan sentuhan, tangan dan mata. Gerakan gerakan menjadi lebih terarah.
Reksi reaksi sirkuler trsier, kesenangan baru, dan keingintahuan adalah sub
tahapan sensorimotor piaget yang kelima, yang berkembang pada usia 12 hingga 18
bulan. Pada sub tahapan ini, bayi tergugah minatnya dengan banyaknya objek,
dilingkungannya (juga hal hal lain yang dapat dijadikan sebagai objek ). Reaksi reaksi
sikuler tersier adalah skema dimana bayi secara sadar mengeksplorasi berbagai
kemungkinan baru atas objek objek disekitarnya.
Internaliasi skema adalah sub tahapan sensorimotor piaget yang keenam dari
terakhir, yang berkembang antara usia 18 hingga 24 bulan. Pada sub tahapan ini, bayi
mengembangkan kemampuan menggunakan symbol symbol primitive. Pagi piaget
symbol ialah sebuah gambar sensorik yang diinternalkan atau kata yang mewakili
sebuah kejadian. Symbol symbol primitive memampukan bayi berfikir tentang
kejadian kejadian konkret tanpa harus memperagakan atau merasakannya. Terlebih
lagi, symbol symbol memampukan bayi memanipulasi dan mengubah kejadian
kejadian yang ada dalam cara cara sederhana. Dalam sebuah contoh klasik, putri
piaget melihat kotak korek api dibuka dan ditutup. Ia menirukan kejadian tersebut
dengan membuka dan menutup multnya. Ini merupakan ekspresi yang jelas atas
gambarannya terhadap kejadian tersebut.
Permanensi objek adalah suatu pemahaman bahwa objek objek akan tetap eksis
bahkan ketika objek objek tersebut tidak dapat lagi dilihat didengar, atau disentuh.
Perolehan permanensasi objek merupakan salah satu pencapaian terpenting bagi bayi.

Tahap Perilaku
Sensoimotorik
Sub tahapan 1 Tidak ada permanensi objek. Ketika seberkas cahaya
bergerak dalam area visualnya mengikutinya tetapi segera
mengabaikannya jika cahaya tersebut lenyap.
Sub tahapan 2 Suatu bentuk primitif permenensi objek mulai berkembang.
Dengan perlakuan sama seperti sebelumnya bayi akan
melihat sekilas dititik cahaya tersebut menghilang, dengan
ekspresi pengharapan yang pasif.
Sub tahapan 3 Rasa permenensi objek semakin berkembang. Dengan
tumbuhnya kemampuan baru untuk mengkoordinasikan
skema-skema sederhana.
Sub tahapan 4 Bayi secara aktif mencari objek ditempat objek tersebut
menghilang, dengan menerapkan tindakan-tindakan baru
untuk mencari tindakan secara efektif.
Sub tahapan 5 Bayi mulai mampu melacak sebuah objek yang hilang dan
muncul kembali di beberapa lokasi dengan cepat.
Sub tahapan 6 Bayi mampu mencari objek yang hilang dan muncul
dibeberapa tempat dan berhasil menemukannya.

Evaluasi terhadap Tahapan sensorimotor Piaget


Piaget membuka cara pandang baru tentang bayi bahwa tugas utama mereka
adalah mengkoordinasikan impresi-impresi sensorik dengan aktivitas motorik. Akan
tetapi dunia kognitif bayi tidaklah “serapi” yang digambarkan Piaget, dan beberapa
penjelasan piaget mengenai sumber perubahan, diperdebatkan (Luo dan Baillargeon,
2005; Wang, Baillargon dan Peterson, 2005).
Sejumlah teoris, seperti Eleanor Gibson (2001) dan Elizabeth Spilke (1991),
Spelke dan Newport (1998), yakin bahwa kemampuan persepsi bayi bayak di
kembangkan pada awal –awal masa perkembangan. Contohnya, dalam bab 6.
Penelitian Renee Bailargen 2002 dan kolega-koleganya (1995,2002, 2004; Aguiar
dan Baillargoen, 2002) mendokumentasikan bahwa bayi berusia 3 hingga 4 bulan
mengharapkan objek-objek bersifat substansial ( tidak dapat ditembus objek lain ) dan
permanen (objek-objek tetap ada walaupun tersembunyi ).
ringkasannya, para peneliti percaya bahwa bayi melihat objek-objek sebagai
sesuatu yang terikat, utuh, solid, dan terpisah dari latar belakang mereka , yang
mungkin terjadi saat kelahiran atau sesudahnya, tetapi yang jelas terjadi pada usia 3
sampai 4 bulan, jauh lebih awal daripada yang diasumsikan Piaget. Bayi-bayi muda
memang masih harus belajar banyak tentang 0bjek-objek, tetapi dunia telah tampak
stabil dan teratur bagi mereka.
Piaget mengklaim bahwa proses-proses tertetu sangat krusial dalam masa
transisi-transisi tahapan, tetapi data-datanya tidak selalu mendukung penjelasan-
penjelasannya. Contoh, dalam teori Piaget , ciri penting dalam perkembangan menuju
sub tahapan 4 ( koordinasi reaksi-reaksi sirkuler sekunder) adalah adanya
kecenderungan mencari sebuah objek tersembunyi pada lokasi yang familiar
ketimbang mencari objek tersebut di tempat baru. AB error (juga disebut A-not-B-
error )adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan bayi yang melakukan
kesalahan memilih tempat persembunyian yang familiar (A) ketimbang tempat
persembunyian baru (B) saat mereka menuju perkembangan sub tahapan 4.
Contohnya, jika sebuah mainan disembunyikan dua kali, yang pertama di lokasi A
dan sesedahnya itu dilokasi B , maka bayi berusia 8 hingga 12 bulan akan mencarinya
dengan benar pada lokasi awal (A), tetapi ketika mainan itu disembunyikan pada
lokasi yang lain (B), merekaakan tetap mencari dilokasi (A). Bayi-bayi yang lebih tua
jarang melakukan AB error. Meskupun demikian, para peneliti menemukan bahwa
AB error tidak muncul secara konsisten (Corrigan,1998 ; Shopian, 1985).
Buktitersebut mengindikasikan bahwa AB error senditif terhadap jarak waktu antara
tindakan menyembunyikan objek pada lokasi B dengan usia bayi untuk
menemukannya (Diamond, 19985). jadi AB error bisa jadi diakibatkan oleh kegagalan
memori. Penjelasan yang lain adalah kecenderungan bayi untuk mengulang perilaku
motoric sebelumnya (Smith, 1999).
B. Tahapan Praoprasional
Dunia kognitif anak prasekolah bersifat kreatif, bebas, imajinasi anak prasekolah
bekerja sepanjang waktu dan jangkauan menatal mereka tentang dunia mereka terus
berkembang. Piaget menggambarkan kognitif anak prasekolah sebagai
praoperasioanl.
Karena Piaget menyebut tahapan ini praoperasional, tampaknya seperti bukan
sesuatu yang penting. Namun tidak demikian halnya. Pemikiran praoperasional adalah
periode penantian yang nyaman untuk menuju tahapan berikutnya, yaitu pemikiran
oprasional konkret. Akan tetapi, label praoperasional menekankan bahwa anak
tersebut belum menunjukkan suatu operasi, yaitu tindakan-tindakan internalisasi yang
memampukan anak melakukan secara mental apa yang sebelumnya hanya dapat
mereka lakukan secara fisik. Operasi adalah tindakan mental dua arah (reversible).
Penambahan dan pengurangan jumlah secara mental adalah contoh operasi.
Pemikiran-pemikiran praoperasional adalah awal kemampuan menyusun ulang dalam
pemikiran hal-hal yang telah dibentuk dalam perilaku
Tahapan praoperasional , yang berlangsung kira-kira usia 2 hingga 7 tahun.
adalah tahapan kedua dari teori Piaget. Dalam tahapan ini, anak mulai
merepresentasikan dunia mereka dengan kata-kata, bayangan dan gambar –gambar.
pemikiran-pemikiran simbolik berjalan melampaui koneksi-koneksi sederhana dari
informasi sensorik dan tindakan fisik. Konsep stabil mulai terbentuk, pemikiran-
pemikiran mental muncul, egosentrisme tumbuh, dan keyakinan-keyakinan magis
mulai terkonstruksi. Pemikiran praoperasional dapat dibagi menjadi sub-sub tahapan,
yaitu sub tahapan fungsi simbolik dan sub tahapan pemikiran intuitif.
Sub Tahapan Fungsi Simbiolik
Tahapan ini adalah tahapan pertama dari pemikiran praoprasional. Yang terjadi
antara usia 2 hingga 4 tahun. Anak pada saat ini mulai menggunakan desain acak
untuk menggambarkan orang, anak membuat kemajuan yang unik dalam sub tahapan
ini kemajuan nya yakni egosentrisme dan animisme. Egosentrisme merupakan
kemampuan membedakan persektif dirinya sendiri dan orang lain. Sedangkan
animisme adalah keyakinan bahwa objek-objek yang tidak bergerak memiliki
kehidupan dan kemampuan bertindak (Gelman dan Opfer, 2004 ).
Sub Tahapan pemikiran intuitif
Sub tahapan ini merupakan tahapan kedua dari pemikiran praoprasional, yang
terjadi kira-kira antara usia 4 hingga 7 tahun. Anak mulai menggunakan pemikiran
primitif dan ingin tahu jawaban dari semua pertanyaan.
Sentralisasi dan Batas-batas pemikiran
Sentralisasi, yakni pemusatan perhatian pada satu karakteristik dan pengabaian
karakteristik lain. Sentralisasi paling jelas dibuktikan dalam kurangnya konservasi,
yaitu kesadaran bahwa perubahan penampilan sebuah objek tidak mengubah hakikat
dasarnya. Contoh bagi orang dewasa, jelas bahwa jumlah zat cair akan tetap sama
meskipun wadahnya berbeda pada sub tahap pemikiran intuitifnya.
C. Tahap Operasional Konkret
Tahap operasional konkret yang berlangsung kira-kira usia 7 hingga 11 tahun,
adalah tahapan ketiga dalam teori piaget. Pada tahap ini, pemikiran logis
menggantikan pemikiran intuitif asalkan pemikiran tersebut dapat diaplikasikan
menjadi conto-contoh yang konkret atau spesifik.
Konservasi. Tugas konservasi mendemonstrasikan kemampuan anak dalam
melakukan operasi-operasi konkret, contohnya seorang anak dihadapkan pada dua
buah gumpalan tanah liat yang satu panjang dan yang ramping, sementara yang lain
tetap seperti bentuk semula kemudian, anak ditanyai apakah jumlah gumpalan tanah
liat yang panjang lebih banyak alih-alih sebelumnya. Saat anak berusia 7 atau 8 tahun,
sebagian besar jawabannya adalah jumlah gumpalan tanah liat tersebut sama. Untuk
menjawab persoalan ini dengan benar, anak harus berimajinasi gumpalan tanah liat
tersebut diubah lagi menjadi bentuk semula diubah menjadi bentuk panjang: mereka
secara mental membalikkan tindakan terhadap gumpalan tersebut. Operasi-operasi
konkret memampukan anak mengkoordinasikan beberapa karakteristik sekaligus
ketimbang hanya berfokus pada elemen tunggal dari sebuah objek.

Klasifikasi banyak operasi-operasi konkret yang didefinisikan Piaget melibatkan


cara anak berpikir tentang karakteristik objek. Seriation operasi konkret meliputi
pengurutan stimuli sepanjang dimensi kuantitatif (seperti panjang). Transivity jika
ada relasi antara objek pertama dengan kedua, dan ada relasi antara objek kedua dan
ketiga, pasti ada relasi antara objek pertama dan ketiga. Piaget yakin pemahaman
transivity adalah tanda pemikiran operasi konkret.
D. Tahapan Operasional Formal
Tahapan operasional formal yang muncul antara usia 11 hingga 15 tahun
adalah tahapan teori Piaget yang keempat dan terakhir. Dalam tahapan ini, individu
bergerak melalui pengalaman-pengalaman konkret dan berpikir dalam cara-cara yang
abstrak dan lebih logis.
Pemikiran abstak, idealis, dan logis Kualitas abstraksi pemikiran pada tingkat
operasional frmal terlihat jelas dalam kemampuan remaja menyelesaikan masalah
verbal. Pemikir operasional konkret perlu melihat elemen-elemen konkret A, B, dan C
agar mampu membuat kesimpulan logis bahwa jika A = B dan B = C maka A = C.
pemikiran operasional formal mampu menyelesaikan persoalan hanya melalui
presentasi verbal. Indikasi kualitas abstrak yang lain pada pemikiran remaja adalah
meningkatnya fendensi memikirkan dirinya sendiri.
Ketika remaja mulai berpikir lebih abstrak dan idealis, mereka juga belajar
berpikir logis. Anak-anak sering memecahkan masalah dalam pola trial-error.
Remaja mulai berfikir seperti seorang ahli, merancang perencanaan-perencanaan
untuk menyelesaikan masalah dan secara sistematis menguji solusi-solusi tersebut.
Mereka menggunakan pemikiran hipotetis-deduktif, yakni mengembangkan
hipotesa-hipotesa atau perkiraan-perkiraan terbaik, dan secara sistematis
menyimpulkan langkah-langkah terbaik guna pemecahan masalah.
Sebuah contoh pemikiran hipotesa-deduktif meliputi modifikasi sebuah
permainan yang terkenal dengan sebutan “Dua Puluh Pertanyaan”. Tiap pemain
ditunjukkan satu set kartu berisi 42 gambar berwarna, yang disusun membentuk 4
persegi panjan (senam baris yang berisi tujuh gambar tiap barisnya), dan pemain
diminta menentukan gambar apa yang ada dipikiran penguji. Pemain diperbolehkan
bertanya pada penguji, tetapi jawabannya hanya ya dan tidak. Remaja dengan pola
piker hipotesis-deduktif akan memformulasikan rencana dan menguji serangkaian
hipotesis, yang mempersempit pilihan jawaban. Perencanaan paling efektif adalah
strategi “halving”.
Asimilasi (penggabungan informasi baru ke dalam pengetahuan yang sudah ada)
mendominasi perkembangan awal pemikiran operasional formal, dan pemikir-pemikir
ini memandang dunianya secara subjektif dan idealitas. Selanjutnya keseimbangan
intelektual diperbaiki, para remaja ini mengakomodasi pergolakan kognitif yang telah
terjadi ( mereka menyesuaikan dengan informasi baru).

2.4 Penerapan Teori Belajar Jean Piaget


Peaget bukan seorang pendidik, namun ia memberikan landasan konseptual yang
sehat bagi dunia pendidikan dan pembelajaran. Berikut ini beberapa pemikiran piaget
yang dapat diterapkan untuk proses belajar mengajar:
1. Menggunakan pendekatan konstruktif
Piaget menekankan bahwa anak-anak belajar dengan baik ketika mereka aktif dan
mencari solusi secara mandiri. Piaget melawan metode-metode pengajaran yang
memperlakukan anak sebagai penerima yang pasif. Implikasi edukasional dari
pandangan piaget adalah bahwa, dalam semua pelajaran, semua murid akan belajar
baik dengan melakukan eksperimen, dan berdiskusi. Ketimbang hanya terus menerus
menurutin guru atau melalukan sesuatu secara hafalan.
2. Melakukan pembelajaran fasilitatif alih-alih pembelajaran langsung
Guru yang efektif mendesain situasi-situasi yang membiarkan murid-muridnya
belajar sambil bertindak. Situasi-situasi seperti ini mengembangkan penalaran dan
kreativitas murid. Guru mendengar, memperhatikan, dan memberi pertanyaan pada
murid, untuk membantu mereka meraih pemahaman yang lebih baik.
3. Mempertimbangkan pengetahuan anak dan tingkat pemikiran mereka
Murid tidak datang ke kelas dengan pemikiran yang kosong. Mereka memiliki
banyak pemahaman tentang dunia fisik dan alam. Mereka memiliki konsep-konsep
tentang ruang, waktu, kuantitas, dan sebab-akibat. Pemahaman ini berbeda dengan
pemahaman orang dewasa. Guru perlu menerjemahkan apa yang dikatakan seorang
murid dan meresponnya secara yang tidak terlampau jauh dari tingkat pemikiran
mereka. Piaget juga menyarankan pentingnya menilai kesalahan-kesalahan anak
dalam berfikir, bukan saja untuk membenarkan cara berfikir mereka tetapi juga untuk
membimbing mereka menuju tingkat pemahaman yang lebih tinggi.
4. Menggunakan penilaian yang bersinambung
Makna-makna yang terkontruksi. Portofolio matematika dan bahasa (yang terdiri
dari pekerjaan yang belum selesai maupun hasil kerja lengkap), musyawarah-
musyawarah di mana murid dapat mendiskusikan strategi-strategi pemikiran mereka,
serta penjelasan verbal dan tulisan dari murid tentang pemikiran-pemikiran mereka
dapat digunakan untuk mengevaluasi kemajuan mereka.
5. Tingkatan kesehatan intelektual murid
Bagi pieget pembelajaran anak seharusnya terjadi secara alamiah. Anak-anak
seharusnya tidak di paksa dan di tekan untuk belajar terlalu banyak dan terlalu dini
dalam perkembangan mereka.
6. Mengubah ruang kelas menjadi ruang untuk eksplorasi dan penemuan
Beberapa kelas matematika tingkat satu dan dua dapat dijadikan contoh. Guru-
guru menekankan eksplorasi dan penemuan murid. Ruang-ruang kelas memiliki
struktur yang berbeda dari ruang kelas pada umumnya. Buku-buku dan tugas-tugas
tidak digunakan. Guru-guru justru mengobservasi minat para murid dan partisipasi
alami mereka dalam aktivitas-aktivitas yang menentukan jalannya pembelajaran.
Sebagai contoh, sebuah pelajaran matematika mungkin disusun seputar menghitung
uang makan siang atau membagi bekal makanan. Seringkali, permainan digunakan
untuk menstimulasi pemikiran matematis.
2.5 Kelebihan dan Kekurangan Teori Perkembangan Intelektual Piaget
  Kekurangan
a.       Ketidakjelasan Struktur, Proses, Fungsi Kognitif.
Dari segi kelemahan teori, pengkritik mau menyatakan bahawa teori Paiget
sebenarnya tidak mampu menerangkan struktur, proses dan fungsi kognitif
dengan jelas. Ada pengkritik yang mempertikaikan kebenaran wujudnya
empat peringkat perkembangan kognitif yang disarankan oleh Piaget
(Gelman dan Baillargeon, 1983). Mereka menyatakan bahawa sekiranya
kanak-kanak melalui setiap peringkat perkembangan kognitif berasaskan set
operasi yang khusus, maka apabila kanak-kanak tersebut berjaya
memahirkan set operasi tertentu, mereka sepatutnya juga dapat
menyelesaikan semua masalah yang memerlukan set operasi yang sama.
Sebagai contoh, apabila kanak-kanak menunjukkan kemampuan
pemuliharaan iaitu yang terdapat pada tahap operasi konkrit, maka
berdasarkan teori Piaget, dia sepatutnya dapat menunjukkan kemampuan
pemuliharaannya dalam angka dan berat pada masa yang sama. Namun,
dalam kajian yang dilakukan oleh Klausmeier dan Sipple (1982)
menunjukkan keadaan yang berbeza di mana kanak-kanak sentiasa
menunjukkan kemampuan pemuliharaan berat lebih lewat daripada
pemuliharaan angka. Keadaan ini adalah bercanggah dengan teori Piaget.
b.      Penggunaan Kaedah Klinikal Yang Tidak Sesuai Dan Berasas. Dari
segi metodologi juga, pengkritik mempertikaikan kaedah klinikal yang
digunakan dalam kajian Piaget di mana kajian dengan kaedah klinikal
sukar untuk diulang. Oleh itu, kesahihannya adalah diragui. Pengkritik
juga menuduh Piaget membuat generalisasi daripada sampel-sampel
yang saiznya terlalu kecil dan tidak menepati piawaian.
c.       Pengabaian Pengaplikasian Teori Terhadap Golongan Istimewa
(Cacat)
Walaupun dari segi prinsip asas teori piaget menampakkan nilai
keberkesanannya dalam kehidupan manusia terutamanya yang
berhubungkait dengan kognitif, namun teori ini secara tersiratnya
mengetepikan kewujudan golongan yamg mengalami masalah kesihatan.
Masalah kesihatan tersebut adalah merangkumi kecacatan mental
mahupun fizikal. Oleh yang demikian, Jean Piaget dalam hal ini, tidak
mampu menjelaskan kesemua elemen tersebut secara logik dan ilmiah.
  Kelebihan
Guru atau Pebimbimng mampu mengenal pasti kemampuan pelajar
berdasarkan penafsiran yang telah dijalankan, kelebihannya antara lain :
a.       Para pelajar mampu aktif di dalam kelas, karena teori ini
memegang prinsip “pembelajaran berpusatkan kepada pelajar”,
serta memberikan penekanan pemahaman pembelajaran di dalam
kelas.
b.      Teori ini mampu membantu dalam penyediaan kurikulum untuk
sekolah berasaskan pengetahuan para pelajar.
Jadi, kesimpulannya adalah teori ini mempunyai bebrapa kelebihan yang
jelas kelihatan seperti : pelajar diharuskan aktif di dalam kelas. Pelajar
diberikan peluang untuk mengembangkan pemikiran mereka dan berdiskusi
bersama teman-temannya. Serta pelajar juga diajarkan untuk memberikan
pendapat yang relevan dengan persoalan yang ada.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Terori Piaget mengenai perkembangan kognitif mendenisikan kembali
intelegensi, pengetahuan, dan hubungan dengan lingkungannya.
  Perkembangan kognitif mempunyai 4 aspek yaitu kematangan, pengalaman,
interaksi social, dan ekuilibrasi
  Menurut Piaget setiap organisme hidup cenderung untuk melakukan adaptasi
dan organisasi. Dalam proses adaptasi dan organisasi rerdapat 4 konsep dasar
yaitu skema, asimilasi, akomodasi, dan ekuilibrasi
  Skema adalah struktur kognitif yang digunakan organisme untuk
mengadaptasi diri terhadap lingkungannya dan menata lingkungan itu secara
intelektual.
  Asimilasi adalah proses yang digunakan seseorang untuk mengintegrasikan
bahan persepsi baru atau stimulus baru ke dalam skemata atau pola perilaku
yang sudah ada.
Implikasi dari teori Piaget dalam pembelajaran adalah sebagai berikut :
a. Menggunakan pendekatan konstruktif
b. Melakukan pembelajaran fasilitatif alih-alih pembelajaran langsung
c. Mempertimbangkan pengetahuan anak dan tingkat pemikiran mereka
d. Menggunakan penilaian yang bersinambung
e. Tingkatan kesehatan intelektual murid
f. Mengubah ruang kelas menjadi ruang untuk eksplorasi dan penemuan
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai