Anda di halaman 1dari 6

SISTEM KESEHATAN DI INDONESIA

A. Ringkasan Singkat Sistem Kesehatan di Indonesia


Indonesia adalah salah satu Negara di Asia yang menduduki peringkat keempat secara
global dalam hal jumlah penduduk, dengan jumlah penduduk lebih dari 240 juta. Penduduk
dalam jumlah besar ini membawa Indonesia sebagai Negara yang berpenghasilan menengah dan
situasi politik yang stabil. Pemandangan sosial dan politik di Indonesia juga telah berkembang
melalui peralihan dari otoritarianisme untuk demokrasi menjadi reformasi desentralisasi. Transisi
makro ini telah secara bersamaan dipengaruhi sebuah transisi epidemiologik, di mana penyakit
noncommunicable (NCD) semakin penting, sementara penyakit menular tetap menjadi bagian
penting dari beban penyakit.

Indikator status kesehatan keseluruhan di Indonesia telah membaik secara signifikan


selama lebih dari dua dekade. Hal ini dapat dilihat dari penurunan Angka Kematian Ibu dan
Bayi. akan tetapi di saat yang sama penyakit menular seperti Tuberkulosis dan Malaria
mengalami peningkatan. Belum lagi faktor-faktor risiko untuk NCD, seperti tekanan darah
tinggi, kegemukan, kadar kolesterol tinggi dan merokok semakin meningkat. Oleh karenanya
membuat pola epidemologi semakin rumit di tengah beberapa transisi makro, yang merupakan
salah satu tantangan yang besar untuk sistem kesehatan di negara Indonesia.

Sistem Kesehatan Indonesia merupakan tanggung jawab pemerintah provinsi dan


kabupaten dalam menyediakan pelayanan kesehatan publik. Pemerintah propinsi bertanggung
jawab untuk manajemen tingkat propinsi rumah sakit, menyediakan pengawasan teknis dan
monitoring dari layanan kesehatan kabupaten, dan mengkoordinir cross-masalah kesehatan
kabupaten di provinsi. Pemerintah Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab untuk manajemen
kabupaten/kota rumah sakit dan dinas kesehatan publik dari jaringan pusat kesehatan masyarakat
(puskesmas) dan fasilitas kecamatan terkait.

Pemerintah Indonesia telah memperkenalkan berbagai program asuransi sosial untuk


kesehatan, seperti Jaring Pengaman Sosial untuk perawatan kesehatan, Askeskin, Jamkesmas dan
terbaru skema asuransi kesehatan nasional, Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Meskipun JKN
dengan mantap meningkatkan belanja kesehatan Pemerintah tetap harus perlu
Mempertimbangkan meningkatnya interregional disparitas mutu dalam ketentuan layanan,
sumber daya dan hasil kesehatan, dan mengembangkan sebuah strategi komprehensif untuk
mengatasi masalah kesehatan dalam masa transisi ini.

B. Identifikasi Masalah Utama


1. Indonesia masih menghadapi  tantangan untuk meningkatkan  belanja kesehatan agar semua
kalangan masyarakat mendapatkan pelayanan kesehatan.
2. Rumah Sakit dan Puskesmas masih mengalami kekurangan tenaga kesehatan seperti perawat
dan bidan.
3. Departemen Kesehatan ikut bertanggung jawab untuk program pengelolaan
mengatasi masalah kesehatan dalam masyarakat.
4. Permasalahan imunisasi juga merupakan tantangan yang harus dihadapi oleh dunia
kesehatan Indonesia, hal ini dapat disebabkan oleh perbedaan geografis,  situasi topografi
yang terbatas, pengetahuan serta pandangan masyarakat yang masih awam akan kandungan
manfaat dari imunisasi
5. Krisis keuangan Asia yang mulai melanda Indonesia, menghentikan pertumbuhan
ekonomi, menyebabkan dislokasi ekonomi yang cukup besar, pengangguran dan
kemiskinan, dan memicu transformasi politik.
6. Dampak dari akibat desentralisasi, setiap rumah sakit, kabupaten / kota dan provinsi
cenderung untuk membangun SIKDA sendiri, sehingga dalam berbagai format, perangkat
lunak dan data set bahkan dalam kabupaten yang sama / kota memiliki data yang tidak
sama dan tumpang tindih.
7. Permasalahan di bidang farmakologi yang diduga tingginya penjualan ilegal obat resep
oleh toko obat berizin (perkiraan jumlah 5000), outlet resmi (perkiraan jumlah 90 000
toko-toko kecil dan pedagang kaki lima), dan bahkan oleh dokter dan tenaga kesehatan
lainnya.
8. Persyaratan surat rujukan, seorang pasien JKN tanpa surat rujukan tidak diperbolehkan
untuk mencari perawatan langsung di rumah sakit atau klinik spesialis, kecuali dalam
situasi darurat.
9. Meningkatnya beban penyakit tidak menular menyoroti kebutuhan untuk
mengembangkan kapasitas untuk memberikan perawatan untuk kondisi kronis, yang
membutuhkan interaksi jangka panjang yang berkelanjutan antara penyedia layanan
kesehatan dan pasien.
10. Pemeliharaan sistem yang terintegrasi yang merupakan rincian dari sistem informasi
kesehatan terintegrasi, dengan tingkat yang lebih rendah dari sistem (kabupaten dan
provinsi) tidak lagi wajib melaporkan secara teratur untuk tingkat nasional. Dengan
demikian pemerintah pusat memiliki lebih banyak kesulitan dalam membangun
gambaran sistem kesehatan secara keseluruhan, dan dalam membandingkan kinerja dan
kebutuhan unit yang berbeda dalam sistem

C. Rekomendasi Berdasarkan Jurnal


1. Pemerintah Indonesia telah memperkenalkan berbagai program asuransi sosial untuk
kesehatan, seperti Jaring Pengaman Sosial untuk perawatan kesehatan, Askeskin,
Jamkesmas dan terbaru skema asuransi kesehatan nasional, Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN).  Pemerintah  di bawah satu   asuransi kesehatan menerapkan
BPJS Kesehatan, dimana jangkauan populasi  direncanakan   untuk memperluas
progresif dan tujuannya adalah untuk mencapai jangkauan universal pada tahun 2019,
dengan   manfaat yang komprehensif dan biaya minimal.
2. Departemen  Kesehatan mengatur dan mengarahkan   kegiatan promosi kesehatan, yang
telah dikirim melalui jaringan  fasilitas di tingkat kabupaten dan  tingkat masyarakat.
Upaya preventif juga berfokus pada NCD, termasuk promosi kesehatan untuk
meningkatkan kesadaran masyarakat, dan kesehatan berbasis kesadaran masyarakat,
skrining awal dan deteksi dini. Misalnya, Posbindu adalah keterlibatan masyarakat semua
program yang dilakukan untuk mengendalikan faktor resiko NCD , dan
telah disosialisasikan ke masyarakat, seperti sekolah dan tempat kerja.
3. Pemerintah Indonesia pada setelah masa order baru menempatkan penekanan pada
pembangunan melalui pertumbuhan ekonomi yang berorientasi pasar. Strategi ini
melebar kesenjangan sosial ekonomi, dan Negara berfokus pada peningkatan
kesejahteraan sosial hanya untuk pegawai yang sipil, militer dan para pekerja di sektor
formal, yang dianggap penting untuk perkembangan ekonomi.
4. Untuk mengurangi beban masyarakat miskin, pemerintah meluncurkan serangkaian
program jaring pengaman sosial (Jaringan Pengaman Sosial / JPS), termasuk Jaring
Pengaman Sosial Kesehatan (JPS-BK) bagi masyarakat miskin, program nasional
pertama untuk asuransi kesehatan sosial yang mencakup orang-orang di luar sektor
formal. Kemduian berubah menjadi Askeskin (Asuransi Kesehatan Rakyat Miskin),
kemudian Jamkesmas (Jaminan Kesehatan Masyarakat). Perkembangan terakhir juga
mencerminkan bagaimana masalah kesejahteraan sosial dan permintaan untuk bantuan
bagi masyarakat miskin dan semua warga negara secara bertahap semakin penting
sebagai kebijakan di sektor kesehatan.
5. Indonesia menyediakan dana investasi yang di biayai oleh pemerintah dan pihak swasta.
Investasi asing disambut, tetapi terbatas pada investasi tingkat rumah sakit saja.
6. Pemerintah membuat SIKNAS (Sistem Informasi Kesehatan Nasional) yang
dimaksudkan untuk menggabungkan sistem informasi kesehatan provinsi dan kabupaten
/ kota sistem informasi kesehatan (Sistem Informasi Kesehatan Daerah / SIKDA)
agar tidak terjadi tumpang tindih data.
7. Pemerintah telah menerbitkan BPOM yang tugas utama peraturan tubuh dan
menlakukan pengecekan kemanan obat, akan tetapi pemantauan dan penegakan
membutuhkan tindakan oleh pemerintah daerah terhadap toko obat berizin, toko-toko
lain, penjaja dan dokter yang menjual obat-obatan standar dan / atau obat palsu.
8. Jumlah lembaga pelatihan kesehatan juga telah meningkat, dengan berbagai perubahan
dalam kurikulum yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas lulusan. Kementerian
juga bertanggung jawab atas pengelolaan program yang menangani masalah kesehatan
masyarakat, seperti program untuk memerangi penyakit menular, termasuk TB, HIV /
AIDS, malaria, demam berdarah dan flu burung.
9. Puskesmas menyediakan layanan kuratif dan kesehatan masyarakat, dengan fokus pada
enam bidang layanan penting: promosi kesehatan, pengendalian penyakit menular,
perawatan rawat jalan, kesehatan ibu dan anak, dan keluarga berencana, gizi masyarakat
dan kesehatan lingkungan termasuk air dan sanitasi. Informasi dan pendidikan tentang
keluarga berencana diberikan oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Nasional (BKKBN), sementara layanan keluarga berencana klinis disediakan oleh
fasilitas Kementerian Kesehatan.
10. Pemerintah pusat juga perlu mempertimbangkan kesenjangan antardaerah yang
berkembang dalam hal sumber daya, layanan dan hasil kesehatan, dan mengembangkan
strategi komprehensif untuk mengatasi masalah ini. Dengan populasi dan daerah yang
luas, serta dengan dimulainya sistem cakupan kesehatan universal, kebutuhan akan
sistem informasi yang andal dan terintegrasi untuk mendukung perencanaan dan
pengambilan keputusan menjadi semakin mendesak.
11. Desentralisasi telah memberikan peluang bagi pemerintah daerah untuk menunjukkan
komitmen mereka untuk kebutuhan kesehatan tertentu dari komunitas mereka, dan
mendorong dan memungkinkan mereka untuk menggunakan sumber daya mereka
sendiri untuk meningkatkan jumlah tenaga kerja kesehatan, meningkatkan fasilitas, dan
mengembangkan program-program khusus dengan kebutuhan lokal. Popularitas area
spesifik skema asuransi lokal (Jamkesda) adalah salah satu contoh daerah setempat.
Selain itu, berbagai inovasi daerah lain telah muncul dan kemudian disebarluaskan
secara nasional, seperti program Desa Siaga.
12. Pemerintah pusat perlu mempertimbangkan tumbuh disparitas antar dalam hal sumber
daya, jasa dan hasil kesehatan dan mengembangkan strategi yang komprehensif untuk
mengatasi kesenjangan tersebut.
13. JKN menyediakan kesempatan untuk kolaborasi lebih lanjut dengan penyedia layanan
kesehatan swasta. Namun, ada resiko penipuan, dan saat ini tidak ada sistem pencegahan
dan penuntutan terhadap penipuan. Sistem JKN akuntabel, diperlukan, sebagai orang perlu
melihat tempat langkah-langkah untuk memastikan pelaporan publik pada performa dan
menghindari korupsi. Dalam setiap kasus, diberikan kerumitan tantangan kesehatan di
Indonesia, reformasi pembiayaan kesehatan bukan merupakan obat mujarab untuk sistem
kesehatan. Meskipun, JKN memberikan momentum untuk pindah ke arah kebijakan yang
lebih terkordinasi dan strategi untuk mencapai tujuan-tujuan sistem kesehatan nasional.

D. Tanggapan Terhadap Rekomendasi Tersebut


Sistem kesehatan di Indonesia perlu dilakukan reorientasi ke arah  mengubah dan
epidemiological.  Meningkatnya beban   penyakit tidak menular mengungkap kebutuhan untuk
mengembangkan kapasitas dalam memberikan perawatan untuk kondisi kronik, yang
memerlukan interaksi jangka panjang terus-menerus antara penyedia kesehatan dan pasien.
Pemerintah pusat juga perlu mempertimbangkan meningkatnya interregional disparitas mutu
dalam layanan kesehatan, sumber daya dan hasil kesehatan, dan mengembangkan sebuah
strategi komprehensif untuk mengatasi masalah ini. Dengan sejumlah area luas dan penduduk
yang besar, dan dengan permulaan suatu sistem jangkauan kesehatan universal, kebutuhan untuk
informasi terintegrasi yang dapat diandalkan dan dukungan untuk sistem perencanaan dan
pembuatan keputusan semakin penting dalam mengelola sistem kesehatan di Indonesia.
Pemerintah Indonesia menginginkan sistem kesehatan yang merangkul semua
khalayak ramai, tanpa memandang harta dan kedudukan. Dimana salah satu solusi yang
ditawarkan dan yang telah dilakukan pemerintah yaitu memberikan kemudahan bagi para
warga nya untuk menikmati fasilitas kesehatan gratis melalui program Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN). Akan tetapi JKN tidak dapat menjadi obat mujarab bagi sistem kesehatan di
Indonesia, dikarenakan JKN bersifat akuntabel. Oleh karena itu diperlukan kesadran dari
masyarakat sendiri untuk mengubah kesehatan kea rah yang lebih baik..
Mengingat kompleksitas tantangan kesehatan di Indonesia yang tiada habisnya,
dimulai dari segala aspek ekonomi, sosial, sumber daya manusia, obat-obatan, tempat
pelayanan kesehatan, serta jaminan kesehatan nasional. Oleh karenanya pemerintah perlu
mengambil momentum ini dan membuat penyesuaian yang diperlukan sehingga sistem
kesehatan dapat lebih responsif terhadap transisi epidemiologi yang sedang berlangsung
dengan cara memberikan kualitas pelayanan oleh SDM, efisien dan layanan yang adil
sementara pada saat yang sama memberikan perlindungan finansial yang berkelanjutan
kepada masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai