Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

“KONSEP ILMU SOSIAL”

Dosen Pembimbing
Bp. WIDODO, SPd,I

DISUSUN OLEH :
TRI PUJI UTAMI

SEKOLAH TINGGI ISLAM KENDAL


Kampus II : Jalan RA Kartini Km 2 Kebumen , Sukorejo , Kendal

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................

DAFTAR ISI...................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................

A. Latar Belakang......................................................................................
B. Rumusan Masalah.................................................................................
C. Tujuan Penulisan..................................................................................

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................

A. Hakekat IPS..........................................................................................
B. Perkembangan IP..................................................................................
C. Hakikat kajian IPS...............................................................................
D. Karakteristik IPS.................................................................................
E. Konsep dasar dan jenis-jenis pembelajaran terpadu...........................

BAB III PENUTUP.........................................................................................

A. Kesimpulan...........................................................................................
B. Saran.....................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................

2
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb

Dengan mengucap puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena atas
hidayah dan anugerahNya sehingga penyusunan makalah Konsep Dasar IPS yang
berjudul “ Konsep Ilmu Sosial” ini dapat diselesaikan dengan baik dan tepat pada
waktunya.

Tak lupa pula penulis mengucapkan terimakasih kepada Dosen Pengampu


mata kuliah yakni Bapak Widodo, S.Pd.I atas bimbingan dan arahannya.

Penulis berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para


pembaca. Namun terlepas dari itu, penulis memahami bahwa makalah ini masih
jauh dari kata sempurna sehingga kami sangat mengharapkan saran dan kritik
yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Sekian

Sukorjo, 23 Maret 2020

TRI PUJI UTAMI

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masyarakat merupakan objek kajian yang selalu menarik dan berkembang.


Interaksi antar manusia kadang menimbulkan permasalahan yang harus
diselesaikan. Pada tataran yang lebih luas, masyarakat beranggotakan manusia
dari berbagai suku, agama, warna kulit, ras dan sebagainya. Semua ini dipelajari
dalam IPS . Namun demikian apa ciri interaksi manusia dalam masyarakat yang
dikategorikan dalam IPS sebagai ilmu sosial dan sebagai kajian sosial perlu
dipahami.

Terkadang pengertian dari IPS ( Ilmu Pengetahuan Sosial) disamakan


dengan Ilmu- Ilmu sosial, padahal pada dasarnya kedua pengertian itu sangatlah
berbeda. Ruang lingkup yang dibahas pada ilmu-ilmu sosial dan ilmu
pengetahuan sosial juga jelas berbeda. Cakupan ilmu pengetahuan sosial. Berikut
ini kami akan memaparkan IPS sebagai ilmu sosial dan kajian sosial.

B. Rumusan Masalah

1. Hakikat IPS; istilah, definisi, fungsi IPS, rasional mempelajari IPS


2. Perkembangan IPS
3. Hakikat kajian IPS
4. Karakteristik IPS
5. Konsep dasar dan jenis-jenis pembelajaran terpadu

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui hakikat IPS; istilah, definisi, fungsi IPS, rasional


mempelajari IPS
2. Untuk mengetahui perkembangan IPS
3. Untuk mengetahui hakikat kajian IPS
4. Untuk mengetahui karakteristik IPS
5. Untuk mengetahui konsep dasar dan jenis-jenis pembelajaran terpa

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. IPS Sebagai Ilmu Sosial

Sebelum kita membahas tentang IPS sebagai ilmu sosial ada baiknya kita
membahas terlebih dahulu yang dimaksud dengan ilmu dan sosial. Adapun
pengertian ilmu adalah secara terminologi ilmu merupakan terjemahan dari
dalam bahasa Inggris science. Kata science jika dari bahasa latin Scientia yang
berarti pengetahuan. Sedangkan secara istilah seperti yang diungkapkan oleh
The Liang Gie bahwa ilmu dipandang sebagai kumpulan pengetahuan
sistematis, metode penelitian dan aktivitas penelitian. Berikut ini adalah
penjelasan mengenai pendapat The Liang Gie :

1. Ilmu Pengetahuan Sebagai Kumpulan yang Sistematis

Soekanto secara singkat menyatakan bahwa “Ilmu pengetahuan adalah


pengetahuan yang tersusun sistematis dengan menggunakan kekuatan
pemikiran, pengetahuan selalu dapat diperiksa dan di telaah atau dikontrol
dengan kritis oleh setiap orang lain yang ingin mengetahuinya”1

Dapat disimpulkan bahwa, ilmu pengetahuan yang dikatakan sebagai


kumpulan yang sistematisadalah apabila suatu bentuk usaha untuk meguraikan
serta merumuskan sesuatu hal dalam konteks hubungan yang logis serta
teratur sehingga membentuk sistem yang secara menyeluruh, utuh dan terpadu
yang mampu menjelaskan rangkaian sebab akibat yang terkait suatu objek
tertentu.Suatu ilmu pengetahuan itu dapat dibuktikan kebenarannya, dengan
cara berpikir logis serta kritis maka ilmu itu akan rasional dan konkret serta
dapat dirasakan manfaatnya dengan mengetahui ilmu tersebut.

2. Ilmu Sebagai Metode Penelitian

Pada hakikatnya ilmu sebagai metode penelitian seperti dikemukakan oleh


William J. Goode dan Paul K. Hatt(1952:7) dalam bukunya methods insocial
1

5
research mengemukakan sciense is a method of apptoarch to the entire
empirical world to the word which is susceptible of experience by man. Ilmu
adalah suatu metode pendekatan terhadap seluruh dunia pengalaman, yakni
dunia yang dapat terkena pengalaman oleh manusia.Hal itu sejalan dengan
pendekatan seorang filsuf sejarah carraghan dan delanglez(1957:39) dalam
bukunya a guide to historical method, mengemukakan sciense is
fundamentala method of dealing with problems. Ilmu pada dasarnya adalah
suatu metode untuk menangani masalah-masalah.2

Ilmu sebagai metode penelitian disini dimaksudkan agar ilmu


pengetahuan yang diperoleh bersifat objektif dan dapat diperiksa
kebenarannya pada sisi ini dapat kita pahami bahwa dalam pengertian ilmu
sebagai metode penyelidikan, khususnya terhadap dunia empirik. Dunia
empirik ini berdasarkan pada pengalaman manusia di seluruh dunia. Ilmu
membutuhkan metode pendekatan supaya mempermudah dalam
pengajarannya. Metode pendekatan ini bertujuan untuk mengetahui cara
belajar mengajar.

3. Ilmu Sebagai Aktivitas Penelitian

Ilmu sebagai proses aktivitas penelitian. Proses aktivitas penelitian


tersebut bertitik tolak dari fakta-fakta keseharian dan berakhir pada suatu teori
yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah hal itu merupakan ciri yang
terkandung dalam penelitian ilmu pengetahuan sebagai suatu bentuk aktivitas.

Ilmu merupakan suatu jenis aktivitas tertentu maupun hasil-hasil dari


aktivitas itu. Adapun menurut Johnstone tidak semua pengetahuan itu adalah
ilmu sebab ilmu hanya terbatas pada pengetahuan yang diperoleh secara
sistematis. Jika ditelan lebih jauh, pendapat tersebut memang benar karena
untuk menjadi ilmu dari suatu pengetahuan itu tidaklah mudah, harus melalui
penataan pengetahuan yang disusun secara sistematis.

Adapun pengertian sosial secara bahasa kata sosial(Social dalam bahasa


Inggris) dalam ilmu sosial memiliki arti yang berbeda-beda,misalnya istilah
2

6
sosial dalam sosialisme dengan istilah sosial, jelas kedua-duanya menunjukkan
makna yang sangat jauh berbeda. Menurut Soekanto. Apabila istilah sosial
pada ilmu sosial menunjuk pada objeknya yaitu pada masyarakat,sosialisme
adalah suatu ideologi yang berpokok pada prinsip pemilikan umum atas alat-
alat produksi dan jasa-jasa dalam bidang ekonomi. Sedangkan istilah sosial
pada departemen sosial menunjukkan pada kegiatan-kegiatan di sosial.
Artinya,kegiatan-kegiatan untuk menghadapi persoalan-persoalan yang
dihadapi masyarakat dalam bidang kesejahteraaan,seperti Tuna karya, Tuna
wisma, Tuna susila, orang jompo, anak yatim piatu dan lain-lain. Selain itu,
Soekanto mengemukakan dalam istilah sosial berkenaan dengan perilaku
interpersonal atau yang berkaitan dengan proses-proses sosial. Secara
keilmuan,masyarakat yang menjadi objek kajian ilmu-ilmu sosial dapat dilihat
sebagai sesuatu yang terdiri atas beberapa segi. Dilihat dari segi ekonomi,akan
bersangkut paut dengan faktor produksi, distribusi,penggunaan barang-
barang,serta jasa-jasa. Disinilah ilmu ekonomi yang akan membahas tentang
usaha-usaha manusia untuk memenuhi kebutuhan materialnya dari bahan –
bahan yang terbatas ketersediaannya. Sedangkan dari segi politik, antara lain
berhubungan dengan penggunaaan kekuasaan dalam masyarakat. Berbeda
dengan psikologi sosial, yang pada hakikatnya mempelajari prilaku manusia
sebagai individu secara sosial. Selain itu, terdapat antropologi budaya yang
lebih menekankan pada masyarakat dan kebudayaannya,dan begitu seterusnya
dan ilmu sosial, seperti geografi, sosial, sejarah maupun sosiologi.3

Meskipun pengertian sosial memiliki pengertian yang berbeda-beda


namun maknanya dan juga objeknya adalah bersumber dari manusia itu
sendiri dan untuk kesejahteraannya. Hanya sudut pandangnya saja yang
berbeda yang pada hakikatnya IPS sebagai ilmu sosial mempelajari perilaku
atau tingkah laku manusia yang berubah-ubah sesuai dengan perkembangan
zaman (dinamis).

Dari dua pengertian diatas dapat kita simpulkan bahwa IPS sebagai ilmu
sosial adalah adalah ilmu yang mempelajari segala aspek

7
kehidupanmasyarakat,problem-problem dalam masyarakat, serta bertujuan
untuk mencapai kesejahteraan masyarakat pada umumnya.

Beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli sebagai berikut :

 Mukmina mendefinisikan ilmu sosial sebagai ilmu yang bidang


kajiannya berupa tingkah laku manusia dalam konteks sosialnya.
Termasuk dalam ilmu sosial adalah geografi, ekonomi, sejarah,
sosiologi, antropologi, psikologi, dan ilmu politik, yang pada umumnya
merupakan hasil kebudayaan manusia.
 Supardan mendefinisikan bahwa ilmu sosial ialah suatu konsep yang
ambisius untuk mendefinisikan seperangkat disiplin akademik yang
memberikan perhatian pada aspek-aspek kemasyarakatan manusia.
 Astawa mendefinisikan ilmu sosial ialah bidang-bidang keilmuan yang
mempelajari manusia di masyarakat dan mempelajari manusia sebagai
anggota masyarakat.

Hingga saat ini sebenarnya definisi dari ilmu sosial belum terdapat
kesatuan pendapat dan rumusan yang jelas diantara para ahli berkenaan dengan
pengertian social science (ilmu-ilmu sosial).4

Dapat disimpulkan bahwa, ketidak adanya kesatuan pendapat dan


rumusan yang jelas diantara para ahli berkenaan dengan pengertian ilmu sosial
dikarenakan ilmu sosial merupakan suatu disiplin ilmu yang mempelajari
aspek-aspek yang berhubungan dengan manusia dan lingkungannya.
Lingkungan membentuk adat istiadat, budaya, norma dan nilai serta peraturan-
peraturan yang ada di masyarakat. Yang demikian disebutkan diatas dapat
berubah sewaktu-waktu seiring dengan perkembangan zaman dan kecanggihan
teknologi. Dulu kita berkomunikasi dengan menggunakan surat dan
membalasnya dengan surat yang kita kirimkan ke kantor pos ini adalah suatu
budaya dimana kita masih menggunakan perantara orang lain dan
menggunakan jasa pengiriman sekarang tidak demikian saat ini kita sudah
dipermudah dengan adanya handphone dan aplikasi-aplikasi semacam

8
whatsapp, instagram, facebook, dll. Ini membuktikan bahwa tidak selamanya
budaya itu akan tetap hidup, maka dari itu IPS sebagai ilmu sosial tidak
memiliki batasan. Karena sifat dari perkembangan ini adalah dinamis.

Manfaat Ilmu sosial


1. Critical Discourse (wacana kritis), artinya pada kajian ini membahas tentang
apa adanya yang keabsahannya tergantung pada kesetian pada prasyarat
sistem rasionalitas yang kritis dan pada konvensi akademis yang berlaku.
2. Academic Enterprise, memiliki pengertian bagaimana semestinya. Dalam
bahasa Taufik Abdullah ilmu sosial tampil sebagai tetangga dekat ideologi,
sebagai sistematisasi strategis dari sistem nilai dan filsafat sebagai pandangan
hidup.
3. Aplied Science, artinya bahwa dalam ilmu sosial itu diperlukan untuk
mendapatkan atau mencapai hal-hal yang praktis dan berguna untuk
mewujudkan sesuatu yang dicita-citakan contohnya kemakmuran, maupun
mengurangi atau meniadakan sesuatu yang tidak diinginkan contohnya
kemiskinan.

Dapat disimpulkan bahwa semua materi IPS berasal dari fusi dan integrasi
ilmu-ilmu sosial yang disesuaikan, disederhanakan, dan dipilih sesuai tujuan
intruksional disekolah. Somantri mengindentifikasikan sejumlah karakteristik dari
ilmu-ilmu sosial sebagai berikut:

1.Berbagai batang butuh disiplin ilmu-ilmu sosial yang diorganisasikan secara


sistematis dan ilmiah.

2.Batang tubuh disiplin itu berisikan sejumlah teori dan generalisasi yang handal
dan kuat serta dapat diuji tingkat kebenarannya.

3. Batang tubuh disiplin ilmu-ilmu sosial ini disebut juga struktur disiplin ilmu,
atau ada juga yang menyebutnya dengan fundamental ide.

4. Teori dan generalisasi dalam struktur itu disebut pula pengetahuan ilmiah uang
dicapai lewat pendekatan konseptual dan syntactic yaitu lewat proses bertanya,
berhipotesis, pengumpulan data(observasi dan eksperimen).

9
5. Setiap teori dan generalisasi ini terus dikembangkan, dikoreksi, dan
diperbaiki untuk membantu dan menerangkan masa lalu, masa kini dan masa
depan serta membantu memecahkan masalah-masalah sosial melalui pikiran,
sikap, dan tindakan terbaik. 5

Adapun tujuan daripada karakteristik ilmu sosial diatas adalah untuk


membentuk dan membina anak didik menjadi warga negara yang baik, yang
memilki pengetahuan, keterampilan, dan kepedulian sosial yang tinggi, menjadi
manusia yang bermartabat. Baik itu kecakapan sikap, tingkah laku, skill dan
sebagainya.

B. Perkembangan IPS
1. Di indonesia

            Pada tahun 1935 terjadi polemic diantara kalangan intelektual Amerika Serikat
( AS ) mengenai Ilmu Pengetahuan Sosial yang lebih dikenal dengan Social Studies,
kemudian hal tersebut dipublikasikan oleh Organisasi yang bernama National Council for
The Sosial Studies. tapi hal itu tidak berlangsung lama karena menurut L.Tildsley hal itu
memberi tanda sejak awal pertumbuhannya bidang social studies dihadapkan kepada
tantangan untuk dapat membangun dirinya sebagai suatu disiplin yang solid.

Definisi tentang social studies menurut Edgar Bruce Wesley pada tahun 1937
( Barr, Bart dan Shermis, 1977:2) yaitu : The social Studies are the social sciences
simplified for pedagogical purpose” Ilmu Sosial itu yang disederhanakan untuk tujuan
pendidikan. Yang meliputi aspek–aspek, seperti sejarah, ekonomi, politik, sosiologi,
antropologi, psikologi, geografi, dan filsafat, yang praktiknya digunakan dalam
pembelajaran di sekolah maupun perguruan tinggi.

Pada perkisaran tahun 1940 – 1950 NCSS mendapat serangan yang berkisar
tentang perlu atau tidaknya Sosial Studies untuk remaja bersikap demokratis dan kritis,
sehingga munculah sikap penekanan terhadap fakta – fakta sejarah dan budaya yang ada.

10
Namun pada tahun 1960 timbul satu gerakan akademis yang lebih dikenal dengan
the new social studies yang dipelopori oleh sejarawan dan ahli – ahli ilmu social untuk
mengembangkan proyek yang menciptakan kurikulum dan memproduksi bahan belajar
yang sangat inovatif dan menantang dalam skala besar. Tapi sampai tahun 1970an hal itu
belum juga terwujud, tapi jika kembali pada penuturan Barr dkk 1977 yaitu dua visi yang
berbeda dalam social studies yaitu citizhenship education ( pendidikan kewarganegaraan )
atau social studies Education ( Ilmu pendidikan social ) hal itu juga dipengaruhi oleh PD
II.

Pada tahun 1955 terjadi terobosan yang besar, berupa inovasi oleh Maurice Hunt
dan Lawrence metcalft yang mencoba cara baru dalam pengintegrasian pengetahuan dan
keterampilan ilmu social untuk tujuan citizhenship education, mengubah program Sosial
studies disekolah yang dahulunya Closed Area ( hal – hal yang tabu dalam masyarakat )
menjadi refleksi rasional dalam mengupayakan siswa dapat mengambil keputusan
mengenai masalah – masalah public. Sehingga bisa melatih keterampilan reflektif
thinking ( berfikif reflek ) dan berfikir secara kritis.

Gerakan the new social studies pada tahun 1960 masih belum efektif dalam
mengajarkan substansi perubahan sikap siswa, sehingga para sejarawan dan ahli – ahli
ilmu social bersatu untuk meningkatkan social studies kepada higher level of intellectual
pursuit yang melahirkan social science education.

Menurut Barr dkk, mendefinisikan social studies dalam beberapa bagian yaitu
:social studies merupakan satu system pengetahuan yang terpadu, kedua misi utama
social studies adalah pendidikan kewarganegaraan dalam suatu masyarakat yang
demokratis, ketiga sumber utama konten social studies adalah social sciene dan
humanitier, keempat dalam upaya penyiapan warga Negara yang demokratis terbuka
kemungkinan perbedaan dalam orientasi, visi tujuan dan metode pembelajaran.
diantaranya lahirlah visi, misi dan strategi social studies itu adalah

1. Sosial studies taught as citizenship transmission

2. Sosial studies taught as social science

11
3. Sosial studies taught as reflective inquiry.

Jika dilihat dari definisi dan tujuan social studies maka terkandung beberapa hal,
pertama social studies merupakan mata pelajaran dasar diseluruh jenjang pendidikan
persekolahan, kedua tujuan utama mata pelajaran ini ialah mengembangkan siswa untuk
menjadi warga Negara yang memiliki pengetahuan, nilai, sikap dan keterampilan untuk
berperan serta dalam kehidupan berdemokrasi. Ketiga konten pelajarannya digali dan
diseleksi dari sejarah dan ilmu – ilmu social. Keempat pembelajarannya menggunakan
cara – cara yang mencerminkan kesadaran pribadi, kemasyarakatan, pengalaman budaya,
perkembangan pribadi siswa.

Di awal tahun 1994 the board of direction of the national council for the social
studies menerbitkan Dokumen resmi yang diberi nama Expectations of Exellence:
curriculum Standard for social studies. Dokumen ini yang sedang mewarnai pemikiran
praksis social studies di AS sampai saat ini. dalam dunia pendidikan NCSS juga
menggariskan bahwa dalam pendidikan mulai dari Taman kanak – kanak sampai
pendidikan menengah memiliki keterpaduan “ Knowledge,Skills, and attitudes within and
across disipliner “, pada kelas rendah ditekankan pada social studies yang tidak mengikat
atau bisa bertolak dari tema – tema tertentu.   

Ide IPS berasal dari literatur pendidikan Amerika Serikat. Nama asli IPS di
Amerika Serikat adalah social studies. Istilah tersebut pertama kali digunakan sebagai
nama sebuah lembaga yang diberi nama committee of social studies.

            Lembaga ini merupakan himpunan tenaga ahli yang berminat pada kurikulum
ilmu-ilmu sosial di tingkat sekolah dan ahli-ahli ilmu sosial yang mempunyai minat yang
sama. Nama lembaga ini kemudian dipergunakan untuk nama kurikulum yang mereka
hasilkan, yakni kurikulum social studies. Nama social studies makin terkenal ketika
pemerintah mulai memberikan dana untuk mengembangkan kurikulum tersebut.
Kurikulum tersebut ahirnya dikembangkan dengan nama kurikulum social studies. Di
Indonesia social studies dikenal dengan nama studi sosial. Dalam Kurikulum 1975,
pendidikan ilmu sosial kemudian ditetapkan dengan nama Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).

12
IPS merupakan sebuah mata pelajaran yang dipelajari dari tingkat pendidikan dasar
sampai dengan pendidikan tinggi pada jurusan atau progrsam studi tertentu.

Istilah IPS pertama kali muncul dalam Seminar Nasional tentang Civic Education
tahun 1972 di Tawamangu, Solo. Ada 3 istlah yang muncul dari Seminar Nasional di
Tawamangu dan digunakan secara bertukar, yaitu:

1.         Pengetahuan Sosial / Social Science

2.         Studi Sosial / Social Studies

3.         Ilmu Pengetahuan Sosial / Social Education

            Pembahasan mengenai latar belakang lahirnya IPS akan dilihat dari dua aspek,
yakni latar belakang sosiologis dan pedagogis dengan mempertimbangkan aspek
kemasyarakatan dan ilmu-ilmu sosial yang dikaji dalam IPS. Ilmu Pengetahuan Sosisal
(IPS) adalah terjemahan dari Social Studies. Perkembanagan IPS dapat kita lihat melalui
sejarah  Social Studies yang dikembangkan oleh Amerika Serikat (AS) dalam karya
akademis dan dipublikasikian oleh National Council for the Social Studies (NCSS) pada
pertemuan organisasi tersebut tahun 1935 sampai sekarang.

Definisi tentang “Social Studies” yaitu ilmu-ilmu sosial yang disederhanakan


untuk tujuan pendididkan, kemudian pengertian ini dibakukan “Social Studies” meliputi
aspek-aspek ilmu sejarah, ilmu ekonomi, ilmu politik, sosiologi, antropologi, pisikologi,
ilmu geografi, dan filsafat yang dalam praktiknya dipilih untuk tujuan pembelajaran di
sekolah dan di perguruan tinggi.

Dalam pengertian awal “Social Studies” tersebut diatas terkandung hal-hal


sebagai berikut:

1.            Social Studies merupakan turunan dari ilmu-ilmu sosial

2.            Disiplin ini dikembangkan untuk memenuhi tujuan pendidikan atau pembelajaran, baik
pada tingkat  sekolah maupun tingkat pendidikan tinggi.

13
3.            Aspek-asoek dari masing-masing disiplin ilmu sosial itu perlu diseleksi sesuai dengan
tujuan tersebut.

Pada tahun 1940-1960 ditegaskan oleh Barr, dkk (1977:36) yaitu terjadinya tarik
menarik antara dua visi Social Studies. Di satu pihak, adanya gerakan untuk
mengintegrasikan berbagai disiplin ilmu sosial untuk tujuan citizenship education, yang
terus bergulir sampai mencapai tahap yang lebih canggih. Di pihak lain, terus bergulirnya
gerakan pemisahan sebagai disiplin ilmu-ilmu sosial yang cenderung memperlemah
konsepsi social studies education. Hal tersebut, merupakan dampak dari berbagai
penelitian yang dirancang untuk mempengaruhi kurikulum sekolah, terutama yang
berkenaan dengan pengertian dan sikap siswa. 

Benyaknya gerakan-gerakan yang muncul akibat dari tekanan yang cukup dahsyat
untuk mereformasi Social Studies.  Mereka menganggap perlu adanya perubahan
pembelajaran Social Studies menjadi pembelajaran yang berorientasi the integrated,
reflected inquiry, and problem centered (Barr, dkk.; 41-82) dan memperkuat munculnya
gerakan The new Social Studies.

Atas pendapat para pakar, akhirnya para sejarawan, ahli ilmu sosial, dan pendidikan
sepakat untuk melakukan reformasi Social Studies dengan menggunakan cara yang
berbeda dari sebelum pendekatan tersebut adalah dengan melalui proses pengembangan
kurikulum sekelompok pendidik, ahli psikologi, dan ahli ilmu sosial secara bersama-sama
mengembangkan bahan ajar berdasarkan temuan penelitian dan teori belajar, kemudian
diujicobakan di lapanagan, selanjutnya direvisi, dan pada akhirnya disebarluaskan untuk
digunakan secara luas dalam dunia persekolahan.

Jika dilihat dari Visi misi dan strateginya, Barr, dkk. (1978:1917) Social Studies telah
dan dapat dikembangkan dalam tiga tradisi, yaitu:

1.      Social Studies Taught as citizenship Transmission

Merujuk pada suatu modus pembelajaran sosial yang bertujuan untuk


mengembangkan warga negara yang baik sesuai dengan norma yang telah diterima secara
baku dalam negaranya.

14
2.      Social Studies Taught social Science

Merupakan modus pembelajaran sosial yang juga mengembangkan karakter


warga negara yang baik yang ditandai oleh penguasaan tradisi yang menitik beratkan
pada warga Negara yang dapat mengatasi masalah-masalah sosial dan personal dengan
menggunakan visi dan cara ilmuan sosial.

3.      Social Studies Taught as Reflective Inquiry

Merupakan modus pembelajaran sosial yang menekankan pada hal yang sama
yakni pengembangan warga negara yang baik dengan kriteria yang berbeda yaitu dilihat
dari kemampunnya dalam mengambil keputusan’

Tahun 1992, the board of direction of the national Council for the social studies
mengadopsi visi ternaru mengenai Social Studies, yang kemudian diterbitkan resmi oleh
NCSS pada tahun 1994 dengan judul Expectation of Excellence: Curriculum Standard for
Social Studies.

Sebagai rambu-rambu dalam rangka mewujudkan  visi, misi, dan strategi baru
Social Studies, NCSS (1994) menggariskan hal-hal sebagai berikut:

1.              Program Social Studies mempunyai tujuan pokok yang ditegaskan kembali bahwa civic
competence bukanlah hanya menjadi tanggung jawab Social Studies.

2.              Program Social Studies dalam dunia pendidikan persekolahan, mulai dari taman kanak-
kanak sampai ke pendidikan menengah, ditandai oleh keterpaduan

“ …knowlwdge, skill, and attitudes within and across disciplines (NCSS, 1994:3).

3.              Program Social Studies dititik beratkan pada upaya membantu siswa dalam construct a
knowledge base and attitude drawn from academic discipline as specialized ways of
viewing reality (NCSS, 1994:4).

15
4.              Program Social Studies mencerminkan “ …the changing nature of knowledge, fostering
entirely new and highly integrated approaches to resolving issues of significance to
humanity” (NCSS, 1994:5).

2. Di dunia

Latar belakang dimasukkannya bidang studi IPS ke dalam kurikulum sekolah di


Indonesia juga hampir sama dengan di beberapa negara lain, di antaranya situasi kacau
dan pertentangan politik bangsa, kondisi keragaman budaya bangsa (multikultur) yang
sangat rentan terjadinya konflik. Sehingga, sebagai akibat konflik dan situasi nasional
bangsa yang tidak stabil, terlebih adanya pemberontakan G30S/PKI dan berbagai masalah
nasional lainnya di pandang perlu memasukan program pendidikan sebagai propaganda
dan penanaman nilai-nilai sosial budaya masyarakat, berbangsa dan bernegara ke dalam
kurikulum sekolah.

Oleh karenanya, dalam beberapa pertemuan ilmiah dibahas Istilah IPS (Ilmu
Pengetahuan Sosial) sebagai program pendidikan tingkat sekolah di Indonesia, dan
pertama kali muncul dalam Seminar Nasional tentang Civic Education tahun 1972 di
Tawangmangu Solo Jawa Tengah. Dalam laporan seminar tersebut, muncul 3 istilah dan
digunakan secara bertukar pakai, yaitu :

1. Pengetahuan Sosial
2. Studi Sosial
3. Ilmu Pengetahuan Sosial

Konsep IPS untuk pertama kalinya masuk ke dunia persekolahan di Indonesia pada
tahun 1972-1973 yang diujicobakan dalam Kurikulum Proyek Perintis Sekolah
Pembangunan (PSSP) IKIP Bandung. Kemudian secara resmi dalam kurikulum 1975
program pendidikan tentang masalah sosial dipandang tidak cukup diajarkan melalui
pelajaran sejarah dan geografi saja, maka dilakukan reduksi mata pelajaran di tingkat SD-
SMA untuk beberapa mata pelajaran ilmu sosial yang serumpun digabung ke dalam mata
pelajaran IPS. Oleh karena itu, pemberlakuan istilah IPS (social studies) dalam kurikulum
1975 tersebut, dapat dikatakan sebagai kelahiran IPS secara resmi di Indonesia.

Sejak pemerintahan Orde Baru keadaan tenang,  pemerintah melancarkan Rencana


Pembangunan Lima Tahun (Repelita). Pada masa Repelita I (1969-1974) Tim Peneliti

16
Nasional di bidang pendidikan menemukan lima masalah nasional dalam bidang
pendidikan. Kelima masalah tersebut antara lain:

1.        Kuantitas, berkenaan dengan perluasan dan pemerataan kesempatan belajar.

2.        Kualitas, menyangkut peningkatan mutu lulusan

3.        Relevansi, berkaitan dengan kesesuaian sistem pendidikan dengan kebutuhan


pembangunan.

4.        Efektifitas sistem pendidikan dan efisiensi penggunaan sumber daya dan dana.

5.        Pembinaan generasi muda dalam rangka menyiapkan tenaga produktif bagi kepentingan
pembangunan nasional.

Oleh karena itu, upaya pembangunan sektor pendidikan oleh pemerintah menjadi
prioritas. Program pembangunan pendidikan bidang sosial semakin ditingkatkan untuk
mengatasi dan menanamkan kewarganegaraan serta cinta tanah air Indonesia. Upaya
memasukan materi ilmu-ilmu sosial dan  humaniora ke dalam kurikulum sekolah di
Indonesia disajikan dalam mata pelajaran dan bidang studi/ jurusan Ilmu Pengetahuan
Sosial (IPS) secara resmi pada kurikulum 1975. Kurikulum ini merupakan perwujudan
dari perubahan orientasi pada pelaksanaan UUD 1945 secara murni dan konsekuen,
bertujuan bahwa pendidikan ditekankan pada upaya untuk membentuk manusia Pancasila
sejati, kuat, dan sehat jasmani, mempertinggi kecerdasan dan keterampilan jasmani,
moral, budi pekerti, dan keyakinan beragama. Isi pendidikan diarahkan pada kegiatan
mempertinggi kecerdasan dan keterampilan, serta mengembangkan fisik yang sehat dan
kuat. Kurikulum pendidikan 1975 menggunakan pendekatan-pendekatan di antaranya
sebagai berikut :

1.        Berorientasi pada tujuan

2.        Menganut pendekatan integratif

3.        Menekankan kepada efisiensi dan efektivitas dalam hal daya dan waktu.

4.        Menganut pendekatan sistem instruksional yang dikenal dengan Prosedur Pengembangan


Sistem Instruksional (PPSI).

17
5.        Dipengaruhi psikologi tingkah laku dengan menekankan kepada stimulus respon dan
latihan.

Konsep pendidikan IPS tersebut lalu memberi inspirasi terhadap kurikulum 1975
yang menampilkan empat profil, yaitu :

1.            Pendidikan Moral Pancasila menggantikan Kewargaan Negara sebagai bentuk


pendidikan IPS khusus.

2.            Pendidikan IPS terpadu untuk SD

3.            Pendidikan IPS terkonfederasi untuk SMP yang menempatkan IPS sebagai konsep
peyung untuk sejarah, geografi dan ekonomi koperasi.

4.            Pendidikan IPS terisah-pisah yang mencakup mata pelajaran sejarah, ekonomi dan
geografi untuk SMA, atau sejarah dan geografi untuk SPG, dan IPS (ekonomi dan
sejarah) untuk SMEA /SMK..

Konsep pendidikan IPS seperti itu tetap dipertahankan dalam Kurikulum 1984 yang
secara konseptual merupakan penyempurnaan dari Kurikulum 1975 khususnya dalam
aktualisasi materi, seperti masuknya Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila
(P4) sebagai materi pokok PMP. DalamKurikulum 1984, PPKn merupakan mata
pelajaran sosial khusus yang wajib diikuti semua siswa di SD, SMP dan SMU.
Sedangkan mata pelajaran IPS diwujudkan dalam :

1.        Pendidikan IPS terpadu di SD kelas I-VI.

2.        Pendidikan IPS terkonfederasi di SLTP yang mencakup geografi, sejarah dan  ekonomi
koperasi.

3.        Pendidikan IPS terpisah di SMU yang meliputi Sejarah Nasional dan Sejarah Umum di
kelas I-II; Ekonomi dan Geografi di kelas I-II; Sejarah Budaya di kelas III program IPS.

Dimensi konseptual mengenai pendidikan IPS telah berulang kali dibahas dalam
rangkaian pertemuan ilmiah, yakni pertemuan HISPISI (Himpunan Sarjana Pendididkan
Ilmu Sosial)  pertama di Bandung tahun 1989, Forum Komunikasi Pimpinan HIPS di
Yogyakarta tahun 1991, di Padang tahun 1992, di Ujung Pandang tahun 1993, Konvensi
Pendidikan kedua di Medan tahun 1992. Salah satu materi yang selalu menjadi agenda

18
pembahasan ialah mengenai konsep PIPS. Dalam pertemuan Ujung Pandang, M. Numan
Soemantri, pakar dan ketua HISPISI menegaskan adanya dua versi PIPS sebagaimana
dirumuskan dalam pertemuan di Yogyakarta, yaitu :

a.       Versi PIPS untuk Pendidikan Dasar dan Menengah. PIPS adalah penyederhanaan,
adaptasi dari disiplin Ilmu-ilmu Sosial dan humaniora, serta kegiatan dasar manusia yang
duorganisir dan disajikan secara ilmiah dan pedagogis/psikologis untuk tujuan
pendidikan.

b.      Versi PIPS untuk Jurusan Pendidikan IPS-IKIP. PIPS adalah seleksi dari disiplin Ilmu-
ilmu Sosial dan humaniora serta kegiatan dasar manusia yang diorganisir dan disajikan
secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan pendidikan.

PIPS untuk tingkat perguruan tinggi pendidikan Guru IPS (eks IKIP, FKIP,
STKIP),direkonseptualisasikan sebagai pendidikan disiplin ilmu, sehingga menjadi
Pendidikan Disiplin Ilmu Pengetahuan Sosial, seperti pendidikan Geografi, Pendidikan
Ekonomi, Pendidikan Kewarganegaraan, Pendidikan sosiologi, Pendidikan Sejarah dsb).

Bentuk keseriusan ahli pendidikan dan ahli ilmu-ilmu sosial khususnya mereka yang
memiliki komitmen terhadap social studies atau pendidikan IPS sebagai program
pendidikan di tingkat sekolah, maka mereka berusaha untuk memasukkan ilmu-ilmu
sosial ke dalam kurikulum sekolah lebih jelas lagi. Namun karena tidak mungkin semua
disiplin ilmu sosial diajarkan di tingkat sekolah, maka kurikulum ilmu sosial itu disajikan
secara terintegrasi atau interdisipliner ke dalam kurikulum IPS (social studies). Jadi untuk
program pendidikan ilmu-ilmu  sosial di tingkat pendidikan dasar dan menengah harus
sudah mulai di ajarkan. Program pendidikan dasar di SD dan SMP penyajiannya secara
terpadu penuh, sementara itu untuk pembelajaran IPS di tingkat SMA/MA dan SMEA
penyajiannya bisa dilakukan secara terpisah antar cabang ilmu-ilmu sosial, tetapi tetap
memperhatikan keterhubungannya antara ilmu sosial yang satu dengan ilmu sosial
lainnya, terutama dalam rumpun jurusan IPS di SMA dan juga di SMEA. Sementara itu,
pada tingkat perguruan tinggi pendidikan ilmu-ilmu sosial  disajikan secara terpisah atau
fakultatif, seperti FE, FH, FISIP dsb. Namun untuk pendidikan IPS di FKIP/IKIP/STKIP
yang mempersiapkan calon guru atau mendidik calon guru di tingkat sekolah, maka
pendidikan IPS di berikan secara interdisipliner dan juga secara disipliner. Secara
interdisipliner karena ilmu yang diperoleh nantinya untuk program pembelajaran untuk
usia anak sekolah, dan secara disipliner karena sebagai guru juga harus menguasai ilmu
yang diajarkan.

19
Kurikulum 1994 dilaksanakan secara bertahap mulai ajaran 1994-1995 merupakan
pembenahan atas pelaksanaan kurikulum 1984 setelah memperhatikan tuntutan
perkembangan dan keadaan masyarakat saat itu, khususnya yang menyangkut
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta seni, kebutuhan pembangunan dan
gencarnya arus globalisasi, dan evaluasi pelaksanaan kurikulum 1984 itu sendiri. Upaya
pembaharuan kurikulum pendidikan nampak saat diadakannya serangkaian Rapat Kerja
Nasional Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dari tahun 1986 sampai 1989.

Pembenahan kurikulum ini juga didorong oleh amanat GBHN 1988 yang intinya;

a.       perlunya diteruskan upaya peningkatan mutu pendidikan di berbagai jenis dan jenjang
pendidikan

b.      perlunya persiapan perluasan wajib belajar pendidikan dasar dari enam tahun menjadi
sembilan tahun

c.       perlunya segera dilahirkan undang-undang yang mengatur tentang Sistem Pendidikan


Nasional.

Pada tahun 2004, pemerintah melakukan perubahan kurikulum kembali yang dikenal
dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Namun pengembangan kurikulum IPS
diusulkan menjadi Pengetahuan Sosial untuk merespon secara positif berbagai
perkembangan informasi, ilmu pengetahuan, dan teknologi. Hal ini dilakukan untuk
meningkatkan relevansi program pembelajaran Pengetahuan Sosial dengan keadaan dan
kebutuhan setempat. Di samping itu, khusus dalam kurikulum SD, IPS pernah diusulkan
digabung dengan Pendidikan kewarganegaraan yaitu menjadi pendidikan kewrganegaraan
dan pengetahuan sosial (PKnPS), namun akhirnya kurikulum disempurnakan ke dalam
kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) tahun 2006, antara IPS dan PKn dipisahkan
kembali.

Hal ini memperhatikan berbagai masukan dan kritik ahli pendidikan serta
kepentingan pendidikan nasional dan politik bangsa yaitu perlunya pendidikan
kewarganegaraan bangsa, maka antara IPS dan PKn meskipun tujuan dan kajiannya
adalah sama  yaitu membentuk warganegara yang baik, maka PKn tetap diajarkan sebagai
mata pelajaran di sekolah secara terpisah dengan IPS.

C. Hakikat Kajian IPS

20
IPS sebagai kajian sosial lebih dikenal social studies hal ini dikarenakan
social studies berasal dari Amerika, yang berpenduduk multikultural, memiliki
banyak ras, suku, budaya, adat istiadat dan lainnya begitu juga di Indonesia.
Definisi literatur studi sosial adalah ilmu yang mengangkat konsep-konsep, teori
teori ilmu sosial secara terintegrasi guna memahami, mempelajari, memikirkan
pemecahan masalah-masalah di masyarakat, sehingga memberi kepuasan bagi
personal dan bagi masyarakat secara keseluruhan, dengan tujuan mendidik anak
menjadi warga negara yang baik. 6
Kajian sosial yang meliputi gejala-gejala sosial yang hidup dan bergerak
secara dinamis. Objek kajian sosial adalah manusia. Perkembangan kajian sosial
lebih lambat dibandingkan dengan kajian ilmu alam dikarenakan kajian sosial ini
tidak sekedar sebatas fisik dan material, tetapi lebih dibalik fisik dan material dan
bersifat abstrak dan psikologis.7
Dapat disimpulkan bahwa kajian sosial adalah masyarakat yang memiliki
permasalah-permasalahan dan membutuhkan pemecahan masalah. Pemecahan
masalah inilah yang menjadikan kajian sosial. Adanya kajian sosial ini diharapkan
dapat mewujudkan warga negara yang baik.Berikut ini penjelasan mengenai
masyarakat :
Kehidupan Masyarakat sebagai sistem sosial dan sistem budaya
a. Menelaah kehidupan masyarakat sebagai sistem sosial dan sistem budaya,
maka terlebih dahulu perlu mengkaji pengertian masyarakat agar dapat
memperoleh suatu gambaran awal. Pertanyaan yang tepat untuk itu adalah
apakah masyarakat itu. Masyarakat merupakan suatu pergaulan hidup,
oleh karena itu manusia perlu hidup bersama. Maka masyarakat
membutuhkan sosialisasi terhadap sesamanya demi memenuhi kebutuhan
hidupnya. Mac Iver dan Page mengatakan bahwa masyarakat ialah suatu
sistem dari kebiasaan dan tata cara, dari wewenang dan kerja sama antara
berbagai kelompok dan penggolongan, dari pengawasan tingkah laku serta
kebebasan-kebebasan manusia. Keseluruhan yang selalu berubah ini kita

6
Mulyati,Hanny, dkk, Pembelajaran Studi Sosial, (Bandung : CV. Alfabeta, 2010) hlm.18
7
Mahmud,dkk,Pendidikan Lingkungan Sosial Budaya, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2015)
hlm.59

21
katakan masyarakat. Masyarakat merupakan jalinan hubungan sosial dan
masyarakat selalu berubah.
b. Ralp Linton mengemukakan masyarakat merupakan setiap kelompok
manusia yang telah hidup dan bekerja sama cukup lama sehingga mereka
dapat mengatur diri mereka dan menganggap diri mereka sebagai suatu
kesatuan sosial dengan batas-batas yang dirumuskan dengan jelas.
c. Selo Soemardjan menyatakan bahwa masyarakat adalah orang-orang yang
hidup bersama, yang menghasilkan kebudayaan.8
Masalah-masalah sosial telah menghantui manusia sejak adanya peradaban
manusia, karena dianggap sebagai mengganggu kesejahteraab hidup mereka.
Sehingga merangsang para warga masyarakat untuk mengidentifikasikan,
menganalisa, memahami dan memikirkan cara-cara untuk mengatasinya.
Dimasa lampau pada waktu belum ada ahli ilmu-ilmu sosial para warga
masyarakat yang biasanya peka terhadap adanya masalah-masalah sosial
adalah para ahli filsafat, pemuka agama, ahli politik dan kenegaraan.9
Menurut Zuraik dalam Djahiri ( 1984 ), hakikat IPS adalah harapan untuk
mampu membina suatu masyarakat yang baik dimana para anggotanya benar –
benar berkembang sebagai insan sosial yang rasional dan penuh tanggung
jawab sehingga oleh karenanya diciptakan nilai – nilai. Hakikat IPS di sekolah
dasar memberikan pengetahuan dasar dan keterampilan sebagai media
pelatihan bagi siswa sebagai warga negara sedini mungkin. Karena pendidikan
IPS tidak hanya memberikan ilmu pengetahuan semata, tetapi harus
berorientasi pada pengembangan keterampilan berpikir kritis, sikap, dan
kecakapan dasar siswa yang berpijak pada kenyataan kehidupan sosial
kemasyarakatan sehari – hari dan memenuhi kebutuhan bagi kehidupan sosial
siswa di masyarakat.
Jadi hakikat IPS adalah untuk mengembangkan konsep pemikiran yang
berdasarkan realita kondisi soisal yang ada di lingkungan siswa, sehingga
dengan memberikan pendidikan IPS diharapkan dapat melahirkan warga
negara yang baik dan bertanggung jawab terhadap bangsa dan negaranya.
Pendidikan IPS saat ini dihadapkan pada upaya peningkatan kualitas
8

22
pendidikan khususnya kualitas sumber daya manusia sehingga eksistensi
pendidikan IPS benar – benar dapat mengembangkan pemahaman konsep dan
keterampilan berpikir kritis. Sayangnya, kenyataan di lapangan bahwa masih
banyak yang beranggapan bahwa pendidikan IPS kurang memiliki kegunaan
yang besar bagi siswa dibandingkan dengan pendidikan IPA dan matematika
yang mengkaji bidang pengembangan dalam sains dan teknologi. Tentu,
anggapan tersebut kurang tepat, karena disadari bahwa pendidikan IPS
dikembangkan dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia di
bidang nilai dan sikap, pengetahuan, serta kecakapan dasar siswa yang berpijak
pada kehidupan nyata, khususnya kehidupan sosial masyarakat pada umumnya.
Pembelajaran IPS diharapkan dapat menyiapkan anggota masyarakat di masa
yang akan datang, mampu bertindak secara efektif. Jadi, hakikat pendidikan
IPS itu hendaknya dikembangkan berdasarkan realita kondisi sosial budaya
yang ada di lingkungan siswa, sehingga dengan ini akan dapat membina warga
negara yang baik yang mampu memahami dan menelaah secara kritis
kehidupan sosial di sekitarnya serta mampu secara aktif berpartisipasi dalam
lingkungan kehidupan, baik di masyarakatnya, negara, maupun dunia.
Dalam kurikulum pendidikan dasar tahun 1993, disebutkan bahwa IPS
adalah mata pelajaran yang mempelajari kehidupan sosial yang didasarkan
pada kajian geografi, ekonomi, sejarah, antropologi, sosiologi, dan tata negara.
Khusus di sekolah lanjutan tingkat pertama program pengajaran IPS hanya
mencakup bahan kajian geografi, ekonomi, dan sejarah. Dari pengertian di atas,
menunjukkan bahwa IPS merupakan perpaduan antara ilmu sosial dan
kehidupan manusia yang di dalamnya mencakup antropologi, ekonomi,
geografi, sejarah, hukum, filsafat, ilmu politik, sosiologi, agama, dan psikologi.
Dimana tujuan utamanya adalah membantu mengembangkan kemampuan dan
wawasan siswa yang menyeluruh tentang berbagai aspek ilmu – ilmu sosial
dan kemanusiaan.Begitu luas cakupan dan kajian IPS ini, banyak ahli yang
memberikan batasan dari pendidikan IPS tersebut. Misalnya, Maryani
memberikan batasan dari pendidikan IPS adalah bahan kajian yang terpadu
yang merupakan penyederhanaan, adaptasi, seleksi, dan modifikasi dari konsep
– konsep dan keterampilan disiplin sejarah , geografi, sosiologi, antropolgi,

23
politik, dan ekonomi yang diorganisasikan secara ilmiah dan psikologi untuk
tujuan pembelajaran. Sedangkan menurut Banks, pendidikan IPS atau yang
disebut social studies merupakan bagian dari kurikulum di sekolah yang
bertujuan untuk membantu mendewasakan siswa supaya dapat
mengembangkan pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai – nilai dalam
rangka berpartisipasi di dalam masyarakat. Banks menekankan begitu
pentingnya pendidikan IPS diterapkan di sekolah – sekolah mulai dari tingkat
dasar sampai ke perguruan tinggi terutama di sekolah dasar dan menengah.10

Sistem sosial itu bersifat terbuka dapat dilihat dari proses-proses sosial.
Jalinan sistem dan perubahan sosial menunjukkan kebenaran hal itu namun,
Alvin L. Bertrand menyatakan bahwa proses-proses dalam sistem sosial
mencakup komunikasi, memelihara tapal batas, penjalinan sistem, sosialisasi,
pengawasan sosial, kelembagaan, dan perubahan sosial sebagai berikut :

a. Komunikasi
Tidak ada suatu proses pun yang melebihi pentingnya komunikasi di
dalam satu sistem sosial. Tanpa komunikasi para pelaku tidak akan
dapat menyampaikan informasi, mengutarakan sikap, perasaan atau
kebutuhan mereka. Tidaklah berlebihan kalau dikatakan pula bahwa
tanpa komunikasi, organisasi sosial tidak akan muncul.
b. Memelihara Tapal Batas
Semua sistem sosial mempunyai cara-cara tertentu untuk melindungi
atau mempertahankan identitas. Dengan kata lain, untuk melindungi
tapal batas dirinya dengan pihak luar. Hal ini dapat dilakukan dengan
jalan mendirikan tembok, membatasi penggunaan sarana hanya untuk
warganya sendiri.
c. Penjalinan Sistem
Suatu proses menjalin ikatan antara suatu sistem dengan sistem lainnya
dinamakan penjalinan sosial. Cara terbaik untuk melihat jalinan tersebut
adalah dengan melihat keeratan antara mereka, baik individu maupun
didalam usaha untuk mencapai tujuan.11
10

11

24
D. Karakteristik IPS
Kajian IPS berfokus pada kegiatan-kegiatan social manusia. Pengertian IPS
sendiri ialah gabungan dan penyederhanaan segala ilmu-ilmu social yang
dibentuk menjadi sebuah pembelajaran bertujuan membentuk siswa menjadi
warga negara yang baik dan dapat berguna bagi kehidupnnya sekarang
maupun kelak. Hal ini telah dijelaskan dalam Hal tersebut sesuai dengan
penjelasan dari National Council for Social Studies NCSS dalam Savage dan
Armstrong (1996: 9), mendefinisikan social studies sebagai berikut:
Social studies is the integrated study of the social sciences and humanities to
promote civic competence. Within the shcool program, social studies
provides coordinated, systematic study drawing upon such disciplines as
anthropology, archeology, economics, geography, history, law, philosophy,
political sciences, psycology, religion, and siciology, as well as appropriate
content from the humanities, mathematics, and natural sciences.
Oleh karena itu, IPS memiliki karakteristik tersendiri yang membuatnya
berbeda dengan bidang studi lain. Untuk memahami karakteristik
Pembelajaran IPS di SD, di bawah ini akan dipaparkan IPS berdasarkan
materi dan strategi penyampaiannya.
a. Materi Pembelajaran IPS
Mempelajari IPS pada hakikatnya adalah semata-mata menelaah interaksi
masyarakat dengan lingkungannya. Dengan demkian setiap jenjang
pendidikan diberikan materi yang sesuai dengan jenjangnya. Pada tingkat
Sekolah Dasar Pembelajaran IPS menggunakan pendekatan terpadu. Hal
ini agar siswa lebih cepat memahami dan mempraktekkan pembelajaran
ini karena siswa pada usia ini masih berfikir abstrak sehingga diperlukan
suatu pendekatan yang tepat. Pendekatan ini dirasakan sangat sesuai
dengan pemikiran siswa. Pembelajaran IPS segalanya bersumber dari
kehidupan praktis manusia sehari-hari. Berikut 5 macam sumber materi
pelajaran IPS, yaitu :
 Segala sesuatu yang menyangkut lingkungan sekitar anak minsalnya
diri mereka, keluarga, sekolah, teman bahkan sampai negara mereka.

25
 Kegiatan manusia berupa mata pencaharian, religi, pendidikan,
produksi, komunikasi bahkan transportasi
 Lingkungan geografi dan budaya meliputi segala aspek geografi dan
antropologi yang terdapat sejak dari lingkungan anak yang terdekat
sampai yang terjauh.
 Kehidupan masa lampau, perkembangan kehidupan manusia, sejarah
yang dimulai dari sejarah lingkungan terdekat sampai yang terjauh,
tentang tokoh- tokoh dan kejadian-kejadian yang besar.
 Anak sebagai sumber materi meliputi berbagai segi, dari makanan,
pakaian, permainan, keluarga.
Materi IPS yang diterima anak kemudian langsung diterapkan dalam
kehidupan mereka karena segala hal yang diajarkan dalam pembelajaran
ini berkaitan langsung dengan anak.
b. Stategi Penyampaian
Strategi penyampaian Pembelajaran IPS sangat praktis karena matri
disusun berdasakran urutan anak itu sendiri, keluarga, masyarakat, kota,
kepulauan, negara dan dunia. Anak mula-mula diperkenalkan dengan
lingkungan yang dekat dengan mereka lalu lama-kelamaan barulah secara
bertahap diperluas menjadi lingkungan yang lebih besar.

E. Konsep Dasar dan jenis-jenis pembelajaran terpadu


1. Pembelajaran IPS Terpadu
Model pembelajaran terpadu pada hakikatnya merupakan suatu sistem
pembelajaran yang memungkinkan siswa baik secara individual maupun
kelompok aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip-
prinsip secara holistik dan otentik (Depdikbud, 1996:3). Salah satu di
antaranya adalah memadukan Kompetensi Dasar melalui pembelajaran
terpadu siswa dapat memperoleh pengalaman langsung, sehingga dapat
menambah kekuatan untuk menerima, menyimpan, dan memproduksi kesan-
kesan tentang hal-hal yang dipelajarinya.
Pada pendekatan pembelajaran terpadu, program pembelajaran disusun
dari berbagai cabang ilmu dalam rumpun ilmu sosial. Pengembangan

26
pembelajaran terpadu, dalam hal ini, dapat mengambil suatu topik dari suatu
cabang ilmu tertentu, kemudian dilengkapi, dibahas, diperluas, dan
diperdalam dengan cabang-cabang ilmu yang lain. Topik/tema dapat
dikembangkan dari isu, peristiwa, dan permasalahan yang berkembang.
Berdasarkan  uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran ilmu pengetahuan sosial di sekolah dasar dibagi dalam dua
kajian pokok yang digabung menjadi satu kajian yaitu IPS terpadu. IPS
Terpadu merupakan integrasi dari berbagai cabang disiplin ilmu sosial
seperti sejarah, geografi, ekonomi, hukum dan politik, sosiologi/antropologi
dan sebagainya. Gejala dan masalah yang ada di lingkungan sekolah maupun
di lingkungan tempat tinggal peserta didik dijadikan perangsang untuk
menarik perhatian siswa  materi tersebut dijadikan bahan pembahasan di
dalam kelas dalam rangka pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial.

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

27
IPS sebagai ilmu sosial artinya ilmu yang bidang kajiannya berupa tingkah
laku manusia dalam konteks sosialnya. Termasuk dalam ilmu sosial adalah
geografi, ekonomi, sejarah, sosiologi, antropologi, psikologi, dan ilmu politik,
yang pada umumnya merupakan hasil kebudayaan manusia.

IPS sebagai kajian sosial lebih dikenal social studies hal ini dikarenakan
social studies berasal dari Amerika, yang berpenduduk multikultural, memiliki
banyak ras, suku, budaya, adat istiadat dan lainnya begitu juga di
Indonesia.Definisi literatur studi sosial adalah ilmu yang mengangkat konsep-
konsep, teoriteori ilmu sosial secara terintegrasi guna memahami, mempelajari,
memikirkanpemecahan masalah-masalah di masyarakat, sehingga memberi
kepuasan bagi personal dan bagi masyarakat secara keseluruhan, dengan tujuan
mendidik anak menjadi warga negara yang baik.

Kajian sosial yang meliputi gejala-gejala sosial yang hidup dan bergerak
secara dinamis. Objek kajian sosial adalah manusia. Perkembangan kajian sosial
lebih lambat dibandingkan dengan kajian ilmu alam dikarenakan kajian sosial ini
tidak sekedar sebatas fisik dan material, tetapi lebih dibalik fisik dan material dan
bersifat abstrak dan psikologis.Dilihat dari segi persamaannya IPS sebagai ilmu
sosial dan kajian sosial sama-sama memiliki sasaran yang sama yaitu
manusia(masyarakat).

B. SARAN

IPS sebagai ilmu sosial adalah bidang studi yang merupakan fusi atau paduan
sejumlah ilmu-ilmu sosial. IPS sebagai kajian sosial adalah kajian masalah-
masalah sosial yang dekat dengan masyarakat. Jadi, belajar IPS itu sangat penting
dalam kehidupan kita, agar kita dengan mudah dapat memecahkan masalah yang
terjadi dalam masyarakat

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi,Abu. 1991. IlmuSosialDasar. Jakarta : PT RinekaCipta

28
Karima,Muhammad Kaulan, dkk,. 2009. Ilmu Pengetahuan Sosial Pengantar dan
Konsep Dasar. Medan : Perdana Publishing

Mahmud,dkk. 2015. Pendidikan Lingkungan Sosial Budaya. Bandung : PT


Remaja Rosdakarya

Mulyati,Hanny, dkk. 2010. Pembelajaran Studi Sosial. Bandung : CV. Alfabeta

Soekanto, SoerjonodanSulistyowati. 2015. SosiologiSuatuPengantar. Depok


:PT Raja RafindoPersada

SupardandanDadang.2009. PengantarIlmuSosialSebuahKajianPendekatan
Struktural.Jakarta :BumiAksara

Susanto, Ahmad. 2013. TeoriBelajardanPembelajaran di SekolahDasar. Jakarta


:Prenada Media Grup

29

Anda mungkin juga menyukai