Anda di halaman 1dari 3

Hasil diskusi tentang materi Identitas Nasional oleh kelompok 1:

1. Maksud dari video pada slide ke- 10!


Bahwa ada sebuah teori yang dipercaya masyarakat mengenai asal mula Bendera Indonesia
berasal dari Bendera Belanda yang dibuang warna birunya, sebab menurut mereka warna biru
menunjukkan orang-orang berdarah biru/ orang Belanda. Merah putih tanpa biru, artinya
Indonesia telah bebas dari jajahan Belanda.
2. Bagaimana pendapat kelompok anda jika bendera sama dengan 3 negara, apa yang
membedakan?
Tidak masalah, sebab ada beberapa hal yang membedakan yakni sebagai berikut:
- Dimensi
Sebagaimana disebutkan dalam World Atlas, secara fisik, perbedaan yang dapat dilihat
dari kedua bendera berwarna merah dan putih itu adalah dari dimensi rasionya. Bendera
Indonesia memiliki perbandingan lebar dan panjang 2:3, sementara Bendera Monako
memiliki perbandingan rasio 4:5. Sehingga jika dilihat, bendera milik Indonesia terlihat
lebih panjang dan ramping dibandingnkan dengam bendera Monako yang cenderung lebih
melebar mendekati bentuk persegi.
- Makna
Merah dalam bendera Indonesia melambangkan warna darah yang menggambarkan
keberanian bangsa dalam mengusir musuh selama masa penjajahan. Dan warna putih
melambangkan kesucian hati bangsa dalam setiap tindakannya. Sementara itu, warna
merah dan putih dalam Bendera Monako merupakan warna yang sangat identik dengan
House of Grimaldi. Grimaldi adalah sebuah dinasti yang berperan dalam sejarah
berdirinya negara berpenduduk sekitar 40.000 jiwa itu. Merah dan putih diklaim
mencerminkan nilai-nilai positif seorang manusia. Merah digunakan untuk
mengasosiasikan daging dalam tubuh manusia, sedangkan putih diartikan sebagai
kemurnian dalam berkehidupan spiritual.

3. Kenapa indonesia memilih bendera bewarna merah putih?


Dari aspek sejarah, kerajaan-kerajaan yang ada di Indonesia telah menggunakan warna merah
dan putih pada panji-panjinya. Misalnya kerajaan Majapahit pada abad ke-13. Kemudian
dipergunakan kembali pada saat perang diponegoro melawan penjajah pada abad ke-19.
Sehingga warna merah dan putih memiliki makna tersendiri bagi bangsa Indonesia. pada hari
kemerdekaan Indonesia, sang saka merah putih juga dikibarkan oleh suhuf dan latif
hendraningrat setelah sebelumnya telah dijahit oleh ibu Fatmawati.
4. Lagu kebangsaan indonesia, kenapa saat kita menyanyikan lagu indonesia hanya 1 stansa?
Secara logika, jika lagu kebangsaan di putar 3 stansa dalam acara pengibaran bendera merah
putih akan mustahil. Sebab diperlukan waktu yang lama. Lain jika diputar pada acara-acara
tententu. Lebih lengkapnya bisa dilihar di UU 24 tahun 2009
5. Dulu bendera merah putih sudah dipakai untuk negara bendera Monaco, apakah kedua negara
sudah sepakat antara dua negara?
6. Monako sempat tidak setuju atas pilihan warna Bendera Indonesia yang sama persis dengan
negaranya. Bukan hanya tidak setuju, Monako juga tidak mengakui Bendera Indonesia pada
saat itu. Karenanya, Monako sempat meminta Indonesia mengubah corak atau motif
benderanya agar tidak terjadi kesamaan yang persis. Pihak Monako merasa lebih berhak atas
corak tersebut karena sudah lebih dulu mematenkannya, sebelum Indonesia merdeka. Namun
Indonesia menolaknya dengan alasan pilihan warna merah dan putih didasarkan pada sejarah
panjang negara yang sudah berlangsung ratusan tahun lamanya. Bahkan, sebelum monopoli
kerajaan di Monako berlangsung. Hingga akhirnya Indonesia dan Monako bersepakat,
meletakkan dimensi rasio sebagai pembeda antara bendera negara keduanya. Monako 4:5,
dan Indonesia 2:3.
7. Apa yang mendasari terbentuknya identitas nasional?
Aspek sejarah, budaya, sosial letak geografis serta politik dari negara.
8. Apakah ada identitas nasional selain bendera merah putih?
Bendera Merah Putih, Lagu kebangsaan Indonesia Raya, Lambang negara Pancasila,
Semboyan Bhinneka Tunggal Ika, Dasar falsafah negara Pancasila, Hukum Dasar UUD 1945,
NKRI yang berkedaulatan rakyat, Konsepsi wawasan nusantara, Kebudayaan nasional.
9. Seberapa penting adanya bendera disuatu negara dan korelasi dengan identitas nasional?
Bendera adalah identitas pertama yang dilihat oleh negara lain ketika suatu negara mengikuti
acara internasional maupun ketika berkunjung ke suatu negara. Bendera mewakili sebuah
negara atau sebagai identitas instrumental bagi suatu negara.
10. Sejarah nama indonesia:
Asal-usul nama Indonesia mulai dikenal pada medio tahun 1800-an. Menurut
sejarawan Universitas Oxford, Peter Carey, nama Indonesia muncul dan diperkenalkan James
Richardson Logan (1819-1869) tahun 1850 dalam Journal of Indian Archipelago and Eastern
Asia. Logan adalah orang Skotlandia yang menjadi editor majalah Penang Gazette, wilayah
Straits Settlement-kini Negara Bagian Penang, Malaysia-yang bermukim di sana kurun waktu
1842-1847. "Nama yang diperkenalkan adalah Indonesia untuk menyebut Kepulauan Hindia
yang waktu itu merupakan jajahan Belanda sehingga disebut Hindia-Belanda," kata Carey.
Bangsa Eropa mengenal dua wilayah Hindia, yakni Hindia-Barat, yaitu wilayah Kepulauan
Karibia yang ditemukan Christopher Columbus yang semula diyakini sebagai wilayah Hindia
(India)-pusat rempah-rempah yang dicari orang Eropa. Sesudah ekspedisi Vasco da Gama
dan Magellan, ditemukanlah Hindia Timur, yakni Kepulauan Nusantara, yang merupakan
pusat rempah-rempah yang selama berabad-abad dicari orang Eropa. Wilayah Nusantara
tersebut merupakan persimpangan peradaban dan pengaruh budaya India dan Tiongkok
sehingga ilmuwan Perancis, Dennis Lombard, menyebutnya sebagai carrefour de civilization
atau silang budaya.
Sejarawan Yayasan Nation Building (Nabil), Didi Kwartanada, menambahkan,
informasi tentang seorang priayi Inggris, Earl George Samuel Windsor (1813-1865), dalam
karya ilmiah berjudul On The Leading Characteristics of the Papuan, Australian and Malay-
Polynesian Nations (1850) mengusulkan sebutan khusus bagi warga Kepulauan Melayu atau
Kepulauan Hindia (Hindia-Belanda) dengan dua nama yang diusulkan, yakni Indunesia atau
Malayunesia. Tokoh lain yang disebutkan Peter Carey dan Didi Kwartanada adalah ilmuwan
Jerman, Adolf Bastian (1826-1905), Guru Besar Etnologi di Universitas Berlin, yang
memopulerkan nama Indonesia di kalangan sarjana Belanda. Bastian memopulerkan nama
Indonesia dalam bukunya berjudul Indonesien; Oder Die Inseln Des Malayischen Archipel
terbitan 1884 sebanyak lima jilid. Buku tersebut memuat hasil penelitiannya di Nusantara
dalam kurun 1864-1880. Menurut Carey, Bastian membagi wilayah Nusantara dalam zona
etnis dan antropologi. Identitas gerakan politik Nama Indonesia menjadi identitas politik
ketika trio Douwes Dekker, Ki Hajar Dewantara (Soewardi Soerjaningrat), dan dokter Tjipto
Mangunkusumo mengusung gagasan modern berpolitik dalam Indische Partij (Partai Hindia),
yang menjadikan orang-orang kelahiran Indonesia membangun kesadaran politik dan
kebangsaan Indonesia tanpa membedakan sekat perbedaan suku-rasial dan keyakinan.
Sebagai kilas balik yang menarik, sejarawan Remco Raben dan Ulbe Bosma dalam buku
Being Dutch In The Indies: A History of Creolisation and Empire, 1500-1920,
mengungkapkan, kesadaran sebagai "Putera Hindia" juga muncul di kalangan Indo-Eropa.
Bahkan, pernah terjadi unjuk rasa menuntut hak sebagai Putera Hindia pada 1840-an yang
sangat tidak lazim di Hindia-Belanda yang sangat konservatif. Pasalnya, orang Eropa
mengacu Benua Eropa adalah tanah airnya. Mereka hanya menjadi pemukim-trekker-yang
suatu hari akan kembali ke Eropa dan tidak peduli masa depan Hindia.
Penulis buku Perang Napoleon di Jawa, 1811, Jean Rocher yang lulusan Akademi
Militer Saint Cyr dan fasih berbahasa Indonesia mengatakan, reformasi politik pertama pada
zaman penjajahan Belanda dilakukan oleh tokoh yang tak populer dalam sejarah Indonesia,
yakni Herman Willem Daendels. Daendels memecat birokrat korup dan mencabut hak-hak
bangsawan lokal yang berlebihan serta menjalankan efisiensi pemerintahan. Sejarah
menempatkan Daendels pada posisi antagonis. Mengenai pertumbuhan dan kesadaran politik,
Peter Carey menjelaskan, Hindia-Belanda jauh tertinggal dibandingkan dengan Filipina yang
merupakan jajahan Amerika Serikat dan India yang merupakan jajahan Inggris. Kesadaran
untuk mempersiapkan kemerdekaan negeri jajahan sudah disadari pihak AS dan Inggris.
Adapun kelahiran Indische Partij dan kemunculan gerakan Sarikat Islam (SI) oleh HOS
Tjokroaminoto dan kawan-kawan pada zaman Gubernur Jenderal Idenburg memicu
pergerakan kebangsaan lebih lanjut oleh para pemuda yang mengalami banyak tekanan.
Apalagi pada 1926, pemberontakan Komunis ditumpas oleh Kolonial Belanda
sehingga ruang aktivitas politik semakin diperketat. Pada saat yang sama, krisis ekonomi
global-malaise-melanda dunia dan memukul Hindia-Belanda yang ekonominya
mengandalkan ekspor komoditas, seperti gula dan berbagai bahan mentah. Pemanasan
menjelang Sumpah Pemuda dimulai ketika tahun 1927, WR Supratman dan Yo Kim Tjan,
pemilik Toko Musik Populair di Pasar Baru, berkolaborasi merekam lagu Indonesia Raya
yang kemudian digandakan di Inggris. Selanjutnya, pada 1928, para pemuda membuka
Kongres Pemuda II di lahan Jong Katoliek Bond di Kompleks Katedral dan ditutup di rumah
Sie Kong Liong di Jalan Kramat Raya 106, yang kini menjadi Museum Sumpah Pemuda.
Pemuda, seperti Mohammad Yamin, Amir Sjarifoeddin, dan Asaat, yang kelak menjadi
pejabat presiden RI, pernah indekos di rumah Sie Kong Liong yang menyokong gerakan para
pemuda hingga lahir Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober. (Iwan Santosa) Versi cetak artikel
ini terbit di harian Kompas edisi 29 Oktober 2015, di halaman 4 dengan judul "Asal-usul
Nama Indonesia".

Anda mungkin juga menyukai