Anda di halaman 1dari 82

Diterbitkan oleh Lembaga Biblika

Indonesia
Komplek Gedung Gajah Blok D-E
Jl. Dr. Sajarjo 111
Tebet – Jakarta 12810
Tlp. 021 – 831 8633
Keterangan Gambar Sampul

1. Sosok Perempuan: melambangkan Umat Israel, se-


bagaimana para nabi yang berkarya di masa pembuangan,
seringkali menggunakan gambaran feminin untuk menye-
but bangsa Israel, entah sebagai perempuan, mempelai,
maupun pengantin. Sosok ini juga mengacu pada Gereja
yang juga disebut sebagai Bunda Gereja dan mempelai
Kristus.
2. Pohon Gandarusa dan Kecapi Tergantung: Dua simbol
ini menggambarkan kesedihan dan krisis identitas bangsa
Israel dalam masa pembuangan ke Babel, seperti diung-
kapkan dalam Mzm. 137:1-2: “Di tepi sungai-sungai Ba-
bel, di sanalah kita duduk sambil menangis, apabila kita
mengingat Sion. Pada pohon-pohon Gandarusa di tempat
itu kita menggantungkan kecapi kita...”
3. Pohon Salib: Gambar Pohon gandarusa yang melingkar
membentuk pohon Salib Kristus di ujung kiri melam-
bangkan dua hal: Pertama, krisis para Murid karena me-
ngalami peristiwa wafat Kristus, Guru-Nya di kayu Salib.
Kedua, namun justru Salib itu pulalah yang kemudian
menjadi kekuatan iman bagi para Rasul dan Gereja dalam
menghadapi tantangan, penderitaan, dan krisis di setiap
zaman. Tampak dalam gambar, perempuan itu bukan
hanya sekedar meratap, tetapi juga mengulurkan tangan,
memasrahkan dirinya pada misteri Salib Kristus.
4. Latar Belakang: terdiri dari beberapa gambar, yakni: a)
Kubur Kosong melambangkan peristiwa di sekitar ke-
bangkitan Kristus. Peristiwa Kebangkitan ini menjadi ti-
tik balik bagi Para Murid yang sebelumnya mengalami
krisis menjadi diingatkan kembali bahwa penderitaan,
wafat, dan kebangkitan Kristus adalah satu rangkaian
karya penyelamatan Allah. b) Di belakang kubur kosong
terdapat gambar danau Galilea: Menggambarkan peris-
tiwa panggilan para murid, secara khusus Petrus ketika
diutus menjadi penjala manusia. Di tepi Danau itu pula,
sesudah kebangkitan-Nya, Yesus mengutus Petrus untuk
menggembalakan domba-domba-Nya. Dari manusia le-
mah, para murid dimampukan oleh Allah untuk menjadi
rasul. c) Pancaran sinar berjumlah tujuh, melambangkan
7 karunia Roh Kudus sekaligus peristiwa Pentakosta.
Bulan Kitab Suci Nasional

MEWARTAKAN KABAR BAIK


DI TENGAH KRISIS IMAN
DAN IDENTITAS

“Kita telah mengenal dan telah percaya


akan kasih Allah kepada kita”
(1Yoh. 4:16).

Pendalaman Kitab Suci


Komisi Kitab Suci Keuskupan Agung Semarang

LEMBAGA BIBLIKA INDONESIA


2020
6 Bulan Kitab Suci Nasional 2020

Kata Pengantar

Dalam Pertemuan Nasional Lembaga Biblika In-


donesia pada tanggal 18-22 Juli 2016 di Bogor, para pakar
Kitab Suci dan para Delegatus Kitab Suci Keuskupan sepakat
untuk mengangkat tema besar “Mewartakan Injil di tengah
Arus Zaman” sebagai arahan untuk empat tahun ke depan.
Tema itu kemudian dijabarkan dalam empat tema yang akan
direnungkan dalam Bulan Kitab Suci Nasional selama empat
tahun berikutnya. Adapun keempat tema itu adalah sebagai
berikut:
a. Mewartakan Kabar Gembira dalam Gaya Hidup
Modern (2017)
b. Mewartakan Kabar Gembira dalam Kemajemukan
(2018)
c. Mewartakan Kabar Gembira dalam Krisis Lingku-
ngan Hidup (2019)
d. Mewartakan Kabar Gembira dalam Krisis Iman dan
Identitas (2020)
Tema pertama sampai dengan ketiga sudah kita re-
nungkan dalam bulan September 2017 - 2019. Dalam Bulan
Kitab Suci Nasional 2020 ini kita akan merenungkan tema
yang keempat, “Mewartakan Kabar Gembira dalam Krisis
Iman dan Identitas.”
Banyak orang Kristiani menghadapi krisis yang
menyangkut iman mereka dan sekaligus identitas mereka.
Bisa jadi kita bukan orang yang mengalami krisis, tetapi tetap
perlu belajar untuk menolong saudara-saudara kita yang
sedang menghadapi krisis. Kita akan belajar dari pengalaman
orang Yahudi yang diangkut ke pembuangan di Babel dan para
murid Yesus yang ditinggalkan oleh Yesus ketika Ia ditangkap
dan disalibkan. Kedua komunitas yang mengalami krisis
Mewartakan Kabar Baik Di Tengah Krisis Iman dan Identitas 7

iman dan identitas ini berhasil melewati krisis yang mereka


alami. Apa yang mereka lakukan ketika menghadapi krisis
itu? Ternyata kedua kelompok itu melakukan hal yang sama,
yaitu menegaskan kembali identitas mereka. Bagaimana
mereka dapat memahami identitas mereka? Dari hubungan
mereka dengan Allah. Orang-orang Yahudi melihat kembali
siapa sesungguhnya Allah yang mereka percaya dan melihat
siapa mereka di hadapan Allah. Para murid Yesus melihat
kembali siapa sesungguhnya Yesus yang mereka ikuti dan
melihat siapa mereka di hadapan Yesus.
Hal yang sama akan kita lakukan dalam Bulan Kitab
Suci Nasional ini. Kita diajak untuk melihat kembali kebena-
ran mengenai Allah dan siapa Umat Kristiani di hadapan Al-
lah itu. Dalam empat pertemuan kita akan mendalami adalah
siapa Allah yang dipercaya oleh Umat Kristiani dan siapa
sesungguhnya Umat Kristiani di hadapan Allah. Kebenaran
mengenai Allah ini sesungguhnya adalah kabar gembira yang
diajarkan oleh Yesus. Dari kebenaran mengenai Allah inilah
Umat Kristiani memperoleh identitasnya. Kesadaran menge-
nai identitasnya ini akan mendatangkan sukacita bagi orang
yang percaya dan menuntun cara hidupnya selama tinggal di
dunia.
Kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak
yang telah mempersiapkan bahan-bahan untuk mendalami
tema ini. Gagasan Pendukung dipersiapkan oleh Bapak YM
Seto Marsunu, sedangkan bahan Pendalaman Kitab Suci dan
Liturgi dipersiapkan bersama oleh Komisi Kerasulan Kitab
Suci Regio Nusa Tenggara. Bahan Pendalaman Kitab Suci
disiapkan untuk orang dewasa dan kaum muda, remaja, dan
anak-anak. Pada tahun ini untuk Kaum Muda tidak disiap-
kan bahan pendalaman tersendiri. Kaum muda dan orang de-
wasa menggunakan bahan pendalaman yang sama.
8 Bulan Kitab Suci Nasional 2020

Kami berharap bahan-bahan yang disediakan dapat mem-


bantu seluruh umat untuk mendengarkan Sabda Tuhan dan
memahami kehendak-Nya. Dengan demikian, seluruh umat
tetap menikmati kehidupan bersama dengan Allah dan men-
jalani kehidupan sesuai dengan kehendak-Nya. Khususnya,
ketika kita semua harus menghadapi pandemi Covid 19 yang
membuat orang mengalami ketakutan akan kematian. Dalam
situasi seperti ini sebagian orang tetap bersandar pada Tuhan
dan percaya kepada-Nya, tetapi sebagian lain menjadi ragu
dan mempertanyakan kebaikan Tuhan.

Lembaga Biblika Indonesia


Mewartakan Kabar Baik Di Tengah Krisis Iman dan Identitas 9

Gagasan Pendukung
10 Bulan Kitab Suci Nasional 2020

1. Pendahuluan
Identitas kita merupakan kesadaran akan siapa diri
kita dan kesadaran ini akan mempengaruhi bagaimana
kita menjalani kehidupan, bagaimana kita bertindak,
bersikap, dan berbicara. Sejak dibaptis kita mendapat-
kan identitas sebagai pengikut Yesus dan anggota Gere-
ja Katolik. Kita mengikuti Yesus dalam Gereja Katolik.
Dalam perjalanan waktu kesadaran diri sebagai pengi-
kut Yesus dan anggota Gereja Katolik ini mengalami
perkembangan. Dalam Gereja Katolik Umat diajak un-
tuk memahami dilatih untuk menjadi pengikut Yesus
dan anggota Gereja Katolik dan bagaimana menjalani
kehidupan (bersikap dan berperilaku) sesuai dengan ja-
tidirinya.
Anak-anak yang lahir dalam keluarga Katolik
dibaptis ketika masih bayi. Orangtua memiliki tang-
gung jawab untuk mendidik anak-anaknya secara Kato-
lik. Oleh orangtuanya ia diperkenalkan pada Yesus: di-
ajar untuk menyebut nama Yesus, membuat tanda salib
dan berdoa, pergi ke gereja dan mengikuti Ekaristi, dan
sebagainya. Anak-anak pun dilatih untuk mengasihi:
menolong, memberi, dan sebagainya.
Selanjutnya anak-anak mengikuti pelajaran untuk
persiapan menerima Komuni Pertama. Mereka be-
lajar untuk lebih memahami Iman Katolik dari para
pendamping yang dipercaya oleh Gereja untuk menga-
jarkan iman kepada anak-anak. Mereka belajar menge-
nai Tuhan Yesus yang mereka ikuti dalam Gereja Kato-
lik dan bagaimana Ia hadir dalam Perayaan Ekaristi.
Kesadaran diri sebagai orang Katolik pun berkembang
dan seiring dengan perkembangan ini perilaku anak pun
berkembang. Ia menjadi lebih rajin berdoa secara pri-
Mewartakan Kabar Baik Di Tengah Krisis Iman dan Identitas 11

badi, membaca Kitab Suci, mengikuti Perayaan Ekaristi


(khususnya pada Hari Minggu), dan sebagainya.
Pada tahap berikutnya orang Katolik akan diajak
mempersiapkan diri untuk menerima Sakramen Pengua-
tan. Sakramen ini menandai seorang Katolik sudah de-
wasa dalam iman dan siap menjadi saksi Kristus. Dalam
persiapan ini mereka belajar lebih sungguh-sungguh
tentang isi iman Katolik, yang berpusat pada kabar baik
yang dibawa oleh Tuhan Yesus, dan bagaimana menjadi
saksi Kristus di dunia. Mereka juga dibantu untuk lebih
menyadari kehadiran Roh Kudus yang menyertai setiap
orang beriman sehingga dapat hidup menurut kehendak
Allah, khususnya dalam memberi kesaksian itu.
Tetapi dalam perjalanan hidup, tidak semua orang
Katolik dapat melewati proses itu dengan mudah. Ba-
nyak yang harus menghadapi krisis identitas sebagai
orang Katolik. Ada yang sudah dibaptis dan mengaku
diri Katolik tetapi tidak memahami iman Katolik.
Akibatnya, ada yang tidak mengetahui bagaimana hi-
dup sebagai orang Katolik dan tidak berani mengaku
sebagai orang Katolik di hadapan orang banyak. Ada
yang tidak lagi percaya kepada Tuhan walaupun sudah
menerima baptisan. Ada yang percaya akan adanya
Tuhan tetapi tidak hidup menurut kepercayaan itu.
Ada juga yang tidak peduli akan identitasnya sebagai
orang Katolik lalu menjalani kehidupan semata-mata
mengikuti kesenangan ragawi, dan sama sekali tidak
berpikir tentang makna dan tujuan hidup. Ada juga yang
meninggalkan Gereja Katolik karena tidak memahami
keyakinan Katolik dan melihat tampaknya ajaran da-
ri agama/Gereja lain lebih baik dan lebih masuk di
akalnya.
12 Bulan Kitab Suci Nasional 2020

Apa yang harus dilakukan? Berhadapan dengan


krisis identitas yang dialami oleh banyak orang Katolik,
kita tidak memilih perikop atau ayat yang dapat digu-
nakan sebagai senjata untuk mengatasinya. Tetapi, kita
akan belajar dari dua komunitas tentang bagaimana
menghadapi krisis identitas yang mereka alami sehing-
ga mereka dapat melewati krisis itu. Bahkan, mereka
mendapatkan banyak keuntungan dari krisis yang me-
reka alami. Pertama-tama kita akan belajar dari komu-
nitas orang Yahudi yang diangkut ke pembuangan di
Babel. Selanjutnya kita akan belajar dari para rasul yang
mengikuti Yesus Sang Mesias, tetapi kemudian “diting-
gal mati” oleh Yesus.

2. Krisis Iman dan Identitas Umat Israel Di Ba-


bel
Di zaman Perjanjian Lama Umat Allah pernah
menghadapi krisis besar yang menyangkut iman mereka
akan YHWH dan identitas mereka sebagai Umat Pili-
han. Krisis ini terjadi ketika kerajaan mereka dikalah-
kan oleh kerajaan lain dan negeri mereka dihancurkan.
Iman mereka goyah dan identitas mereka nyaris mus-
nah. Tetapi, nyatanya mereka dapat mempertahankan
iman mereka dan dapat menjaga identitas mereka. Kita
dapat belajar dari mereka bagaimana menghadapi krisis
seperti yang pernah mereka alami.

2.1 Hancurnya Yerusalem


Setelah Salomo meninggal, Kerajaan Israel terpe-
cah menjadi dua. Sepuluh suku yang tinggal di wilayah
utara memisahkan diri dari kerajaan keluarga Daud
dan membentuk kerajaan sendiri, dengan nama Kera-
Mewartakan Kabar Baik Di Tengah Krisis Iman dan Identitas 13

jaan Israel. Keturunan Daud hanya berkuasa di wilayah


selatan dan kerajaannya diberi nama Kerajaan Yehuda
karena mayoritas rakyatnya berasal dari suku Yehuda.
Pada tahun 722 SM Kerajaan Israel dikalahkan oleh
Kerajaan Asyur dan seluruh penduduknya diangkut ke
pembuangan. Mereka tidak pernah kembali lagi ke ne-
geri mereka sehingga yang tertinggal hanyalah Kerajaan
Yehuda. Rakyat Yehudalah yang melanjutkan identitas
sebagai Umat Israel, umat pilihan YHWH.
Pada tahun 605 SM Nebukadnezar, raja Babel,
mengalahkan Mesir sehingga menguasai wilayah Siria
dan Palestina (2Raj. 24:1; Yer. 46:2-28). Karena itu, Ye-
huda yang sebelumnya takluk kepada Mesir, menakluk-
kan diri kepada Babel dan selama tiga tahun membayar
upeti pada Babel. Selama tiga tahun ini Babel dan Mesir
masih berada dalam situasi perang. Yoyakim membe-
rontak terhadap Babel dengan mengharapkan bantuan
dari Mesir, tetapi bantuan yang diharapkan itu tak kun-
jung datang. Pada bulan Desember 598 SM pasukan Ba-
bel menyerang dan mengepung Kota Yerusalem. Dalam
pengepungan itu Yoyakim meninggal dan digantikan
oleh Yoyakhin, anaknya.
Yoyakhin (2Raj. 24:8-17) menyadari bahwa pasu-
kan Yehuda tidak akan sanggup menghadapi serbuan
Babel. Jika tetap bertahan di dalam Kota Yerusa-
lem, Yoyakhin dan seluruh penduduk Yerusalem ha-
rus menghadapi bahaya yang sangat serius. Jika Babel
mengepung Yerusalem dalam waktu yang lama, selu-
ruh penduduk Yerusalem akan menghadapi bahaya
kelaparan yang dapat mengakibatkan kematian. Tetapi,
jika dapat menerobos tembok kota itu, pasukan Babel
akan membunuh banyak orang yang tinggal di dalam-
14 Bulan Kitab Suci Nasional 2020

nya dan menghancurkan seluruh kota itu.


Yoyakhin mengambil keputusan yang dapat me-
nyelamatkan negeri dan rakyatnya. Pada bulan Maret
597 SM Yoyakhin bersama ibunya, para pegawai,
dan pembesarnya menyerahkan diri ke tangan Ne-
bukadnezar. Raja bersama keluarganya diangkut se-
bagai orang buangan ke Babel. Dalam pembuangan ini
tercatat 10.000 orang tawanan (panglima dan tentara)
dan semua tukang dan pandai besi (bdk. Yer. 52:28).
Hanya orang-orang lemah ditinggalkan di negeri itu
(2Raj. 24:8-17). Semua harta benda yang ada di Bait
Allah dan di istana raja diangkut ke Babel. Benar bah-
wa Yehuda harus kehilangan banyak harta benda dan
para pemimpin mereka diangkut ke pembuangan, te-
tapi mereka semua tetap hidup dan kota-kota mereka
selamat dari penghancuran.
Sebagai pengganti Yoyakhin, raja Babel mengang-
kat Zedekia (paman Yoyakhin) menjadi raja Yehuda
(2Raj. 24:18-25:26). Ia memberontak melawan Babel
dan sebagai balasannya pada bulan Januari 588 SM pa-
sukan Babel menduduki Yehuda dan mengepung Yeru-
salem selama kurang lebih dua tahun (Yer. 21:3-7). Pada
bulan Juli 587 SM pertahanan kota itu dihancurkan oleh
pasukan Babel. Walaupun orang-orang Babel menge-
pung kota itu, Zedekia dan orang-orangnya nekat me-
larikan diri meninggalkan kota. Mereka berlari menuju
Araba-Yordan, tetapi ketika sampai di dataran Yerikho
pasukan Babel berhasil menangkap Zedekia dan mem-
bawanya ke hadapan raja Babel. Anak-anak Zedekia
disembelih di hadapannya dan ia sendiri diangkut ke
Babel dengan tangan terbelenggu setelah matanya dibu-
takan (Yer. 39:6).
Mewartakan Kabar Baik Di Tengah Krisis Iman dan Identitas 15

Orang-orang yang tetap hidup dan selamat dari ser-


buan pasukan Babel ini diangkut ke pembuangan. Teta-
pi, dalam perjalanan ke tanah pembuangan di Babel,
banyak pemimpin politik dan agama yang ditawan oleh
pasukan Babel dibunuh. Demikianlah, sekali lagi pen-
duduk Yehuda dibuang ke Babel sehingga jumlah orang
Yehuda di pembuangan Babel berlipat jumlahnya. Ha-
nya orang-orang miskin ditinggalkan di negeri itu untuk
menjadi tukang kebun anggur dan peladang. Yehuda
sekarang menjadi wilayah kekuasaan Babel, dan hasil
bumi yang keluar dari negeri itu menjadi milik orang
Babel.
Selain mengangkut penduduk Yerusalem, pasukan
Babel juga merampas harta benda yang ada di dalam
kota itu. Pasukan Babel masuk ke dalam Bait Allah dan
mengambil perlengkapan ibadah yang terbuat dari lo-
gam. Sesudah itu, pasukan Babel membakar Bait Allah,
istana, dan semua rumah yang ada di Yerusalem. Bait
Allah dan istana yang megah, penuh harta yang berhar-
ga, dan dianggap suci itu sekarang tinggal sebagai re-
runtuhan. Mereka merobohkan tembok kota Yerusalem
sehingga kota tidak dapat menjadi tempat berlindung
lagi.
Nebukadnezar mengangkat Gedalya menjadi gu-
bernur Yehuda untuk memimpin penduduk yang masih
tinggal di negeri itu. Ia menganjurkan agar orang Yehu-
da tunduk kepada Babel agar dapat hidup dengan ten-
ang di negeri mereka sendiri. Tetapi, Orang-orang Ye-
huda yang setia pada bangsanya membunuh dia karena
menganggapnya sebagai boneka Babel. Sadar bahwa
tindakan mereka dapat membangkitkan amarah Nebu-
kadnezar, mereka melarikan diri ke Mesir.
16 Bulan Kitab Suci Nasional 2020

2.2 Krisis Kaum Buangan


Tidak dapat dipungkiri bahwa pembuangan me-
rupakan pengalaman berat bagi orang Yehuda. Me-
reka diangkut dari negeri mereka sendiri dan tinggal
di tanah asing. Tetapi, pada masa awal pembuangan
mereka masih sangat yakin bahwa pembuangan itu
hanya akan berlangsung sementara. Mereka yakin akan
segera meninggalkan tanah pembuangan dan kembali
ke tanah air untuk menggabungkan diri dalam per-
juangan saudara-saudara sebangsa. Pengharapan ini
mendapat dukungan dari para nabi palsu yang rupanya
bekerja di antara mereka (Yeh. 13). Para nabi palsu
menghibur orang Yehuda dengan menyatakan bahwa
mereka adalah umat YHWH sehingga tidak mungkin
YHWH menghukum mereka, sekalipun telah berdosa.
Tetapi, yang terjadi justru berlawanan dengan yang
mereka harapkan. Sepuluh tahun setelah mereka tinggal
di pembuangan, orang-orang Yehuda tidak kunjung
pulang ke negeri mereka; justru saudara-saudara mereka
dari Yehuda menyusul ke pembuangan, termasuk Raja
Zedekia, yang tiba di pembuangan dalam keadaan buta.
Mereka bercerita tentang situasi terbaru setelah Zedekia
memberontak. Pasukan Babel kembali menaklukkan
Yerusalem dan akibat yang ditimbulkan oleh serbuan
itu jauh lebih mengerikan. Pasukan Babel telah meng-
hancurkan Yerusalem, termasuk istana dan Bait Allah.
Berita ini semakin melemahkan pengharapan orang
Yehuda yang telah sepuluh tahun menunggu di tanah
pembuangan. Harapan untuk kembali ke tanah air
mereka pun sirna. Babel terlalu kuat bagi orang-orang
Yehuda yang telah menjadi orang buangan itu. Karena
itu, mustahil bagi mereka untuk dapat melakukan
Mewartakan Kabar Baik Di Tengah Krisis Iman dan Identitas 17

perlawanan terhadap Babel atau melarikan diri dari


kekuasaan mereka. Tidak ada yang dapat mereka laku-
kan selain menerima kenyataan yang pahit ini.
Orang Yehuda harus hidup sebagai orang asing
di tanah pembuangan dan taat penuh kepada bangsa
yang telah mengalahkan mereka. Menurut ukuran za-
man itu pembuangan yang dialami orang Yehuda itu
tidak begitu berat. Penguasa Babel membiarkan orang
Yehuda leluasa bergerak, menjalani kehidupan biasa,
dan mengembangkan tradisi kehidupan mereka, baik
dalam kehidupan religius maupun kemasyarakatan,
asalkan tidak melarikan diri. Sebagian dari mereka ber-
hasil dalam kehidupan ekonominya dan menjadi kaya.
Situasi orang-orang yang terbuang itu cukup baik dan
ada kemungkinan untuk menetap di tanah pembuangan
bila mau menjadi bagian dari bangsa yang membuang
mereka itu.
Walaupun demikian, secara religius pembuangan
ini menghadapkan orang Yehuda pada masalah yang
serius. Masa pembuangan menjadi masa yang sulit
bagi mereka untuk mempertahankan identitas sebagai
sebuah bangsa. Kerajaan mereka sudah dihancurkan
dan dikuasai orang asing, sementara raja, keluarganya,
orang-orang terkemuka bangsa itu, bahkan rakyat, di-
tawan dan dibuang di tanah asing. Lebih dari itu, Bait
Allah yang menjadi pusat kehidupan keagamaan me-
reka telah dihancurkan. Dalam pemahaman zaman itu
semua ini menunjukkan bahwa YHWH, Allah mer-
eka, telah dikalahkan oleh dewa/i Babel. Orang Ye-
huda sudah kehilangan harapan karena negeri mereka
telah hancur dan mereka sendiri tinggal sebagai orang
buangan di negeri asing, jauh dari tanah air mereka
18 Bulan Kitab Suci Nasional 2020

dan “jauh” dari YHWH. Tidak ada pengharapan bagi


mereka untuk bebas dan kembali ke tanah air mereka
sendiri. Babel terlalu kuat bagi mereka dan sebaliknya,
mereka terlalu lemah untuk melawan Babel. YHWH,
yang menurut mereka sudah dikalahkan dewa-dewa Ba-
bel, tidak mampu bangkit melawan mereka untuk mem-
bebaskan umat-Nya. Mereka hidup di tanah asing, jauh
tersembunyi dari YHWH, sementara Ia tidak berkuasa
untuk membebaskan mereka dan mengembalikan hak
mereka sebagai bangsa yang merdeka.

2.3. YHWH, Allah Pencipta


Para pemuka Israel sampai pada keyakinan tentang
siapa sesungguhnya YHWH, Allah yang mereka sem-
bah. Pada masa pembuangan ini, para pemuka Israel
dapat menyelesaikan penulisan Kitab Taurat (Kejadian
s.d. Ulangan) sehingga menjadi seperti yang sekarang
ini. Studi tentang sejarah penulisan Alkitab menunjuk-
kan bahwa beberapa teks yang penting dalam Taurat
justru lahir di tengah situasi pembuangan ini. Salah
satu yang penting untuk disebut di sini adalah Kisah
Penciptaan yang ditempatkan pada awal Kitab Taurat
(Kejadian 1). Kisah ini tidak ditulis untuk menjelaskan
proses terbentuknya langit dan bumi dan seluruh isinya.
Kisah ini disampaikan untuk menegaskan kepada orang
Israel bahwa Allah yang mereka sembah adalah pencip-
ta alam semesta dan manusia yang tinggal di dalamnya.
YHWH, Allah yang disembah oleh Israel, adalah Allah
yang Mahakuasa. Hanya dengan firman-Nya Ia dapat
melakukan semua yang dikehendaki-Nya. Benda-benda
alam (matahari, bulan, dan bintang) yang disembah se-
bagai dewa-dewi oleh bangsa-bangsa lain dan diyakini
Mewartakan Kabar Baik Di Tengah Krisis Iman dan Identitas 19

berkuasa atas hidup manusia sesungguhnya hanyalah


ciptaan Allah. Semua itu diciptakan oleh Allah bukan
untuk disembah oleh manusia, tetapi untuk melayani
kepentingan manusia.
Para nabi yang berkarya di antara kaum buangan
di Babel membangkitkan pengharapan mereka sehingga
mereka tidak putus asa. Dua di antara mereka adalah
Nabi Yehezkiel dan nabi yang kemudian dikenal de-
ngan sebutan Deutero-Yesaya. Kedua nabi ini mene-
gaskan kepada orang Israel siapa sesungguhnya Allah
yang mereka sembah. Orang Israel mengatakan bahwa
pembuangan yang mereka alami itu adalah bukti bahwa
YHWH sudah dikalahkan oleh dewa-dewi Babel. Ka-
lau Allah mereka saja sudah kalah, tidak ada harapan
bagi mereka untuk dapat bebas dari pembuangan dan
kembali ke tanah Yehuda. Mereka hanya dapat mene-
rima kenyataan bahwa negeri mereka sudah hancur,
keberadaan mereka sebagai bangsa dan kerajaan sudah
sirna, keberadaan mereka sebagai umat YHWH akan
musnah dan mereka akan melebur ke dalam bangsa-
bangsa lain. Tetapi, para nabi menyatakan bahwa apa
yang mereka percaya itu keliru. YHWH tidak pernah
kalah dan tidak dapat dikalahkan oleh siapa pun. Ka-
lau mereka dibuang, itu bukan karena Allah sudah di-
kalahkan oleh dewa-dewi Babel. Yang sebenarnya se-
dang terjadi adalah bahwa YHWH sedang menghukum
orang Israel karena mereka telah berdosa kepada-Nya.
Ia menggunakan kerajaan asing untuk melaksanakan
hukuman atas Umat-Nya sendiri. Setelah masa peng-
hukuman itu selesai, YHWH akan membawa mereka
pulang ke tanah air mereka.
Nabi Yehezkiel menyatakan bahwa keadaan umat
20 Bulan Kitab Suci Nasional 2020

di pembuangan itu sebenarnya memang sudah tidak


ada harapan lagi. Tidak ada kemungkinan untuk dapat
kembali ke tanah Israel dan kembali menjadi sebuah
bangsa dan kerajaan yang merdeka. Mereka itu seperti
tulang belulang yang kering di kuburan. “… tulang-tu-
lang ini adalah seluruh kaum Israel. Sungguh, mereka
sendiri mengatakan: Tulang-tulang kami sudah menjadi
kering, dan pengharapan kami sudah lenyap, kami su-
dah hilang” (Yeh. 37:11). Tidak mungkin dapat hidup
kembali dan tidak ada harapan untuk menjadi manu-
sia lagi. Tulang belulang itu akan makin kering dan
hancur. Tetapi, Yehezkiel menyatakan bahwa YHWH
akan melakukan hal yang mustahil itu: Ia akan mem-
buka kubur-kubur mereka dan membangkitkan mereka,
lalu membawa mereka kembali ke Tanah Israel. Saat
YHWH melakukan semua ini, mereka kan mengetahui
“Akulah YHWH” (Yeh. 37:12-13). YHWH menunjuk-
kan Dia adalah yang hidup dan berkuasa, yang dapat
melakukan apa yang dikehendaki-Nya. Ia sama sekali
tidak dikalahkan oleh dewa-dewi Babel, bahkan sang-
gup menunjukkan kuasa-Nya di wilayah kekuasaan
dewa-dewi Babel. Jika mengetahui siapa YHWH, Allah
yang mereka sembah, orang Israel akan memahami diri
mereka sendiri. Mereka adalah umat yang percaya ke-
pada Allah yang Mahakuasa, yang sanggup melakukan
hal-hal yang mustahil di mata manusia.
Deutero-Yesaya melangkah lebih jauh ketika mem-
bandingkan YHWH dengan dewa-dewi Babel. Ia me-
nyatakan bahwa dewa-dewi yang disembah oleh orang-
orang Babel itu hanyalah patung yang dibuat oleh tangan
manusia (Yes. 44:9-20). Patung berhala itu dibuat oleh
tukang dari kayu: pohon ditebang, batang kayu diben-
Mewartakan Kabar Baik Di Tengah Krisis Iman dan Identitas 21

tuk menjadi patung manusia lalu ditempatkan di kuil,


dan dari pohon yang sama sebagian kayu dibakar un-
tuk memanaskan diri dan membakar roti dan daging
yang mereka makan. Jadi, ilah yang mereka sembah di
dalam kuil itu dibuat oleh manusia (sama seperti yang
menyembahnya) dari kayu (sama seperti yang mereka
gunakan untuk membakar roti dan daging). Jelas bahwa
dewa-dewi itu hanyalah benda mati yang tidak memiliki
kemampuan apa pun.
Sebaliknya, YHWH, Allah Israel, adalah Allah
yang hidup dan berkuasa. Dia adalah satu-satu Allah,
dan tidak ada yang lain. YHWH menjadikan langit dan
bumi dan menciptakan manusia (Yes. 45:12). Karena
itu, Dia berkuasa atas semua manusia dan perjalanan
sejarah manusia di atas bumi. Lebih lanjut nabi me-
nyampaikan secara panjang lebar bagaimana Allah se-
dang bekerja menggerakkan sejarah. Ia sedang meng-
gerakkan Koresh, raja Persia, untuk membebaskan
orang Israel dari pembuangan Babel. Ia menyertai Ko-
resh untuk menaklukkan bangsa-bangsa, termasuk Ba-
bel, sehingga semuanya tunduk kepada raja Persia itu.
Dengan kata lain, YHWH yang Mahakuasa itu meng-
gunakan Koresh untuk melakukan kehendak-Nya, yaitu
membawa orang Israel kembali ke tanah air mereka dan
mendirikan kembali Bait Allah (Yes. 44:28).

2.4 Umat Pilihan Allah


Pemahaman tentang Allah yang diterima oleh
orang Israel di tanah pembuangan ini membuat me-
reka sadar akan identitas mereka. Mereka adalah Umat
yang percaya kepada YHWH, satu-satunya Allah. Ke-
sadaran akan identitas mereka inilah yang menyatukan
22 Bulan Kitab Suci Nasional 2020

kaum buangan dan dengan berbagai cara menegaskan


bahwa mereka tidak seperti bangsa-bangsa lain yang
ada di sekitar mereka. Para imam yang bertindak se-
bagai pemimpin umat harus berjuang keras untuk mem-
pertahankan identitas Bangsa Israel. Mereka tidak me-
nginginkan kepercayaan dan identitas mereka sebagai
umat Allah hilang karena percampuran dengan bangsa-
bangsa lain. Paling tidak ada dua hal yang dilakukan
oleh para pemimpin umat Allah itu untuk menjaga ke-
percayaan dan identitas mereka di tengah bangsa-bang-
sa lain:
1. Menciptakan praktik-praktik keagamaan yang
baru untuk menggantikan praktik ibadah yang
tidak dapat mereka kerjakan lagi. Misalnya, upa-
cara kurban digantikan dengan ibadah kelompok
(sinagoga): umat berkumpul untuk berdoa dan
membaca Kitab Suci.
2. Memberikan arti baru pada praktik keagamaan
yang sudah ada. Hari Sabat dan sunat, yang sudah
menjadi kebiasaan di antara orang Yahudi, diang-
kat menjadi tanda yang memberikan ciri khas ke-
pada anggota umat pilihan Allah.
Pembuangan yang dialami oleh Umat Israel juga
merintis jalan baru menuju pandangan yang lebih ro-
hani mengenai kehadiran Allah. Pengalaman pembuan-
gan itu membuat Umat Israel percaya bahwa Allah
tidak terikat pada tempat tertentu. Bait Allah telah di-
hancurkan dan Tabut Perjanjian telah lenyap. Kehadi-
ran YHWH tak dapat lagi dikaitkan dengan bangunan
dan barang jasmani itu. Bait Allah tempat tabut itu di-
simpan bukanlah tempat mereka ‘mempunyai’ Allah,
melainkan tempat Allah berkenan menyatakan diri dan
Mewartakan Kabar Baik Di Tengah Krisis Iman dan Identitas 23

bertemu dengan mereka (bdk. Kel. 33:9-11; Bil. 11:25;


12:5-10). Di tanah pembuangan itu mereka justru me-
nyadari bahwa Allah hadir dalam umat yang bersekutu
dan beribadah kepada-Nya.
Keyakinan akan kehadiran Allah ini berkaitan erat
dengan sinagoga. Kata “sinagoga” mempunyai dua
arti: 1). bangunan tempat ibadah orang Yahudi dan 2).
persekutuan orang-orang Yahudi yang berkumpul di
tempat itu. Setelah Bait Allah dibangun kembali (pada
masa sesudah Pembuangan), Bait Allah dan sinagoga
menjadi tempat ibadah mereka. Sinagoga tidak meng-
gantikan Bait Allah. Rumah Allah hanya ada satu di
Yerusalem dan hanya di tempat ini orang dapat mem-
persembahkan kurban kepada Allah. Selama sekitar 50
tahun orang Yehuda tinggal di pembuangan. Identitas
mereka sebagai warga sebuah kerajaan telah sirna, teta-
pi mereka tetap mempertahankan identitas mereka se-
bagai umat YHWH.

3. Krisis Iman dan Identitas Para Murid Yesus


Dalam Perjanjian Baru krisis yang menyangkut
iman dan identitas dialami oleh para rasul Yesus, ke-
tika Yesus ditangkap, disalibkan, dan mati di kayu salib.
Mulanya mereka begitu yakin tentang siapa Yesus dan
menaruh harapan mereka kepada-Nya. Tetapi, kema-
tian Yesus membuat keyakinan mereka terhadap Ye-
sus hancur dan harapan mereka kepada-Nya musnah.
Penampakan Yesus yang telah bangkit memberikan
kepada mereka sebuah kejelasan tentang siapa sesung-
guhnya Yesus dan hal ini membuat mereka memahami
identitas mereka.
24 Bulan Kitab Suci Nasional 2020

3.1 Mengikuti Yesus Mesias


Allah pernah berjanji kepada Daud bahwa takhta
serta kerajaannya akan berdiri kokoh selamanya dan
keturunannya akan memerintah sebagai raja. “Keluar-
ga dan kerajaanmu akan kokoh untuk selama-lamanya
di hadapan-Ku, takhtamu akan kokoh untuk selama-
lamanya” (2Sam. 7:16). Tetapi, kerajaan Daud me-
ngalami perpecahan (1Raj. 12) menjadi Kerajaan Israel
dan Yehuda. Kedua kerajaan ini kemudian mengalami
kehancuran: Kerajaan Israel dihancurkan oleh Asyur
(2Raj. 17:1-6) dan Kerajaan Yehuda dikuasai oleh Babel
(2Raj. 25). Kehancuran yang dialami oleh orang Israel
tidak membuat mereka kehilangan kepercayaan kepada
Allah. Kerajaan mereka memang telah hancur, tetapi
pengharapan mereka tidak sirna. Mereka tetap percaya
kepada janji Allah: suatu saat nanti Allah akan mendiri-
kan kembali Kerajaan Israel dan mengangkat seorang
keturunan Daud menjadi rajanya dengan menyandang
gelar “Mesias,” (yaitu raja yang diurapi dan dipilih oleh
Allah).
Pada zaman Yesus orang Yahudi di jajah oleh Roma
dan dalam situasi seperti ini penantian akan datangnya
seorang keturunan Daud yang akan memimpin mereka
mengalahkan penguasa Romawi dan mendirikan
Kerajaan Israel sangat kuat. Allah akan mengambil
tindakan untuk menyelamatkan umat pilihan-Nya. Ia
akan mengirim seorang utusan yang akan memimpin
orang Yahudi mengalahkan penguasa Romawi lalu
mendirikan kembali Kerajaan Israel yang telah runtuh.
Dengan kata lain mereka menantikan datangnya se-
orang Mesias sebagai seorang panglima yang setelah
mengalahkan pasukan Romawi akan memerintah se-
Mewartakan Kabar Baik Di Tengah Krisis Iman dan Identitas 25

bagai raja. Keyakinan ini pun hidup di antara para


pengikut Yesus. Mereka mengharapkan Yesus bertindak
sebagai pemimpin militer. Dalam kepercayaan mereka,
Yesus akan memimpin orang Yahudi melakukan per-
lawanan terhadap penguasa Romawi. Setelah mengalah-
kan mereka, Yesus akan mendirikan kembali Kerajaan
Israel dan akan memerintah sebagai raja. Semua orang
Yahudi akan tinggal dalam kesejahteraan di bawah pe-
merintahan Yesus, Sang Mesias.
Kepercayaan ini membuat Petrus keberatan ke-
tika Yesus menyatakan bahwa Ia harus menanggung
banyak penderitaan lalu dibunuh dan bangkit (Mrk.
8:31-32). Tidak ada dalam pemahaman Petrus Mesias
mengalami penderitaan sampai mati. Karena itu, Petrus
menegur Yesus, “Tuhan, kiranya Allah menjauhkan hal
itu! Hal itu sekali-kali takkan menimpa Engkau” (Mrk.
16:22). Namun Yesus berpaling dan menegur Petrus,
“Enyahlah Iblis, sebab engkau bukan memikirkan apa
yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikir-
kan manusia.” Petrus disebut Iblis karena apa yang di-
katakannya itu merupakan cobaan bagi Yesus. Seolah-
olah Petrus mencegah Yesus agar tidak menempuh jalan
penderitaan dan dengan demikian membujuk Yesus
untuk melawan kehendak Bapa. Walaupun, ia sendiri
tidak bermaksud mencobai Yesus karena perkataannya
didasarkan pada pemahamannya sendiri mengenai Me-
sias, yang berbeda dari pandangan Yesus.
Pemahaman Yesus sebagai Mesias yang akan men-
jadi raja Israel ini juga tampak dalam permintaan Ya-
kobus dan Yohanes kepada Yesus. Keduanya meminta
kepada Yesus agar diperkenankan duduk dalam kemu-
liaan-Nya kelak, yang seorang di sebelah kanan-Nya
26 Bulan Kitab Suci Nasional 2020

dan yang seorang di sebelah kiri-Nya. Permintaan ini


jelas berkaitan dengan pemahaman mereka tentang Ye-
sus sebagai Mesias. Mereka ingin menjadi pendamping
Yesus yang telah bertakhta sebagai raja dalam kemu-
liaan-Nya, sesudah Ia memimpin orang Yahudi menga-
lahkan penjajah Romawi dan mendirikan kembali Kera-
jaan Israel. Mendengar permintaan itu, Yesus bertanya
kepada mereka, “Dapatkah kamu meminum cawan
yang harus Kuminum atau dibaptis dengan baptisan
yang harus Kuterima?” Sama seperti cawan (bdk. Mrk.
14:36), baptisan ini juga melambangkan penderitaan
yang sudah mendekat. Yesus akan meminum cawan itu
dan menerima baptisan itu, yakni menanggung segala
penderitaan sampai pada kematian-Nya, untuk masuk
dalam kemuliaan. Kedua murid itu menyatakan kesang-
gupan mereka, tetapi mereka tidak tahu apa yang me-
reka minta (Mrk. 14:38).

3.2 Kematian Sang Mesias


Orang-orang yang diutus oleh imam-imam kepala,
ahli-ahli Taurat dan tua-tua datang untuk menangkap
Yesus. Mereka datang dengan membawa pedang dan
pentung seolah-olah akan menangkap seorang penjahat
yang sangat berbahaya. Ketika orang-orang itu maju
dan menangkap-Nya, salah seorang murid Yesus beru-
saha melawan. Ia menghunus pedangnya dan ayunan
pedangnya mengenai telinga hamba Imam Besar sam-
pai putus. Sekali lagi tindakan murid ini menunjukkan
bahwa ia tidak memahami kata-kata Yesus tentang Me-
sias yang menderita (Mrk. 8:31-32). Ia tetap berkeyaki-
nan bahwa Mesias harus memimpin gerakan militer.
Ketika melihat pemimpinnya terancam, murid itu lang-
Mewartakan Kabar Baik Di Tengah Krisis Iman dan Identitas 27

sung memberikan perlawanan.


Yesus bereaksi secara lain karena memang Ia telah
bersiap untuk menghadapi semuanya. Ia tidak berusaha
lari, tetapi menyerahkan diri ke tangan mereka. “Sang-
kamu Aku ini penyamun, maka kamu datang lengkap
dengan pedang dan pentung untuk menangkap Aku?”
Yesus menambahkan bahwa setiap hari Ia ada di te-
ngah-tengah mereka, karena Ia mengajar di Bait Allah.
Walaupun demikian, mereka tidak menangkap-Nya.
Kini, ketika Ia sedang sendirian, mereka justru mencari
untuk menangkap-Nya. Melihat orang banyak menang-
kap Yesus, para murid ketakutan dan melarikan diri
meninggalkan Yesus sendirian. Mereka lupa akan niat
mereka untuk berani mati bersama Yesus dan untuk
tidak menyangkal-Nya (Mrk. 14:31). Ketakutan yang
mereka rasakan jauh lebih besar daripada niat yang per-
nah mereka katakan.
Dari Getsemani Yesus dibawa ke rumah Imam
Besar Kayafas (18-36 M). Mendengar bahwa Yesus
telah dibawa ke sana, para imam kepala, tua-tua, dan
ahli Taurat datang ke rumah imam besar itu. Para pe-
mimpin Yahudi menangkap Yesus pada malam hari
dan langsung mengadili-Nya, bukan di tempat perte-
muan resmi mereka di kompleks Bait Allah, melainkan
di rumah imam besar. Seperti niat mereka semula, para
pemimpin agama Yahudi mau menyingkirkan Yesus
secara diam-diam, tanpa sepengetahuan para pengikut-
Nya. Petrus mengikuti Yesus dari jauh, sampai ke hala-
man rumah imam besar. Ia tetap tidak memahami apa
yang sedang terjadi dengan Yesus walaupun sebelum-
nya telah diberitahu oleh Yesus (Mrk. 8:31-32). Dalam
situasi seperti ini Petrus menyangkal Yesus sampai tiga
28 Bulan Kitab Suci Nasional 2020

kali: Ia tidak berani mengakui bahwa ia adalah pengikut


Yesus. Ketika Yesus mengajar, menyembuhkan orang
sakit, membungkam para pemimpin Yahudi, para
murid bangga menjadi murid-Nya. Ketika Yesus me-
nyatakan bahwa Ia harus menderita mereka menolak
hal itu dan menyatakan siap mati bersama Yesus (Mrk.
14:31). Namun, sekarang Petrus tidak berani mengakui
diri sebagai murid Yesus, bahkan mengatakan bahwa ia
tidak mengenal Yesus.
Tidak ada murid Yesus yang mengikuti Yesus
sampai ke Golgota, hanya para perempuan yang
mengikuti Yesus sejak dari Galilea. Mereka inilah
yang juga mengurus jenazah Yesus sampai dengan
penguburannya. Sementara itu, para rasul yang sudah
sekian lama mengikuti Yesus justru pergi meninggalkan-
Nya sen-dirian menanggung penderitaan sampai dengan
kematian-Nya. Kematian Yesus membuat para rasul ke-
hilangan semangat serta menjadi takut dan bingung.
Mereka tidak dapat menerima kenyataan ini karena apa
yang terjadi dengan Yesus sama sekali tidak seperti yang
mereka pikirkan. Orang yang mereka anggap sebagai
Mesias, yang akan menjadi raja Israel itu, mati dengan
cara yang sangat menyedihkan. Mereka bersembunyi
dan tinggal di suatu ruangan yang terkunci karena ta-
kut kepada para pemuka Yahudi yang terlibat dalam
pembunuhan Yesus (Yoh. 20:19).
Dua orang murid (tidak termasuk dalam kelompok
dua belas rasul) yang pergi ke Emaus memberikan gam-
baran tentang kekecewaan yang harus dihadapi oleh
para murid begitu mengetahui kematian Yesus. Para
pengikut Yesus menyangka bahwa sebagai Mesias Ye-
sus akan bertindak seperti yang diharapkan oleh orang
Mewartakan Kabar Baik Di Tengah Krisis Iman dan Identitas 29

Yahudi. Mereka memandang Yesus adalah seorang


nabi yang berkuasa dalam perkataan dan pekerjaan
di hadapan Allah dan di depan seluruh Israel. Tetapi,
“imam-imam kepala dan pemimpin-pemimpin kami”
telah menyerahkan Dia untuk dihukum mati dan mer-
eka telah menyalibkan-Nya. Apa yang terjadi dengan
Yesus ini bertentangan dengan harapan mereka. Orang
yang mereka yakini sebagai nabi itu mati di kayu salib,
padahal “kami dahulu mengharapkan bahwa Dialah
yang datang untuk membebaskan bangsa Israel” (Luk.
24:21). Mereka sulit untuk menerima pemberitahuan
Yesus bahwa Ia akan menanggung penderitaan sampai
mati tetapi kemudian akan bangkit. Mereka begitu ke-
cewa melihat orang yang mereka yakini sebagai Mesias
itu mati di kayu salib.

3.3 Kebangkitan Yesus


“Pagi-pagi benar pada hari pertama minggu itu,”
para perempuan yang bertugas untuk merawat jenazah
Yesus menemui kubur telah kosong dan jenazah Yesus
tidak ada lagi (Luk. 23:56b-24:12). Malaikat yang men-
jumpai mereka mengingatkan mereka pada perkataan
yang pernah diucapkan Yesus waktu di Galilea, “…
Anak Manusia harus diserahkan ke tangan orang-orang
berdosa dan disalibkan, dan akan bangkit pada hari
yang ketiga” (Luk. 24:7). Para perempuan itu (Maria
dari Magdala, Yohana, dan Maria ibu Yakobus) mem-
beritahukan hal itu kepada para rasul, tetapi mereka
tidak percaya dan menganggap perkataan para perem-
puan itu hanya omong kosong (Luk. 24:10-11).
Pada hari yang sama Yesus menampakkan diri
kepada dua orang murid yang berjalan ke Emaus.
30 Bulan Kitab Suci Nasional 2020

Menjelang malam, ketika Yesus singgah di rumah me-


reka dan makan malam, barulah mereka mengenali Dia
(Luk. 24:13-35). Kedua orang itu kembali ke Yerusalem
pada malam itu juga dan menceritakan kepada kesebe-
las murid perjumpaan dengan Yesus. Ketika mereka se-
dang berkumpul, Yesus menampakkan diri dan berdiri
di tengah-tengah mereka (Luk. 24:36-49). Melihat mere-
ka ragu-ragu Yesus berkata, “Aku sendirilah ini,” sambil
memperlihatkan tangan dan kaki-Nya kepada mereka.
Ketika mereka belum percaya karena girangnya, Yesus
meminta makanan dan makan sepotong ikan goreng di
hadapan mereka.
Perjumpaan dengan Yesus yang telah bangkit dari
kematian membuat mereka berubah, seolah-olah me-
reka memperoleh kembali kehidupan mereka. Mereka
menjadi sadar siapa sebenarnya Yesus yang mereka iku-
ti. Bagi para murid kebangkitan Yesus itu membuktikan
bahwa Dia adalah Anak Manusia. Ketika Yesus masih
berkarya dan mengajar berulang kali Ia menyatakan
bahwa Anak Manusia akan tinggal dalam rahim bumi
selama tiga hari tiga malam (Mat. 12:40), tetapi akan
dibangkitkan dari antara orang mati (Mat. 17:9). Setelah
Petrus menyampaikan pengakuan bahwa Yesus adalah
Mesias, tiga kali Yesus menyatakan kepada para murid-
Nya bahwa Anak Manusia akan menderita, dibunuh,
dan bangkit dari kematian (Mrk. 8:31-9:1; Mrk. 9:30-
32; Mrk. 10:32-34). Mereka tidak dapat memahami per-
nyataan Yesus ini: Tidak ada dalam benak mereka pri-
badi yang mereka yakini sebagai Mesias itu akan mati.
Tetapi, kebangkitan Yesus yang telah dibunuh oleh
para pemuka Yahudi itu membuktikan bahwa apa yang
dikatakan Yesus mengenai diri-Nya itu benar. Yesus
Mewartakan Kabar Baik Di Tengah Krisis Iman dan Identitas 31

sungguh-sungguh telah mati, tetapi Ia mengalahkan


kematian dan bangkit dari antara orang mati. Hal ini
tidak terjadi sebagai peristiwa yang kebetulan, karena
memang Yesus telah mengatakan semua itu sebelumnya:
Anak manusia akan menderita, dibunuh, dan bangkit
dari antara orang mati. Apa yang terjadi dengan Yesus
itu sesuai dengan apa yang telah dikatakan-Nya. Karena
itu, menjadi jelas bahwa Yesus bukanlah Mesias seperti
yang mereka pikirkan, melainkan Anak Manusia se-
perti yang telah dinyatakan-Nya sendiri. Menjadi jelas
bagi para murid sekarang bahwa Yesus, yang selama ini
mereka ikuti, adalah Anak Manusia yang mempunyai
kuasa atas Kerajaan Surga.

3.4 Yesus Kristus, Anak Manusia


Sepanjang karya pelayanan-Nya, Yesus seringkali
menyebut diri sebagai Anak Manusia. Kepada seorang
ahli Taurat yang ingin mengikuti-Nya, Yesus me-
nyatakan bahwa Anak Manusia tidak mempunyai tem-
pat untuk meletakkan kepala-Nya (Mat. 8:20). Kepada
ahli Taurat yang dalam hati menuduh-Nya telah meng-
hujat Allah, Yesus menyatakan bahwa Anak Manusia
berkuasa untuk mengampuni dosa (Mat. 9:6). Anak
manusia makan dan minum sehingga dituduh sebagai
pelahap dan peminum (Mat. 11:19). Yesus menjanjikan
kepada Natanael bahwa ia akan melihat langit terbuka
dan malaikat-malaikat Allah turun naik kepada Anak
Manusia (Yoh. 1:51). Kepada para murid-Nya Yesus
menyebut diri Anak Manusia, tetapi mereka menyebut
Yesus sebagai Mesias (Mat. 16:13).
Siapakah sebenarnya Anak Manusia itu? Pemaha-
man mengenai Anak Manusia muncul dalam penglihat-
32 Bulan Kitab Suci Nasional 2020

an yang dialami oleh Daniel:


… tampak datang dengan awan-awan dari langit
seorang seperti anak manusia; datanglah ia kepada
Yang Lanjut Usianya itu, dan ia dibawa ke hadapan-
Nya. Lalu diberikan kepadanya kekuasaan dan kemu-
liaan dan kekuasaan sebagai raja, maka orang-orang
dari segala bangsa, suku bangsa dan bahasa mengabdi
kepadanya. Kekuasaannya ialah kekuasaan yang kekal,
yang tidak akan lenyap, dan kerajaannya ialah kerajaan
yang tidak akan musnah (Dan. 7:13-14).
Anak Manusia adalah pribadi yang datang dari la-
ngit, dari surga, dan bukan seorang manusia yang datang
dari dunia. Allah memberikan kepadanya kekuasaan,
kemuliaan, dan kekuasaan sebagai raja. Kerajaan yang
berada di bawah kuasa Anak Manusia itu tidak akan
musnah. Jelas bahwa kerajaan ini bukanlah kerajaan
duniawi karena semua kerajaan duniawi pasti musnah.
Kerajaan yang tidak akan musnah ini adalah kerajaan
surgawi yang tidak terikat pada tempat dan waktu. Anak
Manusia itu sendiri akan menjadi raja yang kekal: Dia
tidak akan mati dan tidak akan ada yang menggantikan-
nya, seperti yang biasa terjadi dalam kerajaan duniawi.
Selama-lamanya ia akan memegang kuasa sebagai raja
atas kerajaan surgawi.
Dengan menyatakan diri sebagai Anak Manusia,
Yesus menyatakan diri sebagai Pribadi yang datang
dari surga, yang memiliki kuasa atas Kerajaan Surga.
Ia memang berasal dari surga, tetapi sekarang menjadi
manusia untuk menjalankan tugas penyelamatan. Se-
sudah menyelesaikan tugas-Nya, Ia akan menjalankan
peran-Nya sebagai Raja Surgawi. Sebagai Raja Surga,
Anak Manusia berkuasa untuk menentukan siapa yang
Mewartakan Kabar Baik Di Tengah Krisis Iman dan Identitas 33

akan masuk dan siapa yang tidak akan masuk ke dalam


kerajaan-Nya. Pada akhir zaman Anak Manusia akan
datang sebagai raja surga dalam segala kekuasaan dan
kemuliaan-Nya untuk membalas setiap orang menurut
perbuatannya (Mat. 16:27-28). Dengan kekuasaan-Nya
Ia akan menyuruh para malaikat untuk mengumpulkan
semua manusia dari seluruh penjuru bumi. Ia sendiri
akan duduk di atas takhta kemuliaan-Nya lalu mengadili
mereka. Mereka yang berkenan kepada-Nya akan di-
bawa-Nya masuk ke dalam Kerajaan Surga sedangkan
yang tidak berkenan kepada-Nya akan dienyahkan-Nya
ke dalam api yang kekal (Mat. 24:30-31; 25:31-46).
Kebangkitan Yesus dari antara orang mati juga
memberikan pemahaman yang baru mengenai identitas
Yesus sebagai Mesias. Yesus memang raja, keturunan
Daud, tetapi kerajaan-Nya bukan dari dunia ini. Ia
bukan raja dalam pengertian politis dan kerajaan-Nya
adalah kerajaan surgawi. Ia menghendaki agar semua
manusia masuk dalam kerajaan-Nya yang memberikan
kebahagiaan abadi kepada manusia. Yesus memang
Mesias, bukan dalam arti bahwa Ia menyelamatkan
orang Israel dari penjajah Romawi, tetapi bahwa Ia
membebaskan manusia dari kekuasaan dosa. Semua
manusia telah berdosa dan hukuman yang layak untuk
manusia yang berdosa adalah kematian. Kematian yang
dimaksudkan bukanlah kematian fisik, melainkan ket-
erpisahan dari Allah. Manusia yang dikuasai oleh dosa
tidak mungkin hidup bersama dengan Allah. Yesus
mati (=terpisah dari Allah) untuk menanggung huku-
man yang seharusnya ditanggung oleh manusia supaya
manusia layak tinggal bersama Allah dalam kehidupan
surgawi.
34 Bulan Kitab Suci Nasional 2020

Yesus memahami identitas-Nya sebagai Mesias,


Juruselamat, berdasarkan nubuat yang tercantum dalam
Kitab Nabi Yesaya tentang seorang hamba Tuhan yang
menderita (Yes. 52:13-53:12). Ia adalah orang yang
penuh kesengsaraan dan orang yang biasa menderita
penyakit. Orang merasa jijik dan tidak mau melihatnya.
Ia dianiaya, tetapi tidak membuka mulutnya terhadap
orang-orang yang menganiayanya, seperti anak dom-
ba yang tempat pembantaian untuk disembelih. Orang
yang melihatnya menyangka bahwa penyakit dan
penderitaan yang dialaminya adalah hukuman yang
dijatuhkan Tuhan kepadanya karena dosa dan ke-
salahannya. Mereka menyangka bahwa hamba itu ada-
lah seorang yang berdosa yang sedang menanggung
hukuman Allah.
Tetapi, sebenarnya ia mengalami semua itu sama
sekali bukan karena dosanya sendiri. Sebenarnya pen-
deritaan yang dialaminya itu adalah hukuman yang se-
harusnya mereka tanggung akibat pemberontakan dan
kejahatan mereka (kepada Tuhan). Mereka sendirilah
yang pantas menanggung kesengsaraan itu karena me-
reka telah berdosa kepada Tuhan dan layak mendapat-
kan hukuman. Tetapi, hamba itu menggantikan mereka
menanggung hukuman. Ia mau menanggung semua hu-
kuman itu supaya mereka mendapatkan ganjaran dan
keselamatan. Semua ini dilakukan oleh hamba itu kare-
na Tuhan sendiri menghendakinya, Tuhan sendirilah
yang menimpakan semua itu kepadanya.
Semua manusia telah berdosa dan hukuman yang
layak untuk manusia yang berdosa adalah kematian
(Rm. 6:23). Karena dosa-dosanya, manusia tidak layak
menerima kebahagiaan abadi di surga. Dengan kema-
Mewartakan Kabar Baik Di Tengah Krisis Iman dan Identitas 35

tian-Nya di kayu salib Yesus telah menanggung huku-


man yang seharusnya ditanggung oleh semua manusia
karena dosa-dosa mereka sehingga kematian Kristus
itu justru menjadi tanda kasih Allah (Rm. 5:8; 8:3,32).
Kristus melakukan hal ini agar manusia memperoleh
kebangkitan bersama-sama Dia (1Tes. 4:14) dan hidup
dalam kemuliaan surgawi. Dengan demikian, di dalam
Kristus manusia menemukan jalan menuju keselamatan
Allah. Janji keselamatan Allah yang disampaikan dalam
Kitab Suci, yakni kebangkitan dari kematian, telah di-
penuhi dalam diri Kristus. Berkat karya penyelamatan
Kristus itu, manusia dapat diterima dalam kerajaan sur-
gawi dan tinggal bersama Dia dalam kebahagiaan dan
kemuliaan abadi.

4. Krisis Iman Dan Identitas Umat Katolik


Selanjutnya kita akan melihat situasi iman umat
Katolik. Harus diakui bahwa kehidupan iman dalam
dunia modern ini harus menghadapi tantangan serius
yang datang dari kemajuan dalam ilmu pengetahuan
dan teknologi. Kemajuan ini telah membawa peruba-
han besar dalam kehidupan manusia, termasuk dalam
hal iman. Sementara itu, di antara umat Katolik sen-
diri ada banyak hal yang menyangkut iman yang perlu
mendapat perhatian. Kita juga akan melihat apa yang
harus dilakukan ketika menghadapi situasi seperti ini.

4.1 Krisis Iman Dan Identitas Di Antara Umat


Katolik
Iman dalam Dunia Modern. Banyak orang dalam
kehidupan modern ini, termasuk orang Katolik, ha-
nya mengikuti saja apa yang terjadi di sekitar mere-
36 Bulan Kitab Suci Nasional 2020

ka, dan tidak bersikap kritis terhadapnya. Karena


membiarkan diri dikuasai oleh kecenderungan ini,
banyak orang hanya mengambil tindakan menurut
pertimbangan spontan, menarik, menyenangkan, dan
memberi keuntungan bagi diri sendiri, tanpa peduli
jika hal itu merugikan orang lain. Sebaliknya, mereka
akan menghindari tindakan yang menurut mereka
berat, melelahkan, dan memerlukan kesungguhan.
Mereka tidak lagi mendengarkan suara hati, tidak
mempertanyakan apakah tindakan itu benar atau salah,
baik atau buruk. Lebih dari itu, mereka mengabaikan
apa yang dikehendaki Allah dan tidak bertanya apakah
tindakan saya ini sesuai dengan ajaran Kristus atau
tidak.
Penghayatan hidup yang dangkal dan spontan
itu juga membuat orang dengan mudah dikuasai oleh
egoisme dan keangkuhan. Orang akan menghargai
orang lain kalau orang itu memiliki kedudukan yang
lebih tinggi, dalam hal ekonomi, sosial, maupun
keagamaan. Akibatnya, orang-orang yang secara
ekonomi, sosial, dan keagamaan dipandang lemah,
miskin, dan tidak berarti, seringkali tidak dihargai dan
tidak diperhatikan. Karena itu, banyak orang amat
mudah dikuasai oleh semangat materialisme. Mereka
menganggap bahwa materi adalah satu-satunya yang
penting untuk hidup mereka. Selama hidup di dunia
orang memerlukan materi, untuk melakukan kehendak
Tuhan pun diperlukan materi. Tetapi, orang yang
dikuasai oleh semangat materialisme mengejar materi
sebagai satu-satunya harapan hidup mereka. Mereka
mengerahkan seluruh dirinya untuk mengejarnya, dan
mengabaikan hal-hal yang lain (lihat EG art.2). Tidak
Mewartakan Kabar Baik Di Tengah Krisis Iman dan Identitas 37

memikirkan makna kehidupan, hanya mengejar apa


yang dianggap sebagai kesenangan. Melakukan apa
yang menyenangkan, bukan apa yang bernilai atau
berkenan kepada Tuhan.
Hal yang senada disampaikan oleh Paus Yohanes
Paulus II dalam nasihat apostolik yang diberi judul
“Christifideles Laici” pada tanggal 30 Desember 1988:
“Dipengaruhi secara merugikan oleh kemenangan-
kemenangan yang mengesankan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi dan lebih-lebih lagi, ter-
pukau oleh godaan yang amat tua namun baru, yaitu
keinginan hendak menjadi serupa dengan Allah (bdk.
Kej. 3:5) melalui kemerdekaan tanpa batas, individu-
individu lantas memutuskan akar-akar religius yang ter-
dapat di dalam hati mereka; mereka melupakan Allah,
atau cuma mempertahankan Dia tanpa makna di dalam
kehidupan mereka, atau terang-terangan menolak Dia,
dan mulai menyembah berbagai “berhala” dunia masa
kini.” (CFL 4)
Gejala sekularisme dewasa ini memang benar-
benar gawat, bukan hanya menyangkut individu, me-
lainkan dengan berbagai cara, menyangkut seluruh
persekutuan, sebagaimana sudah ditunjukkan oleh
Konsili: “Semakin banyak jumlah orang yang mening-
galkan agama dalam praktik” (GS 7). Pada kesempatan
lain saya sendiri mengingatkan adanya gejala de-Kris-
tenisasi yang melanda umat Kristen yang sudah beru-
sia lama dan yang terus-menerus menuntut evangelisasi
kembali.” (CFL 4)
Telah dikatakan bahwa situasi yang melanda du-
nia ini juga melanda Gereja. Para anggota Gereja tidak
38 Bulan Kitab Suci Nasional 2020

steril dari pengaruh negatif yang memancar dari kema-


juan dunia ini. Arus materialisme ini membuat manu-
sia memiliki pandangan yang keliru tentang Tuhan: Ia
dijadikan sebagai sarana untuk memenuhi keinginan.
Allah tidak dipandang sebagai Tuhan yang harus di-
sembah, tetapi diperlakukan sebagai hamba yang serba
bisa yang harus memenuhi segala sesuatu yang diminta
oleh orang yang mengaku percaya kepada-Nya. Tidak
ada kebanggaan kalau dapat melakukan sesuatu untuk
Tuhan dan sesama, bahkan hal-hal seperti ini tidak di-
pikirkan. Orang hanya bangga kalau Tuhan melakukan
hal-hal yang diinginkannya untuk dirinya sendiri.
Di Tengah Umat Beragama Lain. Di banyak tem-
pat di negeri ini, Umat Katolik tinggal di antara atau
bersama dengan umat yang menganut agama dan ke-
percayaan lain. Lebih dari itu, Umat Katolik hanya
menjadi kelompok minoritas yang memiliki banyak
kekurangan dan kelemahan. Tanpa disengaja, bahkan
tanpa disadari, banyak orang Katolik mendengar infor-
masi tentang ajaran agama lain, menyimpan informasi
itu dalam ingatannya, dan menerimanya begitu saja se-
bagai kebenaran. Informasi-informasi seperti itu hanya
dapat disaring bila kita memiliki cukup pengetahuan
tentang iman Katolik.
Sayangnya, orang Katolik pada umumnya kurang
memahami imannya. Tidak perlu membuat survei ten-
tang hal ini, tetapi cukup mengajukan beberapa perta-
nyaan dan kita dapat melihat kenyataannya. Apa itu
kebangkitan badan dan apakah sama dengan kebangki-
tan mayat? Apa yang dimaksud dengan Yesus itu adalah
Kristus, Tuhan, Penebus, Juruselamat, Anak Allah, dan
Anak Manusia? Jika orang Katolik ditanya tentang hal-
Mewartakan Kabar Baik Di Tengah Krisis Iman dan Identitas 39

hal yang menyangkut imannya sendiri, banyak yang


memang tidak dapat menjawabnya. Situasi menjadi le-
bih sulit ketika orang dari agama atau Gereja lain me-
ngajukan pertanyaan. Banyak yang tidak sanggup men-
jawabnya, bahkan menganggap Gereja Katolik miskin
pengetahuan dan banyak unsur dalam ajaran Katolik
itu salah.
Kurangnya pemahaman mengenai ajaran Katolik
membuat banyak orang Katolik mengatakan bahwa
semua agama itu sama. Yang dimaksudkan sebenarnya
hanyalah: kepercayaan bahwa semua agama menga-
jarkan supaya para penganutnya berlaku baik terhadap
sesama. Hal seperti ini jelas muncul bukan dari studi
yang serius, tetapi sekedar mengucapkan apa yang per-
nah didengar. Orang Katolik yang ikut-ikutan berkata
demikian itu tidak memahami imannya sendiri. Gereja
Katolik memiliki pengalaman akan Tuhan dan keyaki-
nan yang berbeda dari agama lain, bahkan dari Gere-
ja-gereja lain. Mungkin aneh, tetapi memang banyak
orang Katolik yang tidak dapat membedakan isi iman-
nya sendiri dengan isi iman yang diyakini dalam agama
dan Gereja lain.
Kurangnya pemahaman ini membuat banyak
orang Katolik menjadi rendah diri ketika berhadapan
dengan orang-orang dari agama dan Gereja lain. Me-
mandang ajaran agama lain dan pemeluknya lebih
hebat lalu tidak berani berbicara tentang iman Katolik
ketika situasi memintanya berbicara. Lebih dari itu,
banyak orang Katolik goyah imannya lalu memutuskan
untuk meninggalkan Gereja Katolik, tanpa merasa ada
yang keliru dengan tindakannya, tanpa merasa sedang
mengalami kerugian, dan tanpa kesedihan. Setelah me-
40 Bulan Kitab Suci Nasional 2020

ninggalkan Gereja Katolik, ada yang menampakkan


sikap memandang rendah Gereja Katolik.
Penderitaan. Penderitaan yang dialami oleh manu-
sia juga dapat membuat orang mengalami krisis iman.
Dunia sekarang ini sedang dilanda pandemi Covid 19
yang menjangkiti begitu banyak orang dan telah meng-
akibatkan banyak kematian di seluruh penjuru dunia.
Dari hari ke hari jumlah orang yang terinfeksi oleh virus
Corona dan yang mengalami kematian terus bertam-
bah. Tidak ada yang tahu kapan pandemi ini akan ber-
akhir dan tidak ada yang tahu juga bagaimana meng-
atasinya. Mudahnya virus Corona yang mendatangkan
penyakit dan kematian ini membuat orang mengalami
ketakutan.
Menghadapi situasi ini, orang yang memiliki iman
yang benar akan menyerahkan diri sepenuhnya kepada
Allah. Entah dalam keadaan sehat, sakit, bahkan meng-
hadapi kematian, ia tetap percaya pada Allah. Ia mewu-
judkan kepercayaannya itu dalam tindakan: Ketika
sehat, ia menjaga kesehatan dengan sungguh-sungguh
(dengan memperhatikan makanan, istirahat, olah raga,
menghindari tempat atau orang yang dapat menularkan
virus, dan sebagainya). Bukan hanya itu, Ketika masih
sehat ia juga berusaha untuk membantu sesama yang
menghadapi kesulitan akibat pandemi ini. Ketika sakit,
ia mengusahakan kesembuhan dan memperkuat daya
tahan tubuh supaya dapat bertahan terhadap virus. Ke-
tika harus menghadapi kematian, ia percaya bahwa me-
lalui kematian ia akan sampai kepada Allah. Kasih Al-
lah tidak dapat dibatasi oleh kematian, bahkan setelah
melewati kematian, orang akan mengalami kasih Allah
secara sempurna.
Mewartakan Kabar Baik Di Tengah Krisis Iman dan Identitas 41

Sebaliknya, orang yang masih lemah imannya


mungkin akan menuduh Allah sebagai sumber pande-
mi. Dia mendatangkan virus yang membuat manusia
sakit dan meninggal. Kenyataan ini membuat dunia di-
landa ketakutan. Berhadapan dengan situasi ini mereka
mengingat sedikit pemahaman tentang Allah yang ada
di dalam pikiran mereka. Lalu mereka menggunakan
pengetahuan itu untuk mempertanyakan Tuhan. Yang
ia ketahui ialah bahwa Allah itu Mahabaik dan me-
ngasihi manusia. Jika demikian, mengapa Allah men-
datangkan pandemi yang mengakibatkan penderita,
ketakutan, dan kematian? Katanya Allah mendengar-
kan doa-doa yang diampaikan oleh orang-orang yang
percaya kepada-Nya. Jika demikian, mengapa Dia tidak
segera mengakhiri pandemi ini dengan memusnahkan
virus Corona padahal orang-orang beriman dari seluruh
bumi memohon hal itu kepada-Nya? Ketika Allah tidak
berlaku seperti yang dia pikirkan, mereka mulai ragu ke-
pada Allah dan mempertanyakan kepercayaan pada Al-
lah. Pada akhirnya orang yang demikian dapat mening-
galkan Tuhan dan tidak mau lagi percaya kepada-Nya.

4.2 Belajar Dari Kaum Buangan


Sebelum zaman Pembuangan Babel, Bait Allah
menjadi pusat hidup keagamaan orang Israel. Tabut
Perjanjian yang menjadi sarana kehadiran Allah
ditempatkan di dalamnya. Mereka percaya bahwa Allah
hadir dan tinggal di Bait Allah. Kehadiran Allah di
tengah mereka, di negeri mereka, membuat orang Israel
merasa aman dan tenteram. Mereka memandang diri
sebagai umat pilihan Allah, yang selalu dimanjakan-
Nya. Mereka percaya bahwa Allah senantiasa me-
42 Bulan Kitab Suci Nasional 2020

lindungi mereka dari orang-orang yang memiliki niat


jahat dan memberikan jaminan keamanan kepada me-
reka. Bahkan, ketika berdosa pun, mereka yakin Tu-
han tidak akan menghukum mereka. Tidak mungkin
Tuhan akan menghukum umat-Nya sendiri. Akibatnya,
mereka melakukan banyak dosa dan seruan para nabi
supaya mereka bertobat pun tidak mereka perhatikan.
Kekalahan yang mereka alami dan kehancuran
negeri mereka membuat orang Israel mengalami kri-
sis iman dan identitas. Tempat kehadiran Tuhan telah
roboh dan orang Israel diangkut sebagai tawanan lalu
tinggal di tanah asing. Kekalahan yang mereka alami
dan hancurnya Bait Allah menjadi tanda bagi mereka
bahwa Allah mereka telah dikalahkan oleh ilah bangsa
yang mengalahkan mereka. Mereka memandang Allah
mereka sebagai Allah yang kalah. Identitas mereka se-
bagai umat pilihan Allah pun tidak dapat mereka per-
tahankan: mereka menjadi orang-orang yang percaya
pada Allah yang lemah dan tak berdaya di hadapan para
dewa-dewi. Identitas mereka sebagai sebuah bangsa dan
kerajaan pun musnah, mereka hanya menjadi orang
buangan yang tidak memiliki kebanggaan di hadapan
bangsa lain.
Menghadapi krisis iman dan identitas orang Israel
di pembuangan, ada beberapa hal yang disampaikan
oleh para pemuka Israel dan para nabi kepada kaum
buangan:
a. Menunjukkan kebenaran mengenai Allah Israel.
Para pemuka Israel menyatakan bahwa Allah Is-
rael adalah penguasa manusia dan alam semesta.
Dialah yang menciptakan langit dan bumi serta
Mewartakan Kabar Baik Di Tengah Krisis Iman dan Identitas 43

segala isinya, termasuk manusia. Dewa-dewi yang


disembah oleh orang Babel itu hanyalah benda
mati yang tidak mempunyai kemampuan apa pun.
Allah tidak pernah dikalahkan oleh dewa-dewi
Babel. Allah yang Mahakuasa itu akan menunjuk-
kan kuasa-Nya dengan menggerakkan kerajaan
lain untuk membebaskan orang Israel dari pem-
buangan dan membawa mereka kembali ke ta-
nah air. Kenyataan bahwa Allah bertindak untuk
orang Israel itu memberikan keyakinan tentang
siapa sesungguhnya Allah mereka, yaitu Allah
yang menguasai seluruh manusia di bumi
b. Menunjukkan siapa sebenarnya mereka (Identitas
mereka di hadapan Allah). Para pemuka Israel
menunjukkan bahwa kebenaran mengenai Allah
Israel itu memberikan identitas yang benar kepada
orang-orang buangan: mereka adalah orang-orang
percaya kepada Allah yang Mahakuasa. Kalau
mereka dikalahkan dan dibuang, itu bukan karena
Allah sudah kalah, tetapi Allah sedang menghu-
kum Umat-Nya karena dosa-doa mereka. Setelah
masa penghukuman selesai, Allah akan mengem-
balikan mereka ke negeri mereka sehingga mereka
dapat melanjutkan kehidupan sebagai Umat Allah
di tanah yang dijanjikan-Nya.
c. Menunjukkan cara hidup menurut identitas me-
reka. Berdasarkan identitas umat ini, para pemu-
ka Israel menunjukkan bagaimana mereka harus
menjalani kehidupan menurut identitas mereka.
Para pemuka menunjukkan bahwa anak-anak
yang lahir harus disunat sebagai tanda bahwa
anak itu adalah anggota Umat Allah. Selain itu,
44 Bulan Kitab Suci Nasional 2020

mereka menunjukkan supaya orang Israel berse-


kutu untuk menyembah Allah dan mempelajari
kehendak-Nya pada hari Sabat di sinagoga. Se-
bagai umat Allah mereka pun kemudian pulang
ke tanah air yang diberikan oleh Allah kepada
mereka dan giat membangun Bait Allah.

4.3 Belajar Dari Pengalaman Para Rasul


Mulanya para rasul yakin bahwa Dia adalah Me-
sias, keturunan Daud yang akan mendirikan kembali
Kerajaan Israel lalu memerintah orang Israel. Di hada-
pan Yesus para rasul memiliki pandangan tentang diri
mereka dan menemukan identitas mereka berkaitan
dengan Yesus. Lalu mereka bersikap dan berperilaku
sesuai dengan identitas mereka. Mereka memandang
diri mereka sebagai pengikut Mesias, yang sedang
dalam proses untuk mendirikan Kerajaan Israel. Jika
nanti Yesus sudah berkuasa sebagai raja, para rasul
akan menikmati kemuliaan-Nya. Tetapi, sekarang me-
reka harus mendampingi Yesus dalam perjuangan ini.
Bahkan, mereka menyatakan siap mati bersama-sama
dengan Yesus (Mat. 26:35).
Mereka harus berhadapan dengan krisis yang me-
nyangkut iman mereka kepada Yesus dan identitas me-
reka sebagai murid-Nya, ketika Yesus membiarkan diri
ditangkap, disalibkan, dan mati di kayu salib. Mereka
tidak berani mengaku sebagai pengikut Yesus yang me-
reka yakini sebagai Mesias, seperti yang dialami oleh
Simon Petrus. Mereka melarikan diri meninggalkan Ye-
sus dan membiarkan Dia sendirian menghadapi orang-
orang yang menangkap-Nya. Sesudah itu, mereka me-
nyembunyikan diri mereka dan tidak mau terlihat di
Mewartakan Kabar Baik Di Tengah Krisis Iman dan Identitas 45

hadapan orang banyak.


Sesudah bangkit dari kematian, Yesus menjumpai
para murid-Nya. Kebangkitan Yesus ini dapat dipan-
dang sebagai tanggapan terhadap krisis yang dihadapi
oleh para murid-Nya. Dari perjumpaan mereka dengan
Yesus, para murid dapat memahami hal-hal yang pen-
ting untuk iman mereka:
a. Kebenaran Mengenai Yesus. Dengan kebangkitan-
Nya dari antara orang mati, Yesus menunjukkan
siapa sebenarnya Yesus. Kebangkitan Yesus mem-
buat para rasul mengenal siapa sebenarnya Yesus.
Perjumpaan para rasul dengan Yesus yang bangkit
dari kematian membuktikan kepada mereka bah-
wa Yesus adalah Anak Manusia dan Mesias yang
memiliki kuasa atas Kerajaan Surga. Ia berkuasa
untuk memasukkan orang untuk masuk ke dalam
kerajaan-Nya yang abadi atau untuk menolaknya.
b. Identitas Para Murid. Dengan mengenal identitas
Yesus, para murid dapat mengenal identitas mere-
ka karena mereka adalah pengikut Yesus. Mereka
adalah orang-orang yang percaya kepada Yesus
sebagai Anak Manusia dan Mesias, Raja Abadi
dalam Kerajaan Surga. Karena mereka percaya
kepada Yesus, mereka pun akan menikmati keba-
hagiaan bersama Dia di dalam kerajaan-Nya.
c. Cara Hidup Menurut Identitas. Identitas me-
reka ini menggerakkan mereka untuk menjalani
kehidupan sebagai pengikut Yesus, khususnya
menjadi pewarta Injil. Mereka pergi ke berbagai
penjuru dunia untuk memberitakan karya penye-
lamatan yang dikerjakan oleh Yesus supaya ma-
46 Bulan Kitab Suci Nasional 2020

nusia di dunia ini menikmati kehidupan abadi di


surga.

4.4 Kabar Baik Di Tengah Krisis


Telah dikatakan bahwa banyak orang Katolik
menghadapi krisis yang menyangkut iman mereka ke-
pada Allah serta identitas mereka sebagai pengikut
Yesus dan anggota Gereja Katolik. Apa yang harus di-
lakukan ketika kita sendiri menghadapi krisis seperti
itu atau ketika berhadapan dengan orang Katolik yang
sedang menghadapi krisis yang sama? Kita dapat bela-
jar dari para pemuka Yahudi yang harus menghadapi
umat yang sedang mengalami krisis dalam pembuangan
dan dari pengalaman perjumpaan para rasul dengan Ye-
sus yang telah bangkit. Ada tiga hal yang disampaikan
kedua komunitas ini untuk menghadapi krisis iman dan
identitas, yaitu kebenaran mengenai siapa Allah, siapa
mereka di hadapan Allah atau identitas mereka di hada-
pan Allah, dan cara hidup sesuai identitas ini. Kita perlu
memahami identitas kita karena menentukan perilaku
dan cara kita menjalani kehidupan. Selanjutnya, cara
kita menjalani kehidupan di dunia ini menentukan na-
sib kita di dunia yang akan datang.
Kita dapat menerapkan ketiga hal ini untuk
menanggapi krisis iman dan identitas yang dihadapi
oleh orang Katolik. Karena itu, kita perlu menegaskan
kembali:
1. Kebenaran mengenai Allah. Kebenaran ini
menjelaskan siapa sesungguhnya Allah yang kita
percaya dan apa yang dikehendakinya. Kebena-
ran ini menentukan identitas orang yang percaya
kepada-Nya.
Mewartakan Kabar Baik Di Tengah Krisis Iman dan Identitas 47

2. Identitas orang beriman. Di hadapan Allah yang


kita percaya, kita dapat mengenal diri kita. De-
ngan melihat kebenaran tentang Allah, kita dapat
melihat relasi kita dengan Allah.
3. Cara hidup menurut identitas. Identitas kita se-
bagai orang yang percaya kepada Allah akan me-
nentukan cara hidup kita. Kesadaran akan identi-
tas ini akan menuntun kita untuk menjalani hidup
dengan benar.
4. Kebenaran mengenai Allah. Pertama-tama kita
perlu menyampaikan kebenaran tentang Allah
yang kita percaya. Yohanes 3:16 dapat dipandang
sebagai isi dari seluruh Alkitab dan mengungkap-
kan kebenaran mengenai Allah:
5. Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini,
sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang
tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-
Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang
kekal.
Terdorong oleh kasih-Nya, Allah menghendaki manu-
sia hidup berbahagia bersama Dia di surga. Kehidupan
manusia di dunia ini berlangsung selama jangka waktu
tertentu dan berakhir dengan kematian. Hanya raga ma-
nusia yang mati, membusuk dan hancur, tetapi jiwa ma-
nusia tidak ikut hancur bersama tubuh itu, tetapi akan
terus hidup. Allah memberikan kepada manusia tubuh
rohaniah atau tubuh surgawi. Dengan kata lain, sesu-
dah tubuh alamiah manusia mati, ia akan menerima
tubuh surgawi yang mulia dan tidak dapat mati. Me-
reka akan menikmati kebahagiaan abadi bersama Al-
lah, yang tiada tara, melampaui semua gambaran yang
48 Bulan Kitab Suci Nasional 2020

dapat dipikirkan oleh manusia (1Kor. 2:9; KGK 1027).


Tetapi, dosa menghalangi manusia untuk ber-
satu dengan Allah. Semua orang telah berdosa dan
kehilangan kemuliaan Allah (Rm. 3:23). Kalau orang
kehilangan kemuliaan Allah, ini berarti bahwa ia tidak
diperkenankan tinggal bersama Allah. Seharusnya me-
reka dijatuhi hukuman mati (Rm. 6:23) dan tidak layak
menerima ganjaran keselamatan. Dosa memisahkan
manusia dari Allah; manusia yang berdosa tidak dapat
tinggal bersama dengan Allah. Manusia yang terpisah
dari Allah dapat disebut “mati secara rohani” dan ke-
matian rohani ini dilambangkan dengan kematian
badaniah.
Karena dosa merusak hubungan manusia dengan
Allah, hubungan manusia dengan Allah harus dipulih-
kan dan manusia harus didamaikan kembali dengan-
Nya. Dalam Perjanjian Lama hal ini dilakukan dengan
mempersembahkan kurban yang membawa pengam-
punan (Im. 4:20). Yesus adalah Anak Allah dan imam
besar yang agung (Ibr. 9:25-28). Sebagai Anak Allah,
Yesus bersih dari segala dosa. Di kayu salib Yesus mem-
persembahkan diri sebagai kurban untuk menghapus
dosa manusia sehingga hubungan manusia dengan
Allah dipulihkan dan manusia dipandang layak untuk
menerima kehidupan kekal bersama Dia di surga.
Identitas orang beriman. Kebenaran tentang Allah
yang kita percaya menentukan identitas kita yang per-
caya kepada-Nya. Dengan memahami siapa Allah yang
sebenarnya, kita pun akan mengenal siapa kita sesung-
guhnya. “Saya adalah orang yang percaya kepada Al-
lah yang mengasihi manusia.” Saya adalah pribadi yang
diciptakan oleh Allah, dikasihi-Nya, dan akan hidup
Mewartakan Kabar Baik Di Tengah Krisis Iman dan Identitas 49

abadi bersama Dia di surga. Saya adalah orang ber-


dosa dan untuk sayalah Tuhan Yesus telah datang ke
dunia. Ia mempersembahkan diri di kayu salib untuk
menghapus dosa-dosa saya. Yesus menantikan saya di
surga dan, sesudah saya mati, Ia akan membangkitkan
saya lalu membawa saya ke tempat kediaman-Nya yang
abadi.
Orang-orang yang percaya kepada Allah yang
menyatakan diri dalam Yesus Kristus itu membentuk
komunitas, yang disebut Gereja. Semua orang yang
percaya kepada Yesus dan dibaptis dalam nama Allah
Tritunggal menjadi anggota Gereja. Karena saya telah
percaya kepada Kristus dan telah menerima baptisan,
saya adalah anggota Gereja Katolik, bersama dengan
seluruh anggota Gereja Katolik di seluruh dunia. Saya
hidup sebagai anggota Gereja dan di mana pun saya be-
rada, saya menjadi bagian dari Gereja Katolik.
Cara hidup menurut identitas. Identitas kita yang
kita peroleh dari Allah akan menggerakkan kehidu-
pan kita dan kita menjalani kehidupan sesuai dengan
identitas kita. Karena identitas kita itu kita peroleh dari
pengenalan akan Allah, kesadaran tentang siapa Allah
dan siapa kita di hadapan Allah akan menentukan cara
hidup kita. Kita adalah pribadi yang dikasihi oleh Al-
lah dan Yesus telah mengajarkan bagaimana kita harus
menanggapi kasih Allah dan bagaimana orang yang
percaya kepada-Nya harus hidup sesuai dengan kasih
Allah itu. Yesus memberikan perintah baru kepada para
murid, yaitu supaya “kamu saling mengasihi; sama se-
perti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu
harus saling mengasihi” (Yoh. 13:31-35; lihat juga
1Yoh. 4:11). Yang membuat perintah ini menjadi baru
50 Bulan Kitab Suci Nasional 2020

adalah motivasinya, yaitu kasih Allah (bdk. Im. 19:18).


Allah telah mengasihi kita, jadi sewajarnya kita
membalasnya dengan mengasihi-Nya. Tanggapan ini
hanya mungkin diberikan bila manusia mengerti bahwa
Allah telah mengasihinya dengan kasih yang sedemiki-
an besar. Tetapi, bagaimana kita harus mengasihi Al-
lah karena Ia tidak kelihatan dan tidak ada seorang pun
yang melihat Allah? Dengan mengasihi sesama! Jika
orang mengatakan bahwa ia mengasihi Allah tetapi
membenci saudaranya, ia berdusta karena tidak mung-
kin mencintai Allah yang tidak kelihatan tanpa men-
cintai sesama yang kelihatan (1Yoh. 4:20). Siapa yang
mengasihi Allah, ia harus juga mengasihi saudaranya
(1Yoh. 4:21).
Ketiga hal yang menyangkut kebenaran mengenai
Allah yang kita percaya, identitas kita di hadapan Al-
lah, dan cara hidup kita sebagai orang yang percaya ke-
pada Allah ini sesungguhnya merupakan sukacita yang
sesungguhnya. Kebenaran mengenai Allah yang me-
ngasihi manusia ini merupakan kabar baik bagi manu-
sia sepanjang zaman. Manusia itu lemah dan memiliki
kecenderungan kepada dosa, tetapi Allah mengasihinya
dan menjanjikan kebahagiaan abadi bersama Dia di
tempat kediamannya yang abadi. Kabar baik ini akan
membawa sukacita bagi orang yang percaya kepada Al-
lah: ia menyadari bahwa dirinya adalah pribadi yang
berharga di hadapan Allah dan dikasihi-Nya. Sukacita
ini akan menggerakkan orang untuk mengasihi Allah
yang hadir dalam diri sesama.
Mewartakan Kabar Baik Di Tengah Krisis Iman dan Identitas 51

5. Kabar Baik Dan Identitas Umat Katolik


Pada bagian sebelumnya kita telah melihat
bagaimana banyak orang beriman, khususnya orang
Katolik, menghadapi krisis yang menyangkut iman dan
identitasnya. Bisa jadi kita bukanlah orang yang se-
dang menghadapi krisis identitas. Tetapi, di antara kita
orang-orang Katolik banyak yang sedang menghadapi
krisis itu. Banyak juga yang sebenarnya sedang mengha-
dapi krisis identitas, tetapi tidak menyadarinya. Dalam
empat pertemuan di Bulan Kitab Suci Nasional ini kita
akan membaca Sabda Tuhan untuk melihat kebenaran
tentang Allah yang kita percaya. Kebenaran mengenai
Allah inilah yang merupakan kabar baik bagi manusia.
Dengan melihat kebenaran mengenai Allah ini, kita
dapat menyadari kembali identitas kita sebagai orang
beriman di hadapan Allah yang kita imani. Kesada-
ran akan dirinya ini akan mendatangkan sukacita dan
semua ini akan mendorong kita untuk hidup menurut
identitas kita. Kalau kita sendiri menyadari hal ini, kita
pun dapat membantu saudara-saudara kita yang sedang
menghadapi krisis iman dan identitas. Dengan demiki-
an, mereka tahu kepada siapa mereka percaya dan me-
nemukan kembali identitas mereka sehingga dapat men-
jalani kehidupan dengan benar sampai akhirnya bersatu
dengan Allah di surga.
Ada empat bacaan yang akan kita renungkan untuk
melihat kebenaran tentang Allah dan identitas orang
beriman di hadapan-Nya:
1. Allah adalah Kasih (1Yoh. 4:7-21). Dalam perikop
ini kita akan melihat bahwa Allah yang kita per-
caya adalah Kasih dan kita adalah manusia yang
dikasihi-Nya. Allah adalah kasih dan karena kita
52 Bulan Kitab Suci Nasional 2020

adalah orang yang percaya kepada-Nya, kita pun


mengasihi sesama.
2. Yesus, Anak Manusia (Mat. 25:31-46). Dalam
perikop ini kita akan melihat bahwa Yesus yang
kita imani adalah Anak Manusia yang berkuasa
atas Kerajaan Surga. Sebagai orang yang percaya
kepada-Nya, kita akan melihat bagaimana bersi-
kap sesuai dengan kehendak-Nya.
3. Orang Berdosa yang Dipercaya oleh Tuhan (Luk.
5:1-11). Dalam perikop ini kita akan belajar dari
Petrus: Mengakui bahwa kita adalah orang yang
berdosa, tidak pantas untuk berdekatan dengan
Tuhan. Tetapi, Tuhan justru mengutus kita yang
berdosa ini untuk mengajak sesama percaya ke-
pada Tuhan.
4. Persekutuan Orang Beriman (Kis. 2:37-47). Me-
lalui perikop ini kita akan diajak untuk menyadari
bahwa kita adalah orang yang telah dibaptis dan
masuk dalam persekutuan orang yang percaya ke-
pada Yesus. Kita akan melihat apa yang harus kita
lakukan sebagai anggota persekutuan ini.

5.1 Allah Adalah Kasih (1Yoh. 4:7-21)


Allah adalah Kasih. Inilah kebenaran utama me-
ngenai Allah yang terdapat dalam Alkitab. Ajaran
mengenai Allah inilah yang menjadi dasar dari semua
ajaran lain yang terkandung di dalam Alkitab. Ada ba-
nyak perikop yang menyampaikan ajaran tentang Al-
lah yang mengasihi manusia, tetapi dalam Pertemuan
I ini kita akan membaca salah satu di antaranya, yaitu
1Yohanes 4:7-21. Dalam perikop ini Yohanes menyam-
Mewartakan Kabar Baik Di Tengah Krisis Iman dan Identitas 53

paikan ajakan untuk saling mengasihi dan dasar dari


ajakan ini, yaitu Allah adalah kasih (ay. 7-12). Selan-
jutnya ia menyatakan bahwa orang yang percaya akan
kasih Allah bersatu dengan Dia (ay. 13-16). Akhirnya,
ia menyatakan bahwa kasih Allah sempurna di dalam
kita jika kita berani percaya pada hari penghakiman (ay.
17-21).
Ajakan untuk Mengasihi (ay. 7-12)
Yohanes mengajak para pembaca untuk saling
mengasihi. Kasih itu bukan soal kata, melainkan soal
perbuatan (1Yoh. 3:18). Orang yang mengasihi memi-
liki dua ciri: 1). menghendaki orang yang dikasihinya
berbahagia dan 2). berani berkurban demi kebahagiaan
orang yang dikasihinya. Kasih itu tampak dalam diri
orang Samaria yang baik hati yang menolong orang
telah dirampok itu. Ia mengasihi korban perampokan
itu dengan menolongnya. Ia hanya mengharapkan agar
orang itu bisa sehat kembali. Ia rela mengurbankan ba-
nyak hal yang dimilikinya supaya keadaan orang itu
bisa pulih.
Kasih menjadi tanda apakah seseorang mengenal
Allah atau tidak. Setiap orang yang mengasihi, lahir
dari Allah dan mengenal Allah tetapi siapa yang tidak
mengasihi, ia tidak mengenal Allah. Karena, Allah
adalah kasih dan setiap orang yang mengasihi ambil
bagian dalam kasih Allah. Apa sebenarnya maksud per-
nyataan bahwa Allah adalah kasih? Allah tidak hanya
mengasihi atau memiliki kasih, tetapi Ia sendiri adalah
kasih. Segala aktivitas Allah adalah laku kasih dan Ia
menyatakan diri dalam kasih kepada manusia.
Kemudian Yohanes menyatakan bagaimana Al-
54 Bulan Kitab Suci Nasional 2020

lah menyatakan kasih-Nya kepada manusia. Bukan


kita yang telah mengasihi Allah, tetapi Allah yang telah
mengasihi kita. Kasih Allah dinyatakan kepada manu-
sia dengan mengutus anak tunggal-Nya ke dunia “su-
paya kita hidup oleh-Nya.” Besarnya kasih Allah itu di-
tekankan dengan menyatakan bahwa Ia menyerahkan
anak tunggal-Nya demi manusia (bdk. Yoh. 3:16-17).
Allah menghendaki kita berbahagia, yaitu supaya
kita hidup. Hidup yang dimaksudkan di sini bukanlah
hidup duniawi, melainkan kehidupan kekal di surga.
Tuhan Yesus menggambarkan kehidupan surgawi itu
sebagai sebuah kerajaan, yang seringkali disebut Kera-
jaan Surga atau Kerajaan Allah. Di dalamnya manusia
akan menikmati kebahagiaan abadi bersama Allah,
yang tiada tara. Kebahagiaan itu datang dari Allah yang
hadir di tengah mereka. Hidup dalam surga adalah hid-
up dalam persekutuan kasih yang sempurna dengan Al-
lah. Kebahagiaan itu adalah kebahagiaan yang tertinggi
karena di dalamnya manusia akan melihat Allah yang
menciptakan dan mengasihinya. Kehidupan surgawi
berarti “hidup bersama dengan Kristus” (bdk. Yoh.
17:3; Flp. 1:23; 1Tes. 4:17; KGK 1025) dan mengambil
bagian dalam kemuliaan-Nya.
Allah menghendaki manusia berbahagia bersama
Dia di surga. Tetapi, dosa menghalangi manusia untuk
bersatu dengan Allah. Dosa membuat mereka tidak
layak untuk bersatu dengan Allah yang kudus di dalam
kehidupan surgawi. Allah “berani berkurban” supaya
manusia menikmati kebahagiaan surgawi itu, yaitu
dengan mengutus Putra-Nya untuk menyelamatkan
mereka dari kekuasaan dosa. Untuk memahami hal ini,
kita perlu melihat Upacara Pendamaian yang dilakukan
Mewartakan Kabar Baik Di Tengah Krisis Iman dan Identitas 55

untuk menghapus dosa Umat Israel (Im. 16). Dalam


upacara ini Imam Besar memercikkan darah binatang
kurban itu pada Tutup Pendamaian (tutup Tabut Per-
janjian). Ia juga mempersembahkan lembu jantan
dan domba jantan sebagai kurban untuk menghapus
dosa para imam dan dosa seluruh umat. Dengan ca-
ra demikian, dosa imam dan umat dihapuskan dan
semuanya didamaikan kembali dengan Allah. Gereja
melihat bahwa semua ini adalah kiasan dari kurban
yang dipersembahkan oleh Kristus di kayu salib untuk
menghapus dosa manusia. Di kayu salib Kristus ber-
tindak sebagai Imam Besar yang mencurahkan darah-
Nya sendiri mempersembahkan diri-Nya sebagai kurban
untuk menghapus dosa semua manusia (Ibr. 9:13-14,25-
28). Karena dosanya telah dihapus dan ia sendiri telah
didamaikan dengan Allah, manusia dipandang layak
untuk tinggal bersama dengan Allah di surga.
Selanjutnya, Yohanes mengingatkan, “… jikalau
Allah sedemikian mengasihi kita, maka haruslah kita
juga saling mengasihi.” Kesadaran dan sukacita yang
kita alami karena Allah telah mengasihi kita akan
mendorong kita untuk mengasihi sesama. Jika para
anggota Jemaat saling mengasihi, Allah hadir dalam
diri mereka. Hal ini tidak berarti bahwa Allah tinggal
dalam diri kita karena kita saling mengasihi, tetapi kita
saling mengasihi karena Allah tinggal dalam kita. Allah
memang tidak tampak, tetapi kehadiran-Nya dapat
dialami. Kita mengalami kehadiran-Nya ketika kita
saling mengasihi. Kasih kepada sesama, bukan kasih
kepada Allah, yang menjadi bukti bahwa Allah tinggal
dalam diri kita. Allah tersembunyi, namun dalam diri
orang yang percaya Ia hadir dan berkarya.
56 Bulan Kitab Suci Nasional 2020

Bersatu dengan Allah (ay. 13-16)


Allah telah mencurahkan Roh Kudus kepada
kita untuk terus membawa kesaksian akan kehadiran
Allah dalam hidup kita. Dengan Roh yang telah dikaru-
niakan Allah, kita dapat mengetahui bahwa Allah ting-
gal di dalam kita (1Yoh. 3:24). Sementara terus berdoa
dan berjalan dalam Roh Kudus, kita memiliki jaminan
bahwa kita berada dalam Allah dan Allah di dalam
kita. Pernyataan “kita berada di dalam Allah dan Dia di
dalam kita” mengungkapkan persatuan kita dengan Al-
lah. Orang yang bersatu dengan Allah memandang se-
gala sesuatu menurut pandangan Allah. Ia berkata dan
bertindak semata-mata menurut kehendak Allah karena
Ia menguasai seluruh hidupnya. Ia tidak berkata atau
bertindak menurut keinginannya sendiri tetapi selalu
menyesuaikannya dengan kehendak Allah.
Pencurahan Roh Kudus (ay. 13) itu akan mendo-
rong orang untuk memberi kesaksian tentang apa yang
telah dilakukan Allah Bapa lewat anak-Nya, yang telah
diutus sebagai penyelamat dunia. Alasan pengutusan
itu adalah untuk membebaskan manusia dari dosa dan
kematian. Semua manusia telah berdosa dan dosa me-
reka telah memisahkan mereka dari Allah. Yesus mati
demi dosa seluruh umat manusia. Berkat Kristus manu-
sia dapat selamat dan menerima hidup baru dari Allah.
Tindakan Allah ini mengungkapkan betapa besarnya
kasih Allah kepada manusia.
Allah tinggal dalam diri orang-orang yang percaya
bahwa Yesus adalah anak Allah, bahwa Allah telah
mengutus-Nya datang ke dunia untuk menyelamatkan
umat manusia. Bila orang percaya pada Tuhan Yesus
Mewartakan Kabar Baik Di Tengah Krisis Iman dan Identitas 57

mereka akan menerima hidup baru, yakni hidup dalam


Allah. Mereka yang percaya pada Kristus dan pada
kasih Allah akan memberikan kesaksian tentang ke-
hadiran Kristus di dalam dunia dan mewartakan-Nya
sebagai penyelamat dunia. Hidup dan kata kita akan
membawa kesaksian tentang inkarnasi Yesus, karena
hidup dan kasih-Nya akan dinyatakan lewat kita. Ke-
tika kita berbicara, kita mengungkapkan kebijaksanaan
Kristus, ketika kita bertindak kita mengungkapkan keta-
atan pada bimbingan-Nya.
Kita percaya bahwa kasih Allah itu nyata dan kita
dapat menyerahkan diri pada kasih Allah itu. Kita me-
ngetahui bahwa Allah mengasihi kita dan kasih-Nya
tak pernah pudar. Ia mengasihi kita tidak secara umum,
tetapi secara personal. Allah mengasihi setiap orang
dan masing-masing sama berharganya di hadapan-Nya.
Sekali lagi dinyatakan bahwa Allah adalah kasih (lihat
ay. 8). Segala yang dilakukannya adalah laku kasih.
Konsekuensinya, setiap orang yang tetap berada dalam
kasih, yakni hidup dalam semangat kasih, “tetap bera-
da dalam Allah dan Allah di dalam dia.” Allah yang
tinggal dalam dirinya membuatnya sanggup mengasihi
sesamanya. Ia akan mengasihi sesamanya seperti Allah
sendiri telah mengasihinya dan mengasihi setiap orang.
Percaya pada Hari Penghakiman (ay. 17-21)
Kasih Allah akan menjadi sempurna di dalam diri
kita kalau kita mempunyai keberanian untuk percaya
pada hari penghakiman. Kalau memang kita sudah
merasa dikasihi oleh Allah dan telah mengasihi sesama
dalam kehidupan kita, kita tidak takut untuk mengha-
dap pengadilan Allah. Kita siap untuk “dinilai” oleh
58 Bulan Kitab Suci Nasional 2020

Allah karena semua yang dilakukannya di dunia di-


lakukan karena ia mengasihi Allah. Pertemuan dengan
Allah dalam penghakiman itu tidak membuatnya takut
karena pada saat itulah Allah akan menyatakan bahwa
dia adalah orang yang benar di hadapan-Nya. Orang ta-
kut menghadapi pengadilan Allah bila ia tidak mengas-
ihi Allah, yang berkuasa untuk menjatuhkan hukuman
kepadanya.
Jelas bahwa “bukan kita yang telah mengasihi Al-
lah, tetapi Allah yang telah mengasihi kita.” Allah ti-
dak menunggu manusia mengasihi diri-Nya dan baru
kemudian Ia mau mengasihi mereka. Kasih Allah ke-
pada manusia sama sekali bukan balasan atau imbalan
atas kasih manusia kepada Allah, tetapi kasih manusia
merupakan tanggapan atas kasih Allah yang tak terba-
tas dan abadi. Tanggapan ini hanya mungkin diberikan
bila manusia mengerti bahwa Allah telah mengasihinya
dengan kasih yang sedemikian besar. Kita mengasihi
sesama karena Allah sudah lebih dahulu mengasihi
kita. Jika orang mengatakan bahwa ia mengasihi Allah
tetapi membenci saudaranya, ia berdusta karena tidak
mungkin mencintai Allah yang tidak kelihatan tanpa
mencintai sesama yang kelihatan (ay. 20). Siapa yang
mengasihi Allah, ia harus juga mengasihi saudaranya
(ay. 21).
*******
Perikop ini menyampaikan kabar baik bagi manu-
sia, yang menyangkut kebenaran mengenai Allah, yaitu
siapa Dia sesungguhnya. Dia adalah Allah yang me-
ngasihi manusia. Kesadaran akan kebenaran mengenai
Allah ini membuat orang beriman sadar akan identitas-
nya di hadapan Allah. Orang beriman adalah orang-
Mewartakan Kabar Baik Di Tengah Krisis Iman dan Identitas 59

orang yang menyadari bahwa mereka dikasihi oleh Al-


lah. Pengenalan diri dalam hubungannya dengan Allah
ini akan mendatangkan kegembiraan. Pengenalan akan
identitas di hadapan Allah yang diwarnai dengan ke-
gembiraan ini akan menggerakkan orang untuk melaku-
kan kehendak Allah, yaitu mengasihi sesama.
Allah adalah Kasih
Allah adalah kasih. Terdorong oleh kasih-Nya, Al-
lah menghendaki manusia berbahagia bersama Dia di
surga. Tetapi, dosa menghalangi manusia untuk bersatu
dengan Allah. Dosa membuat mereka tidak layak un-
tuk bersatu dengan Allah yang kudus di dalam kehidu-
pan surgawi. Allah “berani berkurban” supaya manu-
sia menikmati kebahagiaan surgawi itu, yaitu dengan
mengutus Putra-Nya untuk menyelamatkan mereka
dari kekuasaan dosa. Di kayu salib Kristus bertindak
sebagai Imam Besar yang mencurahkan darah-Nya sen-
diri mempersembahkan diri-Nya sebagai kurban untuk
menghapus dosa semua manusia (Ibr. 9:13-14,25-28).
Karena dosanya telah dihapus dan ia sendiri telah dida-
maikan dengan Allah, manusia dipandang layak untuk
tinggal bersama dengan Allah di surga.
Kita adalah orang yang dikasihi Allah
Di hadapan Allah yang begitu mengasihi manusia
itu, kita dapat melihat diri kita hanyalah orang berdosa
yang lemah dan memiliki kecenderungan kepada dosa.
Jika kita terus dikuasai oleh dosa, jiwa kita tidak dapat
hidup abadi. Tetapi, kita yang berdosa ini dikasihi oleh
Allah. Ia tidak membiarkan diri kita dikuasai oleh dosa
dan mengalami kematian abadi. Kita begitu dikasihi
oleh Allah, sehingga Allah mengutus Anak-Nya untuk
60 Bulan Kitab Suci Nasional 2020

menyelamatkan kita. Untuk kitalah Yesus datang ke du-


nia dan untuk menghapus dosa kitalah Ia mempersem-
bahkan diri di kayu salib.
Dikasihi Allah, maka Mengasihi Sesama
Allah telah mengasihi kita dengan kasih yang
sedemikian besar. Bila kita menyadari bahwa kita adalah
pribadi yang dikasihi oleh Allah, kita pun me-ngasihi
sesama. Kasih itu bukan soal kata, melainkan soal per-
buatan. Orang yang mengasihi memiliki dua ciri: 1).
menghendaki orang yang dikasihinya berbahagia dan
2). berani berkurban demi kebahagiaan orang yang
dikasihinya. Kita dapat melihat contoh perbuatan
kasih dalam diri orang Samaria yang baik hati yang
menolong orang telah dirampok itu. Ia mengasihi kor-
ban perampokan itu dengan menolongnya. Ia hanya
mengharapkan agar orang itu bisa sehat kembali. Ia
rela mengurbankan banyak hal yang dimilikinya supaya
keadaan orang itu bisa pulih keadaannya.

5.2 Yesus, Anak Manusia (Mat. 25:31-46)


Perikop ini merupakan bagian terakhir dari khot-
bah tentang akhir zaman yang terdapat dalam Injil Ma-
tius (Mat. 24-25). Dalam rangkaian khotbah tentang
akhir zaman ini juga terdapat perumpamaan tentang
hamba yang setia dan bijaksana (Mat. 24:45-51), ten-
tang sepuluh gadis (Mat. 25:1-13), dan tentang talenta
(Mat. 25:14-30). Walaupun merupakan bagian dari
khotbah, perikop ini mengandung unsur perumpamaan,
yakni sebuah simile tentang seorang gembala yang me-
misahkan domba dari kambing (ay. 32b-33). Karena itu,
perikop ini sering kali disebut perumpamaan tentang
Mewartakan Kabar Baik Di Tengah Krisis Iman dan Identitas 61

domba dan kambing. Perumpamaan ini diawali dengan


suasana di tempat penghakiman (ay. 31-33). Kemudian
disampaikan tindakan Raja yang bertindak sebagai ha-
kim terhadap orang-orang yang ditempatkan di sebelah
kanan (ay. 34-40) dan terhadap orang-orang yang di se-
belah kiri (ay. 41-46).
Suasana di Tempat Penghakiman (ay. 31-33)
Pada akhir zaman, Kristus, Anak Manusia, akan
datang dalam kemuliaan-Nya dengan diiringi oleh para
malaikat-Nya. Lalu Ia akan bersemayam di atas takhta
kemuliaan-Nya. Karena bersemayam di atas takhta,
dapat dikatakan bahwa ia adalah seorang raja (ay. 34).
Pernyataan pada ay. 31 ini mengingatkan pada Anak
Manusia yang dilihat oleh Daniel (Dan. 7:13-14). Ia
melihat seorang seperti anak manusia menerima kua-
sa dan kemuliaan dalam kerajaan yang abadi. Matius
menunjukkan bahwa Yesus itulah Anak Manusia yang
dinubuatkan dalam Kitab Daniel. Ia memegang kua-
sa atas kerajaan abadi dan pada akhir zaman Ia akan
menggunakan kuasa-Nya untuk menentukan siapa
yang layak masuk dalam kerajaan-Nya.
Pada waktu itu semua bangsa akan dikumpulkan di
hadapan Anak Manusia untuk diadili. Walaupun yang
disebut adalah semua bangsa, pengadilan ini dilaku-
kan kepada setiap orang, bukan kepada setiap bangsa.
Dengan kata lain, semua orang dari segala bangsa akan
dibawa ke hadapan Anak Manusia dan setiap orang
akan diadili.
Dalam pengadilan itu, Anak Manusia akan me-
misahkan seorang dari yang lain, seperti seorang gem-
bala memisahkan domba dari kambing: Ia menempat-
62 Bulan Kitab Suci Nasional 2020

kan domba-domba di sebelah kanan-Nya, sedangkan


kambing-kambing di sebelah kiri-Nya. Gambaran ini
diambil dari kehidupan peternakan di Timur Tengah.
Kambing dan domba memang biasa digembalakan ber-
sama. Tetapi, pada waktu-waktu tertentu mereka harus
dipisahkan. Misalnya, ketika kambing-kambing itu ha-
rus diperah susunya atau ketika domba-domba harus
digunting bulunya. Menempatkan domba di sebelah
kanan merupakan tanda bahwa mereka mendapatkan
tempat kehormatan. Sebaliknya, penempatan kambing
di sebelah kiri merupakan tanda bahwa mereka jauh
dari kehormatan, bahkan mereka akan menerima huku-
man.
Kepada yang di Sebelah Kanan (ay. 34-40)
Anak Manusia, yang juga adalah Raja, menyebut
mereka yang ditempatkan di sebelah kanan-Nya sebagai
orang-orang “yang diberkati oleh Bapa-Ku.” Ia juga me-
nyatakan bahwa mereka akan menerima Kerajaan yang
telah disediakan bagi mereka sejak dunia dijadikan.
Mereka layak menerimanya karena selama hidup di du-
nia mereka telah melakukan kebaikan-kebaikan kepada
Tuhan yang hadir dalam diri orang-orang miskin dan
menderita. Atau, sebaliknya, kebaikan yang dilakukan
terhadap orang yang miskin dan menderita itu dilaku-
kan bagi Tuhan. Ada enam kebaikan yang disebutkan
dalam pengadilan ini, yang dapat dikelompokkan men-
jadi tiga.
Pertama, memberi makan orang yang lapar dan
memberi minum orang yang haus. Dua perbuatan
ini merupakan kebaikan yang mendasar karena
menyangkut kebutuhan dasar manusia. Orang
Mewartakan Kabar Baik Di Tengah Krisis Iman dan Identitas 63

yang kekurangan makan dan minum akan men-


jadi lemah badannya. Hal ini bisa membuat orang
menjadi sakit, dan bila berkepanjangan, orang
dapat kehilangan nyawa.
Kedua, memberi tumpangan kepada orang asing
dan memberi pakaian kepada orang yang telan-
jang. Tempat untuk berteduh dan pakaian mem-
bantu orang untuk bertahan dalam cuaca, apalagi
di malam hari atau pada musim dingin. Orang
asing tidak mempunyai tempat untuk berlindung
dan orang telanjang tidak mempunyai pakaian
untuk menutup tubuhnya. Perbuatan baik kepada
kedua kelompok orang ini dapat menyelamatkan
mereka dari kesulitan yang muncul karena cuaca.
Ketiga, melawat orang sakit dan mengunjungi
orang yang dipenjara. Kunjungan kepada orang
sakit mungkin tidak dapat menyembuhkan si
sakit dan kunjungan kepada orang yang sedang
dipenjara mungkin tidak dapat membebaskannya
dari situ. Tetapi, kehadiran dan perhatian kepada
kedua kelompok orang ini dapat mendatangkan
kegembiraan bagi mereka dan meringankan pen-
deritaan yang mereka alami. Semangat dan ke-
gembiraan yang muncul dari orang yang datang
mengunjungi itu dapat membuat orang sakit dan
orang yang dipenjara sanggup bertahan mengha-
dapi kesulitan yang sedang mereka hadapi.
Pada zaman Perjanjian Baru, penjara tidak diguna-
kan sebagai sarana untuk menghukum orang yang di-
nyatakan bersalah oleh pengadilan, tetapi hanya untuk
menahan orang yang dituduh bersalah sampai ia men-
64 Bulan Kitab Suci Nasional 2020

jalani pengadilan. Kehidupan seorang tahanan di dalam


penjara ini bergantung pada keluarga atau kenalan yang
mengirimkan makanan, minuman, dan lain-lain untuk
kehidupannya. Mereka yang berada di dalam tahanan
boleh dikunjungi dan diurus oleh teman-temannya
(Mat. 11:2; Flp. 3:25; 4:18,21; Ibr. 13:3).
Orang-orang yang ditempatkan di sebelah kanan
Raja itu heran mendengar pernyataan yang diucapkan-
Nya karena merasa tidak melakukan semua itu. Mereka
tidak melihat Raja itu lapar, haus, telanjang, sakit, atau
ditahan di dalam penjara. Yang mereka lihat hanyalah
orang-orang yang menderita dan mengalami kesulitan,
lalu mereka mengulurkan tangan dan melakukan se-
suatu bagi mereka. Karena itu, mereka bertanya kepada
Sang Raja kapan sebenarnya mereka melihat Dia lapar
dan haus, menjadi orang asing dan telanjang, serta sakit
dan dipenjara lalu melakukan perbuatan baik kepada-
Nya.
Menanggapi pertanyaan itu, Raja menyatakan,
“Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, segala sesuatu
yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-
Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya
untuk Aku“ (ay. 40) Kebaikan yang mereka lakukan
selama hidup di dunia, ternyata mempunyai nilai yang
abadi. Apa pun yang mereka lakukan terhadap orang-
orang yang paling hina sebenarnya mereka lakukan un-
tuk Tuhan karena Ia hadir di dalam diri mereka.
Kepada yang di Sebelah Kiri (ay. 41-46)
Sebaliknya, orang-orang yang dilambangkan de-
ngan kambing yang ditempatkan di sebelah kiri-Nya itu
akan dienyahkan “ke dalam api yang kekal yang telah
Mewartakan Kabar Baik Di Tengah Krisis Iman dan Identitas 65

sedia untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya.” Api yang


kekal itu sebenarnya tidak disediakan bagi manusia,
melainkan untuk Iblis dan para malaikatnya. Tetapi,
apa yang mereka lakukan selama hidup di dunia telah
membawa mereka ke tempat itu. Karena, mereka tidak
pernah memperhatikan apalagi mengasihi Tuhan yang
hadir dalam diri orang-orang miskin dan menderita.
Mereka tidak memberi-Nya makan ketika Ia lapar, tidak
memberi-Nya minum ketika Ia haus, tidak memberi-
Nya tumpangan ketika Ia seorang asing, tidak memberi-
Nya pakaian ketika Ia telanjang, tidak melawat-Nya ke-
tika Ia sakit, dan tidak mengunjungi-Nya ketika Ia di
dalam penjara.
Mereka merasa bahwa selama hidup di dunia be-
lum pernah melihat Raja itu menahan lapar dan haus,
menjadi orang asing, telanjang, sakit, atau berada di
dalam penjara. Karena itu, mereka pun tidak mela-
yani-Nya. Seandainya mereka melihat Sang Raja dalam
keadaan seperti itu, tentu mereka akan melayani-Nya:
menyediakan makanan dan minuman, memberi tump-
angan, mengunjungi-Nya, dan sebagainya. Tentu saja
mereka melihat orang-orang yang mengalami berbagai
penderitaan itu, tetapi mereka mengambil keputusan
untuk tidak melakukan apa-apa bagi orang-orang itu.
Menanggapi perkataan mereka, Sang Raja men-
jawab, “Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, segala
sesuatu yang tidak kamu lakukan untuk salah seorang
dari yang paling hina ini, kamu tidak melakukannya
juga untuk Aku” (ay. 45). Kepada mereka pun, Raja
menyatakan bahwa Ia hadir di dalam diri orang-orang
yang sedang mengalami penderitaan, sekalipun mereka
tidak melihatnya. Setelah berhadapan dengan penga-
66 Bulan Kitab Suci Nasional 2020

dilan ini barulah mereka menyadari bahwa keputusan


untuk tidak mengulurkan tangan kepada orang-orang
yang mengalami penderitaan itu keliru dan membawa
konsekuensi buruk bagi mereka.
Akhirnya, Sang Raja menyatakan bahwa orang-
orang yang ada di sebelah kiri-Nya itu akan masuk ke
tempat siksaan yang kekal, yang pada ay. 41 disebut se-
bagai api yang kekal yang disediakan bagi Iblis dan para
malaikatnya. Kedua gambaran ini menjelaskan keadaan
orang jahat yang tidak akan tinggal bersama dengan Al-
lah. Mereka akan terpisah jauh dari Allah dan keadaan
ini sama sekali tidak mengenakkan. Sebaliknya, orang
benar akan masuk ke dalam hidup yang kekal, yang
juga disebut sebagai Kerajaan yang telah disediakan
bagi mereka (ay. 34). Demikianlah orang benar akan
tinggal bersama Allah dalam kebahagiaan abadi.
*******
Dalam Pertemuan I kita telah melihat Allah yang
mengasihi manusia dan mewujudkan kasih-Nya me-
lalui Yesus Kristus. Dalam Pertemuan II ini kita melihat
kebenaran mengenai Yesus Kristus, yang menjadi kabar
baik bagi manusia. Dia adalah Anak Manusia yang
berkuasa atas Kerajaan Surga. Kesadaran akan kebena-
ran mengenai Yesus Kristus ini membuat orang beri-
man sadar akan identitasnya di hadapan Kristus. Orang
beriman adalah orang yang percaya kepada Kristus dan
setia kepada-Nya. Pengenalan diri dalam hubungannya
dengan Kristus ini akan mendatangkan kegembiraan.
Pengenalan akan identitas di hadapan Kristus yang di-
warnai dengan kegembiraan ini akan menggerakkan
orang beriman untuk melakukan kehendak-Nya.
Mewartakan Kabar Baik Di Tengah Krisis Iman dan Identitas 67

Tuhan kita adalah Raja Surga


Yesus Kristus, Tuhan yang kita imani, menjadi ma-
nusia dan mati di kayu salib untuk menyatakan kasih-
Nya kepada kita. Ia mati untuk menghapus dosa kita
supaya kita layak hidup bersama Dia di surga. Setelah
menyelesaikan tugas penyelamatan ini, Ia kembali ke
surga. Kelak Ia akan datang sebagai Raja yang berkuasa
atas Kerajaan Surga. Ia berkuasa untuk menentukan
siapa yang akan masuk ke dalam kerajaan-Nya untuk
menikmati kebahagiaan abadi Bersama Dia dan siapa
yang tidak boleh masuk ke dalamnya.
Ia menghakimi setiap orang menurut perbuatan
yang dilakukan terhadap saudara-saudara-Nya, yaitu
orang-orang yang menderita. Sekalipun memegang
kuasa atas Kerajaan Surga, Kristus, Sang Raja dan
Anak Manusia hadir di dalam diri orang-orang yang
mengalami penderitaan. Ia adalah Raja atas surga dan
bumi, tetapi hadir di dalam dunia ini dalam diri orang-
orang yang menderita.
Kita adalah hamba-hambanya
Kalau Yesus adalah Tuhan kita, di hadapan-Nya
kita yang percaya kepada-Nya menempatkan diri se-
bagai hamba-hamba-Nya. Kesadaran diri sebagai ham-
ba Tuhan ini mendorong kita untuk melakukan apa
yang dikehendaki-Nya dan tidak memandang tindakan
kita sebagai jasa yang layak mendapat imbalan. Kita
hanya dapat mengatakan bahwa kita adalah orang ber-
dosa yang dikasihi oleh Allah dan percaya kepada-Nya.
Karena itu, kita melakukan kehendak Tuhan itu dengan
kegembiraan tanpa mengharapkan upah.
68 Bulan Kitab Suci Nasional 2020

Kita melayani Tuhan dalam diri sesama


Telah dikatakan bahwa Kristus yang mengasihi
manusia hadir dalam diri orang-orang yang menderita.
Apa yang dilakukan terhadap orang yang mengalami
penderitaan itu, sebenarnya dilakukan terhadap Kristus.
Tindakan manusia di dunia ini, khususnya yang dilaku-
kan terhadap orang yang menderita, menjadi dasar per-
timbangan dalam pengadilan di akhir zaman. Karena
itu, selama menjalani kehidupan di dunia ini orang di-
ingatkan untuk memperhatikan sesama yang menderita
dengan keyakinan bahwa apa pun yang dilakukannya
terhadap mereka sebenarnya dilakukan bagi Kristus.
Karena, wajah Kristus tersembunyi dalam wajah orang-
orang yang menderita, kita perlu menyadari bahwa ha-
nya mereka yang membina relasi dengan Kristus dapat
melihat wajah-Nya dengan jelas, sekalipun bagi orang
lain kabur atau tidak tampak. Hubungan pribadi orang
beriman dengan Kristus akan membuat dia menjadi le-
bih peka terhadap kehadiran-Nya dan menggerakkan
dia untuk mengasihi-Nya.
5.3 Orang Berdosa Yang Dipercaya Oleh Tuhan (Luk.
5:1-11)
Lukas menceritakan panggilan murid-murid per-
tama setelah Yesus sudah agak lama mengajar dan
mengerjakan mukjizat. Ini berarti bahwa sebelumnya
Ia hanya sendirian: ketika mengajar di rumah-rumah
ibadat di Galilea (Luk. 4:14-15), ketika ditolak di Naza-
ret (Luk. 4:16-30), ketika mengajar di Kapernaum dan
mengusir setan (Luk. 4:31-37), menyembuhkan ibu
mertua Simon dan orang-orang lain (Luk. 4:38-41), dan
ketika mengajar di kota-kota di Yudea (Mrk. 4:42-44).
Mewartakan Kabar Baik Di Tengah Krisis Iman dan Identitas 69

Dalam perikop ini Lukas menyampaikan tiga hal.


Pertama-tama ia menyampaikan catatan mengenai tem-
pat dan pewartaan Yesus (ay. 1-3). Ia sedang mengajar di
pantai Danau Galilea. Selanjutnya Lukas mengisahkan
penangkapan ikan yang ajaib (ay. 4-10a). Ia menunjuk-
kan bahwa mukjizat penangkapan ikan ini merupakan
pernyataan diri Yesus kepada orang-orang yang hendak
di panggil-Nya. Selanjutnya, Lukas merangkainya de-
ngan kisah panggilan Simon dan orang-orang yang ber-
sama dia (ay. 10b-11).
Yesus Mengajar (ay. 1-3)
Pada suatu kali Yesus berdiri di pantai Danau Gene-
saret yang terletak di wilayah Galilea (panjang sekitar
21 km dan lebar sekitar 13 km). Ketiga Injil lain me-
nyebut danau ini Danau Galilea (Mat. 4:18; Mrk. 1:16;
Yoh. 6:1). Banyak orang mengerumuni Yesus hendak
mendengarkan firman Allah yang hendak disampaikan-
Nya. Mereka berdesak-desakan untuk dapat mendekati
Dia. Bila orang banyak itu terus mendesak-Nya, tidak
akan ada jarak antara Yesus dengan mereka sehingga Ia
tidak akan dapat berbicara kepada mereka.
Alam situasi seperti ini, Yesus melihat dua perahu
di tepi pantai. Nelayan-nelayannya telah turun perahu
itu dan mereka sedang membasuh jala. Pada malam
sebelumnya mereka telah menggunakan jala itu dan
sekarang mereka membersihkannya agar siap dipakai
untuk waktu selanjutnya. Yesus pun naik ke atas salah
satu perahu itu, yang ternyata adalah milik Simon. Lalu
Yesus meminta Simon untuk mendorong perahunya
sedikit jauh dari pantai. Orang banyak tidak dapat lagi
mendesak Yesus dan sekarang ada jarak antara Yesus
70 Bulan Kitab Suci Nasional 2020

dengan mereka. Lalu Ia duduk di atas perahu itu dan


mengajar orang banyak.
Penangkapan Ikan yang Ajaib (ay. 4-10a)
Setelah selesai menyampaikan pengajaran kepada
orang banyak itu, Yesus meminta Simon bertolak ke
tempat yang dalam dan menebarkan jala di situ untuk
menangkap ikan. Perintah ini terdengar aneh di telinga
Simon. Ia adalah nelayan yang sudah terbiasa mencari
ikan di Danau Galilea. Pada malam sebelumnya Simon
dan teman-temannya telah bekerja keras untuk men-
cari ikan, tetapi tidak menangkap apa-apa. Malam hari
adalah waktu yang cocok untuk menangkap ikan dan
Simon adalah nelayan yang memahami situasi di danau
itu. Sepanjang malam ia telah bekerja keras, tetapi tidak
mendapatkan apa-apa, rasanya tidak ada gunanya un-
tuk menebarkan jala pada siang hari. Kalau kemudian
ia bertolak untuk menebarkan jala, hal itu semata-mata
dilakukannya hanya karena mengikuti perkataan Ye-
sus. Bisa jadi Petrus tidak setuju dengan Yesus, tetapi ia
melakukan apa yang dikatakan-Nya.
Apa yang kemudian dialami oleh Simon benar-
benar di luar dugaannya. Jala yang mereka tebarkan
ternyata menangkap sejumlah besar ikan. Bahkan, jala
itu mulai koyak karena tidak dapat menahan banyaknya
jumlah ikan yang tertangkap. Mereka pun memberi
isyarat kepada teman-teman mereka yang berada di
perahu lain. Mereka meminta orang-orang itu datang
untuk membantu menampung ikan yang telah mereka
tangkap. Dua perahu hampir tidak cukup untuk menam-
pung hasil tangkapan. Kedua perahu itu penuh dengan
ikan sampai hampir tenggelam.
Mewartakan Kabar Baik Di Tengah Krisis Iman dan Identitas 71

Simon Petrus menyadari bahwa apa yang sedang


dialaminya bukanlah peristiwa biasa. Dia dan teman-
temannya takjub menyaksikan banyaknya ikan yang
mereka tangkap, padahal mereka menebarkan jala pada
siang hari, atas perintah seorang guru. Sesampainya di
darat, ia mendekati Yesus dan sujud di depan-Nya lalu
berkata “Tuhan, pergilah dari hadapanku, karena aku
ini seorang berdosa.” Ketika hendak bertolak untuk
menebarkan jala, Simon memanggil Yesus dengan sebu-
tan “guru” (Yun. “epistata,” sebutan untuk memanggil
orang yang dihormati karena memiliki kuasa). Setelah
peristiwa penangkapan ikan ini, Simon memanggilnya
“Tuhan.” Kenyataan yang dialami Simon membuat dia
sadar siapa pribadi yang sedang dihadapinya. Hal ini
juga membuatnya sadar bahwa dirinya adalah orang
berdosa sehingga tidak layak ada di dekat-Nya. Karena
itu, Simon meminta Yesus pergi meninggalkannya.
Hal seperti ini berulang kali muncul dalam Per-
janjian Lama, termasuk dalam kisah panggilan Nabi
Yesaya. Ia melihat Allah duduk di takhta yang tinggi
menjulang, disertai oleh para makhluk surgawi. Ketika
menyadari bahwa ia telah melihat Allah, Yesaya lang-
sung menyadari dosanya. “Celakalah aku! aku binasa!
Sebab aku ini seorang yang najis bibir, dan aku tinggal
di tengah-tengah bangsa yang najis bibir, namun mataku
telah melihat Sang Raja, yakni TUHAN semesta alam”
(Yes. 6:5). Tetapi, kemudian Tuhan menyucikan Yesaya
dan mengutusnya menjadi nabi untuk menyampaikan
kehendak-Nya.
Memang hanya Simon yang bersujud di hadapan
Yesus dan berbicara kepada-Nya. Tetapi, semua orang
yang bersama-sama dengan dia dan menyaksikan ke-
72 Bulan Kitab Suci Nasional 2020

jadian itu merasa takjub. Apa yang mereka lihat pada


waktu itu sungguh tidak masuk di akal mereka, tetapi
mereka melihatnya secara langsung, bahkan mengala-
minya. Termasuk di antara yang melihat mukjizat itu
adalah teman-teman Simon, yaitu Yakobus dan Yo-
hanes, anak-anak Zebedeus. Mereka ada di dalam pe-
rahu itu bukan karena tertarik pada peristiwa ajaib itu,
tetapi karena mereka memang rekan kerja Simon.
Panggilan Simon (ay. 10a-11)
Tetapi, Yesus berkata kepada Simon, “Jangan ta-
kut, mulai sekarang engkau akan menjala manusia.” Ia
meminta Simon untuk tidak merasa takut. Benar bahwa
Allah telah menyatakan diri dalam pribadi Yesus, tetapi
hal itu dilakukan bukan untuk membuat mereka hancur
dan binasa. Bahkan, Yesus memanggil mereka untuk
menjadi penjala manusia. “Menjala manusia” meru-
pakan kiasan untuk mencari/membawa orang menjadi
pengikut Yesus. Dalam praktiknya hal ini nantinya baru
akan mereka lakukan setelah Yesus naik ke surga. Me-
reka akan memberitakan karya penyelamatan yang di-
lakukan oleh Kristus kepada orang Yahudi dan bukan
Yahudi. Mereka bahkan harus meninggalkan negeri
mereka untuk melaksanakan tugas ini. Agar dapat men-
jalankan tugas ini, sekarang mereka harus mengikuti Ye-
sus untuk menjalani kehidupan sebagai murid sehingga
dapat mengenal Dia dan memahami kehendak-Nya.
Simon dan rekan-rekannya menarik perahu me-
reka ke darat, lalu meninggalkan segala sesuatu dan
mengikut Yesus. Mulanya mereka terpesona dengan
banyaknya ikan yang mereka tangkap. Tetapi, sekarang
mereka terpesona dengan Pribadi yang membuat begitu
Mewartakan Kabar Baik Di Tengah Krisis Iman dan Identitas 73

banyak ikan itu datang ke jala mereka. Kesadaran akan


Pribadi Yesus inilah yang membuat mereka mengam-
bil keputusan untuk mengikuti Yesus. Konsekuensinya,
mereka meninggalkan segala sesuatu yang mereka mi-
liki: perahu, usaha, keluarga, termasuk hasil tangkapan
terbesar yang mereka peroleh selama hidup mereka itu.
Mulai saat itu, mereka senantiasa bersama dengan Ye-
sus.
Dalam Pertemuan III ini kita kembali melihat kabar
baik yang bersumber dari Yesus Kristus. Dia adalah Tu-
han yang Mahakuasa, yang sanggup melakukan apa
yang dikehendaki-Nya. Di hadapan-Nya orang beriman
menyadari identitas mereka, yaitu bahwa mereka hanya-
lah orang berdosa, tetapi Yesus mempercayakan suatu
tugas kepada mereka. Kesadaran akan identitas ini akan
mendatangkan kegembiraan kepada orang beriman dan
menggerakkan mereka untuk melakukan tugas yang
diberikan kepada mereka.
Yesus adalah Tuhan yang Mahakuasa
Dalam Pertemuan I kita telah melihat bahwa Allah
yang adalah Kasih menyatakan kasih-Nya dalam diri
Yesus. Dalam Pertemuan II kita melihat bahwa Yesus
adalah Raja yang berkuasa atas Kerajaan Surga. Dalam
Pertemuan III ini kita melihat bahwa Yesus adalah Tu-
han yang Mahakuasa, yang dapat melakukan apa pun
yang dikehendaki-Nya. Sudah sepanjang malam ia
menebarkan jala tanpa menangkap seekor ikan pun.
Ketika Yesus menyuruhnya kembali menebarkan jala
pada siang hari, Petrus menangkap begitu banyak ikan.
Melihat tangkapan ikan yang tidak masuk akal baginya
sebagai seorang nelayan, Simon langsung menyadari
74 Bulan Kitab Suci Nasional 2020

bahwa Yesus bukanlah manusia biasa. Dia yang Ma-


hakuasa inilah yang kita percaya sebagai Tuhan yang
kita ikuti. Ia sanggup melakukan hal-hal yang mustahil
menurut manusia.
Aku Orang Berdosa tetapi Dipercaya oleh-Nya
Berhadapan dengan Yesus, Simon sujud dan me-
minta Yesus pergi karena dia orang berdosa. Kesadaran
akan siapa dirinya di hadapan Tuhan membuat Petrus
pun menyadari siapa dirinya: di hadapan-Nya, Petrus
hanyalah seorang berdosa. Namun, Tuhan Yesus me-
minta Petrus untuk mengikuti-Nya dan Tuhan akan
memberikan kepadanya tugas untuk menjala manu-
sia. Secara konkret Petrus dipanggil untuk mengikuti
Yesus ke mana pun Ia pergi, mendengarkan apa yang
dikatakan-Nya, dan melihat apa yang dilakukan-Nya.
Nantinya Petrus akan menjala manusia dengan mem-
beritakan kasih Allah yang dinyatakan dalam diri Ye-
sus supaya orang percaya kepada-Nya dan memperoleh
keselamatan. Seperti Petrus ketika berhadapan dengan
Yesus, kita pun menyadari bahwa kita hanyalah orang
yang berdosa. Namun, Tuhan memilih kita dan mem-
berikan tugas kepada kita untuk mewartakan kasih-Nya
kepada sesama manusia.

Aku harus melaksanakan tugas yang diberikan-Nya kepa-


daku
Kesadaran akan dirinya sendiri dan akan Tu-
han yang memanggilnya, menggerakkan Petrus untuk
melakukan apa yang dikehendaki-Nya. Tuhan yang
berkuasa atas diri Petrus telah memanggilnya untuk
mengikuti Dia dan menjadi penjala manusia. Seluruh
Mewartakan Kabar Baik Di Tengah Krisis Iman dan Identitas 75

diri Petrus hanya tertuju kepada Tuhan sehingga me-


ninggalkan segala sesuatu lalu mengikuti Yesus. Kita
pun diajak untuk berlaku seperti Petrus: sebagai orang
berdosa yang dipercaya dan diberi tugas oleh Tuhan,
kita pun dipanggil untuk memberitakan kasih Allah ke-
pada sesama. Hal ini dapat dilakukan dengan kata dan
dengan perbuatan. Dengan kata-kata kita memberita-
kan kasih Allah yang dinyatakan dalam diri Yesus dan
dengan perbuatan kita memberikan teladan untuk hi-
dup sebagai orang yang percaya kepada Yesus.

5.1 Persekutuan Orang Beriman (Kis. 2:37-47)


Pada Hari Raya Pentakosta para rasul memberitakan
karya penyelamatan Kristus di Yerusalem. Banyak
orang percaya pada berita yang mereka sampaikan dan
pada hari itu para rasul membaptis 3000 orang Yahudi
yang percaya pada Kristus. Mereka membentuk Gereja
Perdana di Yerusalem. Mereka masih tetap hidup
sebagai orang Yahudi dan beribadah di Bait Allah, te-
tapi mereka juga mengadakan perkumpulan sendiri di
rumah-rumah para anggota Jemaat. Kutipan yang di-
bacakan dalam pertemuan ini terdiri dari tiga bagian:
pewartaan dan pembaptisan (ay. 37-40), persekutuan
orang yang telah dibaptis (ay. 41-42), dan cara hidup
mereka (ay. 43-47)
Pewartaan dan Pembaptisan (ay. 37-40)
Orang-orang yang hadir terkesan pada karunia
lahiriah Roh Kudus dan pada kotbah Petrus tentang
perbuatan-perbuatan Allah melalui Yesus. Beberapa
orang lalu menanyakan apa yang harus mereka lakukan
setelah mendengarkan warta tentang Yesus Kristus itu.
76 Bulan Kitab Suci Nasional 2020

Petrus menjawab, “Bertobatlah, ubahlah cara pikir dan


tingkah lakumu!” Mereka diajak untuk berbalik dari
sikap dan perilaku mereka yang jahat, yang mencapai
puncaknya ketika mereka membunuh Yesus (ay. 23, 36).
Sikap dan perilaku mereka yang demikian itu telah me-
nutup diri mereka dari karya keselamatan Allah. Na-
mun, Ia memberikan kesempatan kepada mereka untuk
bertobat agar dapat diselamatkan. Jika dahulu mereka
tidak percaya kepada Yesus dan telah membunuh-Nya,
kini mereka diundang untuk percaya kepada Yesus yang
telah dibangkitkan Allah itu. Jika percaya kepada-Nya,
mereka akan diselamatkan.
Untuk itu (caranya), mereka harus mengakui bah-
wa Yesus yang telah mereka bunuh itu adalah Tuhan
dan Kristus. Pengakuan itu secara konkret diwujudkan
dengan menerima baptisan dalam nama Yesus Kristus.
Berkat pengakuan dan pembaptisan itu mereka mem-
peroleh suatu hubungan baru dengan Yesus yang telah
dibangkitkan dan menempatkan diri mereka di bawah
kuasa Yesus yang adalah Tuhan dan Kristus. Serentak
dosa mereka, yang telah memisahkan mereka dari karya
keselamatan Allah, diampuni.
Selain mendatangkan pengampunan dosa, pem-
baptisan menurun-kan anugerah Roh Kudus. Roh Kudus
diterima oleh orang yang mau mengakui Yesus sebagai
Tuhan dan Kristus. Roh Kudus yang mereka terima ini
sama dengan Roh Kudus yang telah dicurahkan oleh
Yesus atas para rasul pada hari Pentakosta. Pembaptisan
itu ditawarkan baik kepada bangsa Yahudi maupun ke-
pada bangsa non-Yahudi, tanpa kecuali. Kotbah Petrus,
yang berisi ajakan untuk bertobat itu, membawa hasil:
kira-kira 3000 orang dibaptis.
Mewartakan Kabar Baik Di Tengah Krisis Iman dan Identitas 77

Persekutuan Jemaat (ay 41-42)


Ke-3000 orang yang dibaptis pada Hari Raya Pen-
takosta itu membentuk Jemaat Perdana di Yerusalem.
Jemaat yang baru saja terbentuk itu terdiri dari orang-
orang Yahudi. Orang-orang Yahudi yang baru saja
menjadi Kristiani ini tentu masih menaruh hormat yang
besar pada Bait Allah di Yerusalem. Mereka masih ber-
pegang pada kebiasaan berdoa dan menyembah Tuhan
di Bait Allah. Mereka menyanyikan mazmur dan me-
ndengarkan pembacaan Kitab Taurat dan Kitab Para
Nabi.
Di luar Bait Allah mereka bertekun dalam penga-
jaran para rasul. Yang dimaksudkan dengan pengajaran
para rasul itu adalah pengajaran yang diberikan kepada
orang-orang yang baru percaya pada Kristus atau de-
ngan kata lain baru masuk Kristiani. Dalam pengajaran
itu Kitab Suci ditafsirkan dengan disinari oleh peristiwa
Yesus Kristus. Jadi yang dimaksudkan dengan pengaja-
ran itu bukan pewartaan Injil kepada orang-orang yang
belum percaya kepada Kristus (bdk. Kis. 15:35).
Selain itu, mereka berkumpul untuk memecah-
kan roti dan berdoa. Ungkapan “memecahkan roti” ini
mengingatkan orang pada perjamuan Yahudi di mana
pemimpin mengucapkan berkat sebelum membagi-
bagikan roti. Tetapi, dalam bahasa Kristiani ungkapan
ini menunjuk pada Perjamuan Ekaristi (1Kor. 10:16;
11:24; Luk. 22: 19). Perjamuan kudus itu (ay. 46) tidak
dirayakan dalam Bait Allah, tetapi dalam salah satu
rumah anggota Jemaat. Acara “memecahkan roti” ini
tidak terpisah dari perjamuan yang sesungguhnya (bdk.
1Kor. 11:20-34). Doa yang dimaksudkan adalah doa
atau sembahyang bersama yang dipimpin oleh para ra-
78 Bulan Kitab Suci Nasional 2020

sul (Kis. 6:4; contoh doa ini terdapat dalam Kis. 4:24-
30).
Persekutuan mereka diwujudkan secara lebih nyata
dalam hal harta milik. Mereka menganggap bahwa “se-
gala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama.”
Milik pribadi tidak hanya digunakan untuk kepentingan
diri sendiri; anggota umat lain, bahkan seluruh umat bo-
leh menggunakannya. Tetapi, cara hidup seperti ini tidak
dapat disamakan dengan sistem komunis karena dalam
Jemaat Kristiani Perdana itu harta milik disediakan
untuk kepentingan sesama Jemaat secara sukarela dan
dibagikan menurut kebutuhan masing-masing. Anggota
Jemaat yang miskin dan para janda mendapatkan per-
hatian utama dalam hal ini. Dengan cara hidup yang
demikian, para janda dan anggota Jemaat yang miskin
dapat hidup tanpa kekurangan. Sikap serta tindakan Je-
maat ini mengungkapkan dan meneguhkan kesehatian
Jemaat (ay. 46; Kis. 4:32).
Cara Hidup Jemaat (ay. 43-47)
Para rasul mengadakan banyak tanda dan mukjizat.
Bukan hanya karya Yesus yang ditandai oleh ban-
yak mukjizat yang menyatakan bahwa Allah bekerja
melalui Dia (Kis. 2:22 dan 11:38). Setelah wafat dan
kebangkitan-Nya, tindakan itu dikerjakan terus oleh
Allah, kini melalui tangan para rasul. Berulang kali di-
katakan bahwa mereka mengadakan banyak tanda dan
mukjizat baik di Yerusalem (Kis. 2:43; 5:12-16) mau-
pun di tempat lain (Kis. 19:11; 28:9). Dengan tanda dan
mukjizat itu Allah menguatkan pewartaan para rasul
(Kis. 14:3; 4:30). Bahwa para rasul mengadakan tanda
dan mukjizat itu membuat orang banyak menjadi takut.
Mewartakan Kabar Baik Di Tengah Krisis Iman dan Identitas 79

Rasa takut ini bukan kekhawatiran, tetapi takut dalam


arti religius. Rasa takut yang dimaksudkan adalah takut
karena hormat akan sesuatu yang kudus, yang mereka
lihat berkarya dalam tanda dan mukjizat itu.
Cara hidup Jemaat yang saling mengasihi dalam
satu persekutuan itu membuat mereka disukai semua
orang. Cara hidup mereka yang seperti itu menarik per-
hatian banyak orang dan mereka menggabungkan diri
dalam persekutuan itu. Jumlah mereka makin bertam-
bah. Dari kenyataan ini mereka melihat bahwa “tiap-
tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan
orang yang diselamatkan.” Nyata bahwa kehidupan
Jemaat itu menjadi sarana pewartaan iman dan bentuk
kesaksian mereka tentang Kristus. Mereka tidak hanya
mewartakan dengan kata-kata tetapi dengan perbuatan
dan seluruh hidup mereka. Keselamatan para anggota
Jemaat Kristiani dalam penghakiman terakhir dijamin
oleh Tuhan (Kis. 2:21 dst; bdk. 13:48 dan surat-surat
Paulus).
*******
Dalam pertemuan I-III kita telah melihat identitas
orang beriman dalam kaitannya dengan Allah yang me-
nyatakan diri dalam Yesus Kristus. Dalam Pertemuan
IV ini kita melihat identitas kita sebagai anggota Gereja
Katolik, persekutuan orang yang percaya kepada Yesus
yang merupakan pernyataan kasih Allah.
Aku Adalah Anggota Gereja Katolik
Para rasul memberitakan karya penyelamatan
yang dilakukan oleh Yesus Kristus kepada orang-orang
Yahudi di Yerusalem. Banyak orang yang percaya kepada
80 Bulan Kitab Suci Nasional 2020

pemberitaan mereka lalu dibaptis. Semua orang yang


telah dibaptis membentuk persekutuan yang kemudian
disebut Jemaat/Gereja. Gereja yang telah dimulai oleh
para rasul itu berkembang dari zaman ke zaman. Kita
yang percaya kepada Kristus dan telah dibaptis dalam
nama Tritunggal masuk dalam persekutuan para murid
Kristus dan menjadi anggota Gereja Katolik. Dengan
demikian, dalam diri kita melekat identitas sebagai
pengikut Kristus dan anggota Gereja Katolik.
Bagaimana Hidup Sebagai Anggota Gereja?
Dalam perikop ini kita dapat melihat bagaimana
Gereja Perdana, yaitu Gereja yang dibangun oleh para
rasul di Yerusalem, menampakkan cara hidup yang
khas. Kita, para anggota Gereja perlu memahami cara
hidup Gereja Perdana untuk belajar bagaimana hidup
menurut identitas sebagai anggota Gereja. Apa saja
yang dapat diteladan oleh Gereja di zaman sekarang?
1. Bertekun dalam pengajaran para rasul. Agar dapat
hidup sesuai dengan kehendak Tuhan yang me-
reka imani, Jemaat selalu mendengarkan ajaran
Tuhan Yesus yang disampaikan oleh para rasul.
Ajaran Tuhan Yesus itu sekarang telah tertulis
dalam Kitab Suci. Gereja di zaman sekarang tetap
bertekun dalam ajaran Tuhan Yesus dengan mem-
baca dan merenungkan Sabda Tuhan yang tertulis
dalam Kitab Suci. Dalam Ekaristi, ibadah sabda,
dan kegiatan lainnya, Kitab Suci dibacakan dan
umat mendengarkannya.
2. Hidup dalam persekutuan. Orang-orang yang per-
caya kepada Kristus tidak sekedar berkumpul
tanpa saling mengasihi. Sebaliknya, mereka men-
Mewartakan Kabar Baik Di Tengah Krisis Iman dan Identitas 81

jadi sebuah keluarga di mana para anggotanya


saling mengasihi. Para anggota Gereja di zaman
sekarang pun tidak sekedar berkumpul di gereja
tanpa saling mengenal dan memperhatikan. Para
anggota Gereja telah disatukan oleh Kristus dan
menjadi keluarga orang-orang yang percaya ke-
pada-Nya. Seperti Kristus telah mengasihi semua
orang, para anggota Gereja pun diundang untuk
saling mengasihi.
3. Memecahkan roti dan berdoa. Para anggota Gereja
Perdana memecahkan roti untuk mengenangkan
karya penyelamatan yang dilakukan oleh Tuhan
Yesus. Hal ini sekarang dilakukan dalam perayaan
Ekaristi. Di dalam perayaan ini para anggota
Gereja berkumpul bersama sebagai satu keluarga
untuk mengenangkan karya penyelamatan yang
dilakukan oleh Kristus. Di dalam perayaan ini
mereka juga menyampaikan doa-doa kepada Al-
lah untuk kehidupan mereka sendiri dan untuk
keselamatan semua manusia.
4. Milik bersama. Para anggota Gereja Perdana tidak
mementingkan diri sendiri, tetapi memperhatikan
kebu-tuhan sesama. Mereka menyerahkan apa
yang mereka miliki untuk membantu para ang-
gota yang berkekurangan. Hal ini juga dilakukan
dalam Gereja sekarang. Para anggota Gereja yang
memiliki kemampuan lebih dari yang lain diun-
dang untuk membantu sesama yang berkekuran-
gan. Para anggota Gereja secara bersama-sama
juga membantu para anggota lain yang mengala-
mi kesulitan di bidang pendidikan, kesehatan, dan
sebagainya.
82 Bulan Kitab Suci Nasional 2020

5. Hidup dalam sukacita. Para anggota Gereja Per-


dana mengalami sukacita karena telah menerima
kabar keselamatan Kristus. Mereka telah men-
galami karya penyelamatan itu dan bersyukur atas
semua yang telah dilakukan oleh Kristus bagi me-
reka. Para anggota Gereja pun mewartakan kabar
sukacita itu kepada orang-orang di sekitar me-
reka. Orang beriman hanya mungkin orang me-
wartakan sukacita Kristus itu bila ia sendiri telah
mengalaminya.

Anda mungkin juga menyukai