Anda di halaman 1dari 71

ANALISA FAKTOR PENYEBAB KEBAKARAN PADA KAPAL DENGAN

MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP)

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Memperoleh


Gelar Sarjana Teknik Pada Departemen Teknik Sistem Perkapalan Fakultas
Teknik Universitas Hasanuddin

HALAMAN SAMPUL

OLEH:
RESKIYEL GERALDI TODINGBUA
D331 13 008

DEPARTEMEN TEKNIK SISTEM PERKAPALAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
GOWA
2020

i
ABSTRAK

Reskiyel Geraldi Todingbua. 2020. Analisa Faktor Penyebab Kebakaran Pada


Kapal Dengan Menggunakan Metode Analytic Hierarchy Process (AHP)
(Dibimbing Oleh Surya Hariyanto, ST,MT. dan Baharuddin, ST.,MT.).

Kecelakaan kapal banyak terjadi di Indonesia. Salah satu penyebabnya adalah


kebakaran. Menurut data KNKT, 32% kecelakaan yang terjadi pada tahun 2010-
2019 disebabkan oleh kebakaran. Tujuan utama dari penulisan tugas akhir adalah
untuk menganalisis faktor-faktor apa saja yang menyebabkan terjadi nya kebakaran pada
kapal. Setelah mengetahui faktor-faktor penyebab kebakaran, maka selanjutnya
akan dianalisis menggunakan software Expert Choice.

Metode yang digunakan dalam tugas akhir ini adalah metode AHP
(Analytical Hierarchy Process), sehingga dapat diketahui faktor-faktor apa saja
yang paling berpengaruh dalam kebakaran kapal dan juga dapat diketahui
seberapa besar faktor-faktor tersebut berpengaruh dalam menimbulkan korban
jiwa. Dari hasil analisis, diketahui bahwa penyebab kebakaran kapal yang paling
berpengaruh dalam kebakaran kapal adalah faktor permesinan dengan nilai
0.350 atau 35% dan sub-kriteria dari faktor permesinan yang tertinggi adalah
ledakan mesin/generator kapal dengan nilai 0.595 atau 59,5%.

Kata kunci : Kecelakaan kapal, Kebakaran, AHP, Expert Choice

ii
ABSTRACT

Reskiyel Geraldi Todingbua. 2020. The Analysis of Factors Causing Fire in


Ships Using the Analytic Hierarchy Process (AHP) Method (Supervised by
Surya Hariyanto, ST, MT. And Baharuddin, ST., MT.).

Many ship accidents occur in Indonesia. One of the reasons is fire. Based on
National Safety of Transportation Comitee data, 32% of accidents that occurred
around 2010-2019 were caused by fires. The main purpose of writing the final
project is to analyze what factors are causing the fire on the ship. After knowing
the causes of fire, it will be analyzed using Expert Choice software.

The method used in this thesis is the AHP (Analytical Hierarchy Process) so
that it can be known what factors are the most influential in ship fire and to
perceive how much these factors influence in casualties. From the results of the
analysis, it is known that the most influential causing ship fire is engine’s factor
with a value of 0.350 or 35% and the sub-criteria from engine’s factor is the
explosion on the engine or generator of ship with a value of 0.296 or 29.6%,

Keywords: Ship accident, Fire, AHP, Expert Choice

iii
KATA PENGANTAR

Salam sejahtera untuk kita semua.

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas tuntunan dan penyertaan-Nya dalam penyusunan skripsi ini sehingga dapat
terselesaikan dengan baik.

Skripsi ini dapat diselesaikan berkat bantuan dari berbagai pihak, untuk itu
patut disyukuri dan mengucapkan terima kasih kepada Bapak Surya Hariyanto,
ST, MT. selaku pembimbing pertama dan Bapak Baharuddin, ST, MT. selaku
pembimbing kedua yang senantiasa membimbing serta memberikan kritikan dan
saran sejak dimulainya pembuatan skripsi ini sampai selesainya. Tidak lupa juga
terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dan mendukung penulis
hingga selesainya skripsi ini, karena itu di ucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada :

1. Tuhan Yesus Kristus, karena berkat-Nya lah, hamba bisa menyelesaikan


skripsi ini dengan baik.
2. Kedua orang tua penulis, Ayah Yulianus Todingbua., dan Ibu Bertha Bara,
serta kakak kandung saya Gidion Todingbua, SE., dan Gustiani Todingbua,
S.Kom., beserta kakak ipar saya Ir. Yoseph Hendarsyah dan keluarga besar
ayah dan ibu yang selalu mendoakan dan memberi bantuan moril maupun
materil selama ini
3. Bapak Andi Haris Muhammad, ST, MT,. Ph.D., selaku Ketua Departemen
Teknik Sistem Perkapalan Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin.
4. Bapak Rusydi Alwi, ST, MT. selaku Sekretaris Departemen Teknik Sistem
Perkapalan Fakutas Teknik Universitas Hasanuddin.
5. Bapak Andi Husni Sitepu, ST., MT. selaku Penasihat Akademik penulis
selama berkuliah di Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin.
6. Seluruh Dosen Departemen Teknik Sistem Perkapalan yang telah memberikan
pengetahuannya kepada penulis.

iv
7. Segenap staf administrasi Departemen Teknik Sistem Perkapalan Fakultas
Teknik Universitas Hasanuddin yang telah membantu kelancaran administrasi.
8. Keluarga besar - PROTOTYPE 2013 - Perkapalan Universitas Hasanuddin
yang telah menjadi keluarga baru selama penulis menempuh pendidikan..
9. Saudara-saudari di Keluarga Mahasiswa Kristen Oikumene (KMKO)
TEKNIK UNHAS terkhusus Gelora 2013.
10. Keluarga kecil Tongkonan09 Arthur ST, Aldy ST, Agung ST, Aswan ST,
Bram ST, Buyu’ c.ST, Fandi ST, Chrizman ST, Fret ST, Gesna ST,
Gregorius ST, Joey ST, Leon ST, Salmon c.ST, Wansiforus ST, Wiking
ST, Winardi ST, Wira ST, Yizhar ST, Yafet ST yang tak pernah lelah
memberikan support dalam penyelesain skripsi ini.
11. KKN Unhas Gel.99 Kecamatan Mallusetasi Kabupaten Barru, Bajingan
Squad, dan Terkhusus Posko Desa Bojo, Amin, Amal, Inci, Inces, dan Ima
yang banyak memberikan dukungan untuk menyelesaikan skripsi.
12. Dan seluruh orang yang tak mungkin disebutkan satu-satu persatu, terima kasih
atas seluruh bantuan moril maupun materil yang telah diberikan selama ini.
Penulis menyadari bahwa di dalam skripsi ini masih terdapat beberapa
kekurangan yang semata-mata dikarenakan oleh keterbatasan sebagai insan biasa.
Untuk itu, penulis akan senantiasa menerima kritikan dan saran-saran dari
pembaca yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

Harapan penulis kedepannya, kiranya skripsi ini dapat bermanfaat bagi


penulis sendiri dan bagi semua pihak yang berkenan untuk membaca dan
mempelajarinya serta menjadi penambah cakrawala berfikir bagi orang yang
membacanya.

Makassar, 30 April 2020

Penulis

v
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ............................................................................................ i


ABSTRAK .............................................................................................................. ii
ABSTRACT ........................................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... iv
DAFTAR ISI .......................................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. ix
DAFTAR TABEL ....................................................................................................x
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................1
1.1 Latar Belakang ..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .....................................................................................3
1.3 Batasan Masalah ........................................................................................4
1.4 Tujuan Penelitian.......................................................................................4
1.5 Manfaat Penelitian.....................................................................................4
1.6 Sistematika Penulisan ................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................6
3.1 Keselamatan Kapal ....................................................................................6
3.2 Jenis–Jenis Kecelakaan Kapal ...................................................................7
3.2.1 Kecelakaan Sangat Berat (Very Serious Casualty) ............................8
3.2.2 Kecelakaan Berat (Serious Casualty) .................................................8
3.3 Faktor Penyebab Kecelakaan ..................................................................10
3.4 Data Kecelakaan Kapal ...........................................................................11
3.5 Standar Operasional Penanganan (SOP) Kebakaran ...............................12
3.5.1 Isyarat Kebakaran ............................................................................13
3.5.2 Prosedur Darurat ..............................................................................13
3.5.3 Sistem Alarm ...................................................................................14
3.5.4 Sistem Pencegah Kebakaran ............................................................14
3.5.5 Sistem Pemadam ..............................................................................15
3.5.6 Fire Figthing Equipment ..................................................................15
3.6 Metode Analytic Hierarchy Process (AHP) ............................................16
vi
3.6.1 Pengertian ........................................................................................16
3.6.2 Prinsip Dasar ....................................................................................18
3.6.3 Penyusunan Hirarki dan Prioritas ....................................................20
3.7 Expert Choice ..........................................................................................24
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ..............................................................26
3.1 Lokasi dan Waktu Kegiatan Penelitian ...................................................26
3.2 Tahapan Penelitian ..................................................................................26
3.3 Studi Literatur .........................................................................................26
3.3.1 Identifikasi Faktor Penyebab Kebakaran Pada Kapal ......................26
3.3.2 Identifikasi faktor penyebab kebakaran dengan metode AHP .........27
3.3.3 Penyusunan Kuisioner .....................................................................27
3.3.4 Survei Kuisioner ..............................................................................27
3.3.5 Pengolahan Data ..............................................................................28
3.3.6 Analisis dan Pembahasan .................................................................28
3.3.7 Kesimpulan dan Saran .....................................................................28
3.4 Diagram Alir Penelitian ..........................................................................29
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...............................................................30
4.1 Lokasi Penelitian .....................................................................................30
4.2 Metode AHP ............................................................................................30
4.2.1 Penyusunan Hirarki ..........................................................................30
4.2.2 Pembuatan Kuisioner .......................................................................32
4.2.3 Pemilihan Responden.......................................................................34
4.3 Pengolahan Data dengan Expert Choice .................................................34
4.3.1 Tahapan Sebelum Perhitungan ......................................................34
4.3.2 Tahapan Perhitungan ......................................................................36
4.3.2.1 Perhitungan Nilai Bobot Relatif pada Penyebab Kebakaran
Kapal.................................................................................................38
4.3.2.2 Perhitungan Nilai Bobot Relatif pada Faktor Permesinan ............40
4.3.2.3 Perhitungan Nilai Bobot Relatif pada Faktor Kelistrikan .............42
4.3.2.4 Perhitungan Nilai Bobot Relatif pada Faktor Manusia ..................44
4.3.2.5 Perhitungan Nilai Bobot Relatif pada Faktor Teknis .....................46
vii
BAB V PENUTUP ................................................................................................48
5.1 KESIMPULAN .......................................................................................48
5.2 SARAN ...................................................................................................51
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................52
LAMPIRAN ..........................................................................................................53

viii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Data Penyebab Kecelakaan Pelayaran Tahun 2010-2019

Gambar 1.2 Persentase Penyebab Kecelakaan Kapal Tahun 2010-2019

Gambar 2.1 Struktur Hierarki

Gambar 4.1 Struktur Hierarki

Gambar 4.2 Surat Pengantar

Gambar 4.3 Sampul Kuisioner

Gambar 4.4 Struktur Hirarki pada Expert Choice

Gambar 4.5 Pairwise Numerical Comparisons pada Expert Choice

Gambar 4.6 Nilai Bobot Relatif pada Expert Choice

Gambar 4.7 Nilai Bobot Relatif Pada Faktor Penyebab Kebakaran

Gambar 4.8 Nilai Bobot Relatif Pada Faktor Permesinan

Gambar 4.9 Nilai Bobot Relatif Pada Faktor Kelistrikan

Gambar 4.10 Nilai Bobot Relatif Pada Faktor Manusia

Gambar 4.11 Nilai Bobot Relatif Pada Faktor Teknis

ix
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Tabel data investigasi kecelakaan pelayaran tahun 2010-2016

Tabel 2.2 Matrik Berpasangan

Tabel 2.3 Skala Perbandingan Saaty

Tabel 4.1 Tabel Nilai Fungsi dan Bobot Relatif pada Penyebab Kebakaran

Kapal

Tabel 4.2 Nilai Fungsi dan Bobot Relatif pada Faktor Permesinan

Tabel 4.3 Nilai Fungsi dan Bobot Relatif pada Faktor Kelistrikan

Tabel 4.4 Nilai Fungsi dan Bobot Relatif pada Faktor Manusia

Tabel 4.5 Nilai Fungsi dan Bobot Relatif pada Faktor Teknis

Tabel 5.1 Peringkat Prioritas dengan Metode AHP

Tabel 5.2 Peringkat Prioritas Sub-Kriteria dari Faktor Permesinan dengan

Metode AHP

x
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kebakaran merupakan salah satu peristiwa yang tidak diinginkan dan

terkadang tak terkendali. Oleh karena sifatnya yang membahayakan dan

mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat, maka kebakaran

dikatagorikan sebagai salah satu bentuk bencana.

Penyebab terjadinya kebakaran dikarenakan terpernuhinya 3 unsur untuk

mendukung terjadinya segitiga api yaitu:

1. Adanya bahan yang mudah terbakar (bahan baku)

2. Adanya bahan yang menunjang kebakaran (oksigen dan udara)

3. Kenaikan suhu sampai titk menyala atau flash point.

Kebakaran baru dapat terjadi apabila ketigatiganya unsur diatas bergabung

menjadi satu. Jadi apabila salah satu saja dari dari pada tiga-tiga unsur tidak ada,

maka kebakaran pasti tidak akan timbul.

Kebakaran juga menjadi salah satu penyebab terbesar dari kecelakaan

kapal di Indonesia. Berdasarkan data kecelakaan kapal dari Komite Nasional

Kecelakaan Transportasi (KNKT), jumlah kecelakaan kapal dari tahun 2010

sampai dengan 2019 adalah 90 kasus kecelakaan, dimana kasus kebakaran ada 29

kasus.

1
25 Data Kecel akaan Kap al Tah u n 2010-April 2019
20

15

10

0
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019

Lain-Lain Kandas Tabrakan Kebakaran Tenggelam

Gambar 1.1 Data penyebab kecelakaan pelayaran tahun 2010-2019

Persentase Penyebab Kecelakaan Kapal Tahun 2010 - April


2019

Lain-Lain
22% 12% Kandas
8%
Tabrakan
26% Kebakaran
32%
Tenggelam

Gambar 1.2 Persentase Penyebab Kecelakaan Kapal Tahun 2010-2019

Adapun penyebab kebakaran di atas kapal dibagi menjadi 3 yaitu faktor

alam, faktor human error atau kelalaian manusia, dan faktor teknis. Masing-

masing dari faktor diatas, memiliki penyebab yang lebih spesifik.

Mengingat ada 32% dari penyebab kecelakaan di Indonesia dikarenakan

kebakaran, dengan begitu yang perlu dikaji dari masalah itu adalah faktor

2
peneybab dari kebakaran itu sendiri yang terdiri dari banyak macam kemungkinan

penyebab terjadinya kebakaran yang mengakibatkan kecelakaan.

Dari data tersebut diatas, belum bisa dipastikan apa saja penyebab

kebakaran kapal-kapal tersbeut, namun dengan menganalisis penyebab masing-

masing faktor penyebab kebakarannya, dan diberikan kepada yang lebih

ahli/pengalaman, dapat diketahui faktor penyebab kebakaran yang paling

beresiko. Penggunaan AHP dipilih untuk mengklasifikasi faktor-faktor penyebab

kebakaran kapal karena memiliki kelebihan yaitu membuat permasalahan yang

luas dan tidak terstruktur menjadi suatu model yang fleksibel dan mudah

dipahami.

Atas dasar latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk meneliti dan

mengkaji masalah faktor yang menyebabkan kebakaran kapal dan

menuangkannya dalam sebuah skripsi yang berjudul :

‘’ Analisa Faktor Penyebab Kebakaran Pada Kapal Dengan

Menggunakan Metode Analytic Hierarchy Process (AHP) ‘’

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah yang dapat

dikemukakan pada studi ini adalah:

1. Apa saja faktor-faktor yang menjadi penyebab terbakarnya suatu kapal ?

2. Apa metode yang digunakan untuk mengetahui faktor-faktor penyebab

kebakaran pada kapal ?

3
1.3 Batasan Masalah

Untuk membatasi ruang lingkup penelitian ini diperlukan batasan-

batasan sebagai berikut:

1. Dalam tugas akhir ini, objek penilitian yang akan diteliti adalah faktor

penyebab kebakaran pada kapal.

2. Penelitian ini bersifat analisa terhadap faktor penyebab terbakarnya suatu

kapal dengan metode Analytic Hierarchy Process (AHP) menggunakan

Expert Choice.

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Menentukan faktor-faktor penyebab kebarakan pada kapal dengan

metode Analytic Hierarchy Process (AHP).

2. Menyimpulkan faktor yang merupakan prioritas dari kecelakaan kapal

akibat kebakaran kapal.

3. Memberikan potensi penyebab kebakaran yang kemungkinan muncul di

atas kapal.

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Dapat dijadikan acuan untuk mengidetifikasi penyebab kebakaran pada

pemilik/operator kapal.

2. Sebagai acuan bagi pihak yang terkait dalam hal ini pihak operator, pihak

regulator dalam mengantisipasi kejadian kebakaran kapal untuk

menghindari jatuhnya korban yang lebih banyak lagi.

4
3. Memberikan informasi hasil analisis menggunakan metode AHP.

1.6 Sistematika Penulisan

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab ini berisi konsep dasar penyusunan skripsi yang meliputi latar

belakang, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat

penelitian, serta sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini memberikan penjelasan mengenai teori dasar yang

digunakan dalam penyelesaian skripsi ini yaitu : kecelakaan kapal,

kebakaran, analisa faktor penyebab kebakaran, Analytic Hierarchy

Process, Expert Choice

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN

Dalam bab ini akan diuraikan waktu dan lokasi penelitian, tahapan

penelitian, data penelitian, serta kerangka pikir

BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan membahas hasil penelitian yang diperoleh dari proses

perhitungan data yang telah diperoleh dari hasil survey kuisioner

dilapangan

BAB V : PENUTUP

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Keselamatan Kapal

Luasnya laut yang dimiliki oleh Indonesia, membuat kebutuhan kapal

untuk menangkut barang dan manusia sangat tinggi. Dengan jumlah kapal yang

banyak tersebut, aspek keselamatan kapal juga harus diperhitungkan. Menurut

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran di Bab I tentang

Ketentuan Umum Pasal 1 Ayat 1 disebutkan Pelayaran adalah satu kesatuan

sistem yang terdiri atas angkutan di perairan, kepelabuhanan, keselamatan dan

keamanan, serta perlindungan lingkungan maritim. Pada Ayat 32 disebutkan

Keselamatan dan Keamanan Pelayaran adalah suatu keadaan terpenuhinya

persyaratan keselamatan dan keamanan yang menyangkut angkutan di perairan,

kepelabuhanan, dan lingkungan maritim. Pada Ayat 33 disebutkan bahwa

Kelaiklautan kapal adalah keadaan kapal yang memenuhi persyaratan

keselamatan kapal, pencegahan pencemaran perairan dari kapal, pengawakan,

garis muat, pemuatan, kesejahteraan Awak Kapal dan kesehatan penumpang,

status hukum kapal, manajemen keselamatan dan pencegahan pencemaran

dari kapal, dan manajemen keamanan kapal untuk berlayar di perairan tertentu.

Pada Ayat 34 dinyatakan bahwa Keselamatan kapal adalah keadaan kapal yang

memenuhi persyaratan material, konstruksi, bangunan, permesinan dan

perlistrikan, stabilitas, tata susunan serta perlengkapan termasuk perlengkapan

6
alat penolong dan radio, elektronik kapal, yang dibuktikan dengan sertifikat

setelah dilakukan pemeriksaan dan pengujian.

Spesifikasi kapal dan peralatan penunjangnya harus memenuhi persyaratan

sesuai standar yang telah dikeluarkan oleh BKI (Biro Klasifikasi Indonesia) dan

IMO (International Maritime Organization).

Untuk menunjang keselamatan pelayaran internasional, IMO

mengeluarkan Safety of Life at Sea (SOLAS 1974) pasal IX yaitu International

Safety Management (ISM) Code yang diperbaiki dengan amandemen 1978 yang

berlaku bagi semua kapal kapal yang berlayar didunia. Aturan tersebut wajib

diikuti oleh semua kapal didunia.

3.2 Jenis–Jenis Kecelakaan Kapal

Kecelakaan Kapal (Ship Accident) / Kecelakaan Laut (Marine Casualty)

adalah suatu kejadian atau peristiwa yang mengakibatkan terjadinya hal-hal

berikut:

1. Kematian/hilangnya nyawa seseorang, cedera/luka berat atas seseorang

yang disebabkan karena atau berkaitan dengan kegiatan pelayaran atau

operasional kapal.

2. Hilangnya seseorang dari kapal atau sarana apung lainnya yang

disebabkan karena atau berkaitan dengan kegiatan pelayaran atau

pengoperasian kapal.

3. Hilangnya, atau menghilangnya sebuah kapal atau lebih.

4. Kerusakan material pada sebuah kapal atau lebih.

5. Kerusakan material pada sebuah kapal atau lebih.

7
6. Kandasnya atau tidak mampunya sebuah kapal atau lebih, atau keterlibatan

sebuah kapal dalam kejadian tabrakan

7. Kerusakan material/barang yang disebabkan karena atau berkaitan dengan,

pengoperasian kapal

8. Kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh rusaknya sebuah kapal atau

lebih, atau berkaitan dengan pengoperasian kapal

3.2.1 Kecelakaan Sangat Berat (Very Serious Casualty)

Adalah suatu kecelakaan yang dialami satu kapal yang berakibat

hilangnya kapal tersebut atau sama sekali tidak dapat diselamatkan (total

loss), menimbulkan korban jiwa atau pencemaran berat

3.2.2 Kecelakaan Berat (Serious Casualty)

Adalah sebuah kecelakaan yang tidak dikategorikan sebagai

kecelakaan sangat berat tetapi terkait dengan hal-hal sebagai berikut:

1. Terjadinya kebakaran di kapal, ledakan, kandas, senggolan

(contact), kerusakan akibat cuaca buruk, keretakan badan kapal

(hull cracking) atau dugaan cacat pada badan kapal (suspected hull

defect) dll;

2. Kerusakan konstruksi yang menjadikan kapal tidak laik laut,

misalnya ada kebocoran pada badan kapal di bawah garis air, tidak

berfungsinya mesin induk kapal, kerusakan besar pada akomodasi

dan sebagainya.

3. Pencemaran laut, tidak peduli jumlah atau besarnya tumpahan

minyak atau cairan berbahaya lainnya.

8
4. Ketidakberdayaan kapal sehingga memerlukan ‘penundaan’

(towage) atau bantuan dari darat.

5. Setiap kejadian berikut yang dengan memperhitungkan keadaan

sekelilingnya dapat memungkinkan menjadi penyebab cedera

serius atau gangguan kesehatan seseorang dikarenakan kejadian

atau peristiwa dibawah ini:

 Meledaknya (bursting) atau lumpuhnya (collapse) suatu

bejana tekan, saluran pipa atau katup.

 Lumpuhnya (collapse) atau tidak bekerjanya dari suatu alat

angkat, atau peralatan untuk memasuki ruangan (access

equipment), atau penutup palka, peranca (staging).

 Jatuhnya muatan (cargo), pergeseran muatan yang tidak

dikehendaki atau tolak bara kapal (ballast) yang menjadi

sebab kemiringan kapal yang membahayakan atau jatuhnya

muatan kelaut.

 Terjadinya kontak seseorang dengan serat asbes (asbestos

fibre) yang terlepas, kecuali yang bersangkutan mengenakan

pakaian pelindung lengkap.

 Tersebarnya bahan berbahaya atau unsur yang dapat

mencederai seseorang.

9
3.3 Faktor Penyebab Kecelakaan

Secara keseluruhan, penyebab dari kecelakaan kapal di Indonesia, terbagi

menjadi 3 yaitu:

1. Faktor Alam (Force Majure)

Faktor cuaca buruk menjadi permasalahan yang seringkali dianggap sebagai

penyebab kecelakaan laut. Permasalahan yang biasanya dialami adalah

badai, gelombang yang tinggi, yang dipengaruhi oleh musim, dan arus laut,

kabut yang mengurangi jarak pandang dari nahkoda kapal.

2. Faktor Kelalaian Manusia (Human Error)

Faktor manusia merupakan faktor yang paling besar, dikarenakan yang

mengoperasikan kapal itu adalah manusia yang dikarunai akal pikiran.

Tetapi manusia juga tidak luput dari kesalahan. Kesalahan tersebut

dikarenakan oleh faktor kesengajaan dan ketidak sengajaan. Contoh

penyebab faktor manusia sebagai penyebab kecelakaan adalah :

 Memuat muatan lebih dari kapasitas yang bisa dimuat oleh kapal atau

biasa disebut dengan overload.

 Ceroboh dalam mengoperasikan kapal.

 Kurang cakapnya ABK dalam menghadapi persoalan yang timbul dalam

pelayaran kapal.

 Kelelahan atau kurangnya istirahat awak kapal dalam pengoperasian

kapal

10
3. Faktor Teknis

Faktor teknis biasanya terkait dengan kesalahan pada desain kapal, kelalaian

dalam majanemen perawatan kapal, penggunaan sparepart atau suku cadang

yang tidak sesuai standar yang ditetapkan untuk menghemat pengeluaran

3.4 Data Kecelakaan Kapal

Komite Nasional Kecelakaan Transportasi (KNKT) adalah lembaga non

struktural di lingkungan Kementerian Perhubungan Republik Indonesia untuk

melakukan investigasi dan penelitian kecelakaan transportasi, yang berada di

bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri Perhubungan. KNKT berwenang

untuk menginvestigasi suatu kecelakaan transportasi dan mengeluarkan

rekomendasi ke pihak terkait. Berdasarkan data yang diperoleh dari Komite

Nasional Kecelakaan Transportasi (KNKT), jumlah kecelakaan kapal yang

terjadi sejak tahun 2010 hingga 2016 adalah 54 kecelakaan dimana 19

kecelakaan penyebabnya adalah kebakaran.

11
Tabel 2.1 Tabel data investigasi kecelakaan pelayaran tahun 2010-2016

(Sumber: http://knkt.dephub.go.id/knkt/ntsc_home/MediaReleaseKNKT2016)

3.5 Standar Operasional Penanganan (SOP) Kebakaran

Kebakaran di kapal dapat terjadi di berbagai lokasi yang rawan terhadap

kebakaran, misalnya di kamar mesin, ruang muatan, gudang penyimpanan

perlengkapan kapal, instalasi listrik dan tempat akomodasi nakhoda dan anak

buah kapal. Sedangkan ledakan dapat terjadi karena kebakaran atau sebaliknya

kebakaran terjadi karena ledakan, yang pasti kedua-duanya dapat menimbulkan

situasi darurat serta perlu untuk diatasi.

Keadaan darurat pada situasi kebakaran dan ledakan tentu sangat berbeda

dengan keadaan darurat karena tubrukan, sebab pada situasi yang demikian

terdapat kondisi yang panas dan ruang gerak terbatas dan kadang-kadang

kepanikan atau ketidaksiapan petugas untuk bertindak mengatasi keadaan maupun


12
peralatan yang digunakan sudah tidak layak atau tempat penyimpanan telah

berubah.

3.5.1 Isyarat Kebakaran

Apabila terjadi kebakaran di atas kapal maka setia orang di atas

kapal yang pertama kali melihat adanya kebakaran wajib melaporkan

kejadian tersebut pada mualim jaga di anjungan.

Mualim jaga akan terus memantau perkembangan upaya

pemadaman kebakaran dan apabila kebakaran tersebut tidak dapat di atasi

dengan alat-alat pemadam portable dan dipandang perlu untuk

menggunakan peralatan pemadam kebakaran tetap serta membutuhkan

peran seluruh anak buah kapal, maka atas keputusan dan perintah

Nakhoda isyarat kebakaran wajib dibunyikan dengan kode suling atau bel

satu pendek dan satu panjang secara terus menerus

3.5.2 Prosedur Darurat

 Sirine bahaya dibunyikan (internal clan eksternal)

 Pemimpin pemadam, membawa slang, botol api, kapak, linggis, pasir,

fireman outfit, sedangkan perwira jaga, juru mudi jaga di anjungan,

menutup pintu dan jendela kedap air, membawa log book, instalasi

C02, menjalankan pompa pemadam kebakaran, membawa alat P3K.

 Ventilasi, pintu-pintu kebakaran otomatis, pintu-pintu kedap air di tutup.

 Lampu-lampu di dek dinyalakan.

 Nakhoda diberi tahu.

 Kamar mesin diberi tahu.

13
 Posisi kapal tersedia di kamar radio dan diperbaharui bila ada perubahan.

3.5.3 Sistem Alarm

Sistem alarm adalah komponen utama yang dirancang dan dipasang

untuk mendeteksi kebakaran, berfungsi sebagai sistem peringatan dan

evakuasi yang dapat bekerja secara otomatis melalui detektor atau secara

manual dengan menarik saklar untuk memberikan feedback ke panel utama

dan panel cadangan lainnya. Sistem ini juga dapat diatur untuk

berkomunikasi langsung dengan Fire Brigade.

3.5.4 Sistem Pencegah Kebakaran

Sistem pencegah kebakaran adalah sistem pemadaman api otomatis

dengan menggunakan gas atau bahan kimia lain.

Jenis-jenis gas yang digunakan bervariasi, seperti:

1. FM200> Sistem HFC-227ea

2. Sistem Argonit> IG-55 (50% Argon / 50% Nitrogen)

3. Sistem CO2

4. NOVEC 1230> FK 5-1-12 / C6F12O

5. Inergen

6. Pemilihan material harus disesuaikan dengan lokasi dan ruang

pemasangan fire suppression system.

14
3.5.5 Sistem Pemadam

Pengadaan, instalasi dan desain keseluruhan sistem

penanggulangan kebakaran harus disiapkan sedemikian rupa sehingga

semua peralatan dan kelengkapannya dapat berfungsi secara efektif sesuai

dengan standar pemadaman api. Sistem pemadam kebakaran, meliputi:

 Fire pump system (Pemadaman dengan sistem pompa)

 Hydrant system (Pemadaman dengan sistem pompa hidran)

 Sprinkler system (Pemadaman dengan sistem pemancar air)

 Water spray system (Pemadaman dengan sistem semprotan air)

 Foam spray system (Pemadaman dengan sistem semprotan busa)

 Fire Hydrant System (Sistem Pemadam dengan Hidran)

3.5.6 Fire Figthing Equipment

Adapun peralatan-peralatan standar untuk memadamkan kebakaran

yang terjadi diatas kapal ialah:

 Emergency fire pump, fire hydrants

 Hose & nozzles

 Fire extinguishers (fixed and portable)

 Smoke detector and fire detector system

 C02 Installation

 Sprinkler system (Automatic water spray)

 Axes and crow bars

 Fireman outfits and breathing apparatus


15
 Sand in boxes.

3.6 Metode Analytic Hierarchy Process (AHP)

3.6.1 Pengertian

Metode AHP dikembangkan oleh Thomas L. Saaty, seorang ahli

matematika. Metode ini adalah sebuah kerangka untuk mengambil

keputusan dengan efektif atas persoalan yang kompleks dengan

menyederhanakan dan mempercepat proses pengambilan keputusan

dengan memecahkan persoalan tersebut kedalam bagian-bagiannya,

menata bagian atau variabel ini dalam suatu susunan hirarki, member nilai

numerik pada pertimbangan subjektif tentang pentingnya tiap variabel dan

mensintesis berbagai pertimbangan ini untuk menetapkan variabel yang

mana yang memiliki prioritas paling tinggi dan bertindak untuk

mempengaruhi hasil pada situasi tersebut.

Metode AHP ini membantu memecahkan persoalan yang kompleks

dengan menstruktur suatu hirarki kriteria, pihak yang berkepentingan,

hasil dan dengan menarik berbagai pertimbangan guna mengembangkan

bobot atau prioritas. Metode ini juga menggabungkan kekuatan dari

perasaan dan logika yang bersangkutan pada berbagai persoalan, lalu

mensintesis berbagai pertimbangan yang beragam menjadi hasil yang

cocok dengan perkiraan kita secara intuitif sebagaimana yang

dipresentasikan pada pertimbangan yang telah dibuat. (Saaty, 1993).

Proses hierarki adalah suatu model yang memberikan kesempatan

bagi perorangan atau kelompok untuk membangun gagasan-gagasan dan

16
mendefinisikan persoalan dengan cara membuat asumsi mereka masing-

masing dan memperoleh pemecahan yang diinginkan darinya. Ada dua

alasan utama untuk menyatakan suatu tindakan akan lebih baik dibanding

tindakan lain. Alasan yang pertama adalah pengaruh-pengaruh tindakan

tersebut kadang-kadang tidak dapat dibandingkan karena sutu ukuran atau

bidang yang berbeda dan kedua, menyatakan bahwa pengaruh tindakan

tersebut kadang-kadang saling bentrok, artinya perbaikan pengaruh

tindakan tersebut yang satu dapat dicapai dengan pemburukan lainnya.

Kedua alasan tersebut akan menyulitkan dalam membuat ekuivalensi

antar pengaruh sehingga diperlukan suatu skala luwes yang disebut

prioritas.

AHP sering digunakan sebagai metode pemecahan masalah

dibanding dengan metode yang lain karena alasan-alasan sebagai berikut:

1. Struktur yang berhirarki, sebagai konsekuesi dari kriteria yang dipilih,

sampai pada subkr iteria yang paling dalam.

2. Memperhitungkan validitas sampai dengan batas toleransi

inkonsistensi berbagai kr iteria dan alternatif yang dipilih oleh

pengambil keputusan.

3. Memperhitungkan daya tahan output analisis sensitivitas pengambilan

keputusan.

17
3.6.2 Prinsip Dasar

 Dekomposisi

Dengan prinsip ini struktur masalah yang kompleks dibagi

menjadi bagian-bagian secara hierarki. Tujuan didefinisikan dari

yang umum sampai khusus. Dalam bentuk yang paling sederhana

struktur akan dibandingkan tujuan, kriteria dan level alternatif.

Tiap himpunan alternatif mungkin akan dibagi lebih jauh menjadi

tingkatan yang lebih detail, mencakup lebih banyak kriteria yang

lain. Level paling atas dari hirarki merupakan tujuan yang terdiri

atas satu elemen. Level berikutnya mungkin mengandung beberapa

elemen, di mana elemen-elemen tersebut bisa dibandingkan,

memiliki kepentingan yang hampir sama dan tidak memiliki

perbedaan yang terlalu mencolok. Jika perbedaan terlalu besar

harus dibuatkan level yang baru.

 Perbandingan penilaian/pertimbangan (comparative judgments).

Dengan prinsip ini akan dibangun perbandingan

berpasangan dari semua elemen yang ada dengan tujuan

menghasilkan skala kepentingan relatif dari elemen. Penilaian

menghasilkan skala penilaian yang berupa angka. Perbandingan

18
berpasangan dalam bentuk matriks jika dikombinasikan akan

menghasilkan prioritas.

 Sintesa Prioritas

Sintesa prioritas dilakukan dengan mengalikan prioritas

lokal dengan prioritas dari kriteria bersangkutan di level atasnya

dan menambahkannya ke tiap elemen dalam level yang

dipengaruhi kriteria. Hasilnya berupa gabungan atau dikenal

dengan prioritas global yang kemudian digunakan untuk

memboboti prioritas lokal dari elemen di level terendah sesuai

dengan kriterianya.

 Konsistensi Logika

Konsistensi jawaban yang diberikan responden dalam

penentuan prioritas elemen merupakan prinsip pokok yang

menentukan validitas data dan hasil pengambilan keputusan. Secara

umum, responden harus memiliki konsistensi dalam melakukan

perbandingan elemen. Jika A > B dan B > C maka secara logis

responden harus menyatakan bahwa A > C, berdasarkan nilai

numerik yang telah disediakan.

Persoalan yang akan diselesaikan, diuraikan menjadi unsur-

unsurnya, yaitu kriteria dan alternatif, kemudian disusun menjadi

struktur hierarki seperti gambar di bawah ini :

19
Gambar 2.1 Struktur Hierarki

3.6.3 Penyusunan Hirarki dan Prioritas

Dalam metode AHP dilakukan langkah-langkah sebagai

berikut (Kadarsyah Suryadi dan Ali Ramdhani, 1998) :

1. Mendefinisikan Masalah dan Menentukan Solusi

Dalam tahap ini kita berusaha menentukan masalah yang akan kita

pecahkan secara jelas, detail dan mudah dipahami. Dari masalah

yang ada kita coba tentukan solusi yang mungkin cocok bagi

masalah tersebut. Solusi dari masalah mungkin berjumlah lebih dari

satu. Solusi tersebut nantinya kita kembangkan lebih lanjut dalam

tahap berikutnya.

20
2. Membuat Struktur Hirarki

Setelah menyusun tujuan utama sebagai level teratas akan disusun

level hirarki yang berada dibawahnya yaitu kriteria-kriteria yang

cocok untuk mempertimbangkan atau menilai alternatif yang kita

berikan dan menentukan alternatif tersebut. Tiap kriteria

mempunyai intensitas yang berbeda-beda. Hirarki dilanjut kan

dengan subkriteria (jika mungkin diperlukan).

3. Membuat Matrik Perbandingan Berpasangan

Matrik yang digunakan bersifat sederhana, memiliki kedudukan

kuat untuk kerangka konsistensi, mendapatkan informasi lain yang

mungkin dibutuhkan dengan semua perbandingan yang mungkin

dan mampu menganalisis kepekaan prioritas secara keseluruhan

untuk perubahan pertimbangan. Pendekatan dengan matrik

mencerminkan aspek ganda dalam prioritas yaitu mendominasi

dan didominasi. Perbandingan dilakukan berdasarkan judgment

dari pengambil keputusan dengan menilai tingkat kepentingan

suatu elemen dibandingkan elemen lainnya. Untuk memulai

proses perbandingan berpasangan dipilih sebuah kriter ia dari level

paling atas hirarki misalnya, K dan kemudian dari level di

bawahnya diambil elemen yang akan dibandingkan misalnya E1,

E2,E3,E4, dan E5.

21
Tabel 2.2 Matrik Berpasangan

4. Mendefinisikan Perbandingan Berpasangan

Hasil perbandingan dari masing-masing elemen akan berupa angka

dari 1 – 9 yang menunjukkan perbandingan tingkat kepentingan

suatu elemen. Apabila suatu elemen dalam matrik, dibandingkan

dengan dirinya sendiri maka hasil perbandingan diberi nilai 1.

Skala 9 telah terbukti dapat diterima dan bisa memebedakan

intensitas antar elemen. Hasil perbandingan tersebut diisikan pada

sel yang bersesuaian dengan elemen yang dibandingkan. Skala

perbandingan berpasangan dan maknanya yang diperkenalkan oleh

Saaty, bisa dilihat dibawah:

22
Intensitas Kepentingan Definisi Verbal Penjelasan

Kedua elemen sama Kedua elemen yang


1
pentingnya. sama terhadap tujuan.
Pengalaman dan
pertimbangan
Elemen yang satu sedikit memihak
3 sedikit lebih penting pada sebuah
dari pada yang lain. elemen
dibanding
elemen lainnya.
Elemen yang
mempunyai Pengalaman
tingkat judgment
kepentingan secara kuat
yang kuat memiha k pada
5
terhadap yang sebuah elemen
lain, jelas dibandingkan
lebih penting elemen
dari elemen lainnya.
yang lain.
Satu elemen jelas Satu elemen dengan
lebih penting dari disukai, dan
7
elemen yang dominasinya tampak
lainnya. dalam praktek.
Bukti bahwa satu
Satu elemen mutlak
element penting dari
9 lebih dari elemen
element lainnya adalah
lainnya.
dominan.
Nilai-nilai tengah Nilai ini diberikan
diantara dua bila diperlukan
2,4,6,8
pertimbangan yang adanya dua
berdampingan. pertimbangan.
Tabel 2.3 Skala Perbandingan Saaty

5. Menghitung Nilai Eigen dan Uji Konsistensi

Jika tidak konsisten, maka pengambilan data diulangi.

6. Mengulangi Langkah 3,4, dan 5

23
Pengulangan dilakukan untuk semua tingkat hirarki.

7. Menghitung Vektor Eigen

Menghitung vektor eigen dari setiap matrik perbandingan

berpasangan yang merupakan bobot setiap elemen untuk penentuan

prioritas elemen-elemen pada tingkat hirarki terendah sampai

mencapai tujuan. Penghitungan dilakukan lewat cara

menjumlahkan nilai setiap kolom dari matrik, membagi setiap

nilai dari kolom dengan total kolom yang bersangkutan untuk

memperoleh normalisasi matrik, dan menjumlahkan nilai-nilai dari

setiap baris dan membaginya dengan jumlah elemen untuk

mendapatkan rata-rata.

8. Memeriksa Konsistensi Hirarki

Yang diukur dalam AHP adalah rasio konsistensi dengan melihat

index konsistensi. Konsistensi yang diharapkan adalah yang

mendekati sempurna agar menghasilkan keputusan yang mendekati

valid. Walaupun sulit untuk mencapai yang sempurna, rasio

konsistensi diharapkan kurang dari atau sama dengan 10% (< 0.1).

3.7 Expert Choice

Expert choice merupakan software khusus yang berfungsi sebagai alat

bantu implementasi model dalam Decision Support System (DSS) atau Sistem

Penunjang Keputusan (SPK). Pairwise Comparison Matrix atau perhitungan

matrik secara perbandingan berpasangan dapat dilakukan menggunakan aplikasi

24
ini. Data yang dimasukkan merupakan hasil penilaian responden. Beberapa

fungsi yang dapat dilakukan menggunakan aplikasi expert choice adalah:

 Perencanaan strategi

 Teknologi inf ormasi dalam pemilihan keputusan

 Manajemen risiko

 Seleksi sumber data

25
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Kegiatan Penelitian

Kegiatan utama dalam penelitian ini adalah wawancara dan pengisian

kuisioner, tetapi karena pembatasan sosial, pengambilan data dilakukan secara

online dengan mengirimkan file berkas kepada responden yang telah dipilih.

3.2 Tahapan Penelitian

Penelitian ini terdiri dari beberapa tahap yang akan dilakukan. Kegiatan

utama yang dilakukan dalam setiap tahap adalah sebagai berikut:

3.3 Studi Literatur

Studi literatur ini dilakukan untuk mempelajari dan membandingkan

beberapa penelitian yang sama dan telah dipublikasikan di jurnal maupun

sumber ilmiah lainnya. Studi literatur sangat berfungsi guna menambahkan

referensi tentang metode Analytic Hierarchy Process (AHP) yang digunakan

untuk mengolah data.

3.3.1 Identifikasi Faktor Penyebab Kebakaran Pada Kapal

Identifikasi penyebab kebakaran pada kapal dibagi menjadi 4

faktor, yaitu faktor permesinan, faktor kelistrikan, faktor manusia,

dan faktor teknis. Identifikasi ini bertujuan untuk

mengkualifikasikan penyebab kebakaran yang lebih spesifik

kedalam 3 faktor diatas.

26
3.3.2 Identifikasi faktor penyebab kebakaran dengan metode AHP

Tahapan ini menyangkut semua hal yang diperlukan dalam

pembuatan AHP. Mulai dari dekomposisi masalah atau pemecehan

suatau masalah menjadi beberapa kriteria, comparative judgement

atau pembuatan penilaian kepentingan relatif yang

membandingkan antara dua elemen pada tingkat tertentu,

synthesis of priority atau mencari vektor eigennya untuk

mendapatkan prioritas lokal dari setiap matrik perbandingan, dan

logical consistency atau konsistensi jawaban yang diberikan

responden dalam penentuan prioritas elemen.

3.3.3 Penyusunan Kuisioner

Pembuatan kuisioner dilakukan apabila tahapan penyusunan AHP

dan hirarki telah dilakukan. Pembuatan kuisioner ini sepenuhnya

bergantung dengan apa yang telah dilakukan pada tahapan

sebelumnya, yaitu penetuan masalah, penetuan tiap faktor yang

mempengaruhi masalah, dan penentuan kriteria-kriteria yang

mempengaruhi faktor tersebut

3.3.4 Survei Kuisioner

Pengumpulan data dilakukan setelah kegiatan survei dengan

kuisioner telah dilakukan. Pada tahap ini survei ditujukan kepada

orang-orang yang ahli di bidangnya agar data yang terkumpul

27
nantinya merupakan data yang valid dan dapat dijadikan patokan

dalam penyelesaian masalah.

3.3.5 Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan software expert

choice.

3.3.6 Analisis dan Pembahasan

Pada tahap ini dilakukan analisa dan pembahasan mengenai

penjabaran akar dan sumber-sumber penyebab dari kebakaran pada

kapal. Langkah-langkah yang digunakan dalam analisis dan

pembahasan ini adalah :

a. Melakukan analisis terhadap akar penyebab terjadinya kebakaran.

b. Melakukan analisis penyebab kebakaran pada kapal sehingga

diperoleh mana yang menjadi factor yang paling dominan

menurut para ahli.

3.3.7 Kesimpulan dan Saran

Pada tahap ini akan diberikan kesimpulan dari keseluruhan proses

yang telah dilakukan serta memberikan saran atau beberapa

masukan pencegahan terhadap penyebab kebakaran kapal yang

spesifik.

28
3.4 Diagram Alir Penelitian

Mulai

Studi Literatur

Identifikasi Penyebab
Kebakaran Kapal

Identifikasi Penyebab
Kebakaran Kapal Penyusunan
dengan metode AHP Kuisioner
TIDAK

Pengolahan data Survey


Evaluasi dengan Expert Kuisioner
Choice
s

YA
Analisa Data dan Kesimpulan dan
Pembahasan Saran Selesai

29
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Lokasi Penelitian

Kegiatan utama dalam penelitian ini adalah wawancara dan

pengisian kuisioner, tetapi karena pembatasan sosial, pengambilan data

dilakukan secara online dengan mengirimkan file berkas kepada responden

yang telah dipilih.

4.2 Metode AHP

4.2.1 Penyusunan Hirarki

Dalam penentuan metode AHP terlebih dulu menyusun hirarki

nilai bahaya dari suatu permasalahan. Dalam penentuan nilai bahaya

harus memperhatikan seluruh elemen yang mempengaruhi tingkat bahaya

kapal, karena itu penilaian terbagi menjadi beberapa kriteria. Setiap

kriteria memiliki pengaruh tingkat kebahayaan kapal dengan bobot yang

berbeda-beda. Dari setiap kriteria akan diturunkan lagi menjadi beberapa

subkriteria. Hal ini dilakukan untuk mempermudah proses penilaian.

Tujuan utama dari hirarki ini adalah untuk mengetahui nilai dari

faktor penyebab kebakran yang paling beresiko. Ada beberapa kriteria

yang dapat menyebabkan kapal dapat terbakar, antara lain:

1. Faktor Permesinan

Permesinan merupakan bagian terpenting pada kapal itu sendiri.

Dari faktor permesinan tersebut akan di bagi menjadi beberapa


30
subkriteria diantaranya ledakan mesin/generator, bocornya

pipa/tangki bahan bakar dan sisa-sisa bahan bakar yang tumpah

2. Faktor Kelistrikan

Faktor kelistrikan adalah penyebab kebakaran akibat masalah

kelistrikan. Dari ruang akomodasi tersebut akan dibagi menjadi

sub-kriteria yaitu korsleting pada instalasi kelistrikan diruang

akomodasi, korsleting instalasi kelistrikan di kamar mesin dan

modifikasi peralatan kelistrikan.

3. Faktor Manusia

Faktor manusia dapat diartikan bahwa kegagalan rencana dari

kinerja manusia yang dapat menyebabkan kebakaran pada suatu

kapal. Kegagalan kinerja tersebut berasal dari kurangnya

pengetahuan awak kapal, kurangnya pengalaman awak kapal, dan

manajemen perawatan.

4. Faktor Teknis

Lingkungan kerja ini merupakan pengaruh dari beberapa faktor

yang dapat mengganggu aktifitas ABK dalam menjalankan

tugasnya. Faktor-faktor tersebut antara lain tumpahan minyak di

sekitar kapal, proses perbaikan digalangan yang menghasilkan

percikan api, penggunaan peralatan non-marine use, dan masa

pakai spare part.

31
Gambar 4.1 Struktur Hirarki

4.2.2 Pembuatan Kuisioner

Langkah awal yang perlu dilakukan untuk mengetahui berpakah

nilai dari masing kriteria dan subkriteria dari hirarki yang telah disusun

adalah mempersiapkan format cetak kuisioner yang akan disebarkan

kepada responden. Pembuatan kuisioner menggunakan bahasa formal

yang mudah dipahami. Informasi yang disampaikan kepada responden

harus jelas. Kata pengantar dapat dilampirkan pada sebuah kuesioner

agar responden dapat mengetahui maksud dan tujuan dari pengisian

quisioner tersebut. Adapun kata pengantar disertai kolom pengisian data

diri responden sebagai bukti telah melakukan survey.

Sebuah kuisioner merupakan sumber data yang dapat digunakan

untuk mengetahui pendapat atau informasi dari suatu populasi.

Kejelasan sumber merupakan sesuatu yang mutlak agar informasi yang

diperoleh dapat dipertanggungjawabkan. Sehingga dapat diketahui

apakah responden yang dipilih sudah tepat sesuai dengan tema quisioner

32
atau tidak. Hal ini merupakan sesuatu yang sangat penting dan harus

benar-benar diperhatikan agar dasar teori yang diperoleh dari suatu

kuisioner dapat diakui kebenarannya. Suatu penelitian dapat diakui

kebenarannya bila memiliki suatu landasan teori yang jelas dan nyata.

Gambar 4.2 Surat Pengantar

Gambar 4.3 Sampul Kuisioner


Terlihat pada gambar 4.2 adalah pengantar pada halaman awal

kuesioner yang mencantumkan perkenalan dan tujuan dari kuesioner

33
tersebut. Tujuan dari penyebaran kuesioner tertulis detail untuk

meyakinkan seorang responden dalam mengisi kuesioner tersebut. Untuk

keabsahan pengisian kuesioner, terdapat kolom identitas responden agar

dapat diketahui sumber dari hasil penilaian kuesioner tersebut.

Pada gambar 4.3 tampak poin-poin penilaian yang dapat

diberikan pada suatu elemen yang dibandingkan.Langkah ini disebut

comparative judgement, yaitu memberikan penilaian tentang

kepentingan relatif dua elemen pada suatu tingkat tertentu dalam

kaitannya dengan tingkatan di atasnya. Terlihat pula kolom-kolom

tempat pengisian penilaian beserta contoh cara pengisian sebuah

penilaian, agar responden tidak salah dalam melakukan penilaian. Selain

itu dibutuhkan konsistensi jawaban responden dalam menentukan

prioritas elemen yang akan menentukan validitas data dan hasil

pengambilan keputusan.

4.2.3 Pemilihan Responden

Penentuan responden dipilih berdasarkan tema penelitian. Pada

penelitian ini membutuhkan 20 responden. Kriteria-kriterianya adalah

orang yang ahli atau berkompeten dalam bidangnya.

4.3 Pengolahan Data dengan Expert Choice

4.3.1 Tahapan Sebelum Perhitungan

Pengolahan data dengan memanfaatkan perangkat lunak expert

choice adalah untuk mendapatkan tingkat prioritas dari tiap kriteria dan

34
subkriteria yang memberikan pengaruh pada tingkat kecelakaan kapal

akibat Sistem Kelistrikan.

Terdapat tujuan tunggal pada tingkat kecelakaan kapal akibat

peralatan navigasi dan komunikas yang merupakan fokus dari masalah

tugas akhir ini. Pada titik ini nilai bobot keputusan adalah 100%.

Susunan yang ada di bawah tujuan utama ini adalah seluruh kriteria dan

subkriteria yang mempengaruhi nilai bahaya yang merupakan tujuan

tunggal masalah ini. Bobot keseluruhan yang ada pada masalah utama

harus dibagi menjadi beberapa kriteria.Setiap kriteria memperoleh nilai

bobot sesuai dengan hasil penilaian responden.

Terdapat beberapa metode untuk memasukkan penilaian pada

expert choice. Namun seluruh metode memiliki dasar yang sama, yaitu

dengan membandingkan seluruh kriteria untuk menetapkan penyebaran

bobot kriteria tersebut. Hasil atau output dari penggunaan perangkat

lunak expert choice untuk mendapatkan kriteria dengan tingkat prioritas

yang lebih diutamakan dan nilai konsistensi rasio yang dapat

membuktikan bahwa nilai pembobotan ini masih cukup konsisten untuk

digunakan.

35
Gambar 4.4 Stuktur Hirarki pada Expert Choice

Setelah seluruh tujuan, kriteria, dan subkriteria dimasukan ke

dalm perhitungan menggunakan expert choice, langkah berikutnya yaitu

menentukan berapa responden yang akan dijadikan patokan dalam

analisis ini. Didalam tugas akhir ini, penulis menggunakan 20 responden

yang mempunyai profesi sebagai ABK Kapal, Engineer galangan kapal,

Inspektor BKI dan Sucofindo, Perusahaan Pelayaran, Pihak Syahbandar,

dan Owner Surveyor.

Gambar. 4.5 Daftar Responden pada Expert Choice

4.3.2 Tahapan Perhitungan

Setelah data tujuan utama, kriteria, dan subkriteria dimasukan ke

dalam perangat lunak expert choice, penilaian perbandingan tiap elemen

36
dilakukan. Proses penilaian menggunakan metode Pairwise Numerical

Comparisons, yaitu membandingkan dua elemen dengan menggunakan

skala dalam bentuk angka. Skala penilaian yang digunakan sama seperti

skala penilaian yang tercantum pada lembar kuisioner.

Gambar 4.6 Pairwise Numerical Comparisons pada Expert Choice

Nilai yang dimasukan dalam expert choice merupakan hasil

rataan geometrik dari semua penilaian yang didasarkan pada hasil

kuisioner. Setelah seluruh penilaian dimasukan ke dalam expert choice

maka akan terlihat inkonsistensi jawaban yang diberikan oleh responden.

Jika nilai inkonsistensi lebih besar dari 10% (>0.1) maka hasil

perhitungan tersebut tidak dapat digunakan, sehingga diharuskan

mengulangi pengambilan data dengan kuisioner seperti pada tahap

sebelumnya. Apabila hasil dari nilai inkonsistensi kurang dari atau sama

dengan 10% (>0.1) maka data tersebut dapat digunakan. Setelah semua

persyaratan telah terpenuhi akan didapatkan nilai bobot relatif untuk

semua kriteria dan subkriteria dari tujuan analisis, yaitu penyebab

kebakaran kapal seperti yang tertera pada gambar 4.6.

37
Gambar 4.6 Nilai Bobot Relatif pada Expert Choice

4.3.2.1 Perhitungan Nilai Bobot Relatif pada Penyebab Kebakaran Kapal

Seperti yang telah diketahui bahwa pada analisis dengan tujuan

penyebab kebakaran kapal dibagi menjadi empat kriteria atau faktor

yang mempengaruhi seperti yang terlihat pada Gambar 4.4 Kriteria-

kriteria tersebut adalah faktor permesinan, faktor kelistrikan, faktor

manusia, dan faktor teknis. Dengan membandingkan semua kriteria

tersebut yang diperoleh dari 10 responden yang telah ditentukan,

dengan menggunakan metode Pairwise Numerical Comparisons pada

expert choice, maka didapatkan hasil bahwa kriteria faktor permesinan

memiliki bobot relatif paling besar dengan presentase mencapai 0.350

atau 35% dan dengan nilai inkonsistensi sebesar 0.004

Gambar 4.7 Nilai Bobot Relatif Pada Faktor Penyebab Kebakaran Kapal

38
Tujuan Bobot Nilai Fungsi

Faktor

Penyebab
1 1000
Kebakaran

Pada Kapal

Faktor

Permesinan 0.350 1000

Kelistrikan 0.309 1000

Manusia 0.155 1000

Teknis 0.186 1000

Tabel 4.1 Tabel Nilai Fungsi dan Bobot Relatif pada Penyebab Kebakaran Kapal

Nilai pada tabel 4.1 sesusi dengan perhitungan pada yang

dilakukan pada perangkat lunak expert choice, menunjukkan bahwa faktor

permesinan dengan nilai bobor relatif paling besar yaitu 0.350. Disusul

dengan faktor kelistrikan dengan nilai 0.309, faktor teknis dengan nilai

0.186 dan faktor manusia dengan nilai 0.155.

39
4.3.2.2 Perhitungan Nilai Bobot Relatif pada Faktor Permesinan

Pada perhitungan sebelumnya, faktor permesinan menempati posisi

pertama dalam perhitungan nilai bobot relatif penyebab kebakaran kapal

sebesar 0.350. Kriteria faktor permesinan dibagi menjadi 3 sub-kriteria,

terlihat pada gambar 4.8 yaitu ledakan mesin/generator, bocornya

pipa/tangki bahan bakar, dan sisa-sisa bahan bakar yang tumpah dengan

inkonsistensi 0.001.

Gambar 4.8 Nilai Bobot Relatif Pada Faktor Permesinan

40
Tujuan Bobot Nilai Fungsi

Faktor
0.350 1000
Permesinan

Sub-Kriteria

Ledakan
0.595 350
mesin/generator

Bocornya

pipa/tangki 0.206 350

bahan bakar

Sisa-sisa bahan

bakar yang 0.199 350

tumpah

Tabel 4.2 Nilai Fungsi dan Bobot Relatif pada Faktor Permesinan
Nilai pada tabel 4.2 sesusi dengan perhitungan pada yang

dilakukan pada perangkat lunak expert choice, menunjukkan bahwa

ledakan mesin/generator dengan nilai bobor relatif paling besar yaitu

0.595. Disusul dengan bocornya pipa/tamgki bahan bakar dengan nilai

0.206, dan sisa-sisa bahan bakar yang tumpah dengan nilai 0.199.

41
4.3.2.3 Perhitungan Nilai Bobot Relatif pada Faktor Kelistrikan

Faktor kelistrikan yang menempati posisi kedua dalam perhitungan

nilai bobot relatif penyebab kebakaran kapal sebesar 0.309. Kriteria faktor

kelistrikan dibagi menjadi 3 sub-kriteria, terlihat pada gambar 4.9 yaitu

korsleting di ruang akomodasi, korsleting di kamar mesin, dan modifikasi

peralatan kelistrikan dengan inkonsistensi 0.006.

Gambar 4.9 Nilai Bobot Relatif Pada Faktor Kelistrikan

42
Tujuan Bobot Nilai Fungsi

Faktor
0.309 1000
Kelistrikan

Sub-Kriteria

Korsleting di

Ruang 0.326 309

Akomodasi

Korsleting di
0.495 309
Kamar Mesin

Modifikasi

Peralatan 0.179 309

Kelistrikan

Tabel 4.3 Nilai Fungsi dan Bobot Relatif pada Faktor Kelistrikan

Nilai pada tabel 4.3 sesusi dengan perhitungan pada yang

dilakukan pada perangkat lunak expert choice, menunjukkan bahwa

korsleting di kamar mesin dengan nilai bobor relatif paling besar yaitu

0.495. Disusul dengan korsleting di ruang akomodasi dengan nilai 0.326,

dan modifikasi peralatan kelistrikan dengan nilai 0.179.

43
4.3.2.4 Perhitungan Nilai Bobot Relatif pada Faktor Manusia

Faktor manusia yang menempati posisi terakhir dalam perhitungan

nilai bobot relatif penyebab kebakaran kapal sebesar 0.155. Kriteria faktor

manusia dibagi menjadi 3 sub-kriteria, terlihat pada gambar 4.10 yaitu

pengetahuan dan skill ABK, pengalaman ABK, dan manajemen

perawatan, dengan inkonsistensi 0.007.

Gambar 4.10 Nilai Bobot Relatif Pada Faktor Manusia

44
Tujuan Bobot Nilai Fungsi

Faktor
0.155 1000
Manusia

Sub-Kriteria

Pengetahuan
0.309 155
dan Skill ABK

Pengalaman
0.315 155
ABK

Manajemen
0.375 155
Perawatan

Tabel 4.4 Nilai Fungsi dan Bobot Relatif pada Faktor Manusia

Nilai pada tabel 4.3 sesusi dengan perhitungan pada yang

dilakukan pada perangkat lunak expert choice, menunjukkan bahwa

manajemen perwatan dengan nilai bobor relatif paling besar yaitu 0.375.

Disusul dengan pengalaman ABK dengan nilai 0.315, dan pengetahuan

dan skill ABK dengan nilai 0.309.

45
4.3.2.5 Perhitungan Nilai Bobot Relatif pada Faktor Teknis

Faktor teknis yang menempati posisi ketiga dalam perhitungan

nilai bobot relatif penyebab kebakaran kapal sebesar 0.186. Kriteria faktor

teknis dibagi menjadi 3 sub-kriteria, terlihat pada gambar 4.11 yaitu

kegiatan perbaikan kapal, penggunaan peralatan non-marine use dan masa

pakai spare part, dengan inkonsistensi 0.004.

Gambar 4.11 Nilai Bobot Relatif Pada Faktor Teknis

46
Tujuan Bobot Nilai Fungsi

Faktor Teknis 0.186 1000

Sub-Kriteria

Kegiatan

Perbaikan 0.521 186

Kapal

Penggunaan

Peralatan Non- 0.265 186

Marine Use

Masa Pakai
0.214 186
Spare Part

Tabel 4.5 Nilai Fungsi dan Bobot Relatif pada Faktor Teknis
Nilai pada tabel 4.4 sesusi dengan perhitungan pada yang

dilakukan pada perangkat lunak expert choice, menunjukkan bahwa

kegiatan perbaikan kapal dengan nilai bobor relatif paling besar yaitu

0.521. Disusul dengan penggunaan peralatan non-marine use dengan nilai

0.265, dan masa pakai spare part dengan nilai 0.214.

47
BAB V

PENUTUP

5.1 KESIMPULAN

Tugas akhir yang berjudul Analisa Faktor Penyebab Kebakaran

Kapal Dengan Menggunakan Metode Analytic Hierarchy Process (AHP)

mencapai akhir dari pengerjaan ini dengan diperoleh beberapa hasil yang dapat

ditarik kesimpulan berdasarkan hasil analisis data dari bab sebelumnya, adalah

sebagai berikut;

1. Penyebab kebakaran kapal dibagi dalam 4 faktor. Faktor

permesinan menjadi faktor penyebab kebakaran yang paling

tinggi menurut hasil survey dengan metode AHP. Berikut Tabel

5.1 menunjukkan tingkat prioritas dari tertinggi sampai terendah.

48
Tujuan Persentase Tingkat

(%) Prioritas

Faktor

Penyebab
100
Kebakaran

Pada Kapal

Peringkat Kriteria

Permesinan 35,0 Tertinggi

Kelistrikan 30,9

Teknis 18,6

Manusia 15,5 Terendah

Tabel 5.1 Peringkat Prioritas dengan Metode AHP

2. Faktor Permesinan yang memiliki nilai prioritas tertinggi yaitu

35% memiliki 3 sub-kriteria, yaitu ledakan mesin/generator,

bocornya pipa/tangki bahan bakar, dan sisa-sisa bahan bakar yang

tumpah. Setelah diolah dengan perangkat lunak expert choice,

didapatkan hasil seperti tabel 5.2

49
Kriteria Persentase Tingkat

(%) Prioritas

Faktor
100
Permesinan

Peringkat Sub-Kriteria

Ledakan
59,5 Tertinggi
mesin/generator

Bocornya

pipa/tangki 20,6

bahan bakar

Sisa-sisa bahan

bakar yang 19,9 Terendah

tumpah

Tabel 5.2 Peringkat Prioritas Sub-Kriteria dari Faktor Permesinan dengan Metode
AHP

50
5.2 SARAN

1. Dikarenakan ada PSBB yang diberlakukan oleh pemerintah untuk

menghindari merebaknya virus covid-19, asistensi pengerjaan skripsi secara

tatap muka dengan dosen pembimbing urung untuk dilakukan. Alangkah

efektifnya pengerjaan apabila melalui asistensi secara langsung.

2. Perlu dikembangkan lebih spesifik lagi kriteria untuk mendapatkan hasil

dari kebenaran hirarki.

3. Perlu dikembangkan lagi dengan analisis mengenai pencegahan dan

penuruna peluang terjadinya kebakaran kapal.

51
DAFTAR PUSTAKA

Andoyo, Lucky. 2015. Analisis Human Erorr Terhadap Kecelakaan Kapal


Pada Sistem Kelistrikan Berbasis Data Dikapa. Surabaya
Dephub. 2016. “Data Kecelakaan Kapal 2010-2016”,
http://knkt.dephub.go.id/knkt/ntsc_home/MediaReleaseKNKT2016,
Diakses pada tanggal 6 September 2019
Dephub. 2016. “Jenis-jenis kecelakaan kapal “,
http://knkt.dephub.go.id/knkt/ntsc_maritime/maritime_glossary.htm,
Diakses pada tanggal 14 September 2019
Pengertian Expert Choice dari:
Data http://datariset.com/analisis/detail/analisis-hierarki-proses-dengan-
expert-choice, Diakses pada tanggal 16 September 2019
Rahman, Harnoli. 2017. Penentuan Faktor Dominan Penyebab Kecelakaan
Kapal Di Kesyahbandaran Utama Tanjung Priok. Jakarta
Republik Indonesia Komite Nasional Keselamatan Transportasi. 2017.
Kebakaran Asia Prima I (IMO NO. 8905012). Di Nilam Barat,
Tanjung Perak - Surabaya
Saaty, L. Thomas, (1980). “The Analytic Hierarchy Process: Planning, Priority
Setting, Resource Allocation “ ISBN 0-07-054371-2. McGraw-Hill:
New York.

52
LAMPIRAN

Lampiran Kuisioner

53
54
55
56
57
58
59
60
61

Anda mungkin juga menyukai