Pengkajian Pencernaan
Pengkajian Pencernaan
Pendekatan ini dilakukan mulai dari kepala dan secara berurutan sampai ke kaki.
Mulai dari :
Penampilan, posisi saat dikaji, postur tubuh, ekspresi wajah, serta bahasa tubuh.
b) Kulit
Kulit merupakan cermin dari kesehatan seseorang secara menyeluruh dan perubahan
Lesi,vaskularisasi.
Kulit yang terluka dikawasan yang beriklim panas dan banyak cahaya matahari cenderung
Efek vasodilatasi yang ditimbulkan oleh demam,sengatan matahari dan inflamsi akan terjadi
Kebiru-biruan pada siaanosis menunjukan hypoksia seluler dan mudah terlihat pada
Kulit yang menguning berhubungan langsung dengan kenaikan kadar bilirubin serum.
Mengkaji pasien dengan kulit gelap.
Gradasi warna yang terjadi pada yang berkulit gelap ditentukan :
Untuk menentukan besarnya diameter/lebarnya lesi bisa diukur dengan Penggaris dan
perkembangannya kita monitor terus. Setelah distribusi lesi ditentukan informasi berikutnya
harus diperoleh Dan dijelaskan secara rinci : Bagaimana warna lesi tersebut ?
c) Rambut
- Warna bisa hitam atau putih atau kelabu ketika seorang menjadi tua, tetapi ada juga yg
- tidak adanya pigmentasi secara partial atau total terjadi uban sejak lahir karena mempunyai
factor genetik.
- Rambut yang tumbuh diseluruh tubuh memiliki tektur yg halus. kecuali pada daerah axial
dan pubis.
- Rambut tebal berombak, kering dan mudah patah, rambut berminyak, rambut yang mudah
patah, dan kering, pemakaian produk rambut komersial akibat pewarna rambut yang
berlebihan
2) Distribusi.
Laki-laki cenderung memiliki rambut pada wajah dan badan ketimbang wanita
kerontokan rambut allopesia bisa terjadi akibat kebiasaan ; mencabut rambut, pemakaian
pewarna, minyak rambut,, infeksie jamur, dan penyakit kanker pada kulit kepala.
Hirtsutisme (peningkatan rambut tubuh) dapat terlihat pada wanita pada saat wanita mulai
menfause.
d) Kuku
Paronokia,inflamasi pada kulit sekitar kuku,disertai nyeri tekan, dan erythema.
Clubbing finger, jari tabuh yaitu pelurusan sudut yang normal menjadi 180 derajat.
f) Kepala
Bentuk, kesimetrisan, nervus V & VII, keadaan rambut, kondisi kulit kepala, massa, dan
nyeri tekan.
g) Mata
Pemeriksaan mata merupakan komponen yang sangat penting pada pemeriksaan fisik,
tidak hanya karena kesehatan mata sangat penting bagi kesehatan pasien secara keseluruhan
tetapi juga karena keadaan mata dapat mencerminkan keadaan kesehatan secara umum.
Retina yang dapat dilihat dengan oftalmoskop adalah satu-satunya tempat pada tubuh
manusia dimana dasar pembuluh darahnya dapat diperiksa secara langsung. Pupil adalah
penting untuk diuji. Karena merupakan fungsi mata yang terpenting. Harus dilakukan paling
awal sehingga penglihatan sudah dapat dikaji sebelum kita benar-benar menyentuh mata.
Otot ekstraokuler adalah enam otot kecil yang melekat pada tiap mata yang
menggerakkan bola mata. Diinervasi oleh tiga saraf otak (SO III, IV, dan VI). Aksi sinergis
(sesuai) otot ekstraokuler kedua mata menghasilkan gerakan paralel. Mekanisme bagaimana
cara kerjanya sangat kompleks, dan analisis abnormalitasnya memerlukan konsultasi dengan
dokter.
Kebanyakan, manusia mempunyai lapang pandang bulat, termasuk bintik buta dimana saraf
optik memasuki mata dan dimana tidak terdapat sel retina fotosensitif. Meskipun lapang
pandang dapat dikaji dengan cepat oleh oftalmologis, estimasi kasar dapat dibuat di kantor
atau di tempat tidur pasien ketika pemeriksa memperhatikan adanya gangguan umum lapang
pandang, misalnya pada pasien dengan cedera serebrovaskuler (stroke) atau glaukoma.
dan palpasi. Inspeksi visual dilakukan dengan instrumen oftalmik khusus dan sumber cahaya.
Palpasi bisa dilakukan untuk mengkaji nyeri tekan mata dan deformitas dan untuk
mengeluarkan cairan dari puncta. Palpasi juga dilakukan untuk mendeteksi secara kasar (jelas
biasanya dari luar ke dalam. Struktur eksternal mata dan bola mata dievaluasi lebih dahulu;
Struktur eksternal mata diperiksa terutama dengan inspeksi. Struktur ini meliputi alis,
kelopak mata, bulu mata, aparatus lakrimalis, konjungtiva, kornea, kamera anterior, iris, dan
pupil.
Kelopak mata
Posisi kelopak mata dikaji dalam hubungannya dengan bola mata. Posisi kelopak dan
simetri merupakan bagian sangat penting pada pemeriksaan saraf otak (SO).
Bulu mata
Perawat kemudian harus memeriksa bulu mata untuk posisi dan distribusinya.
Biasanya selain berfungsi sebagai pelindung mereka juga dapat menjadi iritan bagi mata bila
menjadi panjang dan salah arah. Bulu mata yang panjang dan tak teratur dapat
Sistem lakrimal
Struktur dan fungsi pembentukan dan drainase air mata harus dikaji. Sistem lakrimal
Sklera dan konjungtiva bulbaris diinspeksi secara bersama. Kelopak dilebarkan dibuka
dengan meletakkan telunjuk pada kelopak mata atas pasien dan ibu jari pada bagian bawah
Pemeriksaan kornea
Biasanya lampu slit digunakan untuk memeriksa kornea secara cermat; namun,
perawat dapat melakukan observasi berbagai keadaan menggunakan lampu senter kecil.
Pemeriksaan iris dan kamera anterior
kejernihannya. Pada keadaan tertentu, terdapatnya sel dan pengkabutan (flare) dalam humor
aqueus dapat terlihat. Pengkabutan ini disebabkan oleh peningkatan bahan seperti protein
Pemeriksaan pupil
Pupil adalah lubang di tengah iris. Ketika kita memeriksa pupil, kita mengkaji reaksi
terhadap cahaya dan pandangan dekat dengan konvergensi, misalnya untuk mengevaluasi
Tentu saja kita tak dapat melihat lensa, meskipun melalui pandangan menyudut ke
dalam pupil yang dilatasi, kita hanya dapat melihat pantulan ringan kapsul anterior.
Karena struktur posterior terletak di belakang struktur anterior yang dapat terlihat,
h) Telinga
Pemeriksaan Telinga
Telinga luar diperiksa dengan inspeksi dan palpasi langsung sementara membrana
Pengkajian Fisik
Inspeksi telinga luar merupakan prosedur yang paling sederhana tapi sering terlewat.
i) Hidung
Bentuk, sekat hidung, kongesti, pengeluaran, polip, kepatenan, saluran udara, nyeri tekan
k) Leher
Simetris : massa, jaringan parut, putting susu, sekresi, pigmentasi, nyeri tekan, pencekungan
m) Abdomen
Bentuk
Kulit
n) Ginjal
Pengkajian yang dilakukan mencakup seluruh sistem tubuh . Informasi yang didapat
membantu perawat untuk menentukan sistem tubuh mana yang perlu mendapat perhatian
khusus, yaitu :
3) Inspeksi fungsi otot bantu napas, ukuran rongga dada, termasuk diameter anterior dan
5) Auskultasi seluruh area paru dan kaji suara paru normal (vesikular, bronkovesikular, atau
bronkial) dan kaji juga adanya bunyi paru patologis (wheezing, cracles atau ronkhi)
6) Kaji adanya keluhan batuk, durasi, frekuensi dan adanya sputum/dahak, cek warna,
7) Kaji adanya keluhan SOB (shortness of breath)/sesak napas, dyspnea dan orthopnea.
9) Tentukan posisi yang tepat dan nyaman untuk meningkatkan fungsi pernapasan pasien
10) Kaji apakah klien memiliki riwayat merokok (jumlah per hari) dan berapa lama telah
merokok
11) Kaji catatan obat terkait dengan sistem pernapasan dan test diagnostic.
Pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan fisik umum dan khusus pada jantung.
Sebelum melakukan pemeriksaan fisik khusus pada jantung, maka penting terlebih dahulu
melihat pasien secara keseluruhan/keadaan umum termasuk mengukur tekanan darah, denyut
Keadaan umum secara keseluruhan yang perlu dilihat adalah : Bentuk tubuh gemuk/kurus,
anemis, sianosis, sesak nafas, keringat dingin, muka sembab, oedem kelopak mata, asites,
Pada pasien khususnya penyakit jantung amat penting melakukan pemeriksaan nadi
adalah :Kecepatan/menit, kuat/lemah (besar/kecil), teratur atau tidak, isi setiap denyut sama
Inspeksi
Lihat dan perhatikan impuls dari iktus kordis, mudah terlihat pada pasien yang kurus
dan tidak terlihat pada pasien yang gemuk atau emfisema pulmonum. Yang perlu
berada pada ruang intercostals V pada garis midklavikular kiri. Apabila impuls maksimum ini
bergeser ke kiri berarti ada pembesaran jantung kiri atau jantung terdorong atau tertarik
kekiri.
Palpasi
Palpasi dapat mengetahui dan mengenal ukuran jantung dan denyut jantung. Point of
Maximum Impuls dipalpasi untuk mengetahui getaran yang terjadi ketika darah mengalir
Perkusi
Tujuannya adalah untuk menentukan batas jantung (batas atas kanan kiri). Teknik perkusi
harus mengetahui tentang apa yang disebut sonor, redup dan timpani.
Auskultasi
Pemeriksaan auskultasi untuk menentukan denyut jantung, irama jantung, bunyi
jantung, murmur dan gesekan (rub). Bunyi jantung perlu dinilai kualitas dan frekuensinya.
Bunyi jantung merupakan refleksi dari membuka dan menutupnya katup dan terdengar di titik
Bunyi jantung I (S1) dihasilkan oleh penutupan katup atrioventrikuler (mitral dan
trikuspidalis).
Bunyi jantung II (S2) disebabkan oleh penutupan katup semilunar (aorta dan pulmonal).
Bunyi jantung III (S3) merupakan pantulan vibrasi ventrikuler dihasilkan oleh pengisian
Bunyi jantung IV (S4) disebabkan oleh tahanan untuk mengisi ventrikel pada diastole yang
ventrikel.
Pada pemeriksaan ini untuk mengobservasi warna, ukuran dan sirkulasi perifer.
Palpasi
Untuk mengetahui suhu, edema dan denyutan. Pemeriksa dapat menekan tempat
Auskultasi
3) Kaji tingkat kenyamanan, adanya nyeri dan termasuk lokasi, durasi, tipe dan pengobatannya.
4) Kaji fungsi sensoris dan tentukan apakah normal atau mengalami gangguan. Kaji adanya
5) Kaji fungsi motorik seperti : genggaman tangan, kekuatan otot, pergerakan dan postur.
7) Kaji catatan penggunaan obat dan diagnostik tes yang mempengaruhi SSP.
1) Kaji kebiasaan pola BAK, output/jumlah urine 24 jam, warna, kekeruhan dan ada/tidaknya
sedimen
2) Kaji keluhan gangguan frekuensi BAK, adanya dysuria dan hematuria, serta riwayat infeksi
saluran kemih
4) Inspeksi penggunaan condom catheter, folleys catheter, silikon kateter atau urostomy atau
5) Kaji kembali riwayat pengobatan dan pengkajian diagnostik yang terkait dengan sistem
perkemihan.
1) Inspeksi keadaan umum abdomen : ukuran, kontur, warna kulit dan pola pembuluh vena
(venous pattern)
3) Palpasi abdomen untuk menentukan : lemah, keras atau distensi, adanya nyeri tekan, adanya
5) Kaji tipe diet, jumlah, pembatasan diet dan toleransi terhadap diet
6) Kaji adanya perubahan selera makan, dan kemampuan klien untuk menelan
9) Inspeksi adanya ileostomy atau kolostomi, yang nantinya dikaitkan dengan fungsi (permanen
atau temporal), kondisi stoma dan kulit disekitarnya, dan kesediaan alat
10) Kaji kembali obat dan pengkajian diagnostik yang pasien miliki terkait sistem GI
3) Kaji pergerakan ekstremitas tangan dan kaki, ROM (range of motion), kekuatan otot
4) Kaji kemampuan pasien duduk, berjalan, berdiri, cek postur tubuh
6) Kaji ulang pengobatan dan test diagnostik yang terkait sistem musculoskeletal.
1) Kaji integritas kulit dan membrane mukosa, turgor, dan keadaan umum kulit (jaundice,
kering)
6) Kaji riwayat pengobatan dan test diagnostik terkait sistem integument.
disertai keputihan.
A. Riwayat Kesehatan
Perawat mulai dengan mengambil riwayat lengkap, memfokuskan pada gejala-gejala umum
disfungsi gastrointestinal. Gejala-gejala dimana pengkajian difokuskan mencakup nyeri,
kembung, bising usus, mual dan muntah, hematemesis, perubahan kebiasaan defekasi serta
karakteristik feses.
Nyeri. Nyeri sering merupakan gejala utama dari penyakit gastrointestinal. Kaji lokasi,
durasi, pola, frekwensi, distribusi penyebaran dan waktu nyeri
Indigesti. Indigesti dapat diakibatkan oleh gangguan control saraf lambung dan bagian lain
GI. Makanan berlemak cenderung menimbulkan ketidaknyamanan karena lemak berada di
lambung lebih lama
Diare dan konstipasi. Diare secara umum terjadi bila isi saluran pencernaan bergerak terlalu
cepat dan terdapat ketidakadekwatan waktu untuk absorbsi. Konstipasi adalah reternsi atau
perlambatan pengeluaran feses dari rectum. Absorpsi berlebihan air dari bahan fekal
menghasilkan feses yang yang keras, kering dan volume yang lebih kecil dari normal.
Dikatakan konstipasi jika pada saat BAB sering mengejan, frekwensi dua kali setiap minggu
Riwayat lain yang perlu dikaji adalah riwayat kesehatan terdahulu, kesehatan keluarga dan
riwayat psikososial.
B. Pemeriksaan Fisik
Temuan fisik kemudian dikaji untuk memastikan data subyektif yang didapat dari pasien.
Abdomen diinspeksi, diauskultasi, di palpasi dan diperkusi. Pasien ditempatkan pada posisi
supine. Kontur dan simetrisitas dari abdomen dilihat dengan identifikasi penonjolan lokal,
distensi atau gelombang peristaltik. Auskultasi dilakukan sebelum palpasi dan perkusi untuk
mencegah terjadi perubahan motilitasi usus. Karakter, lokasi dan frekwensi usus dicatat,
timpani atau pekak dicatat selama perkusi. Palpasi digunakan untuk mengidentifikasi massa
abdomen atau area nyeri tekan.
Adanya temuan abnormal harus dicatat berdasarkan kwadran atau regio-regio untuk
menggambarkan abdomen. (Kwadran kanan atas, kanan bawah, kiri atas dan kwadran kiri
bawah)
Regio-regio abdominalis
• Hipokondria kanan
§ Lobus kanan hepar
§ Bagian duodenum
§ Fleksur hepatica
§ Ginjal kanan
§ Kelenjar suprarenal
• Epigastrik
§ Akhir pilorik
§ Duodenum
§ Pankreas
• Hipokondria kiri
§ Lambung
§ Limpa
§ Ginjal kiri
• Lumbal kanan
§ Kolon asenden
§ Bagian duodenum dan yeynum
• Umbilikalis
§ Omentum
§ Mesentrika
§ Bag. Bawah duodenum
§ Yeyenum dan ileum
• Lumbal kiri
§ Kolon desenden
§ Bagian bawah ginjal kiri
§ Bag. Jejunum dan ileum
• Inguinalis kanan
§ Sekum
§ Apendik
§ Ureter/ovarium
• Hipogastrik
§ Ileum
§ Kandung kemih
§ uterus
• Inguinalis kiri
§ kolon sigmoid
§ ureter
§ ovarium
Auskultasi
r Bising usus à bunyi klik lembut yang terdengar setiap 5-10 detik di setiap kwdran abdomen,
bising usus normal terdengar 5-12 kali/menit
r Bising usus tidak ada (-) : dijumpai setelah tindakan pembedahan, peritonitis, ileus paralitik
r Bising usus meningkat disebabkan hipermotilitas usus pada diare atau gastro enteritis,
obstruksi
usus
r Bising abdomen (bruit) merupakan bunyi dari pembuluh darah (artery narrowing)
Perkusi
r Menentukan ukuran dan lokasi organ abdomen
r Menentukan akumulasi berlebihan dari cairan dan udara dalam abdomen
r Dilakukan disemua kwadran
r Bunyi perkusi normal : Timpani pada 4 kwadran , timpani diatas hepar dan limpa
Palpasi
r Karakter dinding abdomen, ukuran, kondisi dan konsistensi organ, lokasi nyeri
r Palpasi ringan : tekan ujung-ujung jari sedalam 1-2 cm, palpasi dalam dilakukan penekanan
sedalam 4 cm
r Lakukan palpasi secara sistematis pada ke empat kwadran
kwadran-kwadran abdomen
Definisi
Pemeriksaan yang dilakukan untuk sistem pencernaan terdiri dari:
• Endoskop (tabung serat optik yang digunakan untuk melihat struktur dalam dan untuk
memperoleh jaringan dari dalam tubuh)
• Rontgen
• Ultrasonografi (USG)
• Perunut radioaktif
• Pemeriksaan kimiawi.
Langkah pertama dalam mendiagnosis kelainan sistem pencernaan adalah riwayat medis dan
pemeriksaan fisik. Tetapi gejala dari kelainan pencernaan seringkali bersifat samar sehingga
dokter mengalami kesulitan dalam menentukan kelainan secara pasti.
Kelainan psikis (misalnya kecemasan dan depresi) juga bisa mempengaruhi sistem
pencernaan dan menimbulkan gejala-gejalanya.
1. Pemeriksaan Kerongkongan
1. Pemeriksaan barium.
Penderita menelan barium dan perjalanannya melewati kerongkongan dipantau melalui
fluoroskopi (teknik rontgen berkesinambungan yang memungkinkan barium diamati atau
difilmkan).
Dengan fluoroskopi, dokter bisa melihat kontraksi dan kelainan anatomi kerongkongan
(misalnya penyumbatan atau ulkus). Gambaran ini seringkali direkam pada sebuah film atau
kaset video.
Selain cairan barium, bisa juga digunakan makanan yang dilapisi oleh barium, sehingga bisa
ditentukan lokasi penyumbatan atau bagian kerongkongan yang tidak berkontraksi secara
normal.
Cairan barium yang ditelan bersamaan dengan makanan yang dilapisi oleh barium bisa
menunjukkan kelainan seperti:
- selaput kerongkongan (dimana sebagian kerongkongan tersumbat oleh jaringan fibrosa)
- divertikulum Zenker (kantong kerongkongan)
- erosi dan ulkus kerongkongan
- varises kerongkongan
- tumor.
2. Manometri.
Manometri adalah suatu pemeriksaan dimana sebuah tabung dengan alat pengukur tekanan
dimasukkan ke dalam kerongkongan.
Dengan alat ini (alatnya disebut manometer) dokter bisa menentukan apakah kontraksi
kerongkongan dapat mendorong makanan secara normal atau tidak.
3. Pengukuran pH kerongkongan.
Mengukur keasaman kerongkongan bisa dilakukan pada saat manometri.
Pemeriksaan ini digunakan untuk menentukan apakah terjadi refluks asam atau tidak.
4. Uji Bernstein (Tes Perfusi Asam Kerongkongan).
Pada pemeriksaan ini sejumlah kecil asam dimasukkan ke dalam kerongkongan melalui
sebuah selang nasogastrik.
Pemeriksaan ini digunakan untuk menentukan apakah nyeri dada disebabkan karena iritasi
kerongkongan oleh asam dan merupakan cara yang baik untuk menentukan adanya
peradangan kerongkongan (esofagitis).
2. Intubasi
Intubasi adalah memasukkan sebuah selang plastik kecil yang lentur melalui hidung atau
mulut ke dalam lambung atau usus halus.
Sebuah selang yang dihubungkan dengan suatu alat kecil di ujungnya bisa digunakan untuk
biopsi (mengambil contoh jaringan usus halus untuk diperiksa secara mikroskopik atau untuk
analisa aktivitas enzim).
Lambung dan usus halus tidak dapat merasakan nyeri, sehingga kedua prosedur diatas tidak
menimbulkan nyeri.
3. Endoskopi
Diameter endoskop berkisar dari sekitar 0,6 cm-1,25 cm dan panjangnya berkisar dari sekitar
30 cm-150 cm.
Sistem video serat-optik memungkinkan endoskop menjadi fleksibel menjalankan fungsinya
sebagai sumber cahaya dan sistem penglihatan.
Banyak endoskop yang juga dilengkapi dengan sebuah penjepit kecil untuk mengangkat
contoh jaringan dan sebuah alat elektronik untuk menghancurkan jaringan yang abnormal.
Dengan endoskop dokter dapat melihat lapisan dari sistem pencernaan, daerah yang
mengalami iritasi, ulkus, peradangan dan pertumbuhan jaringan yang abnormal. Biasanya
diambil contoh jaringan untuk keperluan pemeriksaan lainnya.
Endoskop juga bisa digunakan untuk pengobatan. Berbagai alat yang berbeda bisa
dimasukkan melalui sebuah saluran kecil di dalam endoskop:
Elektrokauter bisa digunakan untuk menutup suatu pembuluh darah dan menghentikan
perdarahan atau untuk mengangkat suatu pertumbuhan yang kecil
- Sebuah jarum bisa digunakan untuk menyuntikkan obat ke dalam varises kerongkongan dan
menghentikan perdarahannya.
Sebelum endoskop dimasukkan melalui mulut, penderita biasanya dipuasakan terlebih dahulu
selama beberapa jam. Makanan di dalam lambung bisa menghalangi pandangan dokter dan
bisa dimuntahkan selama pemeriksaan dilakukan.
Sebelum endoskop dimasukkan ke dalam rektum dan kolon, penderita biasanya menelan obat
pencahar dan enema untuk mengosongkan usus besar.
4. Laparoskopi
5. Rontgen
1. Foto polos perut.
Foto polos perut merupakan foto rontgen standar untuk perut, yang tidak memerlukan
persiapan khusus dari penderita.
Sinar X biasanya digunakan untuk menunjukkan:
- suatu penyumbatan
- kelumpuhan saluran pencernaan
- pola udara abnormal di dalam rongga perut
- pembesaran organ (misalnya hati, ginjal, limpa).
2. Pemeriksaan barium.
Setelah penderita menelan barium, maka barium akan tampak putih pada foto rontgen dan
membatasi saluran pencernaan, menunjukkan kontur dan lapisan dari kerongkongan,
lambung dan usus halus.
Barium yang terkumpul di daerah abnormal menunjukkan adanya ulkus, erosi, tumor dan
varises kerongkongan.
Foto rontgen bisa dilakukan pada waktu-waktu tertentu untuk menunjukkan keberadaan
barium. Atau digunakan sebuah fluoroskop untuk mengamati pergerakan barium di dalam
saluran pencernaan. Proses ini juga bisa direkam.
Dengan mengamati perjalanan barium di sepanjang saluran pencernaan, dokter dapat menilai:
Barium juga dapat diberikan dalam bentuk enema untuk melapisi usus besar bagian bawah.
Kemudian dilakukan foto rontgen untuk menunjukkan adanya polip, tumor atau kelainan
struktur lainnya.
Prosedur ini bisa menyebabkan nyeri kram serta menimbulkan rasa tidak nyaman.
Barium yang diminum atau diberikan sebagai enema pada akhirnya akan dibuang ke dalam
tinja, sehingga tinja tampak putih seperti kapur.
Setelah pemeriksaan, barium harus segera dibuang karena bisa menyebabkan sembelit yang
berarti. Obat pencahar bisa diberikan untuk mempercepat pembuangan barium.
6. Parasentesis
Parasentesis adalah memasukkan jarum ke dalam rongga perut dan mengambil cairannya.
Dalam keadaan normal, rongga perut diluar saluran pencernaan hanya mengandung sejumlah
kecil cairan. Cairan bisa terkumpul dalam keadaan-keadaan tertentu, seperti perforasi
lambung atau usus, penyakit hati, kanker atau pecahnya limpa.
Parasentesis digunakan untuk memperoleh contoh cairan untuk keperluan pemeriksaan atau
untuk membuang cairan yang berlebihan.
Pemeriksaan fisik (kadang disertai dengan USG) dilakukan sebelum parasentesis untuk
memperkuat dugaan bahwa rongga perut mengandung cairan yang berlebihan.
Selanjutnya daerah kulit (biasanya tepat dibawah pusar) dibersihkan dengan larutan antiseptik
dan dibius lokal. Melalui kulit dan otot dinding perut, dimasukkan jarum yang dihubungkan
dengan tabung suntik ke dalam rongga perut dimana cairan terkumpul.
Sejumlah kecil cairan diambil untuk pemeriksaan laboratorium atau sampai 0,96 liter cairan
diambil untuk mengurangi pembengkakan perut.
7. USG Perut
USG menggunakan gelombang udara untuk menghasilkan gambaran dari organ-organ dalam.
USG bisa menunjukkan ukuran dan bentuk berbagai organ (misalnya hati dan pankreas) dan
juga bisa menunjukkan daerah abnormal di dalamnya.
USG merupakan prosedur yang tidak menimbulkan nyeri dan tidak memiliki resiko.
Pemeriksa menekan sebuah alat kecil di dinding perut dan mengarahkan gelombang suara ke
berbagai bagian perut dengan menggerakkan alat tersebut. Gambaran dari organ dalam bisa
dilihat pada layar monitor dan bisa dicetak atau direkam dalam filem video.
Perdarahan di dalam saluran pencernaan dapat disebabkan baik oleh iritasi ringan maupun
kanker yang serius.
Bila perdarahannya banyak, bisa terjadi muntah darah, dalam tinja terdapat darah segar atau
mengeluarkan tinja berwarna kehitaman (melena).
Jumlah darah yang terlalu sedikit sehingga tidak tampak atau tidak merubah penampilan
tinja, bisa diketahui secara kimia; dan hal ini bisa merupakan petunjuk awal dari adanya
ulkus, kanker dan kelainan lainnya.
Pada pemeriksaan colok dubur, dokter mengambil sejumlah kecil tinja . Contoh ini diletakkan
pada secarik kertas saring yang mengandung zat kimia. Setelah ditambahkan bahan kimia
lainnya, warna tinja akan berubah bila terdapat darah.