Anda di halaman 1dari 21

PENGKAJIAN FISIK SECARA HEAD TO TOE DAN PENGKAJIAN FISIK

SECARA SISTEM TUBUH SISTEM PENCERNAAN

1.    Head to toe (kepala ke kaki)

Pendekatan ini dilakukan mulai dari kepala dan secara berurutan sampai ke kaki.

Mulai dari :

a)    Keadaan umum

Penampilan, posisi saat dikaji, postur tubuh, ekspresi wajah, serta bahasa tubuh.

b)   Kulit

Kulit merupakan cermin dari kesehatan seseorang secara menyeluruh dan perubahan

yang terjadi pada kulit umumnya berhubungan dengan penyakit.

Tampilan umum kulit dikaji dengan mengamati :

      Warna,suhu, kelembaban, kekeringan ,tekstur kulit (kasar atau halus)

      Lesi,vaskularisasi.

      Kondisi rambut serta kuku.

      Turgor kulit,edema.

      Warna kulit dikaji dengan mengamati warna gading,cokelat

      Kulit yang terluka dikawasan yang beriklim panas dan banyak cahaya matahari cenderung

lebih berpigmen dari tubuh lainnya

       Efek vasodilatasi yang ditimbulkan oleh demam,sengatan matahari dan inflamsi akan terjadi

perubahan kemerah-merahan pada kulit.

     Kurangnya vascularisasi kulit ,terlihat jelas pada daerah conyunctiva.

Kebiru-biruan pada siaanosis menunjukan hypoksia seluler dan mudah terlihat pada

ektermitas,dasar kuku bibir serta membrand mucosa

      Kulit yang menguning berhubungan langsung dengan kenaikan kadar bilirubin serum.
      Mengkaji pasien dengan kulit gelap. 

      Gradasi warna yang terjadi pada yang berkulit gelap ditentukan :

      Perubahan warna.

      Mengkaji lesi kulit.

Untuk menentukan besarnya diameter/lebarnya lesi bisa diukur dengan Penggaris dan

perkembangannya kita monitor terus. Setelah distribusi lesi ditentukan informasi berikutnya

harus diperoleh  Dan dijelaskan secara rinci : Bagaimana warna lesi tersebut ?

      Mengkaji vaskularisasi dan hydrasi

c)    Rambut

1.    Dilaksanakan secara inspeksi dan palpasi.

2.    Penerangan ruangan harus cukup baik .

3.    Memakai sarung tangan.

Yang mencatat tentang :

1.    warna,tekstur dan distribusinya.

1)   Warna dan tekstur.

      Warna rambut perlu dilihat tentang :

-       Warna bisa hitam atau putih atau kelabu ketika seorang menjadi tua, tetapi ada juga yg

beruban pada usia muda karena factor herediter.

-       tidak adanya pigmentasi secara partial atau total terjadi uban sejak lahir karena mempunyai

factor genetik.

         Tekstur rambut perlu dilihat tentang :

-          Rambut yang tumbuh diseluruh tubuh memiliki tektur yg halus. kecuali pada daerah axial

dan pubis.
-          Rambut tebal berombak, kering dan mudah patah, rambut berminyak, rambut yang mudah

patah, dan kering, pemakaian produk rambut komersial akibat pewarna rambut yang

berlebihan

2)   Distribusi.

      Laki-laki cenderung memiliki rambut pada wajah dan badan ketimbang wanita

      kerontokan rambut allopesia bisa terjadi akibat kebiasaan ; mencabut rambut, pemakaian

pewarna, minyak rambut,, infeksie jamur, dan penyakit kanker pada kulit kepala.

3)   Perubahan lain.

Hirtsutisme (peningkatan rambut tubuh) dapat terlihat pada wanita pada saat wanita mulai

menfause.

d)   Kuku

      Paronokia,inflamasi pada kulit sekitar kuku,disertai nyeri tekan, dan erythema.

      Clubbing finger, jari tabuh yaitu pelurusan sudut yang normal menjadi 180 derajat.

      Pelunakan pada pangkal kuku(seperti spons apabila dipalpasi).

e)    Tanda-tanda vital

      suhu, nadi, pernapasan dan tekanan darah

      Posisi ( duduk, berdiri, berbaring)

f)    Kepala

Bentuk, kesimetrisan, nervus V & VII, keadaan rambut, kondisi kulit kepala, massa, dan

nyeri tekan.

g)   Mata

Pemeriksaan mata merupakan komponen yang sangat penting pada pemeriksaan fisik,

tidak hanya karena kesehatan mata sangat penting bagi kesehatan pasien secara keseluruhan

tetapi juga karena keadaan mata dapat mencerminkan keadaan kesehatan secara umum.

Retina yang dapat dilihat dengan oftalmoskop adalah satu-satunya tempat pada tubuh
manusia dimana dasar pembuluh darahnya dapat diperiksa secara langsung. Pupil adalah

jendela ke mikrosirkulasi manusia.

1)        Pengkajian ketajaman penglihatan

Mata memberikan stimuli visual ke korteks oksipital. Tajam penglihatan sangat

penting untuk diuji. Karena merupakan fungsi mata yang terpenting. Harus dilakukan paling

awal sehingga penglihatan sudah dapat dikaji sebelum kita benar-benar menyentuh mata.

2)        Pengkajian gerakan mata

Otot ekstraokuler adalah enam otot kecil yang melekat pada tiap mata yang

menggerakkan bola mata. Diinervasi oleh tiga saraf otak (SO III, IV, dan VI). Aksi sinergis

(sesuai) otot ekstraokuler kedua mata menghasilkan gerakan paralel. Mekanisme bagaimana

cara kerjanya sangat kompleks, dan analisis abnormalitasnya memerlukan konsultasi dengan

dokter.

3)        Pengkajian lapang pandang

Bersamaan dengan ketajaman penglihatan, lapang pandang juga harus dikaji.

Kebanyakan, manusia mempunyai lapang pandang bulat, termasuk bintik buta dimana saraf

optik memasuki mata dan dimana tidak terdapat sel retina fotosensitif. Meskipun lapang

pandang dapat dikaji dengan cepat oleh oftalmologis, estimasi kasar dapat dibuat di kantor

atau di tempat tidur pasien ketika pemeriksa memperhatikan adanya gangguan umum lapang

pandang, misalnya pada pasien dengan cedera serebrovaskuler (stroke) atau glaukoma.

4)        Pemeriksaan mata

Teknik yang biasanya dipergunakan dalam pemeriksaan oftalmologis adalah inspeksi

dan palpasi. Inspeksi visual dilakukan dengan instrumen oftalmik khusus dan sumber cahaya.

Palpasi bisa dilakukan untuk mengkaji nyeri tekan mata dan deformitas dan untuk

mengeluarkan cairan dari puncta. Palpasi juga dilakukan untuk mendeteksi secara kasar (jelas

terlihat) tingkat tekanan intraokuler.


Seperti pada semua pemeriksaan fisik, perawat menggunakan pendekatan sistematis,

biasanya dari luar ke dalam. Struktur eksternal mata dan bola mata dievaluasi lebih dahulu;

kemudian diperiksa struktur internal.

a)    Pemeriksaan fisik mata

Struktur eksternal mata diperiksa terutama dengan inspeksi. Struktur ini meliputi alis,

kelopak mata, bulu mata, aparatus lakrimalis, konjungtiva, kornea, kamera anterior, iris, dan

pupil.

 Kelopak mata

Posisi kelopak mata dikaji dalam hubungannya dengan bola mata. Posisi kelopak dan

simetri merupakan bagian sangat penting pada pemeriksaan saraf otak (SO).

 Bulu mata

Perawat kemudian harus memeriksa bulu mata untuk posisi dan distribusinya.

Biasanya selain berfungsi sebagai pelindung mereka juga dapat menjadi iritan bagi mata bila

menjadi panjang dan salah arah. Bulu mata yang panjang dan tak teratur dapat

mengakibatkan iritasi kornea.

 Sistem lakrimal

Struktur dan fungsi pembentukan dan drainase air mata harus dikaji. Sistem lakrimal

tersusun atas bagian sekresi dan drainase.

 Pemeriksaan mata anterior

Sklera dan konjungtiva bulbaris diinspeksi secara bersama. Kelopak dilebarkan dibuka

dengan meletakkan telunjuk pada kelopak mata atas pasien dan ibu jari pada bagian bawah

agar terhindar dari trauma jaringan lunak.

 Pemeriksaan kornea

Biasanya lampu slit digunakan untuk memeriksa kornea secara cermat; namun,

perawat dapat melakukan observasi berbagai keadaan menggunakan lampu senter kecil.
 Pemeriksaan iris dan kamera anterior

Sementara memeriksa kornea, humor aqueus di kamera anterior dikaji mengenai

kejernihannya. Pada keadaan tertentu, terdapatnya sel dan pengkabutan (flare) dalam humor

aqueus dapat terlihat. Pengkabutan ini disebabkan oleh peningkatan bahan seperti protein

akibat inflamasi di dalam kamera anterior.

 Pemeriksaan pupil

Pupil adalah lubang di tengah iris. Ketika kita memeriksa pupil, kita mengkaji reaksi

terhadap cahaya dan pandangan dekat dengan konvergensi, misalnya untuk mengevaluasi

gangguan sistem saraf pusat (SSP) atau pada tekanan intrakranial. .

 Pemeriksaan lensa kristalina

Tentu saja kita tak dapat melihat lensa, meskipun melalui pandangan menyudut ke

dalam pupil yang dilatasi, kita hanya dapat melihat pantulan ringan kapsul anterior.

 Pemeriksaan segmen posterior

Karena struktur posterior terletak di belakang struktur anterior yang dapat terlihat,

maka tidak dapat dilihat dengan observasi tradisional.  

h)   Telinga

Pengkajian kemampuan mendengar otoskop dan palpasi tak langsung dengan

menggunakan otoskop pneumatic.

Pemeriksaan Telinga

Telinga luar diperiksa dengan inspeksi dan palpasi langsung sementara membrana

timpani diinspeksi, seperti telinga tengah dengan :

Pengkajian Fisik

Inspeksi telinga luar merupakan prosedur yang paling sederhana tapi sering terlewat.

Aurikulus dan jaringan sekitarnya diinspeksi adanya:

      deformitas, lesi,


      cairan begitu pula ukuran,

      simetris dan sudut penempelan ke kepala.

i)     Hidung

      Bentuk, sekat hidung, kongesti, pengeluaran, polip, kepatenan, saluran udara, nyeri tekan

sinos, transiluminasi, selaput lender.

j)     Mulut dan Tenggorokan

      Bibir : warna, sianosis, keilosis, bibir pecah, pigmentasi

      Gigi-geligi : jumlah, karies, gigi palsu

      Selaput lender dan gusi : kepucatan, ulserasi,pigmentasi,lesi-lesi,penyakit periodontal

      Lidah : warna,atrofil,penyimpangan (deurasi),tremor,ulserasi

      Pharynx : tonsil,epiglottis,penggerakan panatum

k)   Leher

      Pembuluh darah : bendungan vena,denyutan karotis,denyutan abnormal,parut luka,burit

      Trakea : posisi,pergerakan dan tarikan trakea

l)     Buah dada

      Simetris : massa, jaringan parut, putting susu, sekresi, pigmentasi, nyeri tekan, pencekungan

(duplin), retraksi, fiksasi benjolan

m) Abdomen

      Bentuk

      Kulit

      Bunyi peristaltik

n)   Ginjal

1)   Perkusi Ginjal

2)   Palpasi Ginjal


2.    ROS (Review of System / sistem tubuh)

Pengkajian yang dilakukan mencakup seluruh sistem tubuh . Informasi yang didapat

membantu perawat untuk menentukan sistem tubuh mana yang perlu mendapat perhatian

khusus, yaitu :

a)    Tanda-tanda vital :  suhu,nadi,pernapasan dan tekanan darah

b)   Sistem Respirasi (Pernafasan)

1)   Kaji keadaan umum dan pemenuhan kebutuhan respirasi

2)   Kaji respiratory rate, irama dan kualitasnya

3)   Inspeksi fungsi otot bantu napas, ukuran rongga dada, termasuk diameter anterior dan

posterior thorax, dan adanya gangguan spinal

4)   Palpasi posisi trakea dan adanya subkutan emphysema

5)   Auskultasi seluruh area paru dan kaji suara paru normal (vesikular, bronkovesikular, atau

bronkial) dan kaji juga adanya bunyi paru patologis (wheezing, cracles atau ronkhi)

6)   Kaji adanya keluhan batuk, durasi, frekuensi dan adanya sputum/dahak, cek warna,

konsistensi dan jumlahnya dan apakah disertai darah

7)   Kaji adanya keluhan SOB (shortness of breath)/sesak napas, dyspnea dan orthopnea.

8)   Inspeksi membran mukosa dan warna kulit

9)   Tentukan posisi yang tepat dan nyaman untuk meningkatkan fungsi pernapasan pasien

10)    Kaji apakah klien memiliki riwayat merokok (jumlah per hari) dan berapa lama telah

merokok

11)    Kaji catatan obat terkait dengan sistem pernapasan dan test diagnostic.

c)    Sistem Kardiovaskuler

1)   Pengkajian fisik jantung

Pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan fisik umum dan khusus pada jantung.

Sebelum melakukan pemeriksaan fisik khusus pada jantung, maka penting terlebih dahulu
melihat pasien secara keseluruhan/keadaan umum termasuk mengukur tekanan darah, denyut

nadi, suhu badan dan frekuensi pernafasan.

Keadaan umum secara keseluruhan yang perlu dilihat adalah : Bentuk tubuh gemuk/kurus,

anemis, sianosis, sesak nafas,  keringat dingin, muka sembab, oedem kelopak mata, asites, 

bengkak tungkai/pergelangan kaki, clubbing ujung jari-jari tangan

Pada pasien khususnya penyakit jantung amat penting melakukan pemeriksaan nadi

adalah :Kecepatan/menit, kuat/lemah (besar/kecil), teratur atau tidak, isi setiap denyut sama

kuat atau tidak.

Inspeksi

Lihat dan perhatikan impuls dari iktus kordis, mudah terlihat pada pasien yang kurus

dan tidak terlihat pada pasien yang gemuk atau emfisema pulmonum. Yang perlu

diperhatikan adalah Titik Impuls Maksimum (Point of Maximum Impulse). Normalnya

berada pada ruang intercostals V pada garis midklavikular kiri. Apabila impuls maksimum ini

bergeser ke kiri berarti ada pembesaran jantung kiri atau jantung terdorong atau tertarik

kekiri.

Palpasi

Palpasi dapat mengetahui dan mengenal ukuran jantung dan denyut jantung. Point of

Maximum Impuls dipalpasi untuk mengetahui getaran yang terjadi ketika darah mengalir

melalui katup yang menyempit atau mengalami gangguan.

Perkusi

Dengan posisi pasien tetap berbaring/terlentang kita lakukan pemeriksaan perkusi.

Tujuannya adalah untuk menentukan batas jantung (batas atas kanan kiri). Teknik perkusi

menuntut penguasaan teknik dan pengalaman, diperlukan keterampilan khusus. Pemeriksa

harus mengetahui tentang apa yang disebut sonor, redup dan timpani.

Auskultasi
Pemeriksaan auskultasi untuk menentukan denyut jantung, irama jantung, bunyi

jantung, murmur dan gesekan (rub). Bunyi jantung perlu dinilai kualitas dan frekuensinya.

Bunyi jantung merupakan refleksi dari membuka dan menutupnya katup dan terdengar di titik

spesifik dari dinding dada.

 Bunyi jantung I (S1) dihasilkan oleh penutupan katup atrioventrikuler (mitral dan

trikuspidalis).

 Bunyi jantung II (S2) disebabkan oleh penutupan katup semilunar (aorta dan pulmonal).

 Bunyi jantung III (S3) merupakan pantulan vibrasi ventrikuler dihasilkan oleh pengisian

ventrikel ketika diastole dan mengikuti S2.

 Bunyi jantung IV (S4) disebabkan oleh tahanan untuk mengisi ventrikel pada diastole yang

lambat karena meningkatnya tekanan diastole ventrikel atau lemahnya penggelembungan

ventrikel.

2)   Pembuluh darah inspeksi

Pada pemeriksaan ini untuk mengobservasi warna, ukuran dan sirkulasi perifer.

Palpasi

Untuk mengetahui suhu, edema dan denyutan. Pemeriksa dapat menekan tempat

tersebut dengan ketentuan :

+ 1 = cekung sedikit yang cepat hilang.

+ 2 = cekung menghilang dalam waktu 10-15 detik.

+ 3 = cekung dalam yang menghilang dalam waktu 1-2 menit.

+ 4 = bebas cekungan hilang dalam waktu 5 menit atau lebih.

Auskultasi

Pada pemeriksaan ini dapat digunakan untuk mendengar bunyi arteri.

d)   Sistem Persyarafan


1)   Kaji LOC (level of consiousness) atau tingkat kesadaran : dengan melakukan pertanyaan

tentang kesadaran pasien terhadap waktu, tempat dan orang

2)   Kaji status mental

3)   Kaji tingkat kenyamanan, adanya nyeri dan termasuk lokasi, durasi, tipe dan pengobatannya.

4)   Kaji fungsi sensoris dan tentukan apakah normal atau mengalami gangguan. Kaji adanya

hilang rasa, rasa terbakar/panas dan baal.

5)   Kaji fungsi motorik seperti : genggaman tangan, kekuatan otot, pergerakan dan postur.

6)   Kaji adanya kejang atau tremor

7)   Kaji catatan penggunaan obat dan diagnostik tes yang mempengaruhi SSP.

e)    Sistem Perkemihan

1)   Kaji kebiasaan pola BAK, output/jumlah urine 24 jam, warna, kekeruhan dan ada/tidaknya

sedimen

2)   Kaji keluhan gangguan frekuensi BAK, adanya dysuria dan hematuria, serta riwayat infeksi

saluran kemih

3)   Palpasi adanya distesi bladder (kandung kemih)

4)   Inspeksi penggunaan condom catheter, folleys catheter, silikon kateter atau urostomy atau

supra pubik kateter

5)   Kaji kembali riwayat pengobatan dan pengkajian diagnostik yang terkait dengan sistem

perkemihan.

f)    Sistem Pencernaan

1)        Inspeksi keadaan umum abdomen : ukuran, kontur, warna kulit dan pola pembuluh vena

(venous pattern)

2)        Auskultasi abdomen untuk mendengarkan bising usus

3)        Palpasi abdomen untuk menentukan : lemah, keras atau distensi, adanya nyeri tekan, adanya

massa atau asites


4)        Kaji adanya nausea dan vomitus

5)        Kaji tipe diet, jumlah, pembatasan diet dan toleransi terhadap diet

6)        Kaji adanya perubahan selera makan, dan kemampuan klien untuk menelan

7)        Kaji adanya perubahan berat badan

8)        Kaji pola eliminasi : BAB dan adanya flatus

9)        Inspeksi adanya ileostomy atau kolostomi, yang nantinya dikaitkan dengan fungsi (permanen

atau temporal), kondisi stoma dan kulit disekitarnya, dan kesediaan alat

10)    Kaji kembali obat dan pengkajian diagnostik yang pasien miliki terkait sistem GI

g)   Sistem Musculoskeletal

1)        Kaji adanya nyeri otot, kram atau spasme

2)        Kaji adanya kekakuan sendi dan nyeri sendi

3)        Kaji pergerakan ekstremitas tangan dan kaki, ROM (range of motion), kekuatan otot

4)        Kaji kemampuan pasien duduk, berjalan, berdiri, cek postur tubuh

5)        Kaji adanya tanda-tanda fraktur atau dislokasi

6)        Kaji ulang pengobatan dan test diagnostik yang terkait sistem musculoskeletal.

h)   Sistem Integument

1)        Kaji integritas kulit dan membrane mukosa, turgor, dan keadaan umum kulit (jaundice,

kering)

2)        Kaji warna kulit, pruritus, kering, odor

3)        Kaji adanya luka, bekas operasi/skar, drain, dekubitus, dsb

4)        Kaji resiko terjadinya luka tekan dan ulkus

5)        Palpasi adanya nyeri, edema, dan penurunan suhu

6)        Kaji riwayat pengobatan dan test diagnostik terkait sistem integument.

i)     Sistem Reproduksi


Biasanya didapatkan data impoten pada pria, dan penurunan libido pada wanita

disertai keputihan.

PENGKAJIAN SISTEM PENCERNAAN

PENGKAJIAN SISTEM PENCERNAAN

A. Riwayat Kesehatan

Perawat mulai dengan mengambil riwayat lengkap, memfokuskan pada gejala-gejala umum
disfungsi gastrointestinal. Gejala-gejala dimana pengkajian difokuskan mencakup nyeri,
kembung, bising usus, mual dan muntah, hematemesis, perubahan kebiasaan defekasi serta
karakteristik feses.

Nyeri. Nyeri sering merupakan gejala utama dari penyakit gastrointestinal. Kaji lokasi,
durasi, pola, frekwensi, distribusi penyebaran dan waktu nyeri
Indigesti. Indigesti dapat diakibatkan oleh gangguan control saraf lambung dan bagian lain
GI. Makanan berlemak cenderung menimbulkan ketidaknyamanan karena lemak berada di
lambung lebih lama

Sendawa dan flatulensi. Akumulasi gas di saluran GI dapat menimbulkan sendawa


(pengeluaran gas melalui mulut bila gas mencapai lambung) dan flatulensi (pengeluaran gas
dari rektum). Keluhan yang sering dirasakan : kembung, distensi atau merasa penuh.
Mual dan muntah. Muntah biasanya didahului oleh rasa mual yang dapat dicetuskankan oleh
bau, aktifitas, atau makanan yang masuk. Muntah dapat berupa partikel yang tidak dapat
dicerna atau darah (hematemesis).

Diare dan konstipasi. Diare secara umum terjadi bila isi saluran pencernaan bergerak terlalu
cepat dan terdapat ketidakadekwatan waktu untuk absorbsi. Konstipasi adalah reternsi atau
perlambatan pengeluaran feses dari rectum. Absorpsi berlebihan air dari bahan fekal
menghasilkan feses yang yang keras, kering dan volume yang lebih kecil dari normal.
Dikatakan konstipasi jika pada saat BAB sering mengejan, frekwensi dua kali setiap minggu
Riwayat lain yang perlu dikaji adalah riwayat kesehatan terdahulu, kesehatan keluarga dan
riwayat psikososial.

B. Pemeriksaan Fisik

Temuan fisik kemudian dikaji untuk memastikan data subyektif yang didapat dari pasien.
Abdomen diinspeksi, diauskultasi, di palpasi dan diperkusi. Pasien ditempatkan pada posisi
supine. Kontur dan simetrisitas dari abdomen dilihat dengan identifikasi penonjolan lokal,
distensi atau gelombang peristaltik. Auskultasi dilakukan sebelum palpasi dan perkusi untuk
mencegah terjadi perubahan motilitasi usus. Karakter, lokasi dan frekwensi usus dicatat,
timpani atau pekak dicatat selama perkusi. Palpasi digunakan untuk mengidentifikasi massa
abdomen atau area nyeri tekan.
Adanya temuan abnormal harus dicatat berdasarkan kwadran atau regio-regio untuk
menggambarkan abdomen. (Kwadran kanan atas, kanan bawah, kiri atas dan kwadran kiri
bawah)

Regio-regio abdominalis

• Hipokondria kanan
§ Lobus kanan hepar
§ Bagian duodenum
§ Fleksur hepatica
§ Ginjal kanan
§ Kelenjar suprarenal

• Epigastrik
§ Akhir pilorik
§ Duodenum
§ Pankreas

• Hipokondria kiri
§ Lambung
§ Limpa
§ Ginjal kiri

• Lumbal kanan
§ Kolon asenden
§ Bagian duodenum dan yeynum

• Umbilikalis
§ Omentum
§ Mesentrika
§ Bag. Bawah duodenum
§ Yeyenum dan ileum

• Lumbal kiri
§ Kolon desenden
§ Bagian bawah ginjal kiri
§ Bag. Jejunum dan ileum

• Inguinalis kanan
§ Sekum
§ Apendik
§ Ureter/ovarium

• Hipogastrik
§ Ileum
§ Kandung kemih
§ uterus
• Inguinalis kiri
§ kolon sigmoid
§ ureter
§ ovarium

Pemeriksaan fisik pada mulut dan faring


§ Inspeksi warna bibir, kesimetrisan, luka/ulkus
§ Kemampuan membuka dan menutup mulut
§ Isspeksi lidah, bagian dalam mulut, warna dan kondisi membrane mukosa
§ Keadaan gigi geligi dan gusi, dikaji apakah ada carries, inflamasi atau tanda-tanda
Perdarahan

Pemeriksaan fisik pada abdomen


Inspeksi
r Perubahan warna di abdomen
r Distribusi rambut
r Adanya ras, lesi, striae, petechie, scar atau ikterik
r Kesimetrisan

Auskultasi
r Bising usus à bunyi klik lembut yang terdengar setiap 5-10 detik di setiap kwdran abdomen,
bising usus normal terdengar 5-12 kali/menit
r Bising usus tidak ada (-) : dijumpai setelah tindakan pembedahan, peritonitis, ileus paralitik
r Bising usus meningkat disebabkan hipermotilitas usus pada diare atau gastro enteritis,
obstruksi
usus
r Bising abdomen (bruit) merupakan bunyi dari pembuluh darah (artery narrowing)

Perkusi
r Menentukan ukuran dan lokasi organ abdomen
r Menentukan akumulasi berlebihan dari cairan dan udara dalam abdomen
r Dilakukan disemua kwadran
r Bunyi perkusi normal : Timpani pada 4 kwadran , timpani diatas hepar dan limpa

Palpasi
r Karakter dinding abdomen, ukuran, kondisi dan konsistensi organ, lokasi nyeri
r Palpasi ringan : tekan ujung-ujung jari sedalam 1-2 cm, palpasi dalam dilakukan penekanan
sedalam 4 cm
r Lakukan palpasi secara sistematis pada ke empat kwadran

kwadran-kwadran abdomen

>Kwadran kanan atas :


§ Sebagian besar hati
§ Kandung empedu
§ Duodenum
§ Bagian kepala pancreas
§ Fleksur hepatikus colon
§ Sebagian kolon asenden dan tranversum

>Kwadran kiri atas :


§ Lobus kiri hati
§ Lambung
§ Lien
§ Badan dan ekor pancreas
§ Pleksur splenikus colon
§ Sebagian kolon tranversum dan asenden

>Kwadran kanan bawah :


§ Sekum
§ Apendiks
§ Ureter kanan
§ Ovarium kanan dan tuba fallopi
§ Korda spermatikus kanan

>Kwadran kiri bawah :


§ Sebagian kolon desenden
§ Kolon sigmoid
§ Ureter kiri
§ Ovarium kiri dan tuba fallopi
§ Korda spermatikus kiri

C. Pemeriksaan Diagnostik Untuk Saluran Pencernaan

Definisi
Pemeriksaan yang dilakukan untuk sistem pencernaan terdiri dari:
• Endoskop (tabung serat optik yang digunakan untuk melihat struktur dalam dan untuk
memperoleh jaringan dari dalam tubuh)
• Rontgen
• Ultrasonografi (USG)
• Perunut radioaktif
• Pemeriksaan kimiawi.

Pemeriksaan-pemeriksaan tersebut bisa membantu dalam menegakkan diagnosis,


menentukan lokasi kelainan dan kadang mengobati penyakit pada sistem pencernaan.
Pada beberapa pemeriksaan, sistem pencernaan harus dikosongkan terlebih dahulu; ada juga
pemeriksaan yang dilakukan setelah 8-12 jam sebelumnya melakukan puasa; sedangkan
pemeriksaan lainnya tidak memerlukan persiapan khusus.

Langkah pertama dalam mendiagnosis kelainan sistem pencernaan adalah riwayat medis dan
pemeriksaan fisik. Tetapi gejala dari kelainan pencernaan seringkali bersifat samar sehingga
dokter mengalami kesulitan dalam menentukan kelainan secara pasti.
Kelainan psikis (misalnya kecemasan dan depresi) juga bisa mempengaruhi sistem
pencernaan dan menimbulkan gejala-gejalanya.

1. Pemeriksaan Kerongkongan
1. Pemeriksaan barium.
Penderita menelan barium dan perjalanannya melewati kerongkongan dipantau melalui
fluoroskopi (teknik rontgen berkesinambungan yang memungkinkan barium diamati atau
difilmkan).
Dengan fluoroskopi, dokter bisa melihat kontraksi dan kelainan anatomi kerongkongan
(misalnya penyumbatan atau ulkus). Gambaran ini seringkali direkam pada sebuah film atau
kaset video.

Selain cairan barium, bisa juga digunakan makanan yang dilapisi oleh barium, sehingga bisa
ditentukan lokasi penyumbatan atau bagian kerongkongan yang tidak berkontraksi secara
normal.

Cairan barium yang ditelan bersamaan dengan makanan yang dilapisi oleh barium bisa
menunjukkan kelainan seperti:
- selaput kerongkongan (dimana sebagian kerongkongan tersumbat oleh jaringan fibrosa)
- divertikulum Zenker (kantong kerongkongan)
- erosi dan ulkus kerongkongan
- varises kerongkongan
- tumor.
2. Manometri.
Manometri adalah suatu pemeriksaan dimana sebuah tabung dengan alat pengukur tekanan
dimasukkan ke dalam kerongkongan.
Dengan alat ini (alatnya disebut manometer) dokter bisa menentukan apakah kontraksi
kerongkongan dapat mendorong makanan secara normal atau tidak.
3. Pengukuran pH kerongkongan.
Mengukur keasaman kerongkongan bisa dilakukan pada saat manometri.
Pemeriksaan ini digunakan untuk menentukan apakah terjadi refluks asam atau tidak.
4. Uji Bernstein (Tes Perfusi Asam Kerongkongan).
Pada pemeriksaan ini sejumlah kecil asam dimasukkan ke dalam kerongkongan melalui
sebuah selang nasogastrik.
Pemeriksaan ini digunakan untuk menentukan apakah nyeri dada disebabkan karena iritasi
kerongkongan oleh asam dan merupakan cara yang baik untuk menentukan adanya
peradangan kerongkongan (esofagitis).

2. Intubasi

Intubasi adalah memasukkan sebuah selang plastik kecil yang lentur melalui hidung atau
mulut ke dalam lambung atau usus halus.

Prosedur ini bisa digunakan untuk keperluan diagnostik maupun pengobatan.


Intubasi bisa menyebabkan muntah dan mual, tetapi tidak menimbulkan nyeri.
Ukuran selang yang digunakan bervariasi, tergantung kepada tujuan dilakukannya prosedur
ini (apakah untuk diagnosik atau pengobatan).
1. Intubasi Nasogastrik.
Pada intubasi nasogastrik, sebuah selang dimasukkan melalui hidung menuju ke lambung.
Prosedur ini digunakan untuk mendapatkan contoh cairan lambung, untuk menentukan
apakah lambung mengandung darah atau untuk menganalisa keasaman, enzim dan
karakteristik lainnya.
Pada korban keracunan, contoh cairan lambung ini dianalisa untuk mengetahui racunnya.
Kadang selang terpasang agak lama sehingga lebih banyak contoh cairan yang bisa didapat.

Intubasi nasogastrik juga bisa digunakan untuk memperbaiki keadaan tertentu:


- Untuk menghentikan perdarahan dimasukkan air dingin
- Untuk memompa atau menetralkan racun diberikan karbon aktif
- Pemberian makanan cair pada penderita yang mengalami kesulitan menelan.

Kadang intubasi nasogastrik digunakan secara berkesinambungan untuk mengeluarkan isi


lambung. Ujung selang biasanya dihubungkan dengan alat penghisap, yang akan mengisap
gas dan cairan dari lambung.
Cara ini membantu mengurangi tekanan yang terjadi jika sistem pencernaan tersumbat atau
tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
2. Intubasi Nasoenterik.
Pada intubasi nasoenterik, selang yang dimasukkan melalui hidung lebih panjang, karena
harus melewati lambung untuk menuju ke usus halus.
Prosedur ini bisa digunakan untuk:
- mendapatkan contoh isi usus
- mengeluarkan cairan
- memberikan makanan.

Sebuah selang yang dihubungkan dengan suatu alat kecil di ujungnya bisa digunakan untuk
biopsi (mengambil contoh jaringan usus halus untuk diperiksa secara mikroskopik atau untuk
analisa aktivitas enzim).
Lambung dan usus halus tidak dapat merasakan nyeri, sehingga kedua prosedur diatas tidak
menimbulkan nyeri.

3. Endoskopi

Endoskopi adalah pemeriksaan struktur dalam dengan menggunakan selang/tabung serat


optik yang disebut endoskop.

Endoskop yang dimasukkan melalui mulut bisa digunakan untuk memeriksa:


- kerongkongan (esofagoskopi)
- lambung (gastroskopi)
- usus halus (endoskopi saluran pencernaan atas).
Jika dimasukkan melalui anus, maka endoskop bisa digunakan untuk memeriksa:
- rektum dan usus besar bagian bawah (sigmoidoskopi)
- keseluruhan usus besar (kolonoskopi).

Diameter endoskop berkisar dari sekitar 0,6 cm-1,25 cm dan panjangnya berkisar dari sekitar
30 cm-150 cm.
Sistem video serat-optik memungkinkan endoskop menjadi fleksibel menjalankan fungsinya
sebagai sumber cahaya dan sistem penglihatan.
Banyak endoskop yang juga dilengkapi dengan sebuah penjepit kecil untuk mengangkat
contoh jaringan dan sebuah alat elektronik untuk menghancurkan jaringan yang abnormal.

Dengan endoskop dokter dapat melihat lapisan dari sistem pencernaan, daerah yang
mengalami iritasi, ulkus, peradangan dan pertumbuhan jaringan yang abnormal. Biasanya
diambil contoh jaringan untuk keperluan pemeriksaan lainnya.

Endoskop juga bisa digunakan untuk pengobatan. Berbagai alat yang berbeda bisa
dimasukkan melalui sebuah saluran kecil di dalam endoskop:
Elektrokauter bisa digunakan untuk menutup suatu pembuluh darah dan menghentikan
perdarahan atau untuk mengangkat suatu pertumbuhan yang kecil
- Sebuah jarum bisa digunakan untuk menyuntikkan obat ke dalam varises kerongkongan dan
menghentikan perdarahannya.

Sebelum endoskop dimasukkan melalui mulut, penderita biasanya dipuasakan terlebih dahulu
selama beberapa jam. Makanan di dalam lambung bisa menghalangi pandangan dokter dan
bisa dimuntahkan selama pemeriksaan dilakukan.
Sebelum endoskop dimasukkan ke dalam rektum dan kolon, penderita biasanya menelan obat
pencahar dan enema untuk mengosongkan usus besar.

Komplikasi dari penggunaan endoskopi relatif jarang.


Endoskopi dapat mencederai atau bahkan menembus saluran pencernaan, tetapi biasanya
endoskopi hanya menyebabkan iritasi pada lapisan usus dan perdarahan ringan.

4. Laparoskopi

Laparoskopi adalah pemeriksaan rongga perut dengan menggunakan endoskop

Laparoskopi biasanya dilakukan dalam keadaan penderita terbius total.


Setelah kulit dibersihkan dengan antiseptik, dibuat sayatan kecil, biasanya di dekat pusar.
Kemudian endoskop dimasukkan melalui sayatan tersebut ke dalam rongga perut.

Dengan laparoskopi dokter dapat:


- mencari tumor atau kelainan lainnya
- mengamati organ-organ di dalam rongga perut
- memperoleh contoh jaringan
- melakukan pembedahan perbaikan.

5. Rontgen
1. Foto polos perut.
Foto polos perut merupakan foto rontgen standar untuk perut, yang tidak memerlukan
persiapan khusus dari penderita.
Sinar X biasanya digunakan untuk menunjukkan:
- suatu penyumbatan
- kelumpuhan saluran pencernaan
- pola udara abnormal di dalam rongga perut
- pembesaran organ (misalnya hati, ginjal, limpa).
2. Pemeriksaan barium.
Setelah penderita menelan barium, maka barium akan tampak putih pada foto rontgen dan
membatasi saluran pencernaan, menunjukkan kontur dan lapisan dari kerongkongan,
lambung dan usus halus.
Barium yang terkumpul di daerah abnormal menunjukkan adanya ulkus, erosi, tumor dan
varises kerongkongan.

Foto rontgen bisa dilakukan pada waktu-waktu tertentu untuk menunjukkan keberadaan
barium. Atau digunakan sebuah fluoroskop untuk mengamati pergerakan barium di dalam
saluran pencernaan. Proses ini juga bisa direkam.

Dengan mengamati perjalanan barium di sepanjang saluran pencernaan, dokter dapat menilai:

- fungsi kerongkongan dan lambung


- kontraksi kerongkongan dan lambung
- penyumbatan dalam saluran pencernaan.

Barium juga dapat diberikan dalam bentuk enema untuk melapisi usus besar bagian bawah.
Kemudian dilakukan foto rontgen untuk menunjukkan adanya polip, tumor atau kelainan
struktur lainnya.
Prosedur ini bisa menyebabkan nyeri kram serta menimbulkan rasa tidak nyaman.

Barium yang diminum atau diberikan sebagai enema pada akhirnya akan dibuang ke dalam
tinja, sehingga tinja tampak putih seperti kapur.
Setelah pemeriksaan, barium harus segera dibuang karena bisa menyebabkan sembelit yang
berarti. Obat pencahar bisa diberikan untuk mempercepat pembuangan barium.

6. Parasentesis

Parasentesis adalah memasukkan jarum ke dalam rongga perut dan mengambil cairannya.

Dalam keadaan normal, rongga perut diluar saluran pencernaan hanya mengandung sejumlah
kecil cairan. Cairan bisa terkumpul dalam keadaan-keadaan tertentu, seperti perforasi
lambung atau usus, penyakit hati, kanker atau pecahnya limpa.
Parasentesis digunakan untuk memperoleh contoh cairan untuk keperluan pemeriksaan atau
untuk membuang cairan yang berlebihan.

Pemeriksaan fisik (kadang disertai dengan USG) dilakukan sebelum parasentesis untuk
memperkuat dugaan bahwa rongga perut mengandung cairan yang berlebihan.
Selanjutnya daerah kulit (biasanya tepat dibawah pusar) dibersihkan dengan larutan antiseptik
dan dibius lokal. Melalui kulit dan otot dinding perut, dimasukkan jarum yang dihubungkan
dengan tabung suntik ke dalam rongga perut dimana cairan terkumpul.
Sejumlah kecil cairan diambil untuk pemeriksaan laboratorium atau sampai 0,96 liter cairan
diambil untuk mengurangi pembengkakan perut.

7. USG Perut

USG menggunakan gelombang udara untuk menghasilkan gambaran dari organ-organ dalam.
USG bisa menunjukkan ukuran dan bentuk berbagai organ (misalnya hati dan pankreas) dan
juga bisa menunjukkan daerah abnormal di dalamnya.

USG juga dapat menunjukkan adanya cairan.


Tetapi USG bukan alat yang baik untuk menentukan permukaan saluran pencernaan,
sehingga tidak digunakan untuk melihat tumor dan penyebab perdarahan di lambung, usus
halus atau usus besar.

USG merupakan prosedur yang tidak menimbulkan nyeri dan tidak memiliki resiko.
Pemeriksa menekan sebuah alat kecil di dinding perut dan mengarahkan gelombang suara ke
berbagai bagian perut dengan menggerakkan alat tersebut. Gambaran dari organ dalam bisa
dilihat pada layar monitor dan bisa dicetak atau direkam dalam filem video.

8. Pemeriksaan Darah Samar

Perdarahan di dalam saluran pencernaan dapat disebabkan baik oleh iritasi ringan maupun
kanker yang serius.
Bila perdarahannya banyak, bisa terjadi muntah darah, dalam tinja terdapat darah segar atau
mengeluarkan tinja berwarna kehitaman (melena).

Jumlah darah yang terlalu sedikit sehingga tidak tampak atau tidak merubah penampilan
tinja, bisa diketahui secara kimia; dan hal ini bisa merupakan petunjuk awal dari adanya
ulkus, kanker dan kelainan lainnya.

Pada pemeriksaan colok dubur, dokter mengambil sejumlah kecil tinja . Contoh ini diletakkan
pada secarik kertas saring yang mengandung zat kimia. Setelah ditambahkan bahan kimia
lainnya, warna tinja akan berubah bila terdapat darah.

Anda mungkin juga menyukai