DISLOKASI
Disusun Oleh :
Kasus
Seorang pasien laki-laki usia 35 tahun datang ke IGD Rumah Sakit Hasan
Sadikin karena tidak dapat menutup mulut kembali setelah menguap, dari anamnesis
di dapat bahwa kurang lebih 2 jam sebelum masuk masuk rumah sakit, saat pasien
sedang menguap tiba-tiba pasien tidak dapat menutup kembali mulutnya, pasien
mempunyai riwayat keluhan yang sama sebelumnya ± 2 tahun yang lalu, pasien juga
mempunyai riwayat menguyah hanya disatu sisi yaitu sisi kanan, kemudian pasien
langsung dibawa ke IGD Rumah Sakit Hasan Sadikin.
Dari pemeriksaan fisik dan tanda-tanda vital, diperoleh hasil sebagai berikut :
kesadaran compos mentis, tekanan darah normal 120/80 mmHg, nadi 78 x/menit,
suhu 36,3ºC, pernapasan 18 x/menit. Pada pemeriksaan keadaan umum tidak
ditemukan kelainan. Pada pemeriksaan ekstraoral diperoleh hasil : wajah simetris,
mulut yang terbuka, dan tidak ditemukan laserasi. Pada pemeriksaan intraoral tidak
ditemukan adanya kelainan di intraoral pada pasien ini. Pada pemeriksaan
odontogramditemukan adanya gigi 47 dengan nekrosis pulpa dan kalkulus di regio
rahang bawah kiri.
Pasien datang untuk control pada hari keempat setelah tindakan, pasien sudah
tidak ada keluhan baik dari ekstraoral maupun intraoralnya kemudian head bandage
dilepas. Pada kasus ini pasien telah menyatakan persetujuan untuk dilakukan
publikasi mengenai kasus yang dideritanya.
No ASKEP TEORI ASKEP KASUS
1 PENGKAJIAN PENGKAJIAN
Riwayat Kesehatan : Riwayat Kesehatan :
a. Riwayat Trauma (nyeri, lokasi, a. Riwayat trauma : sebelumnya ± 2
karakeristik, waktu, dan tahun yang lalu, pasien juga
aktivitas, atau gerakan yang mempunyai riwayat mengunyah
memperberat dan meredakan hanya di satu sisi yaitu di sisi kanan.
nyeri b. Riwayat cedera musculoskeletal
b. Riwayat cedera musculoskeletal sebelumnya : kurang lebih 2 jam
sebelumnya sebelum masuk rumah sakit, saat
c. Medikasi sebelumnya pasien sedang menguap tiba-tiba
pasien tidak dapat menutup kembali
mulutnya.
c. Medikasi sebelumnya : analgesik
dan muscle relaxant
Intervensi : Intervensi :
- Idektifikasi lokasi, karakteristik, Tidak ada nyeri akut pada kasus
durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri
- Identifikasi skala nyeri
- Idekntifikasi faktor yang
memperberat dan memperingan
nyeri
- Berikan teknik nonfarmakologi
untuk mengurangi skala nyeri
- Kolaborasi pemberian analgesic
Evaluasi : Evaluasi :
- Tidak ada nyeri akut pada kasus
3 Gangguan Mobilitas Fisik b.d Gangguan Mobilitas Fisik b.d
Kekakuan Sendi Kekakuan Sendi ditandai dengan :
Tanda dan gejala :
- Tanda mayor : (subyektif) DS : Pasien mengatakan bahwa ketika
Mengeluh sulit menggerakkan pasien sedang menguap tiba-tiba pasien
ekstremitas tidak dapat menutup kembali mulutnya
- Tanda mayor : (obyektif)
1. Kekuatan otot menurun DO : Pada pemeriksaan ekstraoral
2. Rentang gerak (ROM) diperoleh hasil : mulut terbuka
menurun
- Tanda minor : (subyektif)
1. Nyeri saat bergerak
2. Enggan melakukan
pergerakan
3. Merasa cemas saat bergerak
- Tanda minor : (obyektif)
1. Sendi kaku
2. Gerakan tidak terkoordinasi
3. Gerakan terbatas
4. Fisik lemah
Intervensi : Intervensi :
- Monitor kondisi umum selama - Monitor kondisi umum selama
melakukan ambulasi melakukan ambulasi
- Identifikasi adanya nyeri atau - Identifikasi adanya nyeri atau
keluhan fisik lainnya keluhan fisik lainnya
- Identifikasi toleransi fisik - Identifikasi toleransi fisik
melakukan ambulasi melakukan ambulasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur - Jelaskan tujuan dan prosedur
ambulasi ambulasi
- Anjurkan melakukan ambulasi - Anjurkan melakukan ambulasi dini
dini -
- Identifikasi adanya nyeri atau
keluhan fisik lainnya
Evaluasi : Evaluasi :
- - S : Keluarga pasien mengatakan
rahang pasien bisa tertutup
- O : mulut pasien tampak sedikit
tertutup
- A : masalah belum teratasi
- P : intervensi 1, 3, dan 4 dilanjutkan
4 Risiko Cedera Risiko Cedera
Eksternal : Ds :
1. Terpapar pathogen Do : Pasien tampak terpasang
2. Terpapar zat kimia toksik headbandage
3. Terpapar agen nosokomial
Internal :
1. Ketidak normalan profil darah
2. Perubahan orientasi afektif
3. Perubahan sensasi
Hasil yang di harapkan : Hasil yang di harapkan :
- Toleransi aktivitas dipertahankan - Toleransi aktivitas dipertahankan
skala 2 ditingkatkan ke skala 4 skala 2 ditingkatkan ke skala 4
- Kejadian cedera ditingkatkan - Kejadian cedera ditingkatkan skala 1
skala 1 dipertahankan skala 3 dipertahankan skala 3
- Ekspresi wajah kesakitan - Ekspresi wajah kesakitan ditingkatkan
ditingkatkan skala 2 skala 2 di pertahankan ke skala 4
dipertahankan ke skala 4
Intervensi : Intervensi :
- Identifikasi area lingkungan yang - Identifikasi area lingkungan yang
berpotensi menyebabkan cedera berpotensi menyebabkan cedera
- Diskusikan mengenai latihan dan - Diskusikan mengenai latihan dan
terapi fisik yang diperlukan terapi fisik yang diperlukan
- Diskusikan bersama anggota - Diskusikan bersama anggota
keluarga yang dapat keluarga yang dapat mendampingi
mendampingi pasien pasien
- Tingkatkan ferkuensi observasi - Tingkatkan ferkuensi observasi dan
dan pengawasan pasien sesuai pengawasan pasien sesuai kebutuhan
kebutuhan
- Pertahankan posisi tempat tidur di -
posisi terendah saat di gunakan
Evaluasi : Evaluasi :
- - S:-
- O : pasien masih tampak terpasang
headbandage
- A : masalah belum teratasi
- P : intervensi 1 – 4 dilanjutkan
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK :
- Rontgen
- MRI
- CT-Scan
BAB II
ANALISA KESENJANGAN
A. Pengkajian
Di konsep asuhan keperawatan terdapat 3 diagnosa, yaitu nyeri akut,
gangguan mobilitas fisik, dan resiko cedera. Pada kasus yang kami ambil
hanya mengambil diagnose gangguan mobilitas fisik dan resiko cedera, kami
tidak mengambil diagnosis nyeri karena tidak ada data yang mendukung
sehingga untuk diagnosis nyeri harus di kaji lagi untuk dikasus, seperti skala
nyeri, frekuensi nyeri, dan durasi nyeri.
B. Diagnosis Keperawatan
Diagnosisi keperawatan pada Konsep Asuhan Keperawatan ada tiga
yaitu, risiko cedera, nyeri akut, dan gangguan mobilitas fisik yang kami
mengangkat dua diagnosis yaitu risiko cedera dan gangguan mobilitas fisik.
Alasan kami tidak mengambil diagnosis nyeri akut walaupun ada pemberian
obat analgesik tetapi tidak ada data yang mendukung pada kasus. Walaupun
ada pemberian obat analgesik.
C. Intervensi
Pada intervensi keperawatan pada kasus ada tiga diagnosis keperawatan yaitu
mobilitas fisik, nyeri akut, resiko cedera. Pada kasus kami hanya mengambil
dua diagnosis yaitu gangguan mobilitas fisik dan resiko cedera.
D. Evaluasi
Setelah dilakukan tindakan berdasrakan diagnosis yang kami ambil
pada kasus hasil diharapakan pada pasien tersebut yaitu mengurangi cedera,
agar tidak terjadi trauma, dan dapat kembali beraktivitas seperti biasanya
tanpa ada nya gangguan rasa nyaman.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada asuhan keperawatan kasus dislokasi sendi temporomandibula
anterior bilateral banyak data yang kurang dikaji terutama pada nyeri sehingga
tidak diketahui lokasi dislokasi hanya pada rahang atau pada tulang yang
lainnya.
Pada diagnosis keperawatan ada diagnosis yang belum bisa diangkat
karena tidak ada data mendukung untuk mengangkat diagnosisi tersebut yaitu
diagnosis nyeri yang seharusnya ada pada kasus tersebut.
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Lemone, Priscilla, Karen M Buker, & Genere Bauldoff. 2016. Buku Ajar
Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC.
Black N Joyce dan Jane Hokanson Hawks. 2014. Keperawatan Medikal Bedah.
Singapore : Salemba Medika.
https://jurnal.ugm.ac.id/mkgk/article/download/32009/19339