Anda di halaman 1dari 32

KISAH PERJALANAN HIDUP NABI MUHAMMAD DARI LAHIR HINGGA WAFAT

Garis Keturunan
Rasulullah Saw mempunyai nama lengkap Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muthalib
bin Hasyim bin Abdi Manaf bin Qushayi bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Luayy bin Ghalib
bin Fihr bin Malik bin Nadhar bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar
bin Nizar bin Ma’ad bin ‘Adnan dan selanjutnya bertemu garis keterunan beliau dengan Nabi
Ismail as. Adapun garis keturunan beliau dari sisi Ibunya adalah Muhammad bin Aminahbinti
Wahab bin Abdi Manaf bin Zuhrah bin Kilab. Dengan demikian, garis keturunan beliau dari sisi
ayah dan ibu bertemu pada kakek beliau, Kilab.

Tahun Gajah
Pada tahun ini datang pasukan gajah yang dipimpin oleh Abrahah dari negeri Habasyah
untuk merobohkan Ka’bah. Maksud jahat mereka ini berhasil digagalkan dengan pertolongan
Allah SWT yang mengirimkan burung-burung Ababil, yang menjatuhkan batu-batu yang
mengandung wabah penyakit dan menimpakannya atas pasukan Abrahah. Perisitiwa ini terjadi
pada pertengahan abad ke 6 Masehi.

Kelahiran Nabi Muhammad SAW


Menurut pendapat yang paling kuat, Rasulullah Saw dilahirkan pada hari Senin, malam
12 Rabiul Awwal di Makkah bertepatan dengan awal Tahun Gajah.
Jarak antara kelahiran Nabi Muhammad Saw dengan kelahiran Nabi Isa As adalah 571 tahun,
antara Nabi Isa as hingga wafatnya Nabi Musa As adalah 1716 tahun, antara Nabi Musa As dan
Nabi Ibrahim As adalah 545 tahun, antara Nabi Ibrahim As dan air bah yang terjadi pada masa
Nabi Nuh As adalah 1080 tahun, antara air bah Nabi Nuh As dan Nabi Adam As adalah 2242
tahun. Sehingga jarak antara kelahiran Nabi Muhammad Saw dan Nabi Adam As adalah 6155
tahun, berdasarkan riwayat yang masyhur dari para ahli sejarah. Nabi Muhammad Saw
dibesarkan di Makkah sebagai anak yatim, karena ayahnya Abdullah wafat di Madinah dua bulan
sebelum Beliau lahir. Pada waktu itu ayahnya sedang berdagang di Syam dan singgah di
Madinah dalam keadaan sakit, hingga wafat di rumah pamannya dari bani Najjar. Ayahnya tidak
meninggalkan apa-apa kecuali 5 ekor unta dan sahaya perempuan.

Masa Persusuan Nabi Muhammad SAW


Pada waktu itu bangsa Arab mempunyai kebiasaan untuk menitipkan penyusuan anak-
anak mereka kepada perempuan lain di dusun dengan harapan agar anak tersebut di kemudian
hari mempunyai tubuh yang kuat dan omongan yang fasih. Berdasarkan kebiasaan inilah
kakeknya Abdul Muthalib menyerahkan cucunya Muhammad Saw kepada Halimah binti Dzuaib
As-Sa’diyah salah seorang perempuan dari Bani Sa’ad untuk menyusui Beliau. Pada saat itu,
Bani Sa’ad sedang dilanda paceklik, kemarau panjang melanda daerah tempat tinggal mereka.
Tapi ketika Muhammad kecil tiba di kediaman halimah dan menetap di sana untuk disusui,
lambat laun tanah di sekitar kediaman Halimah kembali subur. Ketika Rasulullah Saw tinggal di
kediaman Halimah sering terjadi hal-hal luar biasa pada diri Nabi Muhammad Saw termasuk
peristiwa “pembelahan dada”. Setelah disapih, Nabi Muhammad pun dikembalikan kepada
ibundanya Aminah. Saat itu, Rasulullah Saw baru berusia lima tahun.
Wafatnya Ibu Nabi Muhammad Saw.
Pada tahun keenam dari umur beliau SAW, ibunya membawanya pergi ke Madinah untuk
menemui paman-pamannya di sana. Namun ketika baru sampai ke desa Abwa, yakni suatu desa
yang terletak antara kota Mekkah dan Madinah, Ibunya, Aminah meninggal dunia. Maka beliau
diasuh oleh Ummu Aiman dibawah tanggungan kakek beliau Abdul Muthalib, dan ini
berlangsung selama dua tahun.

Wafatnya Kakek Nabi Muhammad Saw


Pada tahun kedelapan dari umur beliau, Abdul Muthalib kakek beliau meninggal dunia,
maka beliau selanjutnya diasuh oleh paman beliau Abu Thalib. Abu Thalib ini adalah seorang
yang dermawan namun kehidupannya fakir yang tak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan
keluarganya.

Perjalanan Pertama Nabi Muhammad Saw ke Syam


Tatkala Nabi Muhammad Saw mencapai usia 12 tahun, Beliau dibawa berniaga oleh
pamannya, Abu Thalib ke negeri Syam, dan ini merupakan perjalanan beliau yang pertama.
Para kafilah dagang ini berkumpul di dekat kota Basrah dan di sana bertemu dengan seorang
pendeta Yahudi bernama Buhaira dan ada pula yang mengatakan pendeta Nasrani. Pendeta ini
memahami adanya keistimewaan pada diri Nabi Muhammad Saw dan berkata kepada Abu
Thalib: “Sesungguhnya anak saudara ini akan mendapatkan kedudukan yang tinggi, maka
jagalah dia baik-baik.” Kemudian pulanglah Abu Thalib bersama Nabi Muhammad Saw ke
Mekkah.

Berperan Dalam Perang Fijar


Pada tahun kelima belas, beliau pernah ikut dalam peperangan Fijar yang terjadi di suatu
tempat antara Nahlah dan Thaif. Peperangan ini sebenarnya akan dimenangkan oleh kelompok
dimana beliau SAW berada di dalamnya, namun akhirnya terjadi suatu perdamaian diantara dua
kelompok yang berperang itu.

Perjalanan Kedua Nabi Muhammad Saw ke Syam


Ketika Nabi Muhammad Saw mencapai usia 25 tahun, Beliau pun pergi ke Syam untuk
kedua kalinya dengan membawa barang dagangan milik Khadijah binti Khuwailid, seorang
wanita ternama dan kaya yang dipercayakan kepada Beliau. Dalam perjalanan itu Nabi
Muhammad Saw disertai seorang sahaya Khadijah yang bernama Maisaroh. Dalam perjalanan
itu beliau bertemu dengan rahib bernama Nasthur, dan ia pun memahami adanya keistimewaan-
keistemewaan pada diri Nabi Muhammad Saw sebagaimana yang pernah dilihat oleh Buhaira.

Nabi Muhammad Saw Menikah Dengan Siti Khadijah


Setibanya di Mekkah dari perjalanan dagang ini, Beliau menikah dengan Khadijah binti
Khuwailid, yaitu dua bulan sesudah kedatangannya. Setelah itu Nabi Muhammad Saw pindah ke
rumah Khadijah untuk memulai lembaran baru dari kehidupannya, umur Khadijah pada waktu
itu 40 tahun. Dari pernikahan itu lahir 3 orang putera yaitu Al Qasim, Abdullah dan Thayyib,
yang semuanya meninggal di waktu kecil, serta 4 orang puteri yaitu Zainab, Ruqayyah, Ummu
Kultsum dan Fatimah. Keempat puteri itu hidup sampai mereka besar. Yang tertua dari mereka
menikah dengan Abil Aash ibnu Rabi’ bin Abdus Syam. Ruqayyah menikah dengan Utbah bin
abi Lahab, sedang Ummu Kultsum menikah dengan Utaibah bin Abi Lahab. Ruqayyah dan
Ummu Kultsum kemudian menikah lagi dengan Usman bin Affan. Adapun yang termuda yaitu
Fatimah Az Zahra menikah dengan Ali bin Abi Thalib ra.

Partisipasi Nabi Muhammad Saw Dalam Perbaikan Ka’bah


Ka’bah adalah bangunan pertama yang didirikan atas nama Allah Swt untuk beribadah
dan menauhidkan-Nya.Bangunan ini didirikan oleh Abul Anbiya, Nabi Ibrahim As setelah
berhasil menghancurkan berhala-berhala yang disembah kaumnya sekaligus kuil tempat
pemujaannya. Setelah masa Nabi Ibrahim As, ka’bah beberapa kali dilanda bencana yang
melemahkan dinding dan fondasinya. Banjir besar menggoyahkan bangunan Ka’bah beberapa
tahun sebelum nubuwwah. Nabi Muhammad Saw ikut aktif dalam perbaikan Ka’bah. Beliau ikut
memanggul batu di atas pundaknya dengan beralaskan sehelai kain. Menurut pendapat yang
sahih, peristiwa itu terjadi ketika Nabi Muhammad Saw menginjak usia 35 tahun. Nabi
Muhammad Saw juga memainkan peranan penting dalam memecahkan masalah pelik yang
menyebabkan semua kabilah bertengkar sengit. Tak kunjung ada keputusan siapa yang paling
berhak untuk mendapatkan kehormatan mengembalikan Hajar Aswad di tempat semula. Nabi
Muhammad Saw berhasil memecahkan masalah itu dengan sangat brilian. Beliau memutuskan
untuk meletakkan Hajar Aswad di atas surbannya dan masing-masing kabilah memilih memilih
seorang wakil yang memegang ujung sorban dan mengangkatnya bersama-sama, hingga tiba di
tempatnya lalu Nabi Muhammad Saw mengambil Hajar Aswad dan menaruhnya di tempatnya,
maka bereslah persoalannya.

Pengangkatan Muhammad Saw Sebagai Nabi dan Rasul


Pada tahun keempat puluh, Allah Swt memuliakan beliau SAW dengan ditetapkannya
sebagai Nabi dan Rasul dengan turunnya Malaikat Jibril kepadanya, dimana sebelumnya beliau
menyendiri beruzlah dan beribadah dengan memilih tempat di Gua Hira disebelah atas Jabal Nur.
Dan pertama kali yang beliau rasakan dan diperlihatkan kepada beliau adalah adanya mimpi
yang benar.

Turunnya Wahyu Pertama


Ketika Nabi Muhammad Saw menyendiri di Gua Hira, turunlah wahyu pertama dibawa
oleh Jibril yang merupakan wahyu dari Allah SWT, ialah firman Allah yang berbunyi :

‫الَّ ِذي َعلَّ َم بِ ْالقَلَ ِم‬  –  ‫ا ْق َر ْأ َو َربُّكَ اأْل َ ْك َر ُم‬  – ‫ق‬


ٍ َ‫ق اإْل ِ ن َسانَ ِم ْن َعل‬ َ ِّ‫ا ْق َر ْأ بِاس ِْم َرب‬ 
َ َ‫ك الَّ ِذي َخل‬
َ َ‫ َخل‬  – ‫ق‬
Yang artinya :

“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia
dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia)
dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya.” (Al-‘Alaq, 1-4).
Tatkala Jibril turun membawa wahyu kepada Nabi Muhammad Saw, Khadijah pergi
menemuinya dan memberitahukan kepadanya tentang peristiwa tersebut. Waraqah berkata:
“Demi Tuhan yang nyawa Waraqah berada ditangan-Nya, jika engakau percaya hai Khadijah,
telah datang malaikat agung yang pernah datang kepada Musa dan sesungguhnya ia (Nabi
Muhammad Saw) adalah nabi dari umat ini.”
Berperan Dalam Perang Fijar
Pada tahun kelima belas, beliau pernah ikut dalam peperangan Fijar yang terjadi di suatu
tempat antara Nahlah dan Thaif. Peperangan ini sebenarnya akan dimenangkan oleh kelompok
dimana beliau SAW berada di dalamnya, namun akhirnya terjadi suatu perdamaian diantara dua
kelompok yang berperang itu.

Perjalanan Kedua Nabi Muhammad Saw ke Syam


Ketika Nabi Muhammad Saw mencapai usia 25 tahun, Beliau pun pergi ke Syam untuk
kedua kalinya dengan membawa barang dagangan milik Khadijah binti Khuwailid, seorang
wanita ternama dan kaya yang dipercayakan kepada Beliau. Dalam perjalanan itu Nabi
Muhammad Saw disertai seorang sahaya Khadijah yang bernama Maisaroh bertemu dengan
rahib bernama Nasthur, dan ia pun memahami adanya keistimewaan-keistemewaan pada diri
Nabi Muhammad Saw sebagaimana yang pernah dilihat oleh Buhaira.

Nabi Muhammad Saw Menikah Dengan Siti Khadijah


Setibanya di Mekkah dari perjalanan dagang ini, Beliau menikah dengan Khadijah binti
Khuwailid, yaitu dua bulan sesudah kedatangannya. Setelah itu Nabi Muhammad Saw pindah ke
rumah Khadijah untuk memulai lembaran baru dari kehidupannya, umur Khadijah pada waktu
itu 40 tahun. Dari pernikahan itu lahir 3 orang putera yaitu Al Qasim, Abdullah dan Thayyib,
yang semuanya meninggal di waktu kecil, serta 4 orang puteri yaitu Zainab, Ruqayyah, Ummu
Kultsum dan Fatimah. Keempat puteri itu hidup sampai mereka besar. Yang tertua dari mereka
menikah dengan Abil Aash ibnu Rabi’ bin Abdus Syam. Ruqayyah menikah dengan Utbah bin
abi Lahab, sedang Ummu Kultsum menikah dengan Utaibah bin Abi Lahab. Ruqayyah dan
Ummu Kultsum kemudian menikah lagi dengan Usman bin Affan. Adapun yang termuda yaitu
Fatimah Az Zahra menikah dengan Ali bin Abi Thalib ra.

Partisipasi Nabi Muhammad Saw Dalam Perbaikan Ka’bah


Ka’bah adalah bangunan pertama yang didirikan atas nama Allah Swt untuk beribadah
dan menauhidkan-Nya. Bangunan ini didirikan oleh Abul Anbiya, Nabi Ibrahim As setelah
berhasil menghancurkan berhala-berhala yang disembah kaumnya sekaligus kuil tempat
pemujaannya. Setelah masa Nabi Ibrahim As, ka’bah beberapa kali dilanda bencana yang
melemahkan dinding dan fondasinya. Banjir besar menggoyahkan bangunan Ka’bah beberapa
tahun sebelum nubuwwah. Nabi Muhammad Saw ikut aktif dalam perbaikan Ka’bah. Beliau ikut
memanggul batu di atas pundaknya dengan beralaskan sehelai kain. Menurut pendapat yang
sahih, peristiwa itu terjadi ketika Nabi Muhammad Saw menginjak usia 35 tahun. Nabi
Muhammad Saw juga memainkan peranan penting dalam memecahkan masalah pelik yang
menyebabkan semua kabilah bertengkar sengit. Tak kunjung ada keputusan siapa yang paling
berhak untuk mendapatkan kehormatan mengembalikan Hajar Aswad di tempat semula. Nabi
Muhammad Saw berhasil memecahkan masalah itu dengan sangat brilian. Beliau memutuskan
untuk meletakkan Hajar Aswad di atas surbannya dan masing-masing kabilah memilih memilih
seorang wakil yang memegang ujung sorban dan mengangkatnya bersama-sama, hingga tiba di
tempatnya lalu Nabi Muhammad Saw mengambil Hajar Aswad dan menaruhnya di tempatnya,
maka bereslah persoalannya.
Pengangkatan Muhammad Saw Sebagai Nabi dan Rasul
Pada tahun keempat puluh, Allah Swt memuliakan beliau SAW dengan ditetapkannya
sebagai Nabi dan Rasul dengan turunnya Malaikat Jibril kepadanya, dimana sebelumnya beliau
menyendiri beruzlah dan beribadah dengan memilih tempat di Gua Hira disebelah atas Jabal Nur.
Dan pertama kali yang beliau rasakan dan diperlihatkan kepada beliau adalah adanya mimpi
yang benar.

Turunnya Wahyu Pertama


Ketika Nabi Muhammad Saw menyendiri di Gua Hira, turunlah wahyu pertama dibawa
oleh Jibril yang merupakan wahyu dari Allah SWT, ialah firman Allah yang berbunyi :

َ ُّ‫ا ْق َر ْأ َو َرب‬  – ‫ق‬


‫الَّ ِذي َعلَّ َم بِ ْالقَلَ ِم‬  –  ‫ك اأْل َ ْك َر ُم‬ ٍ َ‫ق اإْل ِ ن َسانَ ِم ْن َعل‬ َ ِّ‫ا ْق َر ْأ بِاس ِْم َرب‬
َ َ‫ك الَّ ِذي خَ ل‬
َ َ‫خَ ل‬  – ‫ق‬

Yang artinya :

“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia
dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia)
dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya.” (Al-‘Alaq, 1-4)

Dakwah Secara Rahasia


Dan diantara orang yang pertama kali beriman dari kalangan laki-laki adalah Abu Bakar
bin Kuhafah, dan dari kalangan wanita adalah istri beliau, Khadijah dan dari kalangan anak-anak
adalah Ali bin Abi Thalib, dimana Ali belum pernah melakukan sujud sama sekali terhadap suatu
patung, sehingga dengan demikian kepada beliau diberi tambahan (sesudah menyebut namanya)
dengan sebutan Karramallahu Wajhah (Allah telah memuliakan pribadinya).

Perintah Dakwah Secara Terang-terangan


Kemudian Allah SWT memerintahkan kepada beliau untuk melakukan dakwah secara
terang-terangan, dengan firmanNya,

َ‫فَاصْ َد ْع بِ َما تُ ْؤ َم ُر َوأَ ْع ِرضْ ع َِن ْال ُم ْش ِر ِكين‬


Yang artinya :
“Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu)
dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik.” (Al-Hijr, 94)
Maka beliau respon dan sambut perintah Allah SWT ini dengan baik, maka beliau
melakukan dakwah kepada manusia untuk mengesakan Allah dan meninggalkan perbuatan syirik
dan kekufuran. Sebagian mereka ada yang beriman dan sebagian ada yang kafir.
Rasulullah Saw mempunyai nama lengkap Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muthalib
bin Hasyim bin Abdi Manaf bin Qushayi bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Luayy bin Ghalib
bin Fihr bin Malik bin Nadhar bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar
bin Nizar bin Ma’ad bin ‘Adnan dan selanjutnya bertemu garis keterunan beliau dengan Nabi
Ismail as. Adapun garis keturunan beliau dari sisi Ibunya adalah Muhammad bin Aminahbinti
Wahab bin Abdi Manaf bin Zuhrah bin Kilab. Dengan demikian, garis keturunan beliau dari sisi
ayah dan ibu bertemu pada kakek beliau, Kilab. 
Nabi Muhammad Saw Disakiti Oleh Kaumnya
Nabi Muhammad Saw pernah disakiti oleh kaumnya secara keji, antara lain beliau
dilempari dengan batu atau dengan kotoran di pintu rumahnya. Namun beliau senantiasa
bersikap sabar dan sabar, sehingga akhirnya yang hak mengalahkan yang batil, karena
sebenarnya yang batil itu akan kalah dan hancur.

Hijrah Pertama ke Negeri Habasyah


Pada tahun ini, Nabi Muhammad Saw memerintahkan kepada para sahabatnya untuk
berhijrah ke negeri Habasyah (Ethiopia), setelah mengetahui bahwa Kaum Quraisy selalu
melakukan tindakan-tindakan yang menyakitkan kepada mereka, padahal tidak ada kaum kerabat
yang akan menolong dan menghalang-halangi tindakan kaum Quraisy tersebut.
Maka sebagian sahabat berhijrah untuk menyelamatkan agama mereka, dan ini adalah hijrah
pertama dari Mekkah, dimana jumlah mereka yang berhijrah adalah 80 orang sahabat. Mereka
kembali lagi ke Mekkah dari Habasyah setelah berdiam di sana selama tiga bulan.

Hijrah Kedua ke Negeri Habasyah


Pada tahun ketujuh ini, Nabi bersama-sama pamannya, Abu Thalib dan Bani Hasyim
serta Bani Muthalib, baik yang muslim maupun yang masih kafir, memasuki Syi’ib. Maka pada
kesempatan ini kalangan Quraisy memboikot dengan memutus jalur suplai makanan dan
kegiatan berniaga di pasar kepada mereka, kecuali apabila mereka menyerahkan Nabi
Muhammad Saw kepada kalangan Quraisy untuk dibunuh. Kaum Quraisy menulis isi boikot di
lembaran kulit yang digantungkan di Kabah. Maka Nabi Muhammad Saw memerintahkan
kepada para sahabatnya untuk melakukan hijrah ke Habasyah, yakni hijrah untuk kedua kalinya.

Penghentian Boikot
Nabi Muhammad Saw dan kaumnya terkurung di dalam Syi’ib selama 3 tahun tidak
menerima makanan kecuali secara sembunyi-sembunyi, sehingga mereka makan dedaunan.
Kemudian orang-orang Quraisy  menghentikan pemboikotan, sedang lembaran kulit yang berisi
pengumuman biokot itu telah dimakan rayap. Maka keluarlah Nabi Muhammad Saw dari tempat
yang terkurung itu, perisitiwa itu terjadi pada 10 tahun kenabian.

Tahun Kesedihan (‘Amul Huzni)


Pada tahun kesepuluh, Khadijah istri Nabi Muhammad Saw wafat dan dua bulan
kemudian wafat pula paman Nabi Muhammad Saw, Abu Thalib, pada usia delapan puluh tujuh
tahun. Setelah wafat Abu Thalib ini, tindakan menyakiti Nabi Muhammad Saw dari kalangan
Quraisy semakin bertambah keras, karena mereka beranggapan bahwa apa yang telah mereka
usahakan dan capai dari Rasulullah SAW tidak seperti apa yang telah mereka peroleh ketika Abu
Thalib masih hidup.

Hijrah ke Thaif
Pada tahun kesepuluh ini, Rasulullah melakukan hijrah ke Thaif, dan beliau berdiam di
sana selama satu bulan, melakukan dakwah kepada penduduk Thaif. Namun dakwah beliau di
sana tidak mendapat respon dari mereka, bahkan justru menolaknya dengan suatu penolakan dan
tindakan yang buruk. Mereka melakukan pelemparan batu kepada beliau, sehingga mengenai
kepala beliau dan menyebabkan luka-luka di kepalanya. Setelah dakwah di sana gagal, beliau
kembali lagi ke Mekkah.
Isra dan Mi’raj
Pada tahun kesebelas ini, terjadinya peristiwa Isra dan Mi’raj. Isra adalah perjalanan
Rasulullah Saw di waktu malam hari dari Masjidil Haram di Mekkah ke Masjdiil Aqsha di Baitul
Maqdis di Palestina, dan beliau pulang kembali pada malam itu juga ke Mekkah. Al-Qur’an telah
menjelaskan peristiwa ini dengan firman Allah Swt :

ِ َ‫إِنَّهُ هُ َو ال َّس ِمي ُع ْالب‬  ۚ‫صى الَّ ِذي بَا َر ْكنَا َحوْ لَهُ لِنُ ِريَهُ ِم ْن آيَاتِنَا‬
‫صي ُر‬ َ ‫ه لَ ْياًل ِّمنَ ْال َم ْس ِج ِد ْال َح َر ِام إِلَى ْال َم ْس ِج ِد اأْل َ ْق‬€ِ ‫ُس ْب َحانَ الَّ ِذي أَ ْس َر ٰى بِ َع ْب ِد‬

Yang artinya :
”Maha Suci Allah yang telah memperjalankan hambaNya pada suatu malam dari Masjidil Haram
ke Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya, agar Kami perlihatkan kepadanya
sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar dan
Maha Melihat.” (Al-Isra, 1)
Sedangkan Mi’raj adalah naiknya beliau pada malam itu juga ke alam tinggi dan di sana
diwajibkannya ibadah shalat yang lima waktu.

Tersebarnya Islam di Madinah
Dan Rasulullah SAW melakukan kegiatan keluar ke kabilah-kabilah Arab untuk
melakukan dakwah memperkenalkan ajaran islam kepada mereka. Sebagian mereka ada yang
beriman dan sebagian ada yang tetap kafir. Diantara mereka yang beriman, ada enam orang dari
penduduk Madinah, yang antara lain karena telah tersebarnya Islam di sana. Pada tahun 12
kenabian, dua belas orang laki-laki dari Madinah menemui Rasulullah SAW. Diantaranya
sepuluh orang dari suku Aus dan dua orang dari suku Khazraj dan kemudian mereka semua
beriman. Dan dari yang dua belas orang ini, lima orang diantaranya adalah dari kelompok
mereka yang enam orang yang telah beriman sebelumnya. Mereka keseluruhan melakukan baiat
dihadapan Nabi untuk tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun, tidak melakukan
pencurian dan tidak akan melakukan perbuatan zina, kemudian mereka kembali ke Madinah.
Mereka di sana dengan pertolongan Allah mendakwahkan Islam kepada penduduk Madinah.
Pada tahun 13 kenabian, datang kepada Rasulullah SAW tujuh puluh orang laki-laki dan dua
perempuan dari penduduk Arab Madinah, dan mereka masuk Islam semuanya serta melakukan
baiat dihadapan Nabi sebagai baiat yang kedua. Kemudian mereka pulang kembali ke Madinah,
dan dengan perantaraan mereka maka tersebarlah Islam diantara penduduk Madinah secara luas.

Hijrah ke Madinah
Dan ketika tindakan menyakiti Nabi dan para sahabat serta kaum muslimin bertambah
keras dari kalangan Quraisy, maka Nabi memerintahkan kaum muslimin untuk melakukan hijrah
ke Madinah dan selanjutnya beliau pun bersama-sama dengan Abu Bakar juga melakukan hijrah
dengan berjalan kaki cepat-cepat hingga beliau berdua sampai ke Gua Tsur.
Nabi Muhammad Saw di Gua Tsur
Di dalam Gua Tsur ini, turun wahyu dari Allah SWT berupa ayat,
َ ِ‫إِ ْذ يَقُو ُل ل‬
‫صا ِحبِ ِه اَل تَحْ زَ ْن إِ َّن اللَّـهَ َم َعنَا‬
Yang artinya,
”… di waktu dia berkata kepada temannya, ‘Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah
beserta kita’.” (At-Taubah, 40)
Diriwayatkan bahwa ketika Rasulullah SAW akan tidur di dalam Gua itu, Abu Bakar meletakan
kepala beliau di atas dua lututnya dan sewaktu beliau sedang tidur, Abu Bakar melihat suatu
lubang di dinding gua itu, maka ia meletakkan mata kakinya untuk menutupi lubang tersebut,
khawatir di dalam lubang itu ada sesuatu yang menyakiti Nabi.
Maka pada saat itu mata kaki Abu Bakar disengat oleh kalajengking yang ada di dalam lubang
itu, tetapi Abu Bakar meskipun merasa kesakitan oleh sengatan itu, tidak menggerakkan kakinya,
dan ketika rasa sakitnya memuncak, air mata Abu Bakar berjatuhan mengenai pipi Rasulullah
SAW.
Maka beliau terbangun dan menanyakan kepada Abu Bakar kenapa ia menangis? Ia menjawab
bahwa ia disengat kalajengking di kakinya, maka beliau mengusap dengan tangan beliau di
tempat yang sakit itu, dan seketika rasa sakit itu hilang dengan pertolongan Allah SWT.

Masjid Pertama Quba


Setelah tiga malam beliau dan Abu Bakar berdiam di Gua Tsur, seorang petunjuk jalan datang
menemui beliau berdua dengan membawa dua ekor unta tunggangan. Maka kemudian mereka
bertiga pergi berjalan menuju kota Madinah.
Mereka tiba di kota Quba pada hari Senin tanggal dua belas Rabi’ul Awwal. Itulah tanggal
hijrahnya Rasulullah SAW ke Madinah, yang kelak dijadikan awal penanggalan Islam yang
dimulai dari bulan Muharram, yaitu awal Tahun Hijriyah yang disandarkan kepada hijrah beliau
ke Madinah.
Di kota Quba ini, Rasulullah SAW mendirikan sebuah masjid yang oleh Allah SWT diberikan
sifat sebagai masjid yang dibangun atas dasar taqwa (kepada Allah) dari semenjak pertama hari
dibangunnya. Di dalamnya terdapat orang-orang yang cinta untuk bersuci, dan Rasulullah SAW
melakukan shalat di dalam masjid ini bersama-sama empat puluh orang sahabatnya.

Keluar Menuju Kota Madinah


Setelah melakukan shalat Jum’at pertama yang Rasulullah SAW lakukan di desa Bani Salim bin
‘Auf, beliau kemudian menaiki untanya menuju kota Madinah.
Di sana para kaum Anshar menyambut beliau dengan suka cita penuh kegembiraan, setaya
mengelilingi beliau, sementara para wanita dan anak-anak keluar dari rumah mereka ingin
menemui beliau seraya mendendangkan nasyid :
Thala’al badru ‘alaina, min tsaniyatil wada’i
Wajabasy syukru’alaina, ma da’a lillahi da’i
Ayyuhal mab’utsu fina, ji ta bil amri mutha’i
Yang artinya,
“Di atas kita telah muncul bulan purnama. Muncul dari Tsaniyah al-Wada. Kita wajib bersyukur
kepadaNya, Seorang Da’I menyeru kita ke jalanNya. Wahai orang yang diutus kepada kami, Kau
datang membawa perintah yang harus ditaati.”

Tahun Pertama Hijriah


Di kota Madinah Nabi Muhammad SAW, mendirikan masjidnya yang mulia. Beliau secara
pribadi ikut serta membangun masjid tersebut, sebagai bentuk dorongan kepada kaum muslimin
untuk cinta bekerja dan beramal.
Di tahun ini telah pula disyari’atkan adzan, sebagai suatu cara dan saran untuk memanggil kaum
muslimin untuk berkumpul, di kala telah masuk waktu shalat.
Disyariatkannya Berperang
Sebagaimana kita ketahui, bahwa Nabi SAW tidak pernah memaksa seseorang untuk memeluk
agama Islam, juga beliau tidak memiliki sebuah pedang untuk menebas leher-leher orang.
Tugas yang diemban beliau adalah semata-mata untuk berdakwah mengajak orang untuk
beriman, sekaligus menyampaikan kabar gembira dengan datangnya Islam.
Namun karena kaum kafir Quraisy terus menerus menyakiti orang-orang islam, disebabkan
hasad dan dengki, maka kepada kaum muslimin diijinkan untuk berperang mempertahankan diri
atas tindakan mereka.

Tahun Kedua Hijriah


Di tahun ini terjadi perang Waddan, yaitu suatu desa yang terletak diantara kota Mekkah dan
kota Madinah, juga perang Buwath, yaitu suatu pegunungan dari pegunungan Juhainah, dan
perang Al-‘Asyirah yaitu suatu tempat antara Yanbu’ dan Dzil Marwah, yang kesemua itu
semata-mata untuk menghambat perjalanan kaum Quraisy, bukan untuk membinasakannya.

Perubahan Arah Kiblat dan Puasa Ramadhan


Pada tahun kedua hijrah ini, arah kiblat dirubah, yang semula menghadap ke arah Baitul Maqdis
di Palestina, kini ke arah Ka’bah yang ada di Mekkah.
Juga pada tahun ini, diwajibkannya puasa Ramadhan, dimana Rasulullah SAW sebelumnya
berpuasa sebanyak tiga hari setiap bulannya.

Kewajiban Zakat Mal (Harta)


Pada tahun kedua hijriah ini, juga ditetapkannya kewajiban untuk mengeluarkan zakat bagi
orang-orang kaya dari umat Islam, yang diberikan kepada orang-orang fakir dan miskin dan
golongan-golongan lainnya, sebagaimana dijelaskan oleh Allah SWT dalam Al-Qur’an,
ً‫ضة‬ ِ ِ‫يل اللَّـ ِه َوا ْب ِن ال َّسب‬
َ ‫فَ ِري‬  ۖ‫يل‬ ِ ‫ب َو ْالغ‬
ِ ِ‫َار ِمينَ َوفِي َسب‬ ِ ‫ات لِ ْلفُقَ َرا ِء َو ْال َم َسا ِكي ِن َو ْال َعا ِملِينَ َعلَ ْيهَا َو ْال ُمؤَ لَّفَ ِة قُلُوبُهُ ْم َوفِي الرِّ قَا‬ َّ ‫إِنَّ َما ال‬
ُ َ‫ص َدق‬
‫ َواللـهُ َعلِي ٌم َح ِكي ٌم‬  ۗ‫ِّمنَ اللَّـ ِه‬
َّ
Yang artinya,
”Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin,
pengurus-pengurus zakat, para muallaf yang dibujuk hatinya untuk (memerdekakan) budak,
orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah, dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan,
sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan oleh Allah dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Bijaksana.” (At-Taubah, 60)

Perang Badar Kubra


Pada tahun kedua hijriah juga terjadi Perang Badar Kubra, yaitu ketika Nabi Muhammad
Saw keluar kota Madinah dengan membawa pasukan sebanyak 313 personil. Ketika kaum kafir
Quraisy mengetahui hal tersebut, maka mereka mengumpulkan pasukannya yang berjumlah
1000 personil. Dan kedua pasukan ini, bertemu di Badar, maka terjadilah pertempuran antara
keduanya, dan Allah SWT dalam pertempuran ini menolong pasukan Islam dengan
mendatangkan para malaikat yang ikut bertempur bersama mereka. Dalam jarak waktu yang
tidak lebih dari satu jam, pasukan Quraisy dapat dikalahkan, mereka lari dengan meinggalkan
korban mati dari pihak mereka sebanyak 70 orang dan tertawan sebanyak 70 orang juga. Firman
Allah SWT,
َ‫فَاتَّقُوا اللَّـهَ لَ َعلَّ ُك ْم تَ ْش ُكرُون‬ ۖ ٌ‫ص َر ُك ُم اللَّـهُ بِبَ ْد ٍر َوأَنتُ ْم أَ ِذلَّة‬
َ َ‫َولَقَ ْد ن‬
Yang artinya :
”Sungguh Allah telah menolong kamu dalam peperangan Badar, padahal kamu adalah (ketika
itu) orang-orang yang lemah.” (Ali Imran, 123)

Tebusan Tawanan Dengan Mengajar


Tawanan-tawanan Quraisy pada waktu itu terbagi menjadi 2 bagian. Satu bagian terdiri dari
orang-orang kaya dan satu bagian terdiri dari orang-orang miskin. Adapun orang-orang kaya,
mereka itu ditebus oleh keluarga mereka dengan harta sedangkan orang-orang miskin tebusannya
ialah tiap-tiap orang harus mengajar membaca dan menulis kepada sepuluh orang anak di
Madinah.

Sholat ‘Id Pertama


Pada tahun kedua hijriah pula disyari’atkannya Shalat Hari Raya, yang hikmahnya tak diragukan
lagi banyaknya, bagi orang yang berakal. Seorang Imam memimpin dan melaksanakan Shalat
Hari Raya ini sebanyak dua raka’at bersama-sama kaum muslimin. Kemudian menyampaikan
khutbah sesudahnya, memberikan pengajaran dan nasehat kepada mereka. Selanjutnya kaum
muslimin bersalaman satu sama lain penuh keakraban dan persaudaraan paripurna.

Ali Menikah Dengan Fatimah


Pada tahun kedua hijrah ini, Ali menikah dengan Fatimah, semoga Allah SWT meridhoi
keduanya. Saat itu Ali berusia 21 tahun, sementara Fatimah berusia 15 tahun. Juga di tahun itu
Rasulullah SAW menikahi Aisyah binti Abu Bakar Shiddiq, semoga Allah meridhoi keduanya
dan menjadikan surga tempat tinggalnya.

Perang Ghathafan
Perang Ghathafan terjadi pada tahun 3 hijriah. Peperangan ini sebenarnya tidak begitu penting,
akan tetapi dalam perang ini terjadi suatu peristiwa besar. Pada waktu itu keluar 450 orang dari
Bani Tsa’labah dan Muharib di bawah pimpinan Du’tsur bin Harits Al Muharibi yang ingin
menyerbu Madinah. Maka keluarlah Nabi Muhammad Saw dengan pasukannya dan larilah
musuh ke gunung-gunung. Tatkala Nabi Muhammad Saw sedang berisirahat dan menjemur
bajunya yang basah sambil duduk di bawah pohon, tiba-tiba muncul Du’tsur secara diam-diam
hendak membunuh Beliau seraya berkata:“Siapakah yang akan melindungimu, hai Muhammad?”
Beliau menjawab: “Allah Ta’ala.”
Maka orang itu pun merasa takut dan pedangnya terjatuh dari tangannya, lalu Nabi Muhammad
Saw mengambilnya seraya berkata: “Siapakah yang dapat melindungimu dariku?”
Du’tsur menajawab: “Tidak ada.”
Maka Nabi Muhammad Saw memaafkannya dan ia pun masuk Islam serta mengajak kaumnya
memeluk agama Islam.

Perang Uhud
Pada tahun 3 hijriah terjadi peperangan Uhud, 3000 personil pasukan Quraisy yang terdiri dari
pasukan berkuda dan perbekalan perang yang cukup banyak, berangkat menuju kota Madinah
untuk melaksanakan balas dendam atas terbunuhnya para bangsawan mereka di peperangan
Badar. Dan ini merupakan hari-hari yang cukup menyedihkan bagi kaum muslimin karena pada
perang ini telah mati syahid Hamzah, paman Rasulullah SAW. Jumlah pasukan Islam yang
terbunuh secara syahid sebanyak 70 lebih personil diantaranya 6 orang dari kaum Muhajirin dan
selebihnya dari kaum Anshar. Sementara dari pihak kaum Musyrikin yang tewas ada sebanyak
23 orang. Pada tahun ini dilahirkannya Hasan bin Ali r.a dan Usman bin Affan menikah dengan
Ummi Kulsum putrid Rasulullah SAW, setelah wafatnya Ruqoyah, saudara Ummi Kulsum. Oleh
karena itulah Usman bin Affan dijuluki Dzun Nurain(yang mempunyai dua cahaya). Pada tahun
ini juga Rasulullah SAW menikahi Hafsah binti Umar bin Khattab r.a.
Pada tahun ini Allah SWT mengharamkan khamar secara mutlak, karena bahayanya yang
demikian besar terhadap akal, harta benda dan fisik manusia. Allah SWT berfirman,
َ‫نصابُ َواأْل َ ْزاَل ُم ِرجْ سٌ ِّم ْن َع َم ِل ال َّش ْيطَا ِن فَاجْ تَنِبُوهُ لَ َعلَّ ُك ْم تُ ْفلِحُون‬
َ َ ‫يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا إِنَّ َما ْال َخ ْم ُر َو ْال َم ْي ِس ُر َواأْل‬
Yang artinya,
”Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khammar, berjudi, (berkorban untuk)
berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan syaithan. Maka jauhilah
pebuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.” (Al-Maidah, 90)

Tahun Keempat Hijriah


Pada tahun ini Rasulullah SAW memerintahkan kaum Yahudi untuk pergi meninggalkan kota
Madinah. Sebelumnya diantara mereka dengan Rasulullah SAW telah diadakan suatu perjanjian,
dimana diantara kedua belah pihak harus saling memelihara dan menjaga keamanan masing-
masing dan tidak saling mengkhianati terhadap perjanjian itu. Namun pihak Yahudi berkhianat
terhadap Rasul dan berusaha membunuh beliau, karena terbujuk oleh rayuan syaithan.
Oleh karena itulah mereka diperintahkan untuk keluar atau diusir oleh Rasulullah SAW dari
Madinah. Namun mereka enggan mematuhi perintah beliau, dan mereka tetap tidak mau pergi.
Maka kaum muslimin mengepung mereka dan melakukan pemboikotan terhadap mereka serta
memaksa mereka untuk pergi meninggalkan Madinah, dan akhirnya mereka pergi.
Pada tahun ini disyariatkannya shalat Khauf, shalat karena takut dan diturunkannya wahyu
tentang tayammum. Juga di tahun ini, Rasulullah SAW memerintahkan Zaid bin Tsabit untuk
mempelajari tulisan orang Yahudi agar Zaid bias menuliskan untuk Nabi surat kepada orang
Yahudi, dan membacakan kepada beliau surat-surat yang datang dari mereka. Pada tahun ini
pula, Husein bin Ali r.a dilahirkan.

Perang Khandaq atau Ahzab (Persekutuan Musuh)


Pada tahun 5 hijriah terjadi perang Khandaq, dimana orang Musyrik dan orang-orang Yahudi
bergabung untuk memerangi kaum Muslimin. Jumlah mereka sebanyak 10.000 orang yang
dipimpin oleh Abu Sufyan, dan mereka mengepung kota Madinah serta mengadakan penekanan-
penekanan ketat kepada kaum Muslimin, dan mempersempit ruang gerak mereka.
Rasulullah SAW beserta segenap kaum Muslimin, tidak keluar sama sekali dari kota Madinah,
tetapi atas saran Salman Al-Farisi beliau memerintahkan kaum Muslimin untuk menggali parit,
sebagai bentuk strategi untuk menghindari serbuan mereka. Selama dalam pengepungan terhadap
kaum Muslimin itu, Nabi berdoa kepada Allah SWT untuk kehancuran musuh, beliau
mengucapkan doa, yang artinya, ”Ya Allah Tuhan yang menurunkan Kitab, Tuhan yang cepat
perhitunganNya, hancurkanlah kaum sekutu (musyrik dan yahudi). Ya Allah hancurkanlah
mereka sehancur-hancurnya, dan porak-porandakan mereka.” Doa Nabi Muhammad Saw
didengan Allah SWT, Tuhan mengirim angin putting beliung yang memporak-porandakan
pasukan sekutu, dan mereka lari pontang panting meninggalkan kota Madinah pada malam itu
juga.
Perintah Memakai Hijab
Pada tahun 5 hijriah juga diberlakukannya ketentuan memakai hijab terhadap para istri Nabi
SAW dengan diturunkannya ayat hijab. Allah SWT berfirman,
ْ َ‫ ٰ َذلِ ُك ْم أ‬  ۚ‫ب‬
‫طهَ ُر لِقُلُوبِ ُك ْم َوقُلُوبِ ِه َّن‬ ٍ ‫َوإِ َذا َسأ َ ْلتُ ُموه َُّن َمتَاعًا فَاسْأَلُوه َُّن ِمن َو َرا ِء ِح َجا‬
Yang artinya,
”Dan apabila kamu meminta sesuatu kepada mereka (istri-istri Nabi), maka mintalah dari
belakang tabir. Cara yang demikian itu lebih suci bagi hatimu dan hati mereka.” (Al Ahzab, 53)
Dan Nabi SAW telah bersabda yang artinya, “Seseorang laki-laki tidak dibenarkan duduk-duduk
berdua dengan seseorang perempuan di tempat yang sunyi kecuali bersama muhrimnya.”

Diwajibkannya Ibadah Haji


Pada tahun kelima hijriah ini, ibadah haji diwajibkan bagi mereka yang mampu mengadakan
perjalanan ke Mekkah. Allah SWT berfirman,
ِ ‫اس ِحجُّ ْالبَ ْي‬
‫ت َم ِن ا ْستَطَا َع إِلَ ْي ِه َسبِياًل‬ ِ َّ‫َولِلَّـ ِه َعلَى الن‬
Yang artinya,
”…mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah SWT, yaitu (bagi) orang yang
sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah.” (Ali Imran, 97)
Hikmah diwajibkannya ibadah haji cukup banyak, diantaranya yang terpenting dan paling esensi
adalah berkumpulnya kaum Muslimin yang sedang melaksanakan ibadah haji ini. Dengan
perbedaan kulit, etnis dan bahasa, dan Negara, berkumpul di satu tempat dalam rangka
memperbaharui janji ikatan ukhuwah islamiyyah dan tekad kesetian untuk menegakkan kalimah
Allah di muka bumi.

Perjanjian Damai Hudaibiyah


Pada tahun 6 hijriah telah terjadi Shulhul Hudaibiyah (perjanjian damai hudaibiyah). Rasulullah
SAW bersama-sama kaum Muslimin sebanyak 1400 orang pergi meninggalkan kota Madinah
menuju Mekkah untuk melaksanakan ibadah Umroh.
Mereka tidak membawa senjata, hanya perlengkapan untuk bepergian sebagai musafir.
Ketika sampai di Hudaibiyah, rombongan Rasulullah SAW dicegat oleh orang-orang kafir
Quraisy dan mereka dihalang-halangi untuk melanjutkan perjalanan ke Baitullah Haram.
Setelah diadakan perundingan diantara kedua belah pihak, dicapai kesepakatan damai meliputi
lima hal, yaitu :
Disepakati adanya gencatan senjata (penghentian perang) antara kedua belah pihak selama
sepuluh tahun.
Saling memelihara keamanan masing-masing antara kedua belah pihak.
Kaum Muslimin agar kembali pulang ke Madinah, tidak meneruskan perjalanan untuk Umrah
pada tahun ini. Rasulullah SAW harus mengembalikan ke pihak kaum Musyrikin Quraisy bila
ada dari mereka yang datang ke Madinah, meskipun telah masuk Islam.
Tidak ada kewajiban bagi kaum Musyrikin Quraisy untuk mengembalikan kepada Rasulullah
SAW orang yang datang ke pihak mereka dari Madinah.
Barangsiapa yang ingin masuk ke kelompok Muhammad, boleh masuk ke kelompoknya. Dan
barangsiapa yang ingin masuk ke kelompok Quraisy, juga dipersilahkan masuk ke kelompoknya.
Bai’atur Ridwan
Setelah Teks Perjanjian Damai Hudaibiyah selesai ditulis, Nabi Muhammad Saw menunjuk
Usman bin Affan untuk mengirimkan Teks Perjanjian dimaksud ke pihak kaum Musyrikin
dengan ditemani oleh beberapa orang sahabat. Sesampainya Usman ke sana, mereka
menangkapnya. Berita penangkapan Usman ini sampai ke kalangan kaum Muslimin. Bahkan
telah tersebar desas desus bahwa Usman dan kawan-kawan telah dibunuh oleh pihak kaum
Musyirikin. Maka Nabi Muhammad Saw setelah mendenga rumor bahwa Usman telah dibunuh,
Beliau seketika memerintahkan seluruh kaum Muslimin untuk berkumpul, untuk melakukan
bai’at di bawah suatu pohon, bahwa mereka siap mati untuk menyelamatkan Usman.
Setelah berita bai’at ini didengar oleh kalangan kaum Musyrikin, mereka merasa takut dan
gentar. Akhirnya mereka membebaskan Usman dan kawan-kawannya. Allah Swt berfirman:
Yang terjemahannya sebagai berikut :
“Bahwasanya orang-orang yang berjanji setia kepada kamu, sesungguhnya mereka berjanji setia
kepada Allah. Tangan Allah di atas tangan mereka.” (Al-Fath,10).
Dan Allah swt berfirman pula:
Yang terjemahannya sebagai berikut :
“Sesungguhnya Allah telah ridha terhadap orang-orang mu’min ketika mereka berjanji setia
kepadamu di bawah pohon, maka Allah mengetahui apa yang ada dalam hati mereka, lalu
menurunkan ketenangan atas mereka dan memberi balasan kepada mereka dengan kemenangan
yang dekat (waktunya).” (Al-Fath, 18).

Pengiriman Surat Kepada Raja-raja


Nabi Muhammad Saw pada tahun 6 hijriah ini berkirim surat kepada beberapa orang Raja,
mengajak mereka untuk memeluk Islam. Surat-surat itu diberi stempel dengan sebuah cincin
yang terbuat dari perak yang tertulis padanya kata-kata: Muhammad Rasulullah.
Sebagian mereka ada yang menyambut ajakan ini dan masuk Islam, dari sebagian lagi ada yang
tetap dalam kekafirannya. Dan diantara mereka yang beriman, adalah Najasyi Raja Habasyah,
Mundzir bin Sawa Raja Bahrain dan Jaifar dan ‘Abd dan dua orang Raja ‘Amman.

Perang Khaibar
Pada tahun 7 hijriah terjadi Perang Khaibar. Pihak yang menyerang pada kali ini adalah mereka
yang pernah menyerang sebelumnya ke kota Madinah pada perang Khandak.
Maka Rasulullah Saw dengan 1600 prajuritnya menyongsong mereka serta kemudian
mengepungnya selama enam hari. Dan pada malam ketujuh, Rasulullah Saw menyerahkan
bendera perang kepada Ali bin Abi Thalib (semoga Allah memuliakannya) untuk memimpin
perang. Pada saat itu, Ali mengeluh sedang menderita sakit mata, maka ketika Rasulullah Saw
mengetahui itu, kedua mata Ali diusap oleh tangan beliau sambal berdoa untuk kesembuhan
kedua matanya. Maka dengan atas izin Allah Swt, kedua mata Ali seketika sembuh.
Pada perang Khaibar ini, Allah Swt memberikan kemenangan kepada pihak kaum Muslimin
dibawah komando Ali, dengan membawa rampasan perang yang cukup besar.

‘Umatul-Qadha (‘Umrah Pengganti)


Pada tahun 7 hijriah juga dilakukan Umatul-Qadha. Nabi Muhammad Saw memerintahkan
kepada para sahabatnya di bulan Dzulqa’dah untuk mengerjakan umrah sebagai pengganti umrah
yang belum sempat dilaksanakan karena mereka dihalang-halangi oleh kaum Musyrikin pada
hari dilakukannya Perjanjian Damai di Hudaibiyah.
Mereka berangkat menuju kota Mekkah untuk melaksanakan umrah dengan jumlah yang cukup
besar. Ketika mengetahui hal ini, kaum Musyrikin keluar dari kota Mekkah, menyingkir ke
puncak-puncak gunung, menghindar untuk melihat orang-orang mukmin melakukan tawaf di
Baitil Haram. Setelah selesai melaksanakan umrah, kaum muslimin kembali ke Madinah, setelah
mereka berdiam di Mekkah selama tiga hari.

Perang Mu’tah
Pada tahun 8 hijriah terjadi Perang Mu’tah yang terkenal itu. Ketika itu Nabi Muhammad Saw
mempersiapkan prajuritnya sebanyak 3000 orang dan menugaskan Zaid bin Haritsah untuk
menjadi pimpinannya. Sementara pihak Romawi telah mengerahkan pasukannya sebanyak
150000 prajurit. Kedua pasukan bertemu di Mu’tah dan terjadilah pertempuran diantara
keduanya. Kalau tidak karena tipu daya Khalid bin Walid serta strateginya yang jitu, kaum
Muslimin di awal-awal pertempuran hampir mengalami kekalahan, tetapi berkat strategi Khalid
tersebut akhirnya pasukan kaum Muslimin mendapatkan kemenangan.

Fathu Mekkah (Penaklukan Kota Mekkah)


Kaum Musyrikin Quraisy ternyata merobek-robek Perjanjian Damai yang pernah disepakati di
Hudaibiyah dan mengkhianati butir-butir yang tercantum di dalamnya. Menghadapi kenyataan
ini maka Nabi Muhammad Saw mempersiapkan dan mengerahkan prajurit Muslimin untuk
diberangkatkan ke Mekkah.
Nabi Muhammad Saw beserta sebagian prajurit berangkat melalui jalan sebelah bawah,
sementara Khalid bin Walid mengepalai sebagian prajuritnya berangkat melalui jalan sebelah
atas. Ketika Rasulullah Saw sampai di kota Mekkah, Beliau mendapati bahwa di sekeliling
Ka’bah terdapat tiga ratus enam puluh patung yang tergantung padanya, maka dengan kayu di
tangan, Beliau hancurkan patung-patung itu seraya mengatakan:
Yang terjemahannya sebagai berikut:
“Yang benar telah dating dan yang bathil telah lenyap.” (Al-Isra’, 81)
Firman-Nya lagi:
Yang terjemahannya sebagai berikut:
“Kebenaran telah datang dan yang bathil itu tidak akan memulai dan tidak (pula) akan
memulai.” (Saba, 49).
Kemudian Nabi Muhammad Saw menyampaikan pidato sambal berdiri di tengah-tengah
Masjidil Haram: Sesungguhnya Allah Swt telah memuliakan Mekkah pada hari diciptakannya
langit dan bumi, dan ia berkedudukan mulia dengan kemuliaan Allah Swt sampai hari kiamat.
Maka tidak halal bagi seseorang yang beriman kepada Allah Swt dan hari akhir untuk melakukan
pertumpahan darah atau menebang atau mencabut sesuatu pohon di kota Mekkah.
Bila ada seseorang yang menganggap ringan untuk memerangi Rasulullah Saw di kota Mekkah,
maka katakanlah oleh kamu: Bahwasanya Allah Swt telah memberikan ijin kepada Rasul-Nya
dan tidak memberikan ijin kepadamu, dan bahwasanya telah dihalalkan dan dibolehkan bagiku
pada saat diwaktu siang dan kini kemuliaan kota Mekkah pada hari ini telah kembali,
sebagaimana kemuliaannya di hari kemarin. Maka hendaknya yang hadir diantara kalian pada
saat ini, untuk menyampaikan berita ini kepada yang tidak hadir.
Peristiwa Perang Hunain
Allah Swt berfirman:
Yang terjemahannya sebagai berikut:
“Sesungguhnya Allah Swt telah menolong kami (hai para mukminin) di medan peperangan yang
banyak dan (ingatlah) peperangan Hunain, yang diwaktu kamu menjadi congkak karena
banyaknya jumlahmu, maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfaat kepadamu
sedikitpun, dan bumi yang luas itu telah terasa sempit olehmu, kemudian kamu lari ke belakang
dengan bercerai-berai.” (At-taubah, 25).
Nabi Muhammad Saw saat itu keluar dari kota Madinah dengan 10000 orang prajurit. Kaum
Mukminin melihat jumlah yang demikian besar itu merasa congkak.
Kemudian ketika pasukan Muslim bertemu dengan pasukan musuh, yang saat itu mereka
tersembunyi dari penglihatan pasukan Muslim dengan batu-batu besar. Betapa terkejutnya
pasukan Muslim ketika melihat kenyataan ini, dan mereka dapat dikalahkan oleh pasukan
musuh, dan lari bercerai-berai.
Tidak ada yang bertahan bersama Rasulullah Saw kecuali sekolompok sahabat yang tetap
bertahan bersama beliau, diantaranya Abu bakar, Umar, Ali, abbas dan Abu sufyan bin Haris
anak paman Rasulullah Saw.

Nabi Muhammad Saw Kembali ke Madinah


Nabi Muhammad Saw dan para sahabatnya kembali ke Madinah setelah sebelumnya berdiam di
Ji’ranah selama tiga belas malam.
Dari Ji’ranah ini beliau berihram untuk melaksanakan umrah, kemudian memasuki kota Mekkah
di waktu malam hari, maka beliau bertawaf dan bersa’i memberi isyarat dengan tangan beliau ke
arah Hajar Aswad. Rasulullah Saw telah meninggalkan kota Madinah selama dua bulan enam
belas hari.

Ekspedisi Tabuk
Pada tahun 9 hijriah terjadi Perang Tabuk yang dinamakan Perang ‘Usrah yakni perang di masa
susah dan sulit, karena peperangan ini terjadi ketika kaum  muslimin sedang mengalami
kesulitan hidup, karena paceklik dan udara pun sangat panas.
Ketika itu Nabi Muhammad Saw mengumpulkan sejumlah pasukan dari Mekkah dan Madinah
serta dari beberapa kabilah Arab, setelah mendengar berita bahwa orang-orang kafir
mengerahkan pasukannya di daerah Syam untuk melakukan penyerangan terhadap kaum
muslimin di negeri mereka, yakni Madinah.Maka datanglah Abu Bakar memberikan sumbangan
dengan seluruh harta kekayaannya, Umar bin Khattab dengan separuh kekayaannya, Usman bin
Affan dengan sepuluh ribu dinar, sementara para ibu-ibu muslimat menyumbangkan perhiasan-
perhiasan mereka sekedar kemampuan mereka.Kemudian Nabi Muhammad Saw beserta prajurit
tentaranya yang berjumlah 30000 personil berangkat menuju Tabuk. Namun sesampai di sana
Beliau beserta prajuritnya sama sekali tak melihat pasukan musuh sebagaimana yang Beliau
dengar itu. Maka akhirnya Rasulullah Saw memutuskan untuk kembali ke Madinah, setelah
berdiam di Tabuk selama dua puluh malam dan dalam perjalanan pulang kembali itu, sempat
membangun beberapa masjid.
Beberapa Peristiwa di Tahun 9 Hijriah
Pada tahun 9 hijriah telah datang kepada Nabi Muhammad Saw, utusan dari Tsaqif dan mereka
semuanya memeluk Islam dan melakukan dakwah terhadap kaumnya yakni penduduk Thaif,
maka mereka merespon ajakan tersebut dengan memeluk Islam. Di tahun ini telah wafat Ummu
Kultsum putri Rasulullah Saw, isteri Usman bin Affan Ra. Juga telah wafat Abdullah bin Abi
Salul, pemimpin orang-orang munafik, dimana dengan meninggalnya ini kaum Muslimin merasa
lega karena bebas dari kejahatan-kejahatannya.

Abu Bakar Melaksanakan Haji


Pada bulan Dzulqa’dah tahun 9 hijriah, Nabi Muhammad Saw memerintahkan kepada Abu
Bakar melaksanakan ibadah haji dengan kaum Muslimin, sekaligus diperintahkan untuk
mengumumkan kepada mereka pada hari Nahar, bahwa setelah tahun ini, orang musyrik tidak
dibolehkan melaksanakan ibadah haji, dan orang telanjang tidak dibenarkan untuk melakukan
thawaf keliling Baitullahil-Haram. Untuk peristiwa ini, Allah Swt menurunkan wahyu-Nya:
Yang terjemahannya sebagai berikut: “Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya orang-
orang yang musyrik itu najis, maka janganlah mereka mendekati Masjidil-Haram sesudah tahun
ini.” (At-Taubah, 28).

Tahun Kesepuluh Hijrah


Pada tahun 10 hijriah Nabi Muhammad Saw mengutus Ali bin Abi Thalib ke Bani Madzij dari
penduduk Yaman. Maka beliau berangkat ke sana dan sesampainya di sana beliau menemui
mereka dan mengajak mereka untuk memeluk agama Islam.
Mereka menolak ajakan Ali ini dan melempari kaum Muslimin dengan bongkahan batu-batu,
maka oleh kaum Muslimin tindakan mereka itu dibalesnya dan akhirnya mereka kalah dan minta
damai, dan oleh Ali permintaan mereka ini dipenuhi.
Dan Ali menemui mereka dan mengajak mereka untuk memeluk Islam, maka mereka mengikuti
ajakan Ali dan masuk Islam semuanya.
Dan pada tahun ini juga Rasulullah Saw mengutus Mu’adz bin Jabal dan Abu Musa Al-Asy’ari
untuk mengajarkan ajaran-ajaran syariat islam. Mu’adz diutus ke penduduk Kurah al-‘Ulya dari
arah ‘Adn, sementara Abu Musa diutus ke Kurah as-Sufla.

Haji Wada’
Nabi Muhammad Saw beserta seluruh sahabatnya pada tahun 10 hijriah berangkat menunaikan
ibadah haji tepatnya pada hari Sabtu tanggal 25 Dzulqo’dah menuju kota Mekkah. Sesudah
sampai di kota Mekkah, maka pada tanggal 8 Dzulqo’dah Beliau berangkat menuju Mina dan
bermalam di sana. Dan pada tanggal 9 Dzulhijjah Beliau menuju Arafah dan di sana Beliau
berkhutbah yang dikenal dengan nama Khutbatul Wada’, dimana Beliau dalam khutbah itu
menjelaskan tentang hal-hal terpenting dari pokok-pokok dan cabang-cabang Agama Islam.
Dan pada hari itu turun wahyu Allah Swt yang berbunyi:
Yang terjemahannya sebagai berikut:
“Pada hari ini telah Ku sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku cukupkan kepadamu
ni’mat Ku, dan telah Ku ridhai Islam itu jadi agama bagimu.”(Al-Maidah, 3).
Setelah selesai menunaikan ibadah haji, Nabi Muhammad Saw pulang ke Madinah dengan
selamat.
Dan dengan berakhirnya tahun kesepuluh dari hijrahnya Rasulullah Saw dari Mekkah ke
Madinah, maka telah sempurna misi Beliau di Madinah selama sepuluh tahun kurang dua bulan
dan sebelas hari.

Sakitnya Nabi Muhammad Saw


Pada tahun 11 hijriah Nabi Muhammad Saw mulai sakit-sakitan. Dan ketika sakit Beliau
semakin parah, Beliau meminta ijin kepada seluruh isterinya, agar Beliau bisa dirawat di
kediaman Aisyah saja. Ketika Beliau merasa udzur untuk melaksanakan shalat berjamaah dengan
kaum Muslimin para sahabatnya, beliau menyuruh Abu Bakar agar shalat mengimami mereka.
Beliau sendiri kemudian pergi keluar masjid, berjalan dipapah oleh Ali dan Fadhal, sementara
Abbas mendahului berjalan di depan. Nabi Muhammad Saw dibebat kepalanya sambil berjalan
tertatih-tatih dengan kedua kakinya, hingga sampai di undakan terbawah dari mimbar.
Maka para sahabat mengerumuni Beliau berebutan. Maka Beliau mengucapkan hamdalah seraya
memuji dan memuja Allah Swt, kemudian bersabda: Wahai manusia, sampai berita kepadaku
bahwa engkau semua takut kematian nabimu. Apakah ada Nabi sebelum aku ini yang kekal,
sehingga aku juga akan kekal (tidak mati)? Ketauhilah, bahwa Aku akan menemui Rabbku, dan
kamu akan menemuiku kelak. Maka aku wasiatkan kepadamu agar berbuat paik terhadap para
Muhajirin Pertama, dan juga Aku wasiatkan kepadamu agar sesama kamu semua berbuat
kebajikan. Kemudian berkata di akhir khutbahnya: Ketauhilah bahwa Aku adalah pendahulu
bagimu dan kamu akan menyusul menemuiku. Ketauhilah bahwa sesungguhnya janjimu nanti
ketemu di Haudh (Telaga). Ketauhilah, bahwa barangsiapa yang senang untuk bisa datang ke
telaga itu dan bertemu denganku, maka hendaklah tangan dan lidahnya dijaga dari berbuat dan
berkata yang tidak pada tempatnya, kecuali yang pantas untuk dikerjakan.

Wafatnya Nabi Muhammad Saw


Ketika Nabi Muhammad Saw wafat, sahabat Abu Bakar sedang tidak ada di Madinah. Sewaktu
diberi tahu bahwa Nabi Muhammad Saw wafat, maka beliau segera datang ke rumah Aisyah dan
masuk ke dalam seraya membuka kain penutup wajah jenazah Rasulullah Saw dan kemudian
menciumnya dan terus menangis. Selanjutnya beliau keluar dan mengucapkan pidato, maka
beliau memuji Allah dan menyanjungnya. Selanjutnya berkata: “Ketauhilah, barangsiapa yang
menyembah Muhammad, maka sesungguhnya Muhammad kini telah mati, dan barangsiapa
menyembah Allah, maka sesungguhnya Allah tetap senantiasa hidup tidak akan pernah mati.
Kemudian beliau membaca firman Allah Swt:
Yang terjemahannya sebagai berikut:
“Sesungguhnya kamu akan mati dan sesungguhnya mereka akan mati (pula).” (Az-Zumar, 30).
Dan firman Allah Swt:
Yang terjemahannya sebagai berikut:
“Muhammad, itu tidak lain hanyalah seorang Rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa
orang Rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu akan berbalik ke belakang (murtad)?
Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada
Allah sedikitpun, dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.” (Ali
Imran, 144)
Jenazah Nabi Muhammad Saw Dimakamkan
Jenazah Nabi Muhammad Saw baru dimakamkan setelah selesai ditetapkan dan dibai’atnya Abu
Bakar menjadi Khalifah pengganti Beliau, menjadi pemimpin kaum Muslimin.
Jasad Rasulullah Saw dimandikan kemudian dikafani dengan tiga helai kain, tidak ada padanya
baju, dan tidak adanya pula surban. Kemudian jamaah kaum Muslimin menshalati jenazah
Beliau satu persatu tanpa imam, secara bergantian. Pertama kaum lelaki, kemudian wanita dan
selanjutnya anak-anak. Jenazah Beliau dimakamkan di rumah Aisyah, tempat dimana Beliau
wafat. Dimakamkan pada malam rabu tengah malam, dan di atas makamnya dipercikkan air oleh
Bilal, sementara letaknya agak ditinggikan sekedar satu jengkal dari permukaan bumi.
Semoga Allah Swt menganugerahkan shalawat dan salam kesejahteraan kepada Beliau, dan
kepada keluarga serta para sahabatnya semua.

Usia Nabi Muhammad Saw


Usia Nabi Muhammad Saw adalah 63 tahun. Empat puluh tahun dijalani sebelum ditetapkannya
sebagai Nabi di Mekkah, tiga belas tahun sesudah beliau menjadi Nabi di Mekkah juga, dan
sepuluh tahun beliau jalani di Madinah sesudah hijrah. Dan diantara orang yang pertama kali
beriman dari kalangan laki-laki adalah Abu Bakar bin Kuhafah, dan dari kalangan wanita adalah
istri beliau, Khadijah dan dari kalangan anak-anak adalah Ali bin Abi Thalib, dimana Ali belum
pernah melakukan sujud sama sekali terhadap suatu patung, sehingga dengan demikian kepada
beliau diberi tambahan (sesudah menyebut namanya) dengan sebutan Karramallahu Wajhah
(Allah telah memuliakan pribadinya).
Perintah Dakwah Secara Terang-terangan
Kemudian Allah SWT memerintahkan kepada beliau untuk melakukan dakwah secara terang-
terangan, dengan firmanNya,
َ‫فَاصْ َد ْع بِ َما تُ ْؤ َم ُر َوأَ ْع ِرضْ ع َِن ْال ُم ْش ِر ِكين‬
Yang artinya :
“Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu)
dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik.” (Al-Hijr, 94)
Maka beliau respon dan sambut perintah Allah SWT ini dengan baik, maka beliau melakukan
dakwah kepada manusia untuk mengesakan Allah dan meninggalkan perbuatan syirik dan
kekufuran. Sebagian mereka ada yang beriman dan sebagian ada yang kafir.
Rasulullah Saw mempunyai nama lengkap Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muthalib bin
Hasyim bin Abdi Manaf bin Qushayi bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Luayy bin Ghalib bin
Fihr bin Malik bin Nadhar bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar bin
Nizar bin Ma’ad bin ‘Adnan dan selanjutnya bertemu garis keterunan beliau dengan Nabi Ismail
as.
Hijrah Pertama ke Negeri Habasyah
Pada tahun ini, Nabi Muhammad Saw memerintahkan kepada para sahabatnya untuk berhijrah
ke negeri Habasyah (Ethiopia), setelah mengetahui bahwa Kaum Quraisy selalu melakukan
tindakan-tindakan yang menyakitkan kepada mereka, padahal tidak ada kaum kerabat yang akan
menolong dan menghalang-halangi tindakan kaum Quraisy tersebut.
Maka sebagian sahabat berhijrah untuk menyelamatkan agama mereka, dan ini adalah hijrah
pertama dari Mekkah, dimana jumlah mereka yang berhijrah adalah 80 orang sahabat. Mereka
kembali lagi ke Mekkah dari Habasyah setelah berdiam di sana selama tiga bulan.
Hijrah Kedua ke Negeri Habasyah. Pada tahun ketujuh ini, Nabi bersama-sama pamannya, Abu
Thalib dan Bani Hasyim serta Bani Muthalib, baik yang muslim maupun yang masih kafir,
memasuki Syi’ib. Maka pada kesempatan ini kalangan Quraisy memboikot dengan memutus
jalur suplai makanan dan kegiatan berniaga di pasar kepada mereka, kecuali apabila mereka
menyerahkan Nabi Muhammad Saw kepada kalangan Quraisy untuk dibunuh.
Kaum Quraisy menulis isi boikot di lembaran kulit yang digantungkan di Kabah. Maka Nabi
Muhammad Saw memerintahkan kepada para sahabatnya untuk melakukan hijrah ke Habasyah,
yakni hijrah untuk kedua kalinya.
Penghentian Boikot

Nabi Muhammad Saw dan kaumnya terkurung di dalam Syi’ib selama 3 tahun tidak menerima
makanan kecuali secara sembunyi-sembunyi, sehingga mereka makan dedaunan. Kemudian
orang-orang Quraisy  menghentikan pemboikotan, sedang lembaran kulit yang berisi
pengumuman biokot itu telah dimakan rayap.
Maka keluarlah Nabi Muhammad Saw dari tempat yang terkurung itu, perisitiwa itu terjadi pada
10 tahun kenabian.
Tahun Kesedihan (‘Amul Huzni)
Pada tahun kesepuluh, Khadijah istri Nabi Muhammad Saw wafat dan dua bulan kemudian wafat
pula paman Nabi Muhammad Saw, Abu Thalib, pada usia delapan puluh tujuh tahun.
Setelah wafat Abu Thalib ini, tindakan menyakiti Nabi Muhammad Saw dari kalangan Quraisy
semakin bertambah keras, karena mereka beranggapan bahwa apa yang telah mereka usahakan
dan capai dari Rasulullah SAW tidak seperti apa yang telah mereka peroleh ketika Abu Thalib
masih hidup.
Hijrah ke Thaif

Pada tahun kesepuluh ini, Rasulullah melakukan hijrah ke Thaif, dan beliau berdiam di sana
selama satu bulan, melakukan dakwah kepada penduduk Thaif. Namun dakwah beliau di sana
tidak mendapat respon dari mereka, bahkan justru menolaknya dengan suatu penolakan dan
tindakan yang buruk.
Mereka melakukan pelemparan batu kepada beliau, sehingga mengenai kepala beliau dan
menyebabkan luka-luka di kepalanya. Setelah dakwah di sana gagal, beliau kembali lagi ke
Mekkah.
Isra dan Mi’raj

Pada tahun kesebelas ini, terjadinya peristiwa Isra dan Mi’raj. Isra adalah perjalanan Rasulullah
Saw di waktu malam hari dari Masjidil Haram di Mekkah ke Masjdiil Aqsha di Baitul Maqdis di
Palestina, dan beliau pulang kembali pada malam itu juga ke Mekkah. Al-Qur’an telah
menjelaskan peristiwa ini dengan firman Allah Swt :
ِ َ‫إِنَّهُ هُ َو ال َّس ِمي ُع ْالب‬  ۚ‫صى الَّ ِذي بَا َر ْكنَا َحوْ لَهُ لِنُ ِريَهُ ِم ْن آيَاتِنَا‬
‫صي ُر‬ َ ‫ُسب َْحانَ الَّ ِذي أَ ْس َر ٰى بِ َع ْب ِد ِه لَ ْياًل ِّمنَ ْال َم ْس ِج ِد ْال َح َر ِام إِلَى ْال َم ْس ِج ِد اأْل َ ْق‬
Yang artinya :
”Maha Suci Allah yang telah memperjalankan hambaNya pada suatu malam dari Masjidil Haram
ke Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya, agar Kami perlihatkan kepadanya
sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar dan
Maha Melihat.” (Al-Isra, 1)
Sedangkan Mi’raj adalah naiknya beliau pada malam itu juga ke alam tinggi dan di sana
diwajibkannya ibadah shalat yang lima waktu.
Tersebarnya Islam di Madinah
Dan Rasulullah SAW melakukan kegiatan keluar ke kabilah-kabilah Arab untuk melakukan
dakwah memperkenalkan ajaran islam kepada mereka. Sebagian mereka ada yang beriman dan
sebagian ada yang tetap kafir.
Diantara mereka yang beriman, ada enam orang dari penduduk Madinah, yang antara lain karena
telah tersebarnya Islam di sana.
Pada tahun 12 kenabian, dua belas orang laki-laki dari Madinah menemui Rasulullah SAW.
Diantaranya sepuluh orang dari suku Aus dan dua orang dari suku Khazraj dan kemudian mereka
semua beriman. Dan dari yang dua belas orang ini, lima orang diantaranya adalah dari kelompok
mereka yang enam orang yang telah beriman sebelumnya.
Mereka keseluruhan melakukan baiat dihadapan Nabi untuk tidak menyekutukan Allah dengan
sesuatu apapun, tidak melakukan pencurian dan tidak akan melakukan perbuatan zina, kemudian
mereka kembali ke Madinah. Mereka di sana dengan pertolongan Allah mendakwahkan Islam
kepada penduduk Madinah.
Pada tahun 13 kenabian, datang kepada Rasulullah SAW tujuh puluh orang laki-laki dan dua
perempuan dari penduduk Arab Madinah, dan mereka masuk Islam semuanya serta melakukan
baiat dihadapan Nabi sebagai baiat yang kedua.
Kemudian mereka pulang kembali ke Madinah, dan dengan perantaraan mereka maka
tersebarlah Islam diantara penduduk Madinah secara luas.
Hijrah ke Madinah

Dan ketika tindakan menyakiti Nabi dan para sahabat serta kaum muslimin bertambah keras dari
kalangan Quraisy, maka Nabi memerintahkan kaum muslimin untuk melakukan hijrah ke
Madinah dan selanjutnya beliau pun bersama-sama dengan Abu Bakar juga melakukan hijrah
dengan berjalan kaki cepat-cepat hingga beliau berdua sampai ke Gua Tsur.
Nabi Muhammad Saw di Gua Tsur
Di dalam Gua Tsur ini, turun wahyu dari Allah SWT berupa ayat,
َ ِ‫إِ ْذ يَقُو ُل ل‬
‫صا ِحبِ ِه اَل تَحْ زَ ْن إِ َّن اللَّـهَ َم َعنَا‬
Yang artinya,
”… di waktu dia berkata kepada temannya, ‘Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah
beserta kita’.” (At-Taubah, 40)
Diriwayatkan bahwa ketika Rasulullah SAW akan tidur di dalam Gua itu, Abu Bakar meletakan
kepala beliau di atas dua lututnya dan sewaktu beliau sedang tidur, Abu Bakar melihat suatu
lubang di dinding gua itu, maka ia meletakkan mata kakinya untuk menutupi lubang tersebut,
khawatir di dalam lubang itu ada sesuatu yang menyakiti Nabi.
Maka pada saat itu mata kaki Abu Bakar disengat oleh kalajengking yang ada di dalam lubang
itu, tetapi Abu Bakar meskipun merasa kesakitan oleh sengatan itu, tidak menggerakkan kakinya,
dan ketika rasa sakitnya memuncak, air mata Abu Bakar berjatuhan mengenai pipi Rasulullah
SAW.
Maka beliau terbangun dan menanyakan kepada Abu Bakar kenapa ia menangis? Ia menjawab
bahwa ia disengat kalajengking di kakinya, maka beliau mengusap dengan tangan beliau di
tempat yang sakit itu, dan seketika rasa sakit itu hilang dengan pertolongan Allah SWT.
Masjid Pertama Quba

Setelah tiga malam beliau dan Abu Bakar berdiam di Gua Tsur, seorang petunjuk jalan datang
menemui beliau berdua dengan membawa dua ekor unta tunggangan. Maka kemudian mereka
bertiga pergi berjalan menuju kota Madinah.
Mereka tiba di kota Quba pada hari Senin tanggal dua belas Rabi’ul Awwal. Itulah tanggal
hijrahnya Rasulullah SAW ke Madinah, yang kelak dijadikan awal penanggalan Islam yang
dimulai dari bulan Muharram, yaitu awal Tahun Hijriyah yang disandarkan kepada hijrah beliau
ke Madinah.
Di kota Quba ini, Rasulullah SAW mendirikan sebuah masjid yang oleh Allah SWT diberikan
sifat sebagai masjid yang dibangun atas dasar taqwa (kepada Allah) dari semenjak pertama hari
dibangunnya. Di dalamnya terdapat orang-orang yang cinta untuk bersuci, dan Rasulullah SAW
melakukan shalat di dalam masjid ini bersama-sama empat puluh orang sahabatnya.
Keluar Menuju Kota Madinah

Setelah melakukan shalat Jum’at pertama yang Rasulullah SAW lakukan di desa Bani Salim bin
‘Auf, beliau kemudian menaiki untanya menuju kota Madinah.
Di sana para kaum Anshar menyambut beliau dengan suka cita penuh kegembiraan, setaya
mengelilingi beliau, sementara para wanita dan anak-anak keluar dari rumah mereka ingin
menemui beliau seraya mendendangkan nasyid :
Thala’al badru ‘alaina, min tsaniyatil wada’i
Wajabasy syukru’alaina, ma da’a lillahi da’i
Ayyuhal mab’utsu fina, ji ta bil amri mutha’i
Yang artinya,
“Di atas kita telah muncul bulan purnama. Muncul dari Tsaniyah al-Wada. Kita wajib bersyukur
kepadaNya, Seorang Da’I menyeru kita ke jalanNya. Wahai orang yang diutus kepada kami, Kau
datang membawa perintah yang harus ditaati.”
Tahun Pertama Hijriah

Di kota Madinah Nabi Muhammad SAW, mendirikan masjidnya yang mulia. Beliau secara
pribadi ikut serta membangun masjid tersebut, sebagai bentuk dorongan kepada kaum muslimin
untuk cinta bekerja dan beramal.
Di tahun ini telah pula disyari’atkan adzan, sebagai suatu cara dan saran untuk memanggil kaum
muslimin untuk berkumpul, di kala telah masuk waktu shalat.
Disyariatkannya Berperang

Sebagaimana kita ketahui, bahwa Nabi SAW tidak pernah memaksa seseorang untuk memeluk
agama Islam, juga beliau tidak memiliki sebuah pedang untuk menebas leher-leher orang.
Tugas yang diemban beliau adalah semata-mata untuk berdakwah mengajak orang untuk
beriman, sekaligus menyampaikan kabar gembira dengan datangnya Islam.
Namun karena kaum kafir Quraisy terus menerus menyakiti orang-orang islam, disebabkan
hasad dan dengki, maka kepada kaum muslimin diijinkan untuk berperang mempertahankan diri
atas tindakan mereka.
Tahun Kedua Hijriah

Di tahun ini terjadi perang Waddan, yaitu suatu desa yang terletak diantara kota Mekkah dan
kota Madinah, juga perang Buwath, yaitu suatu pegunungan dari pegunungan Juhainah, dan
perang Al-‘Asyirah yaitu suatu tempat antara Yanbu’ dan Dzil Marwah, yang kesemua itu
semata-mata untuk menghambat perjalanan kaum Quraisy, bukan untuk membinasakannya.
Perubahan Arah Kiblat dan Puasa Ramadhan
Pada tahun kedua hijrah ini, arah kiblat dirubah, yang semula menghadap ke arah Baitul Maqdis
di Palestina, kini ke arah Ka’bah yang ada di Mekkah.
Juga pada tahun ini, diwajibkannya puasa Ramadhan, dimana Rasulullah SAW sebelumnya
berpuasa sebanyak tiga hari setiap bulannya.
Kewajiban Zakat Mal (Harta)

Pada tahun kedua hijriah ini, juga ditetapkannya kewajiban untuk mengeluarkan zakat bagi
orang-orang kaya dari umat Islam, yang diberikan kepada orang-orang fakir dan miskin dan
golongan-golongan lainnya, sebagaimana dijelaskan oleh Allah SWT dalam Al-Qur’an,
ً‫يضة‬
َ ‫فَ ِر‬  ۖ‫يل‬ ِ ِ‫يل اللَّـ ِه َواب ِْن ال َّسب‬ ِ ‫ب َو ْالغ‬
ِ ِ‫َار ِمينَ َوفِي َسب‬ ِ ‫ات لِ ْلفُقَ َرا ِء َو ْال َم َسا ِكي ِن َو ْال َعا ِملِينَ َعلَ ْيهَا َو ْال ُم َؤلَّفَ ِة قُلُوبُهُ ْم َوفِي ال ِّرقَا‬ َّ ‫إِنَّ َما ال‬
ُ َ‫ص َدق‬
‫ َواللَّـهُ َعلِي ٌم َح ِكي ٌم‬  ۗ‫ِّمنَ اللَّـ ِه‬
Yang artinya,
”Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin,
pengurus-pengurus zakat, para muallaf yang dibujuk hatinya untuk (memerdekakan) budak,
orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah, dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan,
sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan oleh Allah dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Bijaksana.” (At-Taubah, 60)
Perang Badar Kubra

Pada tahun kedua hijriah juga terjadi Perang Badar Kubra, yaitu ketika Nabi Muhammad
Saw keluar kota Madinah dengan membawa pasukan sebanyak 313 personil. Ketika kaum kafir
Quraisy mengetahui hal tersebut, maka mereka mengumpulkan pasukannya yang berjumlah
1000 personil.
Dan kedua pasukan ini, bertemu di Badar, maka terjadilah pertempuran antara keduanya, dan
Allah SWT dalam pertempuran ini menolong pasukan Islam dengan mendatangkan para
malaikat yang ikut bertempur bersama mereka.
Dalam jarak waktu yang tidak lebih dari satu jam, pasukan Quraisy dapat dikalahkan, mereka lari
dengan meinggalkan korban mati dari pihak mereka sebanyak 70 orang dan tertawan sebanyak
70 orang juga. Firman Allah SWT,
َ‫فَاتَّقُوا اللَّـهَ لَ َعلَّ ُك ْم تَ ْش ُكرُون‬ ۖ ٌ‫ص َر ُك ُم اللَّـهُ بِبَ ْد ٍر َوأَنتُ ْم أَ ِذلَّة‬
َ َ‫َولَقَ ْد ن‬
Yang artinya :
”Sungguh Allah telah menolong kamu dalam peperangan Badar, padahal kamu adalah (ketika
itu) orang-orang yang lemah.” (Ali Imran, 123)
Tebusan Tawanan Dengan Mengajar

Tawanan-tawanan Quraisy pada waktu itu terbagi menjadi 2 bagian. Satu bagian terdiri dari
orang-orang kaya dan satu bagian terdiri dari orang-orang miskin.
Adapun orang-orang kaya, mereka itu ditebus oleh keluarga mereka dengan harta sedangkan
orang-orang miskin tebusannya ialah tiap-tiap orang harus mengajar membaca dan menulis
kepada sepuluh orang anak di Madinah.
Sholat ‘Id Pertama

Pada tahun kedua hijriah pula disyari’atkannya Shalat Hari Raya, yang hikmahnya tak diragukan
lagi banyaknya, bagi orang yang berakal. Seorang Imam memimpin dan melaksanakan Shalat
Hari Raya ini sebanyak dua raka’at bersama-sama kaum muslimin.
Kemudian menyampaikan khutbah sesudahnya, memberikan pengajaran dan nasehat kepada
mereka. Selanjutnya kaum muslimin bersalaman satu sama lain penuh keakraban dan
persaudaraan paripurna.
Ali Menikah Dengan Fatimah

Pada tahun kedua hijrah ini, Ali menikah dengan Fatimah, semoga Allah SWT meridhoi
keduanya. Saat itu Ali berusia 21 tahun, sementara Fatimah berusia 15 tahun. Juga di tahun itu
Rasulullah SAW menikahi Aisyah binti Abu Bakar Shiddiq, semoga Allah meridhoi keduanya
dan menjadikan surga tempat tinggalnya.
Perang Ghathafan

Perang Ghathafan terjadi pada tahun 3 hijriah. Peperangan ini sebenarnya tidak begitu penting,
akan tetapi dalam perang ini terjadi suatu peristiwa besar. Pada waktu itu keluar 450 orang dari
Bani Tsa’labah dan Muharib di bawah pimpinan Du’tsur bin Harits Al Muharibi yang ingin
menyerbu Madinah. Maka keluarlah Nabi Muhammad Saw dengan pasukannya dan larilah
musuh ke gunung-gunung.
Tatkala Nabi Muhammad Saw sedang berisirahat dan menjemur bajunya yang basah sambil
duduk di bawah pohon, tiba-tiba muncul Du’tsur secara diam-diam hendak membunuh Beliau
seraya berkata:
“Siapakah yang akan melindungimu, hai Muhammad?”
Beliau menjawab: “Allah Ta’ala.”
Maka orang itu pun merasa takut dan pedangnya terjatuh dari tangannya, lalu Nabi Muhammad
Saw mengambilnya seraya berkata: “Siapakah yang dapat melindungimu dariku?”
Du’tsur menajawab: “Tidak ada.”
Maka Nabi Muhammad Saw memaafkannya dan ia pun masuk Islam serta mengajak kaumnya
memeluk agama Islam.
Perang Uhud

Pada tahun 3 hijriah terjadi peperangan Uhud, 3000 personil pasukan Quraisy yang terdiri dari
pasukan berkuda dan perbekalan perang yang cukup banyak, berangkat menuju kota Madinah
untuk melaksanakan balas dendam atas terbunuhnya para bangsawan mereka di peperangan
Badar.
Dan ini merupakan hari-hari yang cukup menyedihkan bagi kaum muslimin karena pada perang
ini telah mati syahid Hamzah, paman Rasulullah SAW. Jumlah pasukan Islam yang terbunuh
secara syahid sebanyak 70 lebih personil diantaranya 6 orang dari kaum Muhajirin dan
selebihnya dari kaum Anshar. Sementara dari pihak kaum Musyrikin yang tewas ada sebanyak
23 orang.
Pada tahun ini dilahirkannya Hasan bin Ali r.a dan Usman bin Affan menikah dengan Ummi
Kulsum putrid Rasulullah SAW, setelah wafatnya Ruqoyah, saudara Ummi Kulsum. Oleh karena
itulah Usman bin Affan dijuluki Dzun Nurain(yang mempunyai dua cahaya). Pada tahun ini juga
Rasulullah SAW menikahi Hafsah binti Umar bin Khattab r.a.
Pada tahun ini Allah SWT mengharamkan khamar secara mutlak, karena bahayanya yang
demikian besar terhadap akal, harta benda dan fisik manusia. Allah SWT berfirman,
َ‫نصابُ َواأْل َ ْزاَل ُم ِرجْ سٌ ِّم ْن َع َم ِل ال َّش ْيطَا ِن فَاجْ تَنِبُوهُ لَ َعلَّ ُك ْم تُ ْفلِحُون‬
َ َ ‫يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا إِنَّ َما ْال َخ ْم ُر َو ْال َم ْي ِس ُر َواأْل‬
Yang artinya,
”Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khammar, berjudi, (berkorban untuk)
berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan syaithan. Maka jauhilah
pebuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.” (Al-Maidah, 90)
Tahun Keempat Hijriah

Pada tahun ini Rasulullah SAW memerintahkan kaum Yahudi untuk pergi meninggalkan kota
Madinah. Sebelumnya diantara mereka dengan Rasulullah SAW telah diadakan suatu perjanjian,
dimana diantara kedua belah pihak harus saling memelihara dan menjaga keamanan masing-
masing dan tidak saling mengkhianati terhadap perjanjian itu.
Namun pihak Yahudi berkhianat terhadap Rasul dan berusaha membunuh beliau, karena terbujuk
oleh rayuan syaithan.
Oleh karena itulah mereka diperintahkan untuk keluar atau diusir oleh Rasulullah SAW dari
Madinah. Namun mereka enggan mematuhi perintah beliau, dan mereka tetap tidak mau pergi.
Maka kaum muslimin mengepung mereka dan melakukan pemboikotan terhadap mereka serta
memaksa mereka untuk pergi meninggalkan Madinah, dan akhirnya mereka pergi.
Pada tahun ini disyariatkannya shalat Khauf, shalat karena takut dan diturunkannya wahyu
tentang tayammum. Juga di tahun ini, Rasulullah SAW memerintahkan Zaid bin Tsabit untuk
mempelajari tulisan orang Yahudi agar Zaid bias menuliskan untuk Nabi surat kepada orang
Yahudi, dan membacakan kepada beliau surat-surat yang datang dari mereka. Pada tahun ini
pula, Husein bin Ali r.a dilahirkan.
Perang Khandaq atau Ahzab (Persekutuan Musuh)

Pada tahun 5 hijriah terjadi perang Khandaq, dimana orang Musyrik dan orang-orang Yahudi
bergabung untuk memerangi kaum Muslimin. Jumlah mereka sebanyak 10.000 orang yang
dipimpin oleh Abu Sufyan, dan mereka mengepung kota Madinah serta mengadakan penekanan-
penekanan ketat kepada kaum Muslimin, dan mempersempit ruang gerak mereka.
Rasulullah SAW beserta segenap kaum Muslimin, tidak keluar sama sekali dari kota Madinah,
tetapi atas saran Salman Al-Farisi beliau memerintahkan kaum Muslimin untuk menggali parit,
sebagai bentuk strategi untuk menghindari serbuan mereka.
Selama dalam pengepungan terhadap kaum Muslimin itu, Nabi berdoa kepada Allah SWT untuk
kehancuran musuh, beliau mengucapkan doa, yang artinya,
”Ya Allah Tuhan yang menurunkan Kitab, Tuhan yang cepat perhitunganNya, hancurkanlah
kaum sekutu (musyrik dan yahudi). Ya Allah hancurkanlah mereka sehancur-hancurnya, dan
porak-porandakan mereka.”
Doa Nabi Muhammad Saw didengan Allah SWT, Tuhan mengirim angin putting beliung yang
memporak-porandakan pasukan sekutu, dan mereka lari pontang panting meninggalkan kota
Madinah pada malam itu juga.
Perintah Memakai Hijab

Pada tahun 5 hijriah juga diberlakukannya ketentuan memakai hijab terhadap para istri Nabi
SAW dengan diturunkannya ayat hijab. Allah SWT berfirman,
ْ َ‫ ٰ َذلِ ُك ْم أ‬  ۚ‫ب‬
‫طهَ ُر لِقُلُوبِ ُك ْم َوقُلُوبِ ِه َّن‬ ٍ ‫َوإِ َذا َسأ َ ْلتُ ُموه َُّن َمتَاعًا فَاسْأَلُوه َُّن ِمن َو َرا ِء ِح َجا‬
Yang artinya,
”Dan apabila kamu meminta sesuatu kepada mereka (istri-istri Nabi), maka mintalah dari
belakang tabir. Cara yang demikian itu lebih suci bagi hatimu dan hati mereka.” (Al Ahzab, 53)
Dan Nabi SAW telah bersabda yang artinya, “Seseorang laki-laki tidak dibenarkan duduk-duduk
berdua dengan seseorang perempuan di tempat yang sunyi kecuali bersama muhrimnya.”
Diwajibkannya Ibadah Haji

Pada tahun kelima hijriah ini, ibadah haji diwajibkan bagi mereka yang mampu mengadakan
perjalanan ke Mekkah. Allah SWT berfirman,
ِ ‫اس ِحجُّ ْالبَ ْي‬
‫ت َم ِن ا ْستَطَا َع إِلَ ْي ِه َسبِياًل‬ ِ َّ‫َولِلَّـ ِه َعلَى الن‬
Yang artinya,
”…mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah SWT, yaitu (bagi) orang yang
sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah.” (Ali Imran, 97)
Hikmah diwajibkannya ibadah haji cukup banyak, diantaranya yang terpenting dan paling esensi
adalah berkumpulnya kaum Muslimin yang sedang melaksanakan ibadah haji ini. Dengan
perbedaan kulit, etnis dan bahasa, dan Negara, berkumpul di satu tempat dalam rangka
memperbaharui janji ikatan ukhuwah islamiyyah dan tekad kesetian untuk menegakkan kalimah
Allah di muka bumi.
Perjanjian Damai Hudaibiyah

Pada tahun 6 hijriah telah terjadi Shulhul Hudaibiyah (perjanjian damai hudaibiyah). Rasulullah
SAW bersama-sama kaum Muslimin sebanyak 1400 orang pergi meninggalkan kota Madinah
menuju Mekkah untuk melaksanakan ibadah Umroh.
Mereka tidak membawa senjata, hanya perlengkapan untuk bepergian sebagai musafir.
Ketika sampai di Hudaibiyah, rombongan Rasulullah SAW dicegat oleh orang-orang kafir
Quraisy dan mereka dihalang-halangi untuk melanjutkan perjalanan ke Baitullah Haram.
Setelah diadakan perundingan diantara kedua belah pihak, dicapai kesepakatan damai meliputi
lima hal, yaitu :
Disepakati adanya gencatan senjata (penghentian perang) antara kedua belah pihak selama
sepuluh tahun.
Saling memelihara keamanan masing-masing antara kedua belah pihak.
Kaum Muslimin agar kembali pulang ke Madinah, tidak meneruskan perjalanan untuk Umrah
pada tahun ini.

Rasulullah SAW harus mengembalikan ke pihak kaum Musyrikin Quraisy bila ada dari mereka
yang datang ke Madinah, meskipun telah masuk Islam.
Tidak ada kewajiban bagi kaum Musyrikin Quraisy untuk mengembalikan kepada Rasulullah
SAW orang yang datang ke pihak mereka dari Madinah.
Barangsiapa yang ingin masuk ke kelompok Muhammad, boleh masuk ke kelompoknya. Dan
barangsiapa yang ingin masuk ke kelompok Quraisy, juga dipersilahkan masuk ke kelompoknya.
Bai’atur Ridwan

Setelah Teks Perjanjian Damai Hudaibiyah selesai ditulis, Nabi Muhammad Saw menunjuk
Usman bin Affan untuk mengirimkan Teks Perjanjian dimaksud ke pihak kaum Musyrikin
dengan ditemani oleh beberapa orang sahabat.
Sesampainya Usman ke sana, mereka menangkapnya. Berita penangkapan Usman ini sampai ke
kalangan kaum Muslimin. Bahkan telah tersebar desas desus bahwa Usman dan kawan-kawan
telah dibunuh oleh pihak kaum Musyirikin.
Maka Nabi Muhammad Saw setelah mendenga rumor bahwa Usman telah dibunuh, Beliau
seketika memerintahkan seluruh kaum Muslimin untuk berkumpul, untuk melakukan bai’at di
bawah suatu pohon, bahwa mereka siap mati untuk menyelamatkan Usman.
Setelah berita bai’at ini didengar oleh kalangan kaum Musyrikin, mereka merasa takut dan
gentar. Akhirnya mereka membebaskan Usman dan kawan-kawannya. Allah Swt berfirman:
Yang terjemahannya sebagai berikut :
“Bahwasanya orang-orang yang berjanji setia kepada kamu, sesungguhnya mereka berjanji setia
kepada Allah. Tangan Allah di atas tangan mereka.” (Al-Fath,10).
Dan Allah swt berfirman pula:
Yang terjemahannya sebagai berikut :
“Sesungguhnya Allah telah ridha terhadap orang-orang mu’min ketika mereka berjanji setia
kepadamu di bawah pohon, maka Allah mengetahui apa yang ada dalam hati mereka, lalu
menurunkan ketenangan atas mereka dan memberi balasan kepada mereka dengan kemenangan
yang dekat (waktunya).” (Al-Fath, 18).
Pengiriman Surat Kepada Raja-raja

Nabi Muhammad Saw pada tahun 6 hijriah ini berkirim surat kepada beberapa orang Raja,
mengajak mereka untuk memeluk Islam. Surat-surat itu diberi stempel dengan sebuah cincin
yang terbuat dari perak yang tertulis padanya kata-kata: Muhammad Rasulullah.
Sebagian mereka ada yang menyambut ajakan ini dan masuk Islam, dari sebagian lagi ada yang
tetap dalam kekafirannya. Dan diantara mereka yang beriman, adalah Najasyi Raja Habasyah,
Mundzir bin Sawa Raja Bahrain dan Jaifar dan ‘Abd dan dua orang Raja ‘Amman.
Perang Khaibar

Pada tahun 7 hijriah terjadi Perang Khaibar. Pihak yang menyerang pada kali ini adalah mereka
yang pernah menyerang sebelumnya ke kota Madinah pada perang Khandak.
Maka Rasulullah Saw dengan 1600 prajuritnya menyongsong mereka serta kemudian
mengepungnya selama enam hari. Dan pada malam ketujuh, Rasulullah Saw menyerahkan
bendera perang kepada Ali bin Abi Thalib (semoga Allah memuliakannya) untuk memimpin
perang.
Pada saat itu, Ali mengeluh sedang menderita sakit mata, maka ketika Rasulullah Saw
mengetahui itu, kedua mata Ali diusap oleh tangan beliau sambal berdoa untuk kesembuhan
kedua matanya. Maka dengan atas izin Allah Swt, kedua mata Ali seketika sembuh.
Pada perang Khaibar ini, Allah Swt memberikan kemenangan kepada pihak kaum Muslimin
dibawah komando Ali, dengan membawa rampasan perang yang cukup besar.
‘Umatul-Qadha (‘Umrah Pengganti)

Pada tahun 7 hijriah juga dilakukan Umatul-Qadha. Nabi Muhammad Saw memerintahkan


kepada para sahabatnya di bulan Dzulqa’dah untuk mengerjakan umrah sebagai pengganti umrah
yang belum sempat dilaksanakan karena mereka dihalang-halangi oleh kaum Musyrikin pada
hari dilakukannya Perjanjian Damai di Hudaibiyah.
Mereka berangkat menuju kota Mekkah untuk melaksanakan umrah dengan jumlah yang cukup
besar. Ketika mengetahui hal ini, kaum Musyrikin keluar dari kota Mekkah, menyingkir ke
puncak-puncak gunung, menghindar untuk melihat orang-orang mukmin melakukan tawaf di
Baitil Haram. Setelah selesai melaksanakan umrah, kaum muslimin kembali ke Madinah, setelah
mereka berdiam di Mekkah selama tiga hari.
Perang Mu’tah

Pada tahun 8 hijriah terjadi Perang Mu’tah yang terkenal itu. Ketika itu Nabi Muhammad Saw
mempersiapkan prajuritnya sebanyak 3000 orang dan menugaskan Zaid bin Haritsah untuk
menjadi pimpinannya. Sementara pihak Romawi telah mengerahkan pasukannya sebanyak
150000 prajurit.
Kedua pasukan bertemu di Mu’tah dan terjadilah pertempuran diantara keduanya. Kalau tidak
karena tipu daya Khalid bin Walid serta strateginya yang jitu, kaum Muslimin di awal-awal
pertempuran hampir mengalami kekalahan, tetapi berkat strategi Khalid tersebut akhirnya
pasukan kaum Muslimin mendapatkan kemenangan.
Fathu Mekkah (Penaklukan Kota Mekkah)

Kaum Musyrikin Quraisy ternyata merobek-robek Perjanjian Damai yang pernah disepakati di
Hudaibiyah dan mengkhianati butir-butir yang tercantum di dalamnya. Menghadapi kenyataan
ini maka Nabi Muhammad Saw mempersiapkan dan mengerahkan prajurit Muslimin untuk
diberangkatkan ke Mekkah.
Nabi Muhammad Saw beserta sebagian prajurit berangkat melalui jalan sebelah bawah,
sementara Khalid bin Walid mengepalai sebagian prajuritnya berangkat melalui jalan sebelah
atas. Ketika Rasulullah Saw sampai di kota Mekkah, Beliau mendapati bahwa di sekeliling
Ka’bah terdapat tiga ratus enam puluh patung yang tergantung padanya, maka dengan kayu di
tangan, Beliau hancurkan patung-patung itu seraya mengatakan:
Yang terjemahannya sebagai berikut:
“Yang benar telah dating dan yang bathil telah lenyap.” (Al-Isra’, 81)
Firman-Nya lagi:
Yang terjemahannya sebagai berikut:
“Kebenaran telah datang dan yang bathil itu tidak akan memulai dan tidak (pula) akan
memulai.” (Saba, 49).
Kemudian Nabi Muhammad Saw menyampaikan pidato sambal berdiri di tengah-tengah
Masjidil Haram: Sesungguhnya Allah Swt telah memuliakan Mekkah pada hari diciptakannya
langit dan bumi, dan ia berkedudukan mulia dengan kemuliaan Allah Swt sampai hari kiamat.
Maka tidak halal bagi seseorang yang beriman kepada Allah Swt dan hari akhir untuk melakukan
pertumpahan darah atau menebang atau mencabut sesuatu pohon di kota Mekkah.
Bila ada seseorang yang menganggap ringan untuk memerangi Rasulullah Saw di kota Mekkah,
maka katakanlah oleh kamu: Bahwasanya Allah Swt telah memberikan ijin kepada Rasul-Nya
dan tidak memberikan ijin kepadamu, dan bahwasanya telah dihalalkan dan dibolehkan bagiku
pada saat diwaktu siang dan kini kemuliaan kota Mekkah pada hari ini telah kembali,
sebagaimana kemuliaannya di hari kemarin. Maka hendaknya yang hadir diantara kalian pada
saat ini, untuk menyampaikan berita ini kepada yang tidak hadir.
Peristiwa Perang Hunain

Allah Swt berfirman:


Yang terjemahannya sebagai berikut:
“Sesungguhnya Allah Swt telah menolong kami (hai para mukminin) di medan peperangan yang
banyak dan (ingatlah) peperangan Hunain, yang diwaktu kamu menjadi congkak karena
banyaknya jumlahmu, maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfaat kepadamu
sedikitpun, dan bumi yang luas itu telah terasa sempit olehmu, kemudian kamu lari ke belakang
dengan bercerai-berai.” (At-taubah, 25).
Nabi Muhammad Saw saat itu keluar dari kota Madinah dengan 10000 orang prajurit. Kaum
Mukminin melihat jumlah yang demikian besar itu merasa congkak.
Kemudian ketika pasukan Muslim bertemu dengan pasukan musuh, yang saat itu mereka
tersembunyi dari penglihatan pasukan Muslim dengan batu-batu besar. Betapa terkejutnya
pasukan Muslim ketika melihat kenyataan ini, dan mereka dapat dikalahkan oleh pasukan
musuh, dan lari bercerai-berai.
Tidak ada yang bertahan bersama Rasulullah Saw kecuali sekolompok sahabat yang tetap
bertahan bersama beliau, diantaranya Abu bakar, Umar, Ali, abbas dan Abu sufyan bin Haris
anak paman Rasulullah Saw.
Nabi Muhammad Saw Kembali ke Madinah

Nabi Muhammad Saw dan para sahabatnya kembali ke Madinah setelah sebelumnya berdiam di
Ji’ranah selama tiga belas malam.
Dari Ji’ranah ini beliau berihram untuk melaksanakan umrah, kemudian memasuki kota Mekkah
di waktu malam hari, maka beliau bertawaf dan bersa’i memberi isyarat dengan tangan beliau ke
arah Hajar Aswad. Rasulullah Saw telah meninggalkan kota Madinah selama dua bulan enam
belas hari.
Ekspedisi Tabuk

Pada tahun 9 hijriah terjadi Perang Tabuk yang dinamakan Perang ‘Usrah yakni perang di masa
susah dan sulit, karena peperangan ini terjadi ketika kaum  muslimin sedang mengalami
kesulitan hidup, karena paceklik dan udara pun sangat panas.
Ketika itu Nabi Muhammad Saw mengumpulkan sejumlah pasukan dari Mekkah dan Madinah
serta dari beberapa kabilah Arab, setelah mendengar berita bahwa orang-orang kafir
mengerahkan pasukannya di daerah Syam untuk melakukan penyerangan terhadap kaum
muslimin di negeri mereka, yakni Madinah.
Maka datanglah Abu Bakar memberikan sumbangan dengan seluruh harta kekayaannya,
Umar bin Khattab dengan separuh kekayaannya, Usman bin Affan dengan sepuluh ribu dinar,
sementara para ibu-ibu muslimat menyumbangkan perhiasan-perhiasan mereka sekedar
kemampuan mereka.
Kemudian Nabi Muhammad Saw beserta prajurit tentaranya yang berjumlah 30000 personil
berangkat menuju Tabuk. Namun sesampai di sana Beliau beserta prajuritnya sama sekali tak
melihat pasukan musuh sebagaimana yang Beliau dengar itu. Maka akhirnya Rasulullah Saw
memutuskan untuk kembali ke Madinah, setelah berdiam di Tabuk selama dua puluh malam dan
dalam perjalanan pulang kembali itu, sempat membangun beberapa masjid.
Beberapa Peristiwa di Tahun 9 Hijriah

Pada tahun 9 hijriah telah datang kepada Nabi Muhammad Saw, utusan dari Tsaqif dan mereka
semuanya memeluk Islam dan melakukan dakwah terhadap kaumnya yakni penduduk Thaif,
maka mereka merespon ajakan tersebut dengan memeluk Islam.
Di tahun ini telah wafat Ummu Kultsum putri Rasulullah Saw, isteri Usman bin Affan Ra. Juga
telah wafat Abdullah bin Abi Salul, pemimpin orang-orang munafik, dimana dengan
meninggalnya ini kaum Muslimin merasa lega karena bebas dari kejahatan-kejahatannya.
Abu Bakar Melaksanakan Haji

Pada bulan Dzulqa’dah tahun 9 hijriah, Nabi Muhammad Saw memerintahkan kepada Abu
Bakar melaksanakan ibadah haji dengan kaum Muslimin, sekaligus diperintahkan untuk
mengumumkan kepada mereka pada hari Nahar, bahwa setelah tahun ini, orang musyrik tidak
dibolehkan melaksanakan ibadah haji, dan orang telanjang tidak dibenarkan untuk melakukan
thawaf keliling Baitullahil-Haram. Untuk peristiwa ini, Allah Swt menurunkan wahyu-Nya:
Yang terjemahannya sebagai berikut:
“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya orang-orang yang musyrik itu najis, maka
janganlah mereka mendekati Masjidil-Haram sesudah tahun ini.” (At-Taubah, 28).
Tahun Kesepuluh Hijrah

Pada tahun 10 hijriah Nabi Muhammad Saw mengutus Ali bin Abi Thalib ke Bani Madzij dari
penduduk Yaman. Maka beliau berangkat ke sana dan sesampainya di sana beliau menemui
mereka dan mengajak mereka untuk memeluk agama Islam.
Mereka menolak ajakan Ali ini dan melempari kaum Muslimin dengan bongkahan batu-batu,
maka oleh kaum Muslimin tindakan mereka itu dibalesnya dan akhirnya mereka kalah dan minta
damai, dan oleh Ali permintaan mereka ini dipenuhi.
Dan Ali menemui mereka dan mengajak mereka untuk memeluk Islam, maka mereka mengikuti
ajakan Ali dan masuk Islam semuanya.
Dan pada tahun ini juga Rasulullah Saw mengutus Mu’adz bin Jabal dan Abu Musa Al-Asy’ari
untuk mengajarkan ajaran-ajaran syariat islam. Mu’adz diutus ke penduduk Kurah al-‘Ulya dari
arah ‘Adn, sementara Abu Musa diutus ke Kurah as-Sufla.
Haji Wada’

Nabi Muhammad Saw beserta seluruh sahabatnya pada tahun 10 hijriah berangkat menunaikan


ibadah haji tepatnya pada hari Sabtu tanggal 25 Dzulqo’dah menuju kota Mekkah. Sesudah
sampai di kota Mekkah, maka pada tanggal 8 Dzulqo’dah Beliau berangkat menuju Mina dan
bermalam di sana.
Dan pada tanggal 9 Dzulhijjah Beliau menuju Arafah dan di sana Beliau berkhutbah yang
dikenal dengan nama Khutbatul Wada’, dimana Beliau dalam khutbah itu menjelaskan tentang
hal-hal terpenting dari pokok-pokok dan cabang-cabang Agama Islam.
Dan pada hari itu turun wahyu Allah Swt yang berbunyi:
Yang terjemahannya sebagai berikut:
“Pada hari ini telah Ku sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku cukupkan kepadamu
ni’mat Ku, dan telah Ku ridhai Islam itu jadi agama bagimu.”(Al-Maidah, 3).
Setelah selesai menunaikan ibadah haji, Nabi Muhammad Saw pulang ke Madinah dengan
selamat.
Dan dengan berakhirnya tahun kesepuluh dari hijrahnya Rasulullah Saw dari Mekkah ke
Madinah, maka telah sempurna misi Beliau di Madinah selama sepuluh tahun kurang dua bulan
dan sebelas hari.
Sakitnya Nabi Muhammad Saw

Pada tahun 11 hijriah Nabi Muhammad Saw mulai sakit-sakitan. Dan ketika sakit Beliau
semakin parah, Beliau meminta ijin kepada seluruh isterinya, agar Beliau bisa dirawat di
kediaman Aisyah saja.
Ketika Beliau merasa udzur untuk melaksanakan shalat berjamaah dengan kaum Muslimin para
sahabatnya, beliau menyuruh Abu Bakar agar shalat mengimami mereka.
Beliau sendiri kemudian pergi keluar masjid, berjalan dipapah oleh Ali dan Fadhal, sementara
Abbas mendahului berjalan di depan.
Nabi Muhammad Saw dibebat kepalanya sambil berjalan tertatih-tatih dengan kedua kakinya,
hingga sampai di undakan terbawah dari mimbar.
Maka para sahabat mengerumuni Beliau berebutan.
Maka Beliau mengucapkan hamdalah seraya memuji dan memuja Allah Swt, kemudian
bersabda: Wahai manusia, sampai berita kepadaku bahwa engkau semua takut kematian nabimu.
Apakah ada Nabi sebelum aku ini yang kekal, sehingga aku juga akan kekal (tidak mati)?
Ketauhilah, bahwa Aku akan menemui Rabbku, dan kamu akan menemuiku kelak. Maka aku
wasiatkan kepadamu agar berbuat paik terhadap para Muhajirin Pertama, dan juga Aku
wasiatkan kepadamu agar sesama kamu semua berbuat kebajikan. Kemudian berkata di akhir
khutbahnya: Ketauhilah bahwa Aku adalah pendahulu bagimu dan kamu akan menyusul
menemuiku. Ketauhilah bahwa sesungguhnya janjimu nanti ketemu di Haudh (Telaga).
Ketauhilah, bahwa barangsiapa yang senang untuk bisa datang ke telaga itu dan bertemu
denganku, maka hendaklah tangan dan lidahnya dijaga dari berbuat dan berkata yang tidak pada
tempatnya, kecuali yang pantas untuk dikerjakan.
Wafatnya Nabi Muhammad Saw

Ketika Nabi Muhammad Saw wafat, sahabat Abu Bakar sedang tidak ada di Madinah. Sewaktu
diberi tahu bahwa Nabi Muhammad Saw wafat, maka beliau segera datang ke rumah Aisyah dan
masuk ke dalam seraya membuka kain penutup wajah jenazah Rasulullah Saw dan kemudian
menciumnya dan terus menangis.
Selanjutnya beliau keluar dan mengucapkan pidato, maka beliau memuji Allah dan
menyanjungnya. Selanjutnya berkata: “Ketauhilah, barangsiapa yang menyembah Muhammad,
maka sesungguhnya Muhammad kini telah mati, dan barangsiapa menyembah Allah, maka
sesungguhnya Allah tetap senantiasa hidup tidak akan pernah mati. Kemudian beliau membaca
firman Allah Swt:
Yang terjemahannya sebagai berikut:
“Sesungguhnya kamu akan mati dan sesungguhnya mereka akan mati (pula).” (Az-Zumar, 30).
Dan firman Allah Swt:
Yang terjemahannya sebagai berikut:
“Muhammad, itu tidak lain hanyalah seorang Rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa
orang Rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu akan berbalik ke belakang (murtad)?
Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada
Allah sedikitpun, dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.” (Ali
Imran, 144)
Jenazah Nabi Muhammad Saw Dimakamkan

Jenazah Nabi Muhammad Saw baru dimakamkan setelah selesai ditetapkan dan dibai’atnya Abu
Bakar menjadi Khalifah pengganti Beliau, menjadi pemimpin kaum Muslimin.
Jasad Rasulullah Saw dimandikan kemudian dikafani dengan tiga helai kain, tidak ada padanya
baju, dan tidak adanya pula surban.
Kemudian jamaah kaum Muslimin menshalati jenazah Beliau satu persatu tanpa imam, secara
bergantian. Pertama kaum lelaki, kemudian wanita dan selanjutnya anak-anak.
Jenazah Beliau dimakamkan di rumah Aisyah, tempat dimana Beliau wafat.
Dimakamkan pada malam rabu tengah malam, dan di atas makamnya dipercikkan air oleh Bilal,
sementara letaknya agak ditinggikan sekedar satu jengkal dari permukaan bumi.
Semoga Allah Swt menganugerahkan shalawat dan salam kesejahteraan kepada Beliau, dan
kepada keluarga serta para sahabatnya semua.
Usia Nabi Muhammad Saw

Usia Nabi Muhammad Saw adalah 63 tahun. Empat puluh tahun dijalani sebelum ditetapkannya
sebagai Nabi di Mekkah, tiga belas tahun sesudah beliau menjadi Nabi di Mekkah juga, dan
sepuluh tahun beliau jalani di Madinah sesudah hijrah.

Anda mungkin juga menyukai