Anda di halaman 1dari 14

1

Jurnal Pharmascience, Vol 2, No. 2, Oktober 2015, hal: 1 - 14


ISSN : 2355 – 5386
Research Article

Formulasi Mikroemulsi Ekstrak Bawang Hutan dan


Uji Aktivitas
1
Antioksidan
2 3
Evi Sulastri , Cristadeolia Oktaviani , Yusriadi
1,2, 3
Prodi Farmasi FMIPA, Universitas Tadulako
Email: evisulas3@gmail.com

ABSTRAK
Bawang hutan mengandung senyawa metabolit sekunder golongan naftokuinon
(elecanacin, eleutherin, elutherol, eleutherinon) yang diketahui memiliki aktivitas
antioksidan. Beberapa penelitian telah melaporkan tentang aktivitas antioksidan
ekstrak yang diformulasi dalam bentuk sediaan tablet dan krim. Penelitian ini
bertujuan mengembangkan formula dalam bentuk mikroemulsi sebagai penghantaran
yang efektif untuk mempertahankan aktivitas antioksidan ekstrak bawang hutan.
Mikroemulsi dibuat dengan menggunakan virgin coconut oil (VCO) sebagai fasa
minyak, Tween 80 sebagai surfaktan dan gliserin sebagai kosurfaktan. Uji stabilitas
fisik yang dilakukan terhadap sediaan meliputi uji organoleptik, pH, viskositas,
sentrifugasi dan ukuran globul. Uji aktivitas antioksidan dilakukan secara in-vitro
menggunakan metode peredaman DPPH dan menggunakan asam askorbat sebagai
kontrol positif. Data hasil pengukuran dianalisis secara statistik menggunakan metode
t-student. Hasil penelitian menunjukkan mikroemulsi dengan tampilan visual yang
jernih dan ukuran globul < 5 μm. Meskipun sediaan mengalami perubahan pH dan
viskositas tapi tidak terjadi pemisahan fase pada penyimpanan selama 28 hari. Hasil uji
aktivitas antioksidan mikroemulsi ekstrak secara berturut-turut pada penyimpanan
suhu 33°C dan 40°C: pada hari ke-1 menunjukkan nilai IC50 sebesar 101,167 μg/mL
dan 89,956 μg/mL sedangkan hari ke-35 sebesar 127,254 μg/mL dan 101,996 μg/mL.
Berdasarkan hasil tersebut, aktivitas antioksidan ekstrak bawang hutan masuk dalam
kategori kuat sampai sedang.

Kata kunci : Mikroemulsi, ekstrak bawang hutan (Eleutherine bulbosa (Mill.)Urb.),


mutu fisik, antioksidan.

ABSTRACT
Bawang hutan have contain secondary metabolite naftokuinon class (elecanacin,
eleutherin, elutherol, eleutherinon) which known have antioxidant activities. Some of
research reported antioxidant activity of extract which formulated in tablet and cream
dosage form. The aim of this study was to developed effectively delivery system of bawang
hutan in microemulsion for maintenance its antioxidant activity. A microemulsion was
prepared using an oil phase of Virgin Coconut Oil (VCO), a surfactant of tween 80 and a
cosurfactant of gliserin. Evaluation of physical stability the microemulsions included
analysis of organoleptic, viscosity, centrifugation and globul size. The antioxidant activities
was evaluated by in vitro experiments using scavenging asssay of 1,1-diphenyl-2-
picrylhydrazyl (DPPH) radicals and using ascorbic acid as positif control. The evaluation
result were statistically analyzed using the t-student. The results indicated that a clear
microemulsion and the globul size was < 5 μm. Even though, the pH and viscosity were not

Volume 2, Nomor 2 (2015) Jurnal Pharmascience


2

stable but there are not separated phase after centrifugation on 28 day storage. The
antioxidant activity of microemulsion at 33°C dan 40°C storage respectively showed that
IC50 values on day 1 is 101.167 μg/mL and 89.956 μg/mL, on day 35 is 127.254 μg/mL and
101.996 μg/mL. According to the result, antioxidant activity of bawang hutan extract is
categorized into the powerful to moderate antioxidants.

Keywords : Microemulsion, Eleutherine bulbosa extract (bawang hutan), Physical


stability, Antioxidant.

I. LATAR BELAKANG 2013). Penelitian sebelumnya


Bawang hutan merupakan tanaman membuktikan adanya aktivitas antioksidan
yang umumnya digunakan oleh yang kuat pada ekstrak etanol bulbus
masyarakat pedalaman sebagai obat atau bawang hutan dengan nilai IC50 sebesar
ramuan tradisional. Tanaman ini 25,3339 µg/ml (Kuntorini & Astuti, 2010).
mempunyai ciri spesifik yaitu umbi Pengujian secara in vivo telah dilakukan
tanaman berwarna merah menyala dan terhadap struktur mikroanatomi tubulus
berbentuk kerucut dengan permukaan yang seminiferus testis tikus dan pada gambaran
sangat licin. Bawang hutan sudah secara histopatologis paru-paru tikus yang
turun temurun (secara empiris) dipapar asap rokok dan telah membuktikan
dipergunakan masyarakat Sulawesi bahwa ekstrak etanol bulbus bawang hutan
Tengah sebagai tanaman obat berbagai dapat memberikan efek antioksidan
jenis penyakit seperti kanker payudara, (Nurliani dan Ernawati, 2012).
obat penurun darah tinggi (hipertensi), Antioksidan merupakan senyawa
penyakit kencing manis (diabetes melitus), yang menghambat, mencegah atau
menurunkan kolesterol, obat bisul, kanker menghilangkan kerusakan oksidatif pada
usus dan mencegah stroke. Kandungan molekul target. Antioksidan dapat berupa
yang terdapat dalam bawang hutan terdiri molekul kompleks seperti superoksida
dari senyawa alkaloid, glikosida, dismutase, katalase dan peroksiredoksin,
flavonoid, fenolik, saponin, triterpenoid, atau bisa berupa senyawa sederhana yaitu
tannin, steroid dan kuinon (Firdaus, 2006; asam urat dan glutation, vitamin (misalnya
Galingging, 2010; Sharon, 2013). Dari vitamin E, C, A, dan β-karoten), dan
beberapa penelitian, bawang hutan senyawa lain (misalnya flavonoid,
diketahui mengandung senyawa metabolit albumin, bilirubin, seruloplasmin, dan
sekunder golongan naftokuinon lain-lain). (Gutteridge dan Halliwell,
(elecanacin, eleutherin, elutherol, 2010). Disamping antioksidan yang
eleutherinon) yang diketahui memiliki bersifat enzimatis, ada juga antioksidan
aktivitas sebagai antioksidan (Kuntorini, non-enzimatis yang dapat berupa senyawa

Volume 4, Nomor 1 (2015) Jurnal Pharmascience


3

nutrisi maupun non-nutrisi. Antioksidan dibuat untuk pemberian perkutan, peroral,


non-enzimatis banyak ditemukan dalam topikal, transdermal, okular dan parenteral
sayuran maupun buah-buahan, biji-bijian, (Paul et al, 2001). Sediaan mikroemulsi
serta kacang-kacangan (Winarsi, 2007). lebih disukai karena bersifat transparan
Senyawa kimia yang tergolong dalam dan stabilitasnya lebih baik. Penelitian ini
kelompok antioksidan dan dapat ditemui tidak hanya fokus pada usaha
pada tanaman antara lain berasal dari pengembangan formula obat dalam bentuk
golongan polifenol, bioflavonoid, asam sediaan mikroemulsi tapi juga
askorbat, vitamin E, betakaroten, katekin, mempertahankan stabilitas ekstrak bawang
dan lain sebagainya. hutan dalam sediaan sehingga aktivitas
Pada beberapa penelitian terdahulu antioksidannya terjaga.
mengenai formulasi ekstrak bawang hutan
dalam bentuk sediaan seperti tablet dan II. BAHAN DAN METODE
krim, menghasilkan sediaan dengan A. BAHAN
aktivitas antioksidan yang mengalami Bawang hutan (Eleutherine
penurunan aktivitas yang signifikan selama bulbosa (Mill.) Urb.) diperoleh dari
penyimpanan. Sehingga pada penelitian ini kelurahan Donggala Kodi, Kecamatan
dikembangkanlah metode penghantaran Ulujadi Sulawesi Tengah., etanol absolut
obat dalam bentuk mikroemulsi. pro analisis, etanol 96%, akuades, asam
Penggunaan sistem mikroemulsi dalam askorbat (asam askorbat), tween 80,
bidang farmasi dan kosmetik telah banyak gliserin, VCO (Virgin Coconut Oil),
dilakukan. Mikroemulsi merupakan suatu minyak zaitun, kertas saring, alumunium
sistem dispersi minyak dan kosurfaktan foil, serbuk Mg, asam klorida pekat, FeCl3
dengan air yang distabilkan oleh lapisan 1%, H2SO4 2N, pereaksi dragendorf,
antar muka dari molekul surfaktan. kloroform.
Mikroemulsi dikembangkan dari sediaan
emulsi, tetapi karakteristik sediaan B. METODE
mikroemulsi memiliki banyak kelebihan 1. Ekstraksi umbi bawang hutan
dibandingkan dengan emulsi biasa yaitu Sebanyak 1500 g serbuk simplisia
bersifat lebih stabil secara termodinamika, bawang hutan diektraksi menggunakan
jernih, transparan, viskositasnya rendah, etanol 96% secukupnya dengan direndam
serta mempunyai tingkat solubilisasi yang selama 3 x 24 jam dalam wadah maserasi
tinggi (Bakan, 1995; Lawrence et al, 2000; dan dilakukan pengadukan secara berkala
Ping Li et al, 2005). Mikroemulsi dapat kemudian disaring. Filtrat yang diperoleh

Volume 4, Nomor 1 (2015) Jurnal Pharmascience


4

diuapkan menggunakan rotary evaporator mikroemulsi dibuat dengan memvariasikan


(rotavapor) sehingga diperoleh ekstrak minyak, surfaktan dan kosurfaktan. Basis
kental. mikroemulsi meliputi: VCO digunakan
sebagai fasa minyak, tween 80 sebagai
2. Penapisan fitokimia surfaktan, gliserin dan etanol sebagai
Penapisan fitokimia meliputi kosurfaktan. Pengadukan dilakukan pada
pemeriksaan alkaloid, flavonoid, fenolik, kecepatan rendah menggunakan magnetik
saponin, steroid, dan tanin. stirrer dengan waktu pengadukan 30 menit
pada suhu ruang.
3. Evaluasi aktivitas antioksidan
ekstrak bawang hutan
Formula mikroemulsi dan emulsi ekstrak
Sebanyak 10 mg ekstrak bawang
bawang hutan
hutan dilarutkan dengan etanol p.a. hingga Berdasarkan hasil optimasi basis
10 ml. Dipipet 0,4 ml, 0,8 ml, 0,12 ml, yang telah dilakukan, dipilih formula yang
0,16 ml kemudian masing-masing menghasilkan mikroemulsi yang jernih
dimasukkan dalam labu ukur 10 ml. Ke dan stabil kemudian pada formula terpilih
dalam tiap labu ukur ditambahkan 1,5 ml tersebut ditambahkan ekstrak etanol
larutan DPPH blanko kemudian di bawang hutan sebanyak 0,71% lalu
cukupkan dengan etanol pa hingga didapat ditambahkan tween 80 kemudian diaduk
konsentrasi 40 μg/mL, 80 μg/mL, 120 dengan menggunakan magnetik stirer
μg/mL, 160 μg/mL. Dari masing-masing dengan kecepatan rendah selama 10 menit.
konsentrasi dipipet 4 ml lalu didiamkan Setelah itu ditambahkan VCO ke dalam
selama 30 menit kemudian diukur campuran tersebut dan dihomogenkan.
absorbansinya pada panjang gelombang Selanjutnya ditambahkan gliserin dan air
517 nm. Asam askorbat digunakan sebagai suling, lalu dihomogenkan. Sediaan
standar. mikroemulsi yang diperoleh dimasukkan
ke dalam wadah tertutup rapat.
4. Formulasi mikroemulsi Dalam penelitian ini dibuat juga
Optimasi Basis sediaan emulsi dengan bahan yang sama,
Optimasi basis dilakukan untuk namun tidak menggunakan kosurfaktan.
menentukan kondisi percobaan dan Emulsi dibuat untuk dijadikan suatu
komposisi bahan yang sesuai untuk pembanding terhadap sediaan
menghasilkan sediaan mikroemulsi yang mikroemulsi.
jernih dan stabil. Pada optimasi ini,

Volume 4, Nomor 1 (2015) Jurnal Pharmascience


5

5. Evaluasi stabilitas sediaan 7. Analisis data


mikroemulsi ekstrak bawang hutan
Semua data yang ditampilkan
Stabilitas fisik mikroemulsi
disajikan dalam bentuk rata-
bawang hutan dilakukan pada suhu ruang
rata±simpangan baku (SB). Pengambilan
dan suhu 40°C pada hari ke-0, 7, 14, 21
data dilakukan secara triplo (n =3).
dan 28. Parameter yang diuji yaitu
Analisis statistik dilakukan menggunakan
organoleptik, pengujian sentrifugasi,
uji t-student berpasangan.
pengukuran pH, viskositas, ukuran
partikel/ globul dan aktivitas antioksidan
III. HASIL
sediaan.
A. Ekstraksi dan penapisan fitokimia
Simplisia bawang hutan diekstraksi
6. Evaluasi aktivitas antioksidan
secara remaserasi dengan menggunakan
sediaan mikroemulsi ekstrak bawang
hutan pelarut etanol 96%. Maserasi merupakan
Uji aktivitas mikroemulsi
metode ekstraksi dingin yaitu proses
antioksidan ekstrak bawang hutan
penyarian simplisia dengan menggunakan
dilakukan selama 28 hari penyimpanan.
pelarut dengan beberapa kali pengocokan
Sebanyak 10 mg mikroemulsi dilarutkan
atau pengadukan pada temperatur ruang,
dalam etanol hingga volumenya 10 ml,
sehingga zat-zat yang terkandung di dalam
dimana konsentrasi yang diperoleh adalah
simplisia relatif lebih aman jika
1.000 μg/mL. Lalu dipipet 0,4 ml, 0,8 ml,
dibandingkan dengan penggunaan
1,2 ml dan 1,6 ml dilarutkan dengan etanol
ekstraksi panas.
hingga 10 ml didapatkan konsentrasi 40
Hasil ekstrak kental etanol bawang
μg/mL, 80 μg/mL, 120 μg/mL dan 160
hutan yang diperoleh sebanyak 52,4 gram
μg/mL. Masing-masing larutan sampel
dengan rendamen 3,49%.
dipipet sebanyak 2 ml ditambahkan 2 ml
Penapisan fitokimia dilakukan untuk
DPPH blanko lalu didiamkan selama 30
mengetahui kandungan metabolit sekunder
menit. Selanjutnya diukur serapannya
dalam simplisia uji, yang meliputi
dengan spektrofotometer UV-Vis pada
pemeriksaan golongan alkaloid, flavonoid,
panjang gelombang 517 nm. Mikroemulsi
fenolik, tanin, dan steroid. Hasil penapisan
asam askorbat digunakan sebagai
fitokimia simplisia ditunjukkan pada Tabel
pembanding.
I berikut ini.

Volume 4, Nomor 1 (2015) Jurnal Pharmascience


6

Tabel I. Hasil penapisan fitokimia terhadap ekstrak sebesar 40%, gliserin sebesar 35%, minyak
bawang hutan
Komponen Hasil kelapa murni (VCO) 15% (tabel III).
Flavonoid + Sedangkan komposisi sediaan emulsi yang
Fenolik +
Saponin + digunakan sebagai pembanding adalah
Triterpenoid +
Alkaloid + tween 80 sebesar 20%, minyak kelapa
Tanin +
Keteragan : + =Positif mengandung senyawa yang murni (VCO) 30% dan air suling
diuji sampai100% (gambar 1).
B. Evaluasi aktivitas antioksidan
ekstrak bawang hutan
Pengukuran aktivitas antioksidan
menggunakan metode peredaman DPPH
dengan menghitung IC50 dari ekstrak
etanol bawang hutan dan dibandingkan Gambar 1. Penampilan Fisik mikroemulsi (kiri)
dan emulsi konvensional (kanan) dengan
dengan asam askorbat. Aktivitas inhibisi konsentrasi ekstrak bawang hutan yang sama.
DPPH ditampilkan dalam bentuk persen
Tabel III. Optimasi Basis Mikroemulsi
rasio penurunan absorbansi sampel pada
Bahan Baku Basis
panjang gelombang 517 nm seperti (b/b) F1 F2 F3 F4
ditunjukkan tabel II. Tween 80 30% 35% 35% 40%
Gliserin 30% 30% 35% 35%
Tabel II. Hasil pengujian aktivitas antioksidan VCO 30% 30% 25% 15%
ekstrak bawang hutan dan asam askorbat (rata-rata Air Suling 10% 5% 5% 10%
± SB, n=3) Penampilan Keruh Keruh Keruh Jernih
Keterangan: F4 dipilih sebagai basis yang optimum
Konsentrasi % IC50
Sampel
(μg/mL) peredaman (μg/mL)
D. Evaluasi stabilitas sediaan
40 41,44±0,31 mikroemulsi ekstrak bawang hutan
Ekstrak Untuk mempelajari stabilitas fisik
bawang 80 60,19±0,58 70,993
hutan
160 62,26±0,86 sediaan mikroemulsi selama penyimpanan
4 47,21±2,32 dilakukan pengamatan terhadap
Asam
8 57,74±0,16 4,33 organoleptik, pengujian sentrifugasi,
askorbat
16 61,87±0,12
pengukuran pH, viskositas, ukuran
C. Optimasi basis dan formulasi partikel/ globul dan aktivitas antioksidan
mikroemulsi ekstrak bawang hutan sediaan selama 28 hari. Hasil pengamatan
Dari hasil optimasi basis optimum
dapat dilihat pada tabel IV dan tabel V.
yang diperoleh dapat ditentukan komposisi
sediaan mikroemulsi yang menghasilkan sediaan
dengan penampilan jernih yaitu tween 80

Volume 4, Nomor 1 (2015) Jurnal Pharmascience


7

Tabel IV. Hasil evaluasi stabilitas fisik mikroemulsi ekstrak bawang hutan
Pengamatan Hari ke-
Suhu Parameter
1 7 14 28
Warna Merah Merah Merah Merah
Bau Khas Aromatik Khas Aromatik Khas Aromatik Khas Aromatik
Pertumbuhan Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Suhu mikroba (visual)
Ruang
Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Sentrifugasi
pemisahan fase pemisahan fase pemisahan fase pemisahan fase
Kejernihan Jernih Jernih Jernih Jernih
Ukuran globul <5 µm <5 µm <5 µm <5 µm
Warna Merah Merah Merah Merah
Bau Khas Aromatik Khas Aromatik Khas Aromatik Khas Aromatik
Pertumbuhan Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Suhu mikroba (visual)
40°C Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Sentrifugasi
pemisahan fase pemisahan fase pemisahan fase pemisahan fase
Kejernihan Jernih Jernih Jernih Jernih
Ukuran globul <5 µm <5 µm <5 µm <5 µm

E. Evaluasi aktivitas antioksidan persamaan garis kurva aktivitas


sediaan mikroemulsi ekstrak bawang antioksidan, didapatkan pada hari ke 1
hutan menunjukkan IC50 mikroemulsi ekstrak
Pengukuran aktivitas antioksidan bawang hutan pada suhu ruang,
menggunakan metode peredaman DPPH mikroemulsi ekstrak bawang hutan pada
dengan menghitung IC50 dari sediaan suhu 40°, mikroemulsi asam askorbat pada
mikroemulsi ekstrak bawang hutan dan suhu ruang dan mikroemulsi asam
dibandingkan dengan kontrol positif yaitu askorbat pada suhu 40° berturut-turut
asam askorbat yang juga dibuat dalam adalah 101,167 μg/mL, 89,956 μg/mL,
sediaan yang sama. Berdasarkan Tabel 6, 45,176 μg/mL dan 43,51 μg/mL. Setelah
dapat disimpulkan bahwa potensi penyimpanan selama 35 hari, aktivitas
hambatan radikal dari esktrak pada DPPH antioksidan sediaan menurun dan
meningkat dengan peningkatan konsentrasi menunjukkan IC50 mikroemulsi ekstrak
ekstrak bawang hutan. bawang hutan pada suhu ruang,
Penentuan konsentrasi hambatan mikroemulsi ekstrak bawang hutan pada
radikal 50% (IC50) ekstrak dan suhu 40°, mikroemulsi asam askorbat pada
pembanding asam askorbat dilakukan suhu ruang dan mikroemulsi asam
untuk mengetahui konsentrasi ekstrak askorbat pada suhu 40° berturut-turut
yang menyebabkan aktivitas hambatan sebesar 127,254 μg/mL, 101,996 μg/mL,
terhadap DPPH sebesar 50%. Berdasarkan 106,138 μg/mL dan 108,771 μg/mL.

Volume 4, Nomor 1 (2015) Jurnal Pharmascience


8

Walaupun terjadi penurunan aktivitas pada


sediaan, namun sediaan mikroemulsi ini
tetap memiliki efek antioksidan karena
memiliki nilai IC50 < 200 µg/ml (Blois,
1958).

Tabel 5. Hasil pengukuran aktivitas antioksidan mikroemulsi ekstrak bawang hutan dan mikroemulsi
asam askorbat (rata-rata ± SD, n=3).
Suhu % peredaman
Sediaan Konsentrasi
Pengujian Hari ke-1 Hari ke-35
Mikroemulsi Suhu ruang 40 49,34±0,00 47,50±0,00
ekstrak 80 49,53±0,05 49,31±0,10
bawang 120 50,26±0,05 49,91±0,00
hutan
160 50,81±0,08 50,59±0,05
Suhu 40°C 40 49,42±0,00 47,94±0,00
80 49,83±0,00 50,20±0,05

120 50,48±0,00 50,47±0,05

160 50,73±0,00 51,19±0,05


Mikroemulsi Suhu ruang 40 50,13±0,5 48,21±0,00
asam 80 50,29±0,12 49,97±0,05
askorbat 120 50,40±0,00 50,17±0,00
160 51,51±0,05 51,69±0,00
Suhu 40°C 40 49,69±0,05 48,83±0,00
80 50,86±0,12 49,82±0,09
120 51,03±0,05 49,91±0,00
160 51,38±0,00 50,89±0,00

IV. DISKUSI pelarut setelah dilakukan penyaringan


A. Ekstraksi dan penapisan fitokimia maserat pertama, dan seterusnya. Metode
Bawang hutan diekstraksi secara ini paling sederhana dan tidak memerlukan
remaserasi dengan menggunakan pelarut biaya yang besar. Prinsip kerja metode ini
etanol 96%. Maserasi merupakan metode yaitu cairan penyari akan masuk ke dalam
ekstraksi dingin yaitu proses penyarian dinding sel dan rongga sel yang di
simplisia dengan menggunakan pelarut dalamnya terkandung zat aktif, zat aktif
dengan beberapa kali pengocokan atau akan larut karena adanya perbedaan
pengadukan pada temperatur ruang, konsentrasi antara larutan zat aktif di
sehingga zat-zat yang terkandung di dalam dalam sel dan di luar sel maka larutan
simplisia relatif lebih aman jika yang pekat didesak keluar hingga terjadi
dibandingkan dengan penggunaan keseimbangan konsentrasi antara larutan di
ekstraksi panas. Remaserasi berarti luar dan di dalam sel yaitu dengan cara
dilakukan pengulangan penambahan dikocok atau diaduk. Cairan penyari yang

Volume 4, Nomor 1 (2015) Jurnal Pharmascience


9

digunakan adalah etanol. Pemilihan pelarut dan Astuti (2010), ekstrak etanol bawang
didasarkan pada tingkat keamanan dan hutan memiliki aktivitas antioksidan (IC50)
kemudahan saat diuapkan. Dalam hal ini yang jauh lebih kuat yaitu 25,3339 µg/ml.
etanol lebih aman digunakan dan Perbedaan nilai IC50 ini dapat disebabkan
mempunyai sifat dapat menarik metabolit karena usia tanaman yang masih muda dan
sekunder dalam simplisia dan efektif juga tempat tumbuh yang berbeda.
dalam menghasilkan jumlah bahan aktif
yang optimal (Voight, 1994). C. Optimasi basis dan formulasi
mikroemulsi ekstrak bawang hutan
Hasil penapisan fitokimia pada uji
Mikroemulsi terdiri dari fase
pendahuluan menunjukkan bahwa ekstrak
minyak, air, surfaktan dan kosurfakan.
etanol bawang hutan mengandung
Dalam penelitian ini mikroemulsi yang
alkaloid, flavonoid, fenolik, tanin, steroid
dibuat adalah mikroemulsi m/a, dimana
dan tanin (lampiran 3). Penapisan ini
minyak adalah fase dalam dan air adalah
dilakukan untuk mengetahui berbagai
fase luar. Karakteristik sistem mikroemulsi
macam kandungan kimia yang terdapat di
adalah konsentrasi surfaktan yang tinggi.
dalam jaringan tanaman.
Tween 80 tergolong surfaktan hidrofilik
yang memiliki HLB sebesar 14-16 (Rowe,
B. Evaluasi aktivitas antioksidan
2009). Tween 80 juga tergolong surfaktan
ekstrak bawang hutan.
Sebelum dibuat sediaan nonionik sehingga memiliki toleransi yang
mikroemulsi, ekstrak etanol bawang hutan baik jika digunakan secara topikal, tidak
terlebih dahulu diuji aktivitas menimbulkan iritasi dan toksisitas rendah
antioksidannya dengan menggunakan (Padmini, 2011). Surfaktan nonionik
metode peredaman DPPH (2,2-difenil-1- diketahui kurang terpengaruh oleh pH dan
picrilidrazil). DPPH adalah senyawa kekuatan ionik, secara umum aman dan
radikal bebas berwarna ungu. Apabila biokompatibel jika dibandingkan dengan
direaksikan dengan senyawa peredam surfaktan ionik (Azeem dkk., 2009).
radikal bebas, maka intensitas warna ungu Berdasarkan hasil optimasi basis
akan berkurang. Berdasarkan hasil yang maka rasio minyak, surfaktan dan
diperoleh ekstrak etanol bawang hutan kosurfaktan yang digunakan selanjutnya
memiliki aktivitas antioksidan (IC50) yang untuk formula mikroemulsi ekstrak
kuat yaitu sebesar 70,993 µg/ml. bawang hutan adalah sebesar 40% tween
Dibandingkan dengan penelitian 80: 35% gliserin: 15% VCO terhadap
sebelumnya yang dilakukan oleh Kuntorini

Volume 4, Nomor 1 (2015) Jurnal Pharmascience


10

jumlah sediaan yang diproduksi yang mikroemulsi yang jernih, sedangkan


menunjukkan tampilan visual yang jernih. dengan kecepatan tinggi terbentuk
Pada umumnya, penggunaan mikroemulsi yang keruh.
surfaktan saja tidak cukup dalam
menurunkan tegangan permukaan pada D. Evaluasi stabilitas sediaan
mikroemulsi ekstrak bawang hutan
pembuatan mikroemulsi sehingga
Hasil pengamatan organoleptik
diperlukan molekul rantai pendek
sediaan mikroemulsi selama penyimpanan
ampifilik yang berfungsi sebagai
pada suhu ruang dan suhu 40oC secara
kosurfaktan. Kosurfaktan akan
keseluruhan memiliki konsistensi/bentuk
berpenetrasi diantara molekul surfaktan
yang kental, tetap memiliki bau khas
pada film globul dan mengganggu fase
ekstrak bawang hutan dan sedikit berbau
kristalin cair yang terbentuk ketika film
minyak kelapa. Pengamatan warna secara
surfaktan yang dihasilkan terlalu rigid
visual menunjukkan bahwa sediaan
sehingga dapat meningkatkan fluiditas
mikroemulsi tidak mengalami perubahan
lapisan antarmuka. Penggunaan gliserin
warna selama 28 hari penyimpanan.
sebagai kosurfaktan pada beberapa
Uji sentrifugasi dilakukan untuk
formulasi mikroemulsi disebabkan karena
mengetahui kestabilan mikroemulsi selama
sifatnya tidak rentan terhadap oksidasi
pendistribusian dan penyimpanan.
pada penyimpanan serta dapat digunakan
Mikroemulsi ekstrak bawang hutan
sebagai peningkat penetrasi untuk sediaan
disentrifugasi dengan kecepatan 3750 rpm
topikal (Rowe, 2009).
selama 5 jam dengan pengamatan setiap
Dalam sistem mikroemulsi
15 menit. Uji sentrifugasi ini
kecepatan pengadukan yang sesuai
menggambarkan kestabilan sediaan karena
diperlukan untuk dapat membentuk
pengaruh gravitasi bumi yang setara
mikroemulsi yang stabil. Energi
dengan satu tahun.
pengadukan berfungsi sebagai sumber
Nilai pH sediaan mikroemulsi pada
energi permukaan serta menimbulkan efek
penyimpanan suhu ruang menunjukkan
turbulensi pada medium sehingga akan
tidak adanya perubahan yang bermakna
menghamburkan globul-globul yang
selama 7 hari penyimpanan, namun setelah
terbentuk. Kecepatan pengadukan
hari ke 7 sampai hari ke 28 penyimpanan,
divariasikan antara kecepatan rendah dan
terlihat adanya perubahan yang bermakna.
kecepatan tinggi dengan menggunakan
Pada pengamatan suhu 40°C menunjukkan
magnetik stirrer. Pengadukan pada
tidak adanya perbedaan selama 14 hari
kecepatan rendah dapat membentuk

Volume 4, Nomor 1 (2015) Jurnal Pharmascience


11

penyimpanan, namun setelah hari ke 14 selama penyimpanan (gambar 3B). Dilihat


terlihat perubahan yang signifikan. Hasil dari karakteristiknya, mikroemulsi
pengukuran pH menunjukkan terjadinya memiliki viskositas yang rendah, namun
penurunan pH pada hari ke-14 dalam penelitian ini kosurfaktan yang
penyimpanan dan mengalami peningkatan digunakan yaitu gliserin dapat
kembali pada hari ke-28 (gambar 3A). meningkatkan viskositas dari sediaan
Nilai viskositas sediaan karena gliserin mampu mengikat air
berdasarkan hasil analisis paired samples sehingga dapat meningkatkan ukuran unit
T test terlihat terjadi perubahan bermakna molekul. Meningkatnya ukuran unit
selama penyimpanan pada suhu ruang, molekul akan meningkatkan tahanan untuk
sedangkan pada pengamatan suhu 40oC mengalir dan menyebar (Patrick, 2006).
tidak terjadi perubahan yang bermakna

suhu ruang
1400
suhu ruang suhu 40°C
Viskositas (cps)

(B) 1200
(A) 9 suhu 40°C 1000
7 800
600
pH

5
400
3 200
0
1 1 5 9 13 17 21 25 29
1 5 9 13 17 21 25 29
Waktu (hari)
Waktu (hari)

Gambar 3. Grafik pengaruh lama penyimpanan terhadap (A) pH mikroemulsi ekstrak bawang hutan dan (B)
Viskositas mikroemulsi ekstrak bawang hutan pada suhu ruang dan suhu 40 0C (rata-rata + SB,
n=3).
Pengukuran ukuran globul sangat kecil dan tidak dapat terlihat
mikroemulsi dilakukan dengan dibawah mikroskop.
menggunakan mikroskop optik yang telah Pada penelitian ini dibuat juga
dipasang alat mikrometer dan telah sediaan emulsi (konvensional) ekstrak
dikalibrasi. Pengukuran dilakukan dengan yang digunakan sebagai pembanding. Pada
menggunakan perbesaran 100 kali. Hasil tabel 6 dapat dilihat bahwa ukuran globul
yang diperoleh secara kualitatif yaitu <5 sediaan emulsi jauh lebih besar (12,5 µm-
µm, karena ukuran mikroemulsi yang 175 µm) dibandingkan sediaan
mikroemulsi. Sediaan akhir mikroemulsi

Volume 4, Nomor 1 (2015) Jurnal Pharmascience


12

dengan ukuran globul sekitar <5 µm pembentukan koalesens daripada tetesan


membuat penampilan fisik sediaan jernih. yang lebih besar. Tentu saja ukuran tetesan
Ukuran tetesan dan distribusi yang kecil dari mikroemulsi memberikan
ukuran merupakan parameter yang stabilitas terhadap kriming dan
mempengaruhi stabilitas mikroemulsi. sedimentasi karena pergerakan brownian
Saito dkk. melaporkan bahwa tetesan kecil yang tinggi.
cenderung lebih stabil terhadap

Gambar 4. Morfologi globul mikroemulsi (kiri) dan emulsi (kanan) ekstrak bawang hutan hasil pengamatan
menggunakan mikroskop optik (Perbesaran 100 kali).

E. Evaluasi aktivitas antioksidan penangkap radikal bebas. Aktivitas


sediaan mikroemulsi ekstrak bawang
hambatan pada DPPH telah diketahui
hutan
Metode pengujian aktivitas memiliki korelasi yang baik dengan
antioksidan mikroemulsi yang dilakukan kapasitas hambatan radikal bebas dari
dalam penelitian ini sama dengan senyawa uji (Liu dkk., 2007). Aktivitas
pengujian aktivitas antioksidan ekstrak inhibisi DPPH ditampilkan dalam bentuk
bawang hutan yaitu dengan metode persen rasio penurunan absorbansi sampel
peredaman DPPH (2,2-difenil-1- pada panjang gelombang 517 nm.
picrilidrazil). DPPH merupakan radikal Pengujian ini dilakukan untuk
bebas yang stabil di mana warna DPPH mengetahui IC50 dari sediaan mikroemulsi
berubah dari ungu menjadi kuning bila antioksidan yang telah dibuat. Nilai IC50
kadarnya berkurang baik melalui proses adalah suatu konsentrasi yang dapat
donasi hidrogen ataupun donasi elektron. meredam radikal bebas sebanyak 50%.
Senyawa yang memiliki aktivitas tersebut Dalam penelitian ini digunakan asam
dapat dianggap sebagai antioksidan, askorbat sebagai pembanding yang juga
dengan demikian disebut sebagai diformulasi dalam sediaan mikroemulsi

Volume 4, Nomor 1 (2015) Jurnal Pharmascience


13

agar lebih mudah untuk dibandingkan. Bakan, J.A., 1995, Microemulsion,


Encyclopedia of pharmaceutical
Dari hasil pengukuran, terlihat adanya
technology, Volume Marcel Dekker
penurunan aktivitas yang signifikan Inc, New York.
Blois, M.S., 1958, Antioxidant
selama 35 hari penyimpanan pada suhu
Determinations By The Use Of A Stable
ruang maupun suhu 40°C. Tapi peneliti Free Radical, Nature, 181 : 1199-
1200.
hanya mengambil dua titik pemeriksaan
Firdaus, R. 2006, Telaah Kandungan
sehingga tidak diketahui pasti kapan Kimia Ekstrak Metanol Umbi Bawang
Tiwai (Eleutherine americana (Aubl.)
penurunan aktivitas mulai terjadi.
Merr.), Skripsi, Institut Teknologi
Walaupun terjadi penurunan aktivitas pada Bandung, Bandung.
Galingging, Y, R, 2010, Bawang dayak
sediaan, namun sediaan mikroemulsi ini
(eleutherine palmifolia) Sebagai
tetap memiliki efek antioksidan karena Tanaman Obat
Multifungsi,http://kalteng.litbang.depta
memiliki nilai IC50 < 200 µg/ml (Blois,
n.go.id/data/bawang-dayak.pdf),
1958). diakses 15 November 2013.
Gutteridge, J.M., Halliwell, B. (2010):
Antioxidants: Molecules, Medicines,
V. KESIMPULAN and Myths, Biochemical and
Biophysical Research
Berdasarkan hasil penelitian yang
Communication393 561-564
telah dilakukan maka dapat disimpulkan Karmini, 2014, Formulasi Tablet
Antioksidan Ekstrak Bawang Hutan
bahwa formula dengan rasio 40% tween
(Eleutherine bulbosa (Mill.) Urb.),
80: 35% gliserin: 15% VCO dapat Skripsi, Prodi Farmasi, FMIPA,
Universitas Tadulako, Palu.
membentuk sistem mikroemulsi yang
Kuntorini, E.M dan Astuti, M.D, 2010,
menunjukkan tampilan visual yang jernih Penentuan Aktivitas Antioksidan
Ekstrak Etanol Bulbus Bawang Dayak
dan memiliki stabilitas fisik yang relatif
(Eleutherine americana Merr.), FMIPA
baik selama 14 hari penyimpanan Universitas Lambung Mangkurat,
Banjarbaru.
(mengalami penurunan aktivitas
Kuntorini, E.M, 2013, Kemampuan
setelahnya). Mikroemulsi ekstrak bawang Antioksidan Bulbus Bawang Dayak
(Eleutherine americana Merr) Pada
hutan memiliki aktivitas antioksidan
Umur Berbeda, FMIPA Universitas
dengan IC50 pada hari ke-1 sebesar Lambung Mangkurat, Banjarbaru.
Lawrence, M.J & G.D. Rees, 2000,
101,167 ppm dan hari ke-35 sebesar
Microemulsion-based media as novel
127,254 ppm. drug delivery systems, Advance Drug
Delivery Reviews, 45:89-121.
Liu, X., Zhao, M., Wang, J., Yang, B.,
DAFTAR PUSTAKA Jiang, Y., 2007, Antioxidant activity of
Azeem, A., (2009): Nanoemulsion methanolic extract of emblica fruit
Components Screening and Selection: (Phyllanthus emblica L.) from six
A Technical Note, AAPS regions in China, Journal of Food
PharmSciTech, 10(1), 69-76.

Volume 4, Nomor 1 (2015) Jurnal Pharmascience


14

Composition and Analysis 21 (2008)


219–228
Nurliani, A dan Ernawati, 2012, Efek
Antioksidan Ekstrak Etanol Bulbus
Bawang Dayak (Eleutherine americana
Merr.)Terhadap Struktur Mikroanatomi
Tubulus Seminiferus Testis Tikus yang
Dipapar Asap Rokok, Sains dan
Terapan Kimia, Vol.6, No.2: 93-100,
Kalimantan Selatan.
Padmini, R., (2010): Microemulsions for
Topical Use-A Review, Ind J Pharm
Edu Res, 45(1).
Pitopang, R., 2013, Determinasi Bawang
Hutan (Eleutherine Bulbosa (Mill.)
Urb.), UPT. Sumber Daya Hayati,
Sulawesi Tengah.
Ping Li, A., Gosh, R.F., Wagner, S.Krill,
Y.M. Joshi, A.T.M. Serajuddin, 2005,
Effect of combined use of nonionic
surfactant on formation of oil-in-water
microemulsions, International Journal
of Pharmaceutics, 288 (1): 27-34.
Paul, B.K., S.P. Moulik, 2001, Uses and
applications of microemulsions,
Current Science. 80 (8): 990-1001.
Rowe, R.C., Sheskey, P.J., and Owen, S.C,
2009, Handbook of Pharmaceutical
Excipients, 6th edition, Pharmaceutical
Press, London.
Sharon, N., Anam, S., Yuliet., 2013,
Formulasi Krim Antioksidan Ekstrak
Etanol Bawang Hutan (Eleutherine
palmifolia L. Merr), Online Jurnal of
Natural Science, Vol 2 (3) : 111-122.
Patrick J.S., 2006, Martin’s Physical
Pharmacy and Pharmaceutical
Sciences, Fifth ed, Lippicott Williams
& Wilkins, Baltimore
Winarsi, H., 2007, Antioksidan Alami dan
Radikal Bebas, Kanisius, Jakarta

Volume 4, Nomor 1 (2015) Jurnal Pharmascience

Anda mungkin juga menyukai