ABSTRAK
Bawang hutan mengandung senyawa metabolit sekunder golongan naftokuinon
(elecanacin, eleutherin, elutherol, eleutherinon) yang diketahui memiliki aktivitas
antioksidan. Beberapa penelitian telah melaporkan tentang aktivitas antioksidan
ekstrak yang diformulasi dalam bentuk sediaan tablet dan krim. Penelitian ini
bertujuan mengembangkan formula dalam bentuk mikroemulsi sebagai penghantaran
yang efektif untuk mempertahankan aktivitas antioksidan ekstrak bawang hutan.
Mikroemulsi dibuat dengan menggunakan virgin coconut oil (VCO) sebagai fasa
minyak, Tween 80 sebagai surfaktan dan gliserin sebagai kosurfaktan. Uji stabilitas
fisik yang dilakukan terhadap sediaan meliputi uji organoleptik, pH, viskositas,
sentrifugasi dan ukuran globul. Uji aktivitas antioksidan dilakukan secara in-vitro
menggunakan metode peredaman DPPH dan menggunakan asam askorbat sebagai
kontrol positif. Data hasil pengukuran dianalisis secara statistik menggunakan metode
t-student. Hasil penelitian menunjukkan mikroemulsi dengan tampilan visual yang
jernih dan ukuran globul < 5 μm. Meskipun sediaan mengalami perubahan pH dan
viskositas tapi tidak terjadi pemisahan fase pada penyimpanan selama 28 hari. Hasil uji
aktivitas antioksidan mikroemulsi ekstrak secara berturut-turut pada penyimpanan
suhu 33°C dan 40°C: pada hari ke-1 menunjukkan nilai IC50 sebesar 101,167 μg/mL
dan 89,956 μg/mL sedangkan hari ke-35 sebesar 127,254 μg/mL dan 101,996 μg/mL.
Berdasarkan hasil tersebut, aktivitas antioksidan ekstrak bawang hutan masuk dalam
kategori kuat sampai sedang.
ABSTRACT
Bawang hutan have contain secondary metabolite naftokuinon class (elecanacin,
eleutherin, elutherol, eleutherinon) which known have antioxidant activities. Some of
research reported antioxidant activity of extract which formulated in tablet and cream
dosage form. The aim of this study was to developed effectively delivery system of bawang
hutan in microemulsion for maintenance its antioxidant activity. A microemulsion was
prepared using an oil phase of Virgin Coconut Oil (VCO), a surfactant of tween 80 and a
cosurfactant of gliserin. Evaluation of physical stability the microemulsions included
analysis of organoleptic, viscosity, centrifugation and globul size. The antioxidant activities
was evaluated by in vitro experiments using scavenging asssay of 1,1-diphenyl-2-
picrylhydrazyl (DPPH) radicals and using ascorbic acid as positif control. The evaluation
result were statistically analyzed using the t-student. The results indicated that a clear
microemulsion and the globul size was < 5 μm. Even though, the pH and viscosity were not
stable but there are not separated phase after centrifugation on 28 day storage. The
antioxidant activity of microemulsion at 33°C dan 40°C storage respectively showed that
IC50 values on day 1 is 101.167 μg/mL and 89.956 μg/mL, on day 35 is 127.254 μg/mL and
101.996 μg/mL. According to the result, antioxidant activity of bawang hutan extract is
categorized into the powerful to moderate antioxidants.
Tabel I. Hasil penapisan fitokimia terhadap ekstrak sebesar 40%, gliserin sebesar 35%, minyak
bawang hutan
Komponen Hasil kelapa murni (VCO) 15% (tabel III).
Flavonoid + Sedangkan komposisi sediaan emulsi yang
Fenolik +
Saponin + digunakan sebagai pembanding adalah
Triterpenoid +
Alkaloid + tween 80 sebesar 20%, minyak kelapa
Tanin +
Keteragan : + =Positif mengandung senyawa yang murni (VCO) 30% dan air suling
diuji sampai100% (gambar 1).
B. Evaluasi aktivitas antioksidan
ekstrak bawang hutan
Pengukuran aktivitas antioksidan
menggunakan metode peredaman DPPH
dengan menghitung IC50 dari ekstrak
etanol bawang hutan dan dibandingkan Gambar 1. Penampilan Fisik mikroemulsi (kiri)
dan emulsi konvensional (kanan) dengan
dengan asam askorbat. Aktivitas inhibisi konsentrasi ekstrak bawang hutan yang sama.
DPPH ditampilkan dalam bentuk persen
Tabel III. Optimasi Basis Mikroemulsi
rasio penurunan absorbansi sampel pada
Bahan Baku Basis
panjang gelombang 517 nm seperti (b/b) F1 F2 F3 F4
ditunjukkan tabel II. Tween 80 30% 35% 35% 40%
Gliserin 30% 30% 35% 35%
Tabel II. Hasil pengujian aktivitas antioksidan VCO 30% 30% 25% 15%
ekstrak bawang hutan dan asam askorbat (rata-rata Air Suling 10% 5% 5% 10%
± SB, n=3) Penampilan Keruh Keruh Keruh Jernih
Keterangan: F4 dipilih sebagai basis yang optimum
Konsentrasi % IC50
Sampel
(μg/mL) peredaman (μg/mL)
D. Evaluasi stabilitas sediaan
40 41,44±0,31 mikroemulsi ekstrak bawang hutan
Ekstrak Untuk mempelajari stabilitas fisik
bawang 80 60,19±0,58 70,993
hutan
160 62,26±0,86 sediaan mikroemulsi selama penyimpanan
4 47,21±2,32 dilakukan pengamatan terhadap
Asam
8 57,74±0,16 4,33 organoleptik, pengujian sentrifugasi,
askorbat
16 61,87±0,12
pengukuran pH, viskositas, ukuran
C. Optimasi basis dan formulasi partikel/ globul dan aktivitas antioksidan
mikroemulsi ekstrak bawang hutan sediaan selama 28 hari. Hasil pengamatan
Dari hasil optimasi basis optimum
dapat dilihat pada tabel IV dan tabel V.
yang diperoleh dapat ditentukan komposisi
sediaan mikroemulsi yang menghasilkan sediaan
dengan penampilan jernih yaitu tween 80
Tabel IV. Hasil evaluasi stabilitas fisik mikroemulsi ekstrak bawang hutan
Pengamatan Hari ke-
Suhu Parameter
1 7 14 28
Warna Merah Merah Merah Merah
Bau Khas Aromatik Khas Aromatik Khas Aromatik Khas Aromatik
Pertumbuhan Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Suhu mikroba (visual)
Ruang
Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Sentrifugasi
pemisahan fase pemisahan fase pemisahan fase pemisahan fase
Kejernihan Jernih Jernih Jernih Jernih
Ukuran globul <5 µm <5 µm <5 µm <5 µm
Warna Merah Merah Merah Merah
Bau Khas Aromatik Khas Aromatik Khas Aromatik Khas Aromatik
Pertumbuhan Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Suhu mikroba (visual)
40°C Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Sentrifugasi
pemisahan fase pemisahan fase pemisahan fase pemisahan fase
Kejernihan Jernih Jernih Jernih Jernih
Ukuran globul <5 µm <5 µm <5 µm <5 µm
Tabel 5. Hasil pengukuran aktivitas antioksidan mikroemulsi ekstrak bawang hutan dan mikroemulsi
asam askorbat (rata-rata ± SD, n=3).
Suhu % peredaman
Sediaan Konsentrasi
Pengujian Hari ke-1 Hari ke-35
Mikroemulsi Suhu ruang 40 49,34±0,00 47,50±0,00
ekstrak 80 49,53±0,05 49,31±0,10
bawang 120 50,26±0,05 49,91±0,00
hutan
160 50,81±0,08 50,59±0,05
Suhu 40°C 40 49,42±0,00 47,94±0,00
80 49,83±0,00 50,20±0,05
digunakan adalah etanol. Pemilihan pelarut dan Astuti (2010), ekstrak etanol bawang
didasarkan pada tingkat keamanan dan hutan memiliki aktivitas antioksidan (IC50)
kemudahan saat diuapkan. Dalam hal ini yang jauh lebih kuat yaitu 25,3339 µg/ml.
etanol lebih aman digunakan dan Perbedaan nilai IC50 ini dapat disebabkan
mempunyai sifat dapat menarik metabolit karena usia tanaman yang masih muda dan
sekunder dalam simplisia dan efektif juga tempat tumbuh yang berbeda.
dalam menghasilkan jumlah bahan aktif
yang optimal (Voight, 1994). C. Optimasi basis dan formulasi
mikroemulsi ekstrak bawang hutan
Hasil penapisan fitokimia pada uji
Mikroemulsi terdiri dari fase
pendahuluan menunjukkan bahwa ekstrak
minyak, air, surfaktan dan kosurfakan.
etanol bawang hutan mengandung
Dalam penelitian ini mikroemulsi yang
alkaloid, flavonoid, fenolik, tanin, steroid
dibuat adalah mikroemulsi m/a, dimana
dan tanin (lampiran 3). Penapisan ini
minyak adalah fase dalam dan air adalah
dilakukan untuk mengetahui berbagai
fase luar. Karakteristik sistem mikroemulsi
macam kandungan kimia yang terdapat di
adalah konsentrasi surfaktan yang tinggi.
dalam jaringan tanaman.
Tween 80 tergolong surfaktan hidrofilik
yang memiliki HLB sebesar 14-16 (Rowe,
B. Evaluasi aktivitas antioksidan
2009). Tween 80 juga tergolong surfaktan
ekstrak bawang hutan.
Sebelum dibuat sediaan nonionik sehingga memiliki toleransi yang
mikroemulsi, ekstrak etanol bawang hutan baik jika digunakan secara topikal, tidak
terlebih dahulu diuji aktivitas menimbulkan iritasi dan toksisitas rendah
antioksidannya dengan menggunakan (Padmini, 2011). Surfaktan nonionik
metode peredaman DPPH (2,2-difenil-1- diketahui kurang terpengaruh oleh pH dan
picrilidrazil). DPPH adalah senyawa kekuatan ionik, secara umum aman dan
radikal bebas berwarna ungu. Apabila biokompatibel jika dibandingkan dengan
direaksikan dengan senyawa peredam surfaktan ionik (Azeem dkk., 2009).
radikal bebas, maka intensitas warna ungu Berdasarkan hasil optimasi basis
akan berkurang. Berdasarkan hasil yang maka rasio minyak, surfaktan dan
diperoleh ekstrak etanol bawang hutan kosurfaktan yang digunakan selanjutnya
memiliki aktivitas antioksidan (IC50) yang untuk formula mikroemulsi ekstrak
kuat yaitu sebesar 70,993 µg/ml. bawang hutan adalah sebesar 40% tween
Dibandingkan dengan penelitian 80: 35% gliserin: 15% VCO terhadap
sebelumnya yang dilakukan oleh Kuntorini
suhu ruang
1400
suhu ruang suhu 40°C
Viskositas (cps)
(B) 1200
(A) 9 suhu 40°C 1000
7 800
600
pH
5
400
3 200
0
1 1 5 9 13 17 21 25 29
1 5 9 13 17 21 25 29
Waktu (hari)
Waktu (hari)
Gambar 3. Grafik pengaruh lama penyimpanan terhadap (A) pH mikroemulsi ekstrak bawang hutan dan (B)
Viskositas mikroemulsi ekstrak bawang hutan pada suhu ruang dan suhu 40 0C (rata-rata + SB,
n=3).
Pengukuran ukuran globul sangat kecil dan tidak dapat terlihat
mikroemulsi dilakukan dengan dibawah mikroskop.
menggunakan mikroskop optik yang telah Pada penelitian ini dibuat juga
dipasang alat mikrometer dan telah sediaan emulsi (konvensional) ekstrak
dikalibrasi. Pengukuran dilakukan dengan yang digunakan sebagai pembanding. Pada
menggunakan perbesaran 100 kali. Hasil tabel 6 dapat dilihat bahwa ukuran globul
yang diperoleh secara kualitatif yaitu <5 sediaan emulsi jauh lebih besar (12,5 µm-
µm, karena ukuran mikroemulsi yang 175 µm) dibandingkan sediaan
mikroemulsi. Sediaan akhir mikroemulsi
Gambar 4. Morfologi globul mikroemulsi (kiri) dan emulsi (kanan) ekstrak bawang hutan hasil pengamatan
menggunakan mikroskop optik (Perbesaran 100 kali).