Myiasis Pada Ruminansia: Diagnosis, Manajemen Terapi Dan Pencegahan
Myiasis Pada Ruminansia: Diagnosis, Manajemen Terapi Dan Pencegahan
67 – 73 Vol. 9 No. 2
e-ISSN: 2620-9403 p-ISSN: 620-939X
Abstract
Myiasis is defined as a condition in which maggots are from certain fly species
that utilize living, dead, or necrotic tissue from the host as a feed source for their
growth and development and attack all types of vertebrate animals that are
warm-blooded including humans. Myiasis is often found in domestic animals in
tropical regions throughout the world, especially in developing countries such as
Indonesia and is generally associated with low levels of welfare of farmers. The
diagnosis of myiasis is based on a clinical examination of wound bleeding, fever,
a characteristic odor, the discovery of exudates and maggots in the wound.
Article history Myiasis treatment is generally local followed by manual removal of larvae and
Accepted: October 7, 2019 ;
Approved: July 17, 2019 necrotic tissue debris. Systemic treatment usually uses broad-spectrum
antibiotics especially when secondary infections occur. Disease prevention can
* Corresponding author: be done by providing information to farmers to pay attention to and carry out
E-mail: livestock sanitation, pens, the surrounding environment and control flies using
indarjulianto@ugm.ac.id
various methods. However, the various methods have varying degrees of
success, thus the choice of method must be made with careful consideration.
Conclusion: myiasis is a disease caused by ectoparasites that affects to the
condition of livestock. The main predisposition of myiasis is the low level of
animal hygiene, cage and environment. Besides the chemical drugs that have
been used now, it is necessary to develop traditional medicines that are easily
obtained and made using local ingredients. Aside from treatment, various fly
control methods have been developed, although the success rate is still very
varied.
Keywords: clinical examination, disease prevention, maggot, myiasis
67
Yanuartono, et al Myiasis pada Ruminansia: Diagnosis, Manajemen Terapi dan Pencegahan
gigitan serangga, operasi kastrasi, abses, kawat hominivorax, sedangkan OWS adalah
atau logam dan perkelahian antar ternak Chrysomya bezziana dan saat stadium larva
sehingga menjadi tempat untuk infestasi larva keduanya merupakan parasit obligat pada
(Moyo dan Masika, 2009). Rendahnya tingkat mamalia. Klasifikasi myiasis dapat dilakukan
kebersihan hewan, kandang, sehingga dengan 2 cara yang berbeda. Klasifikasi
mengakibatkan pencemaran lingkungan sekitar pertama adalah berdasarkan lokasi terdampak
dan mengundang lalat merupakan faktor seperti kulit, nasofaring, okular, saluran
predisposisi utama kejadian myiasis pencernaan dan urogenital (Goddard, 1996),
(Fathurrohman et al., 2015). Myiasis dapat sedangkan klasifikasi kedua didasarkan atas
mengakibatkan turunnya produksi susu, berat hubungan hospes dengan parasit seperti
badan, kualitas kulit, wol, abortus dan obligat, fakultatif dan insidental (Yones et al.,
gangguan sistem pertahanan tubuh hospes 2014). Menurut Gealh et al. (2009) penyebab
(Otranto dan Stevens, 2002). Kejadian myiasis primer myiasis dapat dikelompokkan menjadi
pada ternak peliharaan telah banyak 3 yaitu : (1) lalat Cochliomya hominivorax
dilaporkan pada sapi (Umadevi dan yang banyak terdapat di benua Amerika, (2)
Umakanthan, 2016), domba (Dehghani et al., Wohlfahrtia magnifica yang tersebar di Eropa
2014), kambing (Juyena et al., 2013), kuda hingga Cina daratan dan (3) Chrysomya
(Traversa dan Otranto, 2006), dan babi bezziana yang tersebar di Afrika, India dan
(Kamble et al., 2016). Hewan penderita Asia Tenggara termasuk Indonesia serta Papua
myiasis biasanya menunjukkan gejala New Guinea. Menurut Hall dan Wall (1995),
kelemahan umum, anemia dan pada kasus pada awalnya lalat tertarik pada luka terbuka,
yang tidak ditangani dapat mengakibatkan cairan berbau busuk atau bahkan luka sekecil
toksemia yang berujung pada kematian ukuran gigitan kutu cukup untuk menarik lalat
(Schnur et al., 2009). meletakkan telurnya. Faktor-faktor
Pengobatan myiasis meliputi pencucian predisposisi kejadian myiasis pada ternak
luka, pengambilan belatung dan pemberian adalah infeksi umbilikus pada pedet rendahnya
antibiotika lokal dan sistemik (Jesse et al., tingkat kebersihan bedding dan kandang,
2016). Namun sampai saat ini obat yang paling kontaminasi bulu, feses, urin dan adanya luka
sering digunakan untuk kejadian myiasis di kulit (Patra et al., 2012). Tabel 1.
adalah insektisida seperti asuntol, ivermectin menunjukkan penyebab dan lokasi myiasis
dan rotenone (Dourmishev et al., 2005). Saat pada hewan ternak dan manusia di berbagai
ini telah banyak dicoba penggunaan obat negara.
tradisional untuk mengobati myiasis karena Kejadian myiasis pada kulit paling sering
semakin mahal serta sulitnya memperoleh obat dijumpai pada ternak dengan manifestasi klinis
obatan terutama di daerah pedesaan yang berupa furunkula, migrasi dan traumatika
terpencil. Pengendalian harus difokuskan pada (Francesconi dan Lupi, 2012). Secara umum,
perbaikan manajemen pemeliharaan karena jenis lalat yang menyebabkan myiasis
merupakan cara paling tepat dalam termasuk dalam famili Calliphoridae (Stevens,
menurunkan kejadian myiasis pada hewan 2003), Sarcophagidae (Giangaspero et al.,
ternak. Tindakan menurunkan atau bahkan 2017), Hypodermatidae (Pavlásek dan Minář,
menghilangkan faktor-faktor risiko seperti 2014), Oestridae (Zanzani et al., 2016) dan
munculnya abses, penanganan pasca Gasterophilidae (Huang et al., 2016).
melahirkan, infeksi pusar, kontaminasi feses Sedangkan jenis lalat yang menyebabkan
dan urin perlu dilakukan secermat mungkin myiasis furunkula adalah Dermatobia hominis
untuk menekan kejadian myiasis. (Meurer et al., 2016), Cordylobia
anthropophaga (Fujisaki et al., 2008),
Penyebab Myiasis Wohlfahrtia vigil (Dehghani et al., 2014), dan
Menurut OIE (2013) mengklasifikasikan spesies Cuterebra (Crumley et al., 2011).
lalat penyebab myiasis menjadi New World Myiasis migrasi disebabkan oleh jenis lalat
screwworm fly (NWS) Cochliomyia Gasterophilus (Miguélez et al., 2016), dan
hominivorax dan Old World screwworm Hypoderma (Otranto et al., 2016). Sedangkan
(OWS). Contoh NWS adalah Cochliomyia lalat yang menyebabkan myiasis traumatika
68
Jurnal Ilmu Peternakan dan Veteriner Tropis (Journal of Tropical Animal and Veterinary Science), September 2019, hal. 67 –75 Vol. 9 No. 2
e-ISSN: 2620-9403 p-ISSN: 620-939X
Tabel 1. Penyebab dan lokasi myiasis pada hewan ternak dan manusia
Jenis lalat yang sering menyebabkan (Katoch et al., 2014), Malaysia (Jesse et al.,
kejadian myiasis pada ternak di negara tropis 2016), Brazil (Ribeiro et al., 2003), Amerika
adalah Chrysomya bezziana yang merupakan Serikat (Alexdaner, 2006), Afrika Selatan
parasit obligat pada hewan berdarah panas (Soyelu dan Masika, 2009) dan Australia
(Katoch et al., 2014). Kejadian myiasis akibat (Beckett et al., 2014). Menurut
lalat Chrysomya bezziana telah banyak Rajamanickam et al., (1986) prevalensi
dilaporkan di berbagai negara seperti myiasis pada sapi yang disebabkan larva lalat
Indonesia (Wardhana dan Muharsini, 2005), C. bezziana di Malaysia mencapai 84% dan
Saudi Arabia (Alahmed, 2004), Irak (Al- 95%. Terjadinya peningkatan kejadian
Taweel et al., 2000), Iran (Ready et al., penyakit kasus myiasis pada 80 ekor Persian
2009), Sri Lanka (Prasad et al., 2000), India fallow deer (Dama dama mesopotamica)
69
Yanuartono, et al Myiasis pada Ruminansia: Diagnosis, Manajemen Terapi dan Pencegahan
yang disebabkan Chrysomya bezziana di Iran 2000), telinga dan leher (Imtiaz et al., 2014).
menunjukkan 40 ekor mengalami kematian. Gejala klinis yang muncul akibat myiasis
Hewan tersebut itu sebagian besar mengalami pada berbagai hewan disajikan pada Tabel 2.
luka kulit traumatis pada bagian telinga, mata, Pada Tabel 2 terlihat bahwa lokasi luka
kepala dan juga leher bagian ventral kulit dapat ditemukan di hampir seluruh
(Mombeni et al., 2014). Kejadian dan derajat tubuh, terutama di daerah vagina, perineal,
keparahan myiasis tergantung pada kondisi pusar, leher, kepala dan kuku. Menurut Islam
daerah tersebut seperti distribusi, kepadatan et al. (2015) manifestasi klinis dan patologis
ternak dan kondisi iklim. Populasi lalat sangat myiasis pada hewan bergantung pada genus
bervariasi sepanjang tahun dan biasanya dan spesies lalat, model invasi larva, derajat
paling melimpah saat musim panas serta dan tipe migrasi setelah invasi serta tahap
lembab seperti di Australia dan negara negara siklus hidupnya. Meskipun demikian,
Timur Tengah (Tabouret et al., 2001; Otranto diagnosis pasti kasus myiasis ditentukan
et al., 2006). Sedangkan di Indonesia, dengan ditemukannya belatung pada daerah
populasi lalat akan meningkat pada saat luka.
menjelang dan selama musim hujan
(Wardhana dan Muharsini, 2005) Terapi dan Kontrol Myiasis
Penanganan myiasis pada umumnya
Diagnosa dan Gejala Klinis Myiasis berupa pengobatan bersifat lokal dan sistemik
Ketelitian dan kecermatan peternak dalam (Bhagawati et al., 2013). Pengobatan lokal
mengamati hewannya sangat dibutuhkan ditekankan pada aplikasi topikal
untuk mengenali gejala klinis yang muncul menggunakan minyak terpentin, minyak
sedini mungkin karena merupakan kunci mineral, kloroform, etil klorida, atau merkuri
untuk ketepatan mendiagnosa myiasis. klorida diikuti dengan pengambilan secara
Identifikasi kasus biasanya didahului dengan manual larva dan runtuhan jaringan yang
keterangan keluhan pemilik, riwayat penyakit, mengalami nekrosis (Francesconi dan Lupi,
kondisi hewan secara umum seperti sikap 2006). Perawatan sistemik termasuk
hewan, kondisi tubuh body condition score antibiotik spektrum luas seperti ampisilin dan
(BCS), cara berdiri maupun berjalan dan amoksisilin terutama ketika terjadinya infeksi
kemungkinan luka yang tampak dari jauh sekunder (Sankari dan Ramakrishnan, 2010).
(Radostits et al., 2000). Diagnosis selanjutnya Perawatan luka yang tepat merupakan syarat
dibuat berdasarkan pemeriksaan klinis adanya mutlak untuk memperoleh prognosa yang
perdarahan luka, demam, bau khas, baik. Manajemen perawatan luka yang tepat
ditemukannya eksudat dan belatung pada luka sangat penting untuk mencapai prognosis
(Blood dan Henderson, 1983). Menurut yang baik.
Negm-Eldin et al., (2015) kejadian myiasis Saat ini telah dikembangkan obat obatan
pada rongga hidung serta sinus domba dan herbal tradisional untuk terapi myiasis.
kambing yang disebabkan oleh Oestrus ovis. Pengalaman tim penulis di lapangan juga
Gejala klinis yang ditemukan berupa sinusitis, menunjukkan bahwa peternak sapi di Daerah
rhinitis, eksudat purulen, kesulitan bernafas, Istimewa Yogyakarta (DIY) yang berada di
pernapasan melalui mulut, kekurusan dan pelosok pedesaan hampir semua
dapat menyebabkan kematian. menggunakan air tembakau untuk
Hasil penelitian serta laporan kasus mengeluarkan larva yang terdapat dalam luka
menunjukkan bahwa bagian tubuh yang (data tidak dipublikasikan). Hasil survei
rawan mengalami kelukaan pada sapi dan Soyelu dan Masika (2009) pada peternak sapi
kambing adalah vagina (Sinha, 2012), di Afrika selatan, terapi myiasis
skrotum (Dehghani et al., 2014), perineal menggunakan tanaman Aloe ferox Mill,
(Kheirabadi et al., 2014), interdigiti (Singh Prunus persica (L.) Batsch dan Phytolacca
dan Singh, 2016), kaki depan bagian atas, heptdanra Retz yang dibuat menjadi bentuk
inguinal (Duro et al., 2007), paha, ambing, infusa dan diberikan secara topikal. Hasil
kepala (Amin et al., 1997), pangkal tanduk penelitian Widhyari et al. (2018)
(Ribeiro et al., 2002), hidung (Dorchies et al., menunjukkan bahwa domba garut penderita
70
Jurnal Ilmu Peternakan dan Veteriner Tropis (Journal of Tropical Animal and Veterinary Science), September 2019, hal. 67 –75 Vol. 9 No. 2
e-ISSN: 2620-9403 p-ISSN: 620-939X
myiasis dapat sembuh dengan pemberian lalat C. bezziana (Wientarsih et al., 2017).
salep ekstrak daun sirih merah (Piper Sedangkan Astuti et al. (2017) berhasil
crocatum) 2% dan 4%. Penelitian in vitro menggunakan krim ekstrak biji bengkuang
untuk pengobatan myiasis menunjukkan (Pachyrhizus erosus) yang mengdanung
bahwa ekstrak ethanol daun binahong bahan aktif rotenon 0.5-1.0% untuk
(Danredera cordifolia Steenis) memiliki pengobatan myiasis.
kemampuan menghambat pertumbuhan larva
Rusa Persia (Dama Telinga, mata, Stress, terdapat belatung dalam lesi, Mombeni et al., 2014
dama kepala dan leher menggigit dan menggosokan daerah
mesopotamica) bagian bawah luka
Pedet silangan Perineum, vulva Nekrosis daerah vulva dan anus, Jesse et al., 2016
Brangus dan anus ditemukan belatung pada daerah lesi
Eldan Telinga, mata dan Perdarahan di telinga, mata dan Obdana et al., 2013
(Taurotragus kepala kepala, sering menggelengkan
derbianus) kepala, menggerakan telinga,
berjalan sempoyongan dan
gangguan penglihatan
Kerbau Ekor Luka terbuka pada pangkal ekor Katoch et al., 2014
Sapi Pusar, vulva, Kelukaan di pusar, vulva, paha, Rahman et al., 2009
paha, ambing, ambing, bahu,kuku, eksudat daerah
bahu dan kuku luka dan ditemukannya belatung
Sapi FH Vagina, pusar, Kelemahan umum, demam, stress, Imtiaz et al., 2014
ekor, kepala, ditemukan belatung pada daerah
kuku, skrotum, kelukaan
telinga bagian
luar, dan mulut
Sapi perah Vulva, kuku, ditemukannya belatung pada daerah Singh dan Singh, 2016
pangkal tdanuk, kelukaan
leher, pangkal
ekor dan perianal
Pencegahan merupakan tindakan yang daerah (Nururrozi, et al., 2017). Tindakan lain
paling tepat dilakukanan untuk meminimalkan untuk mendukung pencegahan kejadian
risiko kejadian myiasis. Pencegahan penyakit myiasis adalah melalui pengendalian lalat
dapat dilakukan dengan memberikan penyebab miasis. Berbagai bentuk
penyuluhan kepada para peternak untuk pengendalian telah dikembangkan yaitu antara
memperhatikan dan menjalankan secara lain dengan penggunaan insektisida atau
seksama sanitasi ternak, kandang, lingkungan pestisida (Ahmad et al., 2012), minyak
sekitar dan pengawasan lalu lintas ternak antar esensial (Chaaban et al., 2017), vaksin
71
Yanuartono, et al Myiasis pada Ruminansia: Diagnosis, Manajemen Terapi dan Pencegahan
72
Jurnal Ilmu Peternakan dan Veteriner Tropis (Journal of Tropical Animal and Veterinary Science), September 2019, hal. 67 –75 Vol. 9 No. 2
e-ISSN: 2620-9403 p-ISSN: 620-939X
peternak sapi dalam pemanfaatan kotoran Jesse, F. F. A., Sadiq, M. A., Abba, Y.,
sapi menjadi bio-gas di Desa Sekarmojo Mohammed, K., Harith, A., Chung, E. L.
Purwosari Pasuruan. Jurnal Ilmu-Ilmu T., Bitrus, A. A., Lila, M. A. M., Haron, A.
Peternakan, 25 (2), 36-42. W., dan Saharee, A. A. 2016. Clinical
Francesconi, F., dan Lupi, O. 2012. Myiasis. management of severe cutaneous myiasis
Clin Microbiol Rev. 25(1), 79-105. in a brangus-cross calf. Int J Livestock Res.
Francesconi, F., dan Lupi, O. 2006. Myiasis. In 6 (6), 82-89.
Tyring. S.K., Lupi O., Hengge U.R. (ed.), Juyena, N. S., Tapon, M. A. H., Ferdousy, R.
Tropical dermatology. Elsevier, N., Paul, S., dan Alam, M. M. 2013. A
Philadelphia, PA210. retrospective study on occurrence of
Fujisaki, R., Makimura, K., Hayashi, T., myiasis in ruminants. Progress. Agric.
Yamamura, M., Yamaoka, T., Shiraishi, 24(1&2), 101-106.
K., Ishibashi, S., Kawakami, S., Kurihara, Kamble, S., Ganguly, S., Qadri, K., dan
T., dan Nishiya, H. 2008. Exotic myiasis Mahajan, T. 2016. Management of
caused by 19 larvae of Cordylobia Auricular Myiasis in Swine: A Case
anthropophaga in Namibia dan identified Report. Int J Contemp Pathol 2 (1), 49-50.
using molecular methods in Japan. Trop Katoch, R., Godara, R., Yadav, A., Sharma,
Med Hygiene, 102(6), 599-601. S., dan Ahmad, I. 2014. Occurrence of
Gealh, W.C., Ferreira, G.M., Farah, J G., Chrysomya bezziana in a buffalo in
Teodoro, U., dan Camarini, E.T. 2009. Jammu. J Parasit Dis., 38(4), 420-422.
Treatment of oral myiasis caused by Kaufman, P.E., Koehler, P.G., dan Butler, J.F.
Cochliomyia hominivorax, two cases 2006. External parasites on beef cattle.
treated with ivermectin. British J Oral Entomology dan Nematology Department
Maxillofac Surg. 47(1), 23-26. document, ENY-274. University of
Giangaspero, A., Marangi, M., Balotta, A., Florida, Gainesville, FL 32611.
Venturelli, C., Szpila, K., dan Di Palma, A. http://edis.ifas.ufl.edu/pdffiles/IG/IG13000
2017. Wound myiasis caused by .pdf
Sarcophaga (Liopygia) Argyrostoma Kheirabadi, K.P., Samani, A. D., dan
(Robineau-Desvoidy) (Diptera: Vardanjani, H. R. 2014. A report on the
Sarcophagidae): Additional evidences of genital myiasis by Wohlfahrtia magnifica
the morphological identification dilemma in camel herds in southwest of Iran. Vet
dan molecular investigation. Scie World J. Res Forum. 5 (4), 329-332.
1(1), 1-9. Meurer, M.I., Grdano, L.J., Rivero, E.R.C.,
Goddard, J. 1996. Flies whose maggots cause Souza, C.E.C.P., dan Marcondes, C.B.
myiasis in humans. In: Physician’s guide 2016. A rare case of labial myiasis caused
to arthropods of medical importance, 2nd by Dermatobia hominis. J Contemp Dent
edn. Florida: CRC Press, 1996. Pract., 17(11), 958-961.
Hall, M., dan Wall, R. 1995. Myiasis in Miguélez, S., Araújo, A. M., Francisco, I.,
humans dan domestic animals. Adv Suarez, J., Sánchez-Danrade, R., Paz-Silva,
Parasitol, 35, 257-312. A., dan Arias, M.S. 2016. Exposure to
Huang, H., Zhang, B., Chu, H., Zhang, D., dan Gasterophilus spp. in horses in NW Spain
Li, K. 2016. Gasterophilus (Diptera, by ELISA. J Entomol Zool Stud. 4(5),
Gasterophilidae) infestation of equids in 621-624.
the Kalamaili Nature Reserve, China. Mombeni, E.G., Mombeini, M.G.,
Parasite, 23 (36), 1-4. Lahijanzadeh, A., Kenarkohi, M., Mola,
Imtiaz, M.A., Rahman, M.A., Islam, K., S.A., Hosseini, S. K., Rezaei, A. A.,
Barua, M., Alim, M.A., Chowdhury, S., Garavdan, M. M., dan Khalaj, M. 2014.
dan Sikder, S. 2014. Prevalence dan Management dan control of an outbreak of
associated risk factors of myiasis in fatal truamatic myiasis due to Chrysomya
different areas of Chittagong, Bangladesh. bezziana in a herd of Persian Fallow Deer
Res. j. vet. pract., 2 (2), 22-27.
73
Yanuartono, et al Myiasis pada Ruminansia: Diagnosis, Manajemen Terapi dan Pencegahan
(Dama dama mesopotamica). J Vet Sci Radostits, O.M., Gay, C.C., Blood, D.C., dan
Technol., 5 (1), 1-4. Hinchcliff, K.W. 2000. Clinical
Moyo, B., dan Masika, P.J. 2009. Tick control examination and making a diagnosis. In:
methods used by resource-limited farmers Veterinary Medicine, A textbook of the
dan the effect of ticks on cattle in the rural diseases of cattle, sheep, pigs, goats dan
areas of the Eastern Cape Province, South horses. 9th edn. W B Saunders. 3–40.
Africa. Tropical Animal Health dan Rahman, M. A., Hossain, M. A., dan Alam,
Production. 41(4), 517-523. M. R. 2009. Clinical evaluation of
Negm-Eldin, M.M., Elmadawy, R.S., dan different treatment regimes for
Hanan, G.M. 2015. Oestrus ovis larval management of myiasis in cattle. Bangl. J.
infestation among sheep dan goats of Vet. Med. 7(2), 348-352.
Green Mountain areas in Libya. J. Adv. Rajamanickam, C., Soon, C.T., dan
Vet. Anim. Res., 2(4), 382-387. Paramasvaran, S. 1986. The prevalence of
Nururrozi, A., Fitrdana, M., Indarjulianto, S., myiasis of domestic animals in peninsular
dan Yanuartono. 2017. Bovine Ephemeral Malaysia. Kajian Veterinarian. 18, 153-
Fever pada ternak sapi potong di 157.
Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta Ready, P.D., Testa, J.M., Wardhana, A., Al-
(Case Report). J Ilmu-Ilmu Peternakan. 27 Izzi, M.A.J., Khalaj, M., dan Hall, M.J.R.
(1), 101-106. 2009. Phylogeography dan recent
Office International des Epizooties (OIE). emergence of the Old World screwworm
2013. Screwworm (Old World dan New fly, Chrysomya bezziana, based on
World). Technical Disease Card. mitochondrial dan nuclear gene sequences.
www.oie.int.https://www.aphis.usda.gov/a Med Vet Entomol, 23 (Suppl. 1), 43-50.
nimal_health/... Ribeiro, B. C. C, Sanavria, A., Helena, H.,
/nws_myiasis_disease_strategy.pdf Monteiro, M. S., Oliveira, M. O., dan de
Otranto, D., Johnson, G., Syvrud, K., Yoon, Souza, F. S. 2003. An inquiry of cases of
S., Hunter III, J.S., dan Rehbein, S. 2016. myiasis by Dermatobia hominis in dogs
Treatment dan control of bovine (Canis familiaris) of the Northern dan
hypodermosis with ivermectin long-acting Western zones of Rio de Janeiro city in
injection (IVOMEC® GOLD). Parasites 2000. Braz. J. Vet. Res. Anim. Sci.
& Vectors. 9 (1),1-6. 40(1),144-150.
Otranto, D., Stevens, J. R., Brianti, E., dan Ribeiro, B. C. C., Sanavria, A., de Oliveira, M.
Dorchies, P. 2006. Human dan livestock Q., de Souza, F. S., Rocco, F. S., dan
migrations: a history of bot fly biodiversity Cardoso, P.G. 2002. Inquiry of cases of
in the Mediterranean region. Trends in myiasis by Dermatobia hominis in dogs of
Parasitol. 22 (5), 209-213. the southern zone of Rio de Janeiro
Patra, S., Purkait, R., Basu, R., Konar, M. C., municipality in 2000. Braz. J. Vet. Res.
dan Sarkar, D. 2012. Umbilical myiasis Anim. Sci. 39 (4), 176-180.
associated with Staphylococcus aureus Rohela, M., Jamaiah, I., Amir, L., dan
sepsis in a neonate. J Clin Neonatol. 1(1), Nissapatorn, V. 2006. A case of auricular
42-43. myasis in Malaysia. J Trop Med Public
Pavlásek, I., dan Minář, J. 2014. New host dan Health. 37(3), 91-98.
the extend of the host range of warble fly Sankari, L. S., dan Ramakrishnan, K. 2010.
Hypoderma diana (Diptera, Oral myiasis caused by Chrysomya
Hypodermatidae). Acta Mus. Siles. Sci. bezziana. J Oral Maxillofacial Surg.14
Natur., 63(1), 61-64. DOI: 10.2478/cszma- (1), 16-18.
2014-0008 Schnur, H. J., Zivotofsky, D., dan
Prasad, S., Kumarasinghe, W., Karunaweera, Wilamowski, A. 2009. Myiasis in domestic
N.D., dan Ihalamulla, R. L. 2000. A study animals in Israel. Vet Parasitol. 161(3-4),
of cutaneous myiasis in Sri Lanka. Int J 352-355.
Dermatol., 39(9), 689–694. Singh, A., dan Singh, D. 2016. A study on the
incidence of myiasis among dairy
74
Jurnal Ilmu Peternakan dan Veteriner Tropis (Journal of Tropical Animal and Veterinary Science), September 2019, hal. 67 –75 Vol. 9 No. 2
e-ISSN: 2620-9403 p-ISSN: 620-939X
75