Diajukan sebagai syarat untuk memenuhi tugas Program Dokter Internsip Indonesia
Rumah Sakit Umum Daerah Sukadana
Oleh :
dr. Vicki Jessika
Pendamping :
dr. Lia Febriyani, MARS
dr. WayanWidyana
1
2
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat
dan karunia-Nya. Shalawat serta salam juga tidak lupa penulis sampaikan kepada
Rasulullah Muhammad SAW, dan para sahabat serta pengikutnya hingga akhir
zaman. Rasa syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala nikmat yang
telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan Referat yang berjudul
“Appendisitis Akut”. Tugas ini dibuat untuk menyelesaikan tugas INTERNSHIP
dokter Indonesia RSUD Sukadana, Lampung Timur.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan kasus ini masih jauh dari
sempurna, tetapi penulis mencoba untuk memberikan yang terbaik dengan segala
keterbatasan yang penulis miliki. Kritik dan saran penulis harapkan guna memperoleh
laporan hasil yang lebih baik dalam menyempurnakan laporan kasus ini, Semoga
laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca sekalian.
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.................................................................................................... 3
BAB. I PENDAHULUAN.................................................................................4
DEFINISI ………………………………………………………...........................6
ETIOLOGI ………………………………………………………..........................7
PATOFISIOLOGI ………………………………………………............................9
PENATALAKSANAAN ……………………………..….……............................18
DROP HAND.....................................................................................................25
TTS ....................................................................................................................32
PROGNOSIS …………………………………………………...............................36
BAB I
PENDAHULUAN
gangguan sensorik, otonom dan melemahnya reflex tendon yang dapat bersifat akut
dan kronik. Beberapa saraf perifer yang terkena meliputi semua akar saraf spinalis,
sel ganglion radiks dorsalis, semua saraf perifer dengan semua cabang terminalnya,
susunan saraf autonom, dan saraf otak kecuali saraf optikus dan olfaktorius.
akibat tekanan, atau gangguan suplai darah (vasa nervosum). Gangguan sistemik
yang secara umum dapat menyebabkan saraf sangat sensitif terhadap tekanan,
oleh proses peradangan, metabolic, atau toksik yang menyebabkan kerusakan dengan
pola difus, distal, dan simetris yang biasanya mengenai ekstremitas bawah sebelum
ekstremitas atas.
5
Kerusakan saraf perifer dialami oleh 2,4% populasi di dunia. Prevalensi ini
kan oleh carpal tunnel syndrome yang prevalensinya 3% - 5% dari populasi orang
peling sering adalah akibat Charcot-Marie-Tooth type 1a, dimana 30 dari 100.000
populasi mengalaminya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Definisi
juga disebut dengan nama acroparesthesia, median thenar neuritis atau partial thenar
atrophy. Carpal Tunnel Syndrome pertama kali dikenali sebagai suatu sindroma
klinik oleh Sir James Paget pada kasus stadium lanjut fraktur radius bagian distal.
Carpal Tunnel Syndrome spontan pertama kali dilaporkan oleh Pierre Marie dan C.
Istilah CTS diperkenalkan oleh Moersch pada tahun 1938. Terowongan karpal
terdapat di bagian sentral dari pergelangan tangan dimana tulang dan ligamentum
membentuk suatu terowongan sempit yang dilalui oleh beberapa tendon dan nervus
keras dan kaku sedangkan atapnya dibentuk oleh fleksor retinakulum (ligamentum
carpal transversum dan ligamentum calpar palmar) yang kuat dan melengkung di atas
akan menyebabkan tekanan pada struktur yang paling rentan di dalamnya yaitu
6
7
2.1.2 Etiologi
Terowongan karpal yang sempit selain dilalui oleh nervus medianus juga
dilalui oleh beberapa tendon fleksor. Setiap kondisi yang mengakibatkan semakin
medianus sehingga timbullah CTS. Pada sebagian kasus etiologinya tidak diketahui,
terutama pada penderita lanjut usia. Beberapa penulis menghubungkan gerakan yang
pergelangan tangan.
yang berulang-ulang.
hipotiroidi, kehamilan.
i. Degeneratif: osteoartritis.
Pada tahap awal gejala umumnya berupa gangguan sensorik saja. Gangguan
motorik hanya terjadi pada keadaan yang berat. Gejala awal biasanya berupa
parestesia, tebal (numbness) atau rasa seperti terkena aliran listrik (tingling) pada jari
1-3 dan setengah sisi radial jari 4 sesuai dengan distribusi sensorik nervus medianus
Carpal tunnel syndrome memiliki dua bentuk yaitu akut dan kronis. Bentuk
akut mempunyai gejala dengan nyeri parah, bengkak pergelangan tangan atau tangan,
tangan dingin, atau gerak jari menurun. Kehilangan gerak jari disebabkan oleh
kombinasi dari rasa sakit dan paresis. Bentuk kronis mempunyai gejala baik disfungsi
sensorik yang mendominasi atau kehilangan motorik dengan perubahan trofik. Nyeri
adalah nyeri di tangan yang juga dirasakan lebih berat pada malam hari sehingga
sering membangunkan penderita dari tidurnya. Rasa nyeri ini umumnya agak
meletakkan tangannya pada posisi yang lebih tinggi. Nyeri juga akan berkurang bila
Apabila tidak segera ditangani dengan baik maka jari-jari menjadi kurang
terampil misalnya saat memungut benda-benda kecil. Kelemahan pada tangan juga
sering dinyatakan dengan keluhan adanya kesulitan yang dirasakan penderita sewaktu
menggenggam. Pada tahap lanjut dapat dijumpai atrofi otot-otot thenar (oppones
pollicis dan abductor pollicis brevis) dan otot-otot lainya yang diinervasi oleh nervus
medianus.
2.1.4 Patofisiologi
diajukan untuk menjelaskan gejala dan gangguan studi konduksi saraf. Yang paling
Menurut teori kompresi mekanik, gejala CTS adalah karena kompresi nervus
medianus di terowongan karpal. Kelemahan utama dari teori ini adalah bahwa teori
ini menjelaskan konsekuensi dari kompresi saraf tetapi tidak menjelaskan etiologi
menyebabkan penipisan nutrisi dan oksigen ke saraf yang menyebabkan saraf secara
perlahan kehilangan kemampuan untuk mengirimkan impuls saraf. Scar atau luka
parut dan jaringan fibrotik akhirnya berkembang dalam saraf. Tergantung pada
10
keparahan cedera, perubahan saraf dan otot mungkin permanen. Karakteristik gejala
CTS terutama kesemutan, mati rasa, dan nyeri akut, bersama dengan kehilangan
konduksi saraf akut dan reversibel dianggap gejala untuk iskemia. Sebuah studi oleh
Seiler (dengan Doppler laser flow metry) menunjukkan bahwa normalnya aliran
darah berdenyut di dalam saraf median dipulihkan dalam 1 menit dari saat
mendukung teori iskemia akibat kompresi diterapkan secara eksternal dan karena
suplai darah dari saraf dan tekanan darah sistolik. Hasil studi Kiernan menemukan
bahwa konduksi melambat pada median saraf dapat dijelaskan oleh kompresi iskemik
saja dan mungkin tidak selalu disebabkan myelinisasi yang terganggu (Bahrudin,
2011).
Menurut teori getaran, gejala CTS bisa disebabkan oleh efek dari penggunaan
jangka panjang alat yang bergetar pada saraf median di karpal tunnel.Lundborg
mencatat edema epineural pada saraf median dalam beberapa hari berikut paparan
Hipotesis lain dari CTS adalah bahwa faktor mekanik dan vaskular memegang
peranan penting dalam terjadinya CTS. Umumnya CTS terjadi secara kronis dimana
Kongesti yang terjadi ini akan mengganggu nutrisi intravesikuler lalu diikuti oleh
anoksia yang akan merusak endotel. Kerusakan endotel ini akan mengakibatkan
bagaimana keluhan nyeri dan sembab yang timbul terutama pada malam atau pagi
hari akan berkurang setelah tangan yang terlibat digerakkan atau diurut, mungkin
akibat terjadinya perbaikan sementara pada aliran darah. Apabila kondisi ini terus
berlanjut akan terjadi fibrosis epineural yang merusak serabut saraf. Semakin lama
hal itu terjadi, saraf dapat mengalami atrofi dan digantikan oleh jaringan ikat yang
Selain akibat adanya penekanan yang melebihi tekanan perfusi kapiler akan
berhubungan dengan naiknya berat badan dan Indeks Masa Tubuh (IMT). Indeks
Masa Tubuh yang rendah merupakan kondisi kesehatan yang baik untuk proteksi
fungsi nervus medianus. Pekerja dengan IMT minimal ≥25 lebih mungkin untuk
terkena CTS dibandingkan dengan pekerjaan yang mempunyai berat badan ramping.
American Obesity Association menemukan bahwa 70% dari penderita CTS memiliki
12
kelebihan berat badan. Resiko CTS meningkat setiap peningkatan IMT sebanyak 8%
(Tana, 2004). Pergelangan tangan mempunyai struktur anatomi yang rumit dan aktif.
tulang carpal dan fleksor retinaculum atau ligamentum carpal transversalis. Di dalam
tunnel (terowongan) ini lewat atau tersusun secara rapat fleksor digitorum profunda
oleh adanya iritasi secara terus menerus pada nervus medianus di daerah pergelangan
tangan. Banyak faktor yang dapat mengawali timbulnya sindrom ini, baik sistemik
maupun lokal, namun khusus bagi para pemakai komputer, faktor iritasi lokal
terhadap nervus medianus inilah yang tampaknya perlu mendapat perhatian lebih
Bila kedudukan antara telapak tangan terhadap lengan bawah bertahan secara
tidak fisiologis untuk waktu yang cukup lama, maka gerakan-gerakan tangan akan
medianus secara berlebihan. Hal lain yang dapat terjadi yaitu adanya bagian
persendian tangan yang mengalami tekanan atau regangan yang berlebih dan sebagai
tidak fisiologis ini antara lain dengan mempertebal ligamentum karpi transversum.
Penebalan ini akan mempersempit terowongan tempat lalunya saraf dan urat, dan
Pada operasi, tak jarang dijumpai perubahan struktur pada nervus medianus di
daerah proximal dari tepi atas ligamentum karpi ransversum, tanpa diikuti oleh
penyebab di atas dapat berjalan secara terpisah ataupun bersamaan. Nervus medianus
sendiri mulai dari daerah pergelangan tangan, 94% merupakan serabut perasa /
sensoris, sedangkan 6% merupakan serabut motoris yang ke arah ibu jari. Dengan
demikian, pada awalnya gejala lebih banyak ditandai dengan kejadian parestesia
hilangnya rasa raba). Bila sudah ada gejala motorik (otot pangkal ibu jari tangan
perhatian khusus pada fungsi, motorik, sensorik dan otonom tangan. Beberapa
pemeriksaan dan tes provokasi yang dapat membantu menegakkan diagnosa CTS
1. Tes Phalen
Penderita diminta melakukan fleksi tangan secara maksimal. Bila dalam waktu
60 detik timbul gejala seperti CTS, tes ini menyokong diagnosa. Beberapa
penulis berpendapat bahwa tes ini sangat sensitif untuk menegakkan diagnosa
CTS.
14
2. Tes Torniquet
tensimeter di atas siku dengan tekanan sedikit di atas tekanan sistolik. Bila dalam
1 menit timbul gejala seperti CTS, tes ini menyokong diagnose (Katz, 2011).
3. Tinel’s Sign
Tes ini mendukung diagnosa bila timbul parestesia atau nyeri pada daerah
4. Flick’s Sign
jarinya. Bila keluhan berkurang atau menghilang akan menyokong diagnosa CTS
(Katz, 2011).
5. Thenar Wasting
Pada inspeksi dan palpasi dapat ditemukan adanya atrofi otot-otot thenar (Katz,
2011).
Kekuatan dan keterampilan otot dapat dinilai secara manual maupun dengan alat
dilakukan serentak pada kedua tangan sehingga dapat dibandingkan. Bila dalam
16
60 detik timbul gejala-gejala seperti CTS, maka tes ini menyokong diagnosa CTS
(Katz, 2011).
8. Tes Tekanan
Bila dalam waktu kurang dari 120 detik timbul gejala seperti CTS, tes ini
Penderita diminta melingkarkan ibu jari dan jari telunjuknya pada botol atau
gelas. Bila kulit tangan penderita tidak dapat menyentuh dindingnya dengan
Bila penderita tidak dapat membedakan dua titik (two-point discrimination) pada
jarak lebih dari 6 mm di daerah nervus medianus, tes dianggap positif dan
Pada penderita diperhatikan apakah ada perbedaan keringat, kulit yang kering
atau licin yang terbatas pada daerah innervasi nervus medianus. Bila ada akan
positif dan berkurangnya jumlah motor unit pada otot-otot thenar. Pada beberapa
kasus tidak dijumpai kelainan pada otot-otot lumbrikal.EMG bisa normal pada
31% kasus CTS. Pada 15-25% kasus, Kecepatan Hantar Saraf (KHS) bisa
normal. Pada yang lainnya KHS akan menurun dan masa laten distal (distal
pergelangan tangan. Masa laten sensorik lebih sensitif dari masa laten motorik
(Latov,2007).
sedang, dan berat. Carpal Tunnel Syndrome ringan merupakan prolongasi relatif
atau absolut dari nervus sensorik atau palmar median. Sebagai tambahan,
amplitudo potensial terlihat sedikit berkurang. Pada CTS sedang, latensi sensorik
dan motorik menjadi lebih panjang secara relatif atau absolut. Carpal Tunnel
Syndrome berat ditandai dengan adanya latensi sensorik dan motorik yang
rendah atau ketiadaan potensial motorik. Pada pemeriksaan EMG jarum biasanya
(Stevens, 2014).
18
2. Pemeriksaan Radiologi
apakah ada penyebab lain seperti fraktur atau artritis. Foto polos leher berguna
untuk menyingkirkan adanya penyakit lain pada vertebra. USG, CT-scan dan
MRI dilakukan pada kasus yang selektif terutama yang akan dioperasi. USG
dilakukan untuk mengukur luas penampang dari saraf median di carpal tunnel
3. Pemeriksaan Laboratorium
Bila etiologi CTS belum jelas, misalnya pada penderita usia muda tanpa adanya
kadar gula darah, kadar hormon tiroid ataupun darah lengkap (Rambe,2004).
2.1.7 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan CTS tergantung pada etiologi, durasi gejala, dan intensitas kompresi
saraf. Jika sindrom adalah suatu penyakit sekunder untuk penyakit endokrin,
2011).
1. Medikamentosa
Terdapat beberapa terapi terhadap CTS yang masih dipergunakan hingga saat ini,
menggunakan jarum no.23 atau 25 pada lokasi 1cm ke arah proksimal lipat
Sementara suntikan dapat diulang dalam 7 sampai 10 hari untuk total tiga
2009)
b. Vitamin B6 (Piridoksin)
ringan sampai sedang. Obat pilihan untuk terapi awal biasanya adalah
2. Non Medikamentosa
Kasus ringan selain bisa diobati dengan obat anti inflamasi non- steroid (OAINS)
dalam posisi netral selama minimal 2 bulan, terutama pada malam hari atau selama
ada gerak berulang. Jika tidak efektif,dan gejala yang cukup mengganggu, operasi
sering dianjurkan untuk meringankan kompresi. Oleh karena itu sebaiknya terapi CTS
Terapi Konservatif
i. Istirahatkan pergelangantangan.
ii. Pemasangan bidai pada posisi netral pergelangan tangan. Bidai dapat
dipasang terus-menerus atau hanya pada malam hari selama 2-3 minggu.
iii. Nerve Gliding, yaitu latihan terdiri dari berbagai gerakan (ROM) latihan
gerakan membujur sepanjang saraf median dan lain dari ekstremitas atas.
tangan.
Terapi Operatif
Operasi hanya dilakukan pada kasus yang tidak mengalami perbaikan dengan
terapi konservatif atau bila terjadi gangguan sensorik yang berat atau adanya
atrofi otot-otot thenar. Pada CTS bilateral biasanya operasi pertama dilakukan
pada tangan yang paling nyeri walaupun dapat sekaligus dilakukan operasi
bila terapi konservatif gagal atau bila ada atrofi otot-otot thenar, sedangkan
Biasanya tindakan operasi CTS dilakukan secara terbuka dengan anestesi lokal,
parut yang minimal, tetapi karena terbatasnya lapangan operasi tindakan ini
(Bahrudin, 2011).
2.2.1 Definisi
Claw hand merupakan salah satu bentuk kecacatan pada tangan yang biasa
disebut jari-jari kriting. Claw hand terjadi akibat kerusakan saraf ulnaris dan saraf
medianus, dimana kita ketahui bahwa kedua saraf tersebut mempersarafi otot-otot
pada jari-jari. Claw hand termasuk kecacatan fisik pada tangan yaitu
interpalangeal joint fleksi. Kelumpuhan atau claw hand tersebut dianggap permanet
jika pada waktu mulai terjadinya kelemahan sampai lumpuh diatas 6 bulan.
23
2.2.2 Etiologi
merupakan salah satu cabang terbesar dari fesikulus medialis. Di belakang kondilus
medialis humeri ia dapat teraba. Otot-otot yang disarafinya ialah m. fleksor karpi
lumbrikalis sisi ulnar, kedua m. interosei dorsalis sisi ulnar, m. aduktor polisis dan
bagian ulnar fleksor polisis brevis. Karena kelumpuhan otot-otot tersebut, maka
Dimana didalam kelainan itu, jari kelingking dan jari manis tidak dapat berfleksi
bersikap menekuk. Sedangkan ibu jari tidak dapat melakukan aduksi serta atrofi
melanda otot interosei sisi ulnar dan otot-otot hipotenar. Kawasan sensoriknya adalah
kulit yang menutupi jari kelingking dan separuh jari manis. Lesi pada n. ulnaris dapat
terjadi karena fraktur atau dislokasi di siku. Oleh sebab kubitus vagus atau osteofit n.
ulnaris dapat tergeser, sehingga pindah dari belakang kondilus humeri ke depannya.
Sering juga dijumpai neuritis n. ulnaris karena kuman Hansen. Pada tahap dininya
dirasakan nyeri sepanjang jari kelingking, namun pada tahap lanjutnya terdapat
2.2.3 Gejala
1. nyeri dan atau parestesia seperti kesemutan yang menjalar ke bawah dari siku
2. atrofi dan kelemahan otot-otot intrinsik tangan (eminensia tenar masih baik)
4. deformitas tangan cakar (claw hand) yang khas pada lesi kronik
Froment's sign
memegang selembar kertas memakai ujung ibu jari dan sisi radial jari
telunjuk. Hasil uji positif jika saat penguji menarik kertas dari pegangan
25
pasien maka phalang terminal ibu jari pasien akan terfleksikan atau jika
tersebut tajam atau tumpul. Dan hasilnya positif jika pasien beberapa kali
2.3.1 Definisi
2.3.2 Etiologi
1. Trauma
Pada fraktur dan dislokasi, neuropati terjadi karena penekanan saraf oleh fragmen
tulang, hematom, kallus yang berbentuk sesudah fraktur, atau karena peregangan
sarar akibat suatu dislokasi. Neuropati radialis sering terjadi pada fraktur kaput
menggantungkan lengan diatas sandaran kursi (Saturday night palsy), atau tidur
dengan kepala diatas lengan atas. Akibat penekanan pada waktu saraf ini
menembus septum intermuskularis lateralis. Pada tempat mana saraf ini terletak
agak superfisial dan menempel pada tulang (Dyck 1987). Disamping itu trauma
pada waktu olah raga, kerja, pemakain kruk, atau posisi tangan pada waktu
2. Infeksi
Dapat terjadi karena: sifilis, herpes zoster, lepres dan TBC. Bisa mengenai saraf
3. Toksik.
4. Penyakit vaskuler
5. Neoplasma
2.3.3 Gejala
digitorum.
- Sensorik : Perasaan hilangnya sensasi diatas dari dorsum ibu jari. Pada lesi yang
2.4.1 Definisi
bagian depan kaki yang mengacu kepada kelemahan otot-otot yang memungkinkan
2.4.2 Etiologi
Drop Foot adalah gejala dari masalah yang mendasari, dari penyakit itu
sendiri. Hal ini dapat bersifat sementara atau permanen. Penyebab drop foot meliputi:
Cedera saraf. Merupakan penyebab yang paling sering terjadi, drop foot
disebabkan oleh cedera pada saraf peroneal. Saraf peroneal merupakan cabang
dari saraf sciatic yang membungkus dari belakang lutut ke depan tulang kering.
Karena itu duduk sangat dekat dengan permukaan, dapat menyebabkan cedera
dengan mudah.
Cedera pada saraf peroneal juga dapat dikaitkan dengan rasa sakit atau mati rasa
Cedera olahraga
Diabtes Melitus
Persalinan
29
Cedera pada akar saraf di tulang belakang juga dapat menyebabkan drop
foot.
Stroke
Multiple sclerosis ( MS )
Cerebral palsy
Muscular dystrophy
Polio
Nyeri
Kelemahan
Gejala yang paling umum dari penurunan kaki, gaya berjalan steppage tinggi sering
ditandai dengan menaikkan paha dalam mode berlebihan sambil berjalan, seolah-olah
menaiki tangga.
2.5.1 Definisi
Tarsal tunnel adalah ruang sempit yang terletak di bagian dalam pergelangan
kaki sebelah tulang pergelangan kaki. Terowongan ditutupi dengan ligament tebal
(flexor retinakulum yang melindungi dan memelihara struktur yang terkandung dalam
terowongan-arteri, vena, tendon dan saraf. Salah satu struktur ini adalah saraf tibialis
Sindrom Tarsal tunnel adalah kompresi pada saraf tibialis posterior yang
menghasilkan gejala sepanjang jalur saraf. Tarsal tunnel syndrome mirip dengan
carpal tunnel syndrome, yang terjadi dipergelangan tangan. Kedua gangguan timbul
2.5.2 Etiologi
tissue masses dapat menimbulkan compression neuropathy dari bagian saraf tibialis
posterior. Contoh termasuk lipoma, tendon sheath ganglia, neoplasma pada tarsal
canal, nerve sheath dan nerve tumor, dan vena varicose. Tulang yang menonjol dan
exostoses dapat pula menimbulkan gangguan. Sebuah penelitian dari Daniel dan
tetapi dari klinis umumnya: gangguan sensorik yang bervariasi dari mulai sharp pain
sampai hilangnya sensasi, gangguan motorik dengan resultant atrophy dari intrinsic
musculature, dan gait abnormality (Contoh Overpronation dan pincang karena nyeri
dengan weight bearing). Deformitas dari hindfoot valgus berpotensi ke dalam gejala
dari tarsal tunnel syndrome karena deformitas tersebut dapat meningkatkan tension
Tanda Tinel (nyeri yang menyebar dan parestesi sepanjang perjalanan dari
saraf) dapat timbul pada bagian posterior dari maleolus medial. Gejala-gejala tersebut
umumnya akan berkurang saat beristirahat, meskipun tidak semua gejala tersebut
33
hilang seluruhnya. (Perkusi dari saraf bagian distal dengan manifestasi berupa
parestesia dikenal sebagai tanda Tinel. Hal ini jangan sampai dibingungkan dengan
tanda dari Phalen, yaitu kompresi saraf selama 30 detik, dengan timbulnya kembali
gejala-gejala tersebut).
ringan, tusukan dengan peniti, dan suhu pada pasien-pasien dengan distal symmetric
tulang, penipisan pada phalang, atau adanya bukti akan neuropathy (contoh: Charcot
perubahan pada anggota tubuh seperti pes cavus, rambut rontok, dan ulkus.
dapatlah berguna untuk mengevaluasi penyebab dari tarsal tunnel syndrome dan
dari tipe-tipe dari jaringan saraf (sensorik, motorik atau keduanya) dan
34
lainnya pada tarsal tunnel. Sebagai tambahan, MRI berguna dalam menilai suatu
kelainan struktur dari kaki, fraktur, bony masses, osteophytes, dan subtalar joint
coalition.
2.5.6 Penatalaksanaan
Medikamentosa
injeksi steroid intra canal tarsal sering dikombinasikan dengan anestesi lokal
seperti lidokain.
Prinsip terapi ini adalah menurunkan tekanan pada n. tibialis posterior pemakaian
DAFTAR PUSTAKA
PETER DUUS : Diagnosis Topik Neurologi Anatomi, Fisiologi, Tanda, Gejala, Alih
Bahasa : Devy H.R ; Editor : Wita Lukito, Jakarta. ECG, 1996 Hal 27,43,44,45.
DIAN RAKYAT