UNSUR INTRINSIK
Tokoh :
Delisa
Ummi Salamah
Abi Usman
Kak Fatimah
Kak Zahra
Kak Aisyah
Umam
Tiur
Ustadz Rahman
Bu Guru Nur
Koh Acan
Sersan Ahmad
Sophi
Penokohan
Delisa
Susah bangun
Kutipan : “Yeee, Delisa jangankan digerak gerakkan kencang-kencang, speaker meunasah ditaruh di
kupingnya saja, ia nggak bakal bangun-bangun juga!” Aisyah membela diri. (Hal 2)
Pelupa
Kutipan : “Delisa tuh selalu lupa untuk mengecek di atas mejanya dulu, kalau nyari sesuatu!’ Fatimah
mengingatkan.Hal 49)
Penyayang
Kutipan : “Delisa.. cinta Ummi karena Allah!” Ia pelan sekali mengatakan itu,Tetapi suara itu berharga.
Amat menggetarkan. Kalimat yang bisa meruntuhkan tembok hati. (Hal 53)
Suka berbagi
Kutipan : “Kak Aisyah tenang aja, Nanti Delisa kasih pinjam deh!” Delisa sudah berseru duluan. (Hal 14)
Delisa buru-buru membuka bungkus coklatnya. Memotongnya separuh. Menyerahkan potongan itu
pada kak Aisyah.(Hal 62)
”Kak Copi potong aja separuhnya..” Delisa berkata sambil tersenyum saat Shopi hendak menyerahkan
lagi cokelat yang sudah terbuka. Shopi tertegun. Ia mengerti sekarang, gadis kecil di hadapannya
ternyata hendak berbagi. (Hal 135)
Tegar
Kutipan : “Kaki… Kaki Delisa dipotong Bi!” Delisa menyeringai. Abi mengeluh… Ya Allah, pemandangan
ini sungguh sangat menyakitkan, teramat menusuk hatinya. Lihatlah, Delisa ringan saja menyampaikan
semua berita itu.(Hal 144)
Kutipan : Delisa mendengar suara mengerikan itu. Tetapi Delisa sedang khusyuk. Delisa ingin
menyelesaikan shalatnya dengan baik. Ya Allah Delisa ingin berpikiran satu. Maka Ia tidak bergeming
dari berdirinya.(Hal 71)
Pantang Menyerah
Kutipan : ”Badannya terus terseret. Ya Allah, Delisa ditengan sadar dan tidaknya ingin sujud… Ya Allah,
Delisa ingin sujud dengan sempurna. Delisa sekarang hafal bacaannya… Delisa tidak lupa seperti tadi
shubuh (Hal 71)
Ummi Salamah
Bijaksana
Kutipan : Tidak! Ummi memang sengaja menunjuk Aisyah melakukan pekerjaan itu, agar Aisyah lebih
bertanggung-jawab atas adiknya.
“Nah, kalau bukan untuk kalung, kamu nggak sepantasnya cemburu dengan hadiah adikmu kan? Ah iya,
besok lusa kan kita bisa pergi ke tempat Koh Acan lagi masing-masing nanti beli huruf untuk kalungnya.
Penyayang
Kutipan : “Ummi Cinta Delisa karena Allah!” Ummi Salamah terisak memluk bungsunya. Memeluknya
erat. (Hal 53)
Abi Usman
Pekerja keras
Kutipan : Abi bekerja sebagai pelaut di salah satu kapal tanker perusahaan minyak asing – Arun yang
pulangnya 3 bulan sekali.
Pengertian
Kutipan : “Tentu saja Delisa bisa menghafalnya kembali. Insya Allah jauh lebih cepat sekarang… Kan,
Delisa pernah menghafal sebelumnya. (Hal 151)
Perhatian
Kak Fatimah
Tegas
Kutipan: “Ais, kamu memangnya nggak bisa bangunin delisa nggak pakai teriak-teriak apa?” (Hal 2)
Sabar
Kak Aisyah
Keras Kepala
Egois
Kutipan : “Makanya kamu cepetan menghafal bacaannya…. bikin repot saja!” (Hal 8)
Iri
Kutipan : “Kenapa Delisa dapat kalung yang lebih bagus! kenapa kalung Delisa lebih bagus dibandingkan
dengan kalung Aisyah… lebih bagus dari kalung Zahra… kalung Kak Fatimah.” (Hal 32)
Kak Zahra
Sabar
Kutipan :”Iya! Tapi kamu nyarinyakan bisa lebih pelan sedikit? Nggak mesti merusak lipatan pakaian
yang lainkan?” (Hal 49)
Pendiam
Kutipan : Hening tak memperdulikan kegiatan Delisa. Lebih hening dari pada Zahra yang memang
pendiam. (Hal 25)
Umam
Nakal
Kutipan : “Maafin Umam, Umi. Umam ngaku, Umam yang ngambil uang belanja Umi”
Jahil
Kutipan : Ustadz Rahman yang barusan melolotin Teuku Umam yang lagi ijeng menjawil Jilbab Tiur. (Hal
38)
Tiur
Baik
Ustadz Rahman
Pengetian
Kutipan : “Biar nggak kebolak-balik kamu mesti menghafalnya berkali-kali… Baca berkali-kali… nanti
nggak lagi! Nanti pasti terbiasa.” (Hal 38)
Bijaksana
Kutipan : Bukan Ustadz Rahman tidak mau menjelaskan panjang lebar. Tetapi mengajari anak kecil
seperti Delisa, harus ada tehniknya. (Hal 39)
Bu Guru Nur
Kutipan : Ibu Guru Nur sungguh pintar membesarkan hati. (Hal 66)
Koh Acan
Baik Hati
Kutipan : “Tidaklah…Kalau untuk hadiah hafalan shalat ini, Ummi Salamah bayar separuh saja, haiya!”
(Hal 20)
Sersan Ahmad
Tegas
Kutipan : “CARI TERUS! KUMPULKAN MAYAT SEBANYAK MUNGKIN! PERIKSA SELURUH TEMPAT!” Sersan
Ahmad galak menatap pasukannya yang begitu lamban.
Sophie
Perhatian
Kutipan : “ Kamu hari ini mandi, ya… Sebentar, kakak siapkan dulu airnya… “ ( Hal 132)
Smith
Perhatian
Alur dalam novel “Hafalan Shalat Delisa”, yaitu Alur Maju. Hal ini dibuktikan oleh beberapa tahapan
sebagai berikut :
Awal cerita dalam novel ini didahului oleh sebuah keluarga yang memiliki seorang anak bernama Delisa.
Delisa adalah anak kecil berumur 6 tahun yang sedang berusaha menghafal bacaan shalatnya. Delisa
selalu susah untuk menghafal bacaan shalatnya. Setiap shalat Kak Aisyah membaca keras-keras bacaan
shalatnya agar Delisa lebih mudah untuk menghafal bacaan shalatnya. Kak Aisyah selalu menjahili
Delisa. Abi Delisa bekerja di pertambangan minyak sehingga Abi Delisa pulang 3 bulan sekali.
Awal pertikaian ditunjukan ketika delisa akan dibelikan kalung oleh ibu sebagai hadiah telah menghafal
bacaan shalatnya. Namun kalung yang delisa beli berbeda dengan kalung yang dibelikan ibu kepada
kakak-kakaknya. Hal tersebut membuat Kak Aisyah merasa cemburu atau iri terhadap kalung yang
dibelikan ibu kepada Delisa
Titik puncak certita adalah ketika Delisa sedang menjalani tes hafalan bacaan shalat oleh Ibu Guru Nur.
Ketika itu tiba-tiba saja kota Aceh dilanda gempa yang sangat kuat. Gempa itu berskala 9.1 SR. Delisa
yang sedang tes tetap melanjutkannya, tidak peduli kondisi sekitar seperti apa. Padahal semua murid
yang sedang menunggu giliran sudah berhamburan keluar sekolah. Namun Ibu Guru Nur tetap setia
menemani Delisa. Setelah gempa mereda, air laut seketika naik sangat tinggi, menyebabkan para
nelayan berlari kesana-kesini. Ternyata gempa itu disertai dengan tsunami. Air dengan arus yang sangat
dahsyat menerjang tubuh mungil Delisa yang sedang menjalani tes. Abi yang tau berita ini lewat televisi,
langsung meminta cuti ke bosnya untuk kembali ke aceh dan segera mengetahui kondisi keluarganya.
Namun ketika Abi sampai di Aceh, dia mendapat berita yang menyedihkan. Abi di beritahu oleh Koh
Acan bahwa semua anggota keluarganya telah meninggal. Hanya tinggal Delisa sajalah yang sampai saat
ini belum ditemukan juga.
Antiklimaks
Antiklimaks dalam novel ini ketika Delisa telah merelakan kepergian seluruh anggota keluarganya kecuali
Abi. Delisa tidak akan pernah membahas Ummi didepan Abi. Delisa tidak ingin membuat Abi sedih. Dan
semenjak kejadian itu Delisa lupa akan semua hafalan shalat yang pernah ia hafal. Delisa berusaha untuk
menghafalnya lagi namun hal terserbut malah semakin sulit untuk dihafal.
Penyelesaian Masalah
Pada akhirnya, Delisa tersadar hal apa yang dapat membuat lupa akan hafalan shalatnya itu. Hal itu
adalah Delisa menghafal bacaan shalatnya hanya demi mendapat kalung dari Ummi. Delisa menghafal
bacaan shalatnya agar mendapat imbalan dari Ummi. Dan sekarang Delisa sudah dapat mengingat
seluruh hafalan shalatnya karena Delisa memiliki satu niat, yaitu ikhlas dalam melakukan apapun dan
jangan mengharapkan suatu imbalan.
LATAR
Latar Tempat
Lhok Nga
Kamar Rawat
Kutipan :Shopi melangkah keluar kamar, entah mengambil apa (Hal 132)
Hutan
Kutipan : Sersan Ahmed berlari menuju semak belukar tersebut. (Hal 109)
Tenda darurat
Kutipan : Delisa menatap tenda-tenda yang berjejer rapi tersebut. (Hal 156)
Latar Waktu
Pagi hari
Cahaya matahari menyemburat dari balik bukit yang memagari kota (Hal 5)
Siang hari
Sore hari
Kutipan : Matahari bergerak menghujam bumi semakin rendah. Jingga memenuhi langit (Hal 46)
Dini Hari
Kutipan : Malam ketiga ketika Delisa terbaring tak berdaya. Pukul 02.45 (Hal 112)
Latar Suasana
Ramai
Kutipan : Pasar Lhok Nga ramai sekali. Hari Ahad begini. Semua seperti sibuk berbelanja. (Hal 19)
Senang
Kutipan : “Delisa boleh pilih kalungnya sendiri, kan? Seperti punya Kak Fatimah, punya Kak Zahra atau,
seperti punya Kak Aisyah!” (Hal 17)
Sedih
Kutipan : Sungguh semua hancur. Sungguh semuanya musnah. Ya Allah, kami belum pernah melihat
kehancuran seperti ini. Kota ini tak bersisa, kota ini luluh lantak hanya meninggalkan berbilang kubah
masjid, kota itu menjadi cokelat, kota ini tak berpenghuni lagi. Kota ini! Kota itu! (Hal 81)
SUDUT PANDANG
Sudut pandang yang digunakan pengarang dalam novel tersebut yaitu sudut pandang orang ketiga serba
tahu. Hal ini dibuktikan oleh pengarang yang selalu menyebut nama tokoh-tokoh pemeran dalam novel
tersebut, dimana seakan-akan pengarang begitu mengerti perasaan yang dialami tokoh dalam cerita.
Kutipan : “Ummi Salamah terpana. Ya Allah, kalimat itu sungguh indah. Ya Allah… kalimat itu membuat
hatinya meleleh seketika” (Hal 53)
Gaya Bahasa
Gaya Hiperbola
Kutipan : “Ya Allah… kalimat itu membuat hatinya meleleh seketika” (Hal 53)
“Ya Allah, tubuh itu bercahaya. Tubuh yang ditatapnya bercahaya. Berkemilauan-menakjubkan. Lihatlah!
lebih indah dari tujuh pelangi dijadikan satu”. (Hal 108)
Gaya Personifikasi
Gaya Metafora
Kutipan : “Pohon-pohon bertumbangan bagai kecambang tauge yang akarnya lemah menunjang”. (Hal
70)
AMANAT
Amanat yang dapat diambil dari novel “Hafalan Sholat Delisa” yaitu Apabila kita memiliki kemauan pasti
ada jalannya. Namun apabila kita ingin mencapai suatu harapan hanya untuk sebuah imbalan itu
percuma, karena hal yang kita lakukan tersebut tidak berasal dari hati kita sendiri tapi berasal dari nafsu
kita untuk mendapat imbalan tersebut. Sebaiknya kita melakukan apapun sesuai dengan hati kita,
jangan pernah mengharapkan suatu imbalan apapun terhadap perkejaan atau suatu harapan yang kita
inginkan. Dan sebaiknya kita juga melakukan apapun dengan hati yang lapang dan ikhlas. Kehidupan dan
Kematian memang kehendak dari Allah SWT. Kehidupan yang kekal yakni bKehidupan akhirat.
Kenikmatan akan diberikan pada setiap hamba yang beramal sholeh dan siksaan dan kepedihan
hanyalah untuk hamba yang ingkar. Maka hendaknya kita memanfaatkan kehidupan kita di dunia
hanyalah untuk beribadah pada Allah. Tanamkan sikap zuhud dan senaantiasa beramal sholeh. Hidup
untuk Yang Maha Hidup