Pelajar Indonesia yang sejatinya menjadi tolak ukur masa depan bangsa
mulai kabur dari fungsi dan hakikatnya. Fungsi dan hakikat pelajar yang sejatinya
memajukan bangsa dengan gudang keilmuannya dan membawa bangsa kearah
yang lebih baik lagi. Namun yang terjadi sekarang, justru dengan kemajuan ilmu
pengetahuan itu sendiri pelajar seakan menohok bangsa dengan berbagai
penghianatan. Mulai dari kenakalan yang ditimbulkannya, kasus kriminal bahkan
mencinderai nilai-nilai kebangsaan.
Kasus kriminal akhir-akhir ini banyak didalangi oleh remaja dan didominasi oleh
pelajar. Mulai dari tawuran, narkoba, pelecehan seksual, miras dan lain- lain. Menurut
data Komnas Perlindungan Anak1, jumlah tawuran pelajar tahun 2011 sebanyak 339
kasus dan memakan korban jiwa 82 orang. Tahun sebelumnya, jumlah tawuran antar-
pelajar sebanyak 128 kasus. Hingga September 2012 terjadi 86 kali tawuran antarpelajar
dengan 26 korban meninggal.
1
Dalam
http://edukasi.kompas.com/read/2012/11/28/20233387/Pendidikan.Karakter.SMK.Harus.Direkap
asitasi (diakses tanggal 12 Desember pukul 13.04)
1
Rumusan Masalah.
Tujuan Penulisan :
1. Untuk mengetahui dan menelaah lebih jauh tentang tawuran antar pelajar.
2. Untuk mengetahui penyebab tawuran antar pelajar di Indonesia.
3. Untuk mengetahui solusi cerdas dalam menghadapi tawuran antar pelajar
di Indonesia.
Manfaat Penulisan :
Dengan adanya karya tulis ilmiah ini, dapat menambah wawasan ilmu
pengetahuan dan dapat menjawab persoalan tentang tawuran antar pelajar yang
marak di Indonesia.
TINJAUAN PUSTAKA
2
Peranan Penting Pendidikan Karakter.
Hal itu di pertegas oleh tulisan Prof. Dr. Muchlas Samani dan Drs.
Hariyanto, M.S (2011:1) mengenai pernyataan presiden pertama Republik
Indonesia, Bung Karno:“Bangsa ini harus dibangun dengan mendahulukan
pembangunan karakter (character building) karena character building inilah yang
akan membuat Indonesia menjadi bangsa yang besar, maju dan jaya, serat
bermartabat. Kalau character building ini tidak dilakukan, maka bangsa Indonesia
akan menjadi bangsa kuli”.
3
Tawuran : Wujud Demoralisasi Pelajar di Indonesia
Tawuran antar pelajar yang kini marak di dunia pendidikan bukan lagi
sebatas isu namun sudah menjadi masalah nasional yang kompleks. Dan tentunya
membawa akibat yang tidak remeh, mulai dari kematian, cacat, sampai depresi.
Sehingga perlu ditangani secara terpadu dan berkelanjutan, mengingat pelajar
sebagai generasi muda memiliki peran yang besar demi masa depan bangsa.
METODE PENULISAN
Jenis Penulisan
2
John M. Echols dan Hasan Shadly, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta:PT.Gramedia, cet xii), 101
4
Penulisan ini berjenis Karya Tulis Ilmiah. Penulis tidak mengadakan penelitian.
Objek Penelitian
Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini mengambil objek melalui realitas maraknya
tawuran pelajar dan mencari solusinya melalui Pendidikan Karakter.
Teknis Analisis
5
Tawuran identik dengan suatu kegiatan perkelahian atau tindak kekerasan
yang dilakukan oleh sekelompok atau suatu rumpun masyarakat. Itu dikarenakan,
pelajar yang merasa tidak mendapatkan kasih sayang dan perhatian yang cukup
dari luar, kemudian merasa tersisih, dan mereka menjadi merasa berarti ditengah
gangnya. Dengan perasaan senasib dan sepengetahuan itu, secara otomatis mereka
selalu menggerombol, mencari dukungan moril guna memainkan peranan sosial
yang berarti dan melakukan perbuatan spektakuler secara bersama-sama, karena
itulah gerombolan anak muda senang berkelahi antar kelompok supaya lebih
nampak egonya.
Tawuran antar pelajar kerap terjadi hampir setiap tahunnya. Tak hanya
menimbulkan korban luka, tapi juga korban jiwa. Berikut data kasus tawuran
antarpelajar dari Polda Metro Jaya di sepanjang tahun 2012:
4. 26 Juli 2012: Tawuran siswa SMA Budi Utomo dengan Santa Yoseph
di Jalan Kramat Raya Senen, Jakarta Pusat. Korban bernama Roni
6
(28). Ia mengalami luka bakar di bagian kaki kanannya akibat
lemparan air keras.
Data diatas merupakan sample dari sekian banyak kasus yang berhasil
dilansir oleh kepolisian. Jika ditanggapi secara apatis, maka data itu tidak berarti
karena memang sering mewarnai di segala bingkai berita Nasional. Tetapi, jika
kita baca seksama, dari kesekian kasus itu didominasi oleh pelajar yang tak lain
adalah generasi penerus bangsa. Lalu, bagaimana nasib bangsa ini, jika generasi
penerusnya memiliki moral yang tidak baik. Maka hal itu, sangat memprihatinkan
kita semua.
3
Dalam: http://kabarsore.com/berita/1842-8-kasus-tawuran-antarpelajar-di-tahun-2012.html
diakses Sabtu, 15Desember 2012 pukul 06.00
7
Keprihatinan itu telah menjadi masalah Nasional. Pada perayaan Hari
Raya Nyepi di Jakarta tahun 2010, Presiden Republik Indonesia menyampaikan
pesannya:”Pembangunan watak (character building) amat penting. Kita ingin
membangun manusia Indonesia yang berakhlak, berbudi pekerti, dan berperilaku
baik. Bangsa kita ingin pula memiliki peradaban yang unggul dan mulia.
Peradaban demikian dapat kita capai apabila masyarakat kita juga merupakan
masyarakat yang baik (good society).” 4
4
Prof. Dr.Muchlas Samani dan Drs. Hariyanto, M.S, Konsep dan Model Pendidikan Karakter,
(Bandung : PT. Remaja Rosdakarya), 6
8
yang palsu. Lalu pola reaktifnya juga menyimpang dan tidak
normal lagi.
2. Faktor Eksternal
a. Faktor Keluarga
Rumah tangga yang dipenuhi kekerasan jelas berdampak pada
anak. Anak, ketika meningkat remaja, belajar bahwa kekerasan
adalah bagian dari dirinya, sehingga adalah hal yang wajar kalau ia
melakukan kekerasan pula. Sebaliknya, orang tua yang terlalu
melindungi anaknya, ketika remaja akan tumbuh sebagai individu
yang tidak mandiri dan tidak berani mengembangkan identitasnya
yang unik
b. Faktor Sekolah
Sekolah pertama-tama bukan dipandang sebagai lembaga yang
harus mendidik siswanya menjadi sesuatu. Tetapi sekolah terlebih
dahulu harus dinilai dari kualitas pengajarannya. Karena itu,
lingkungan sekolah yang tidak merangsang siswanya untuk belajar
akan menyebabkan siswa lebih senang melakukan kegiatan di luar
sekolah bersama teman-temannya.
c. Faktor Lingkungan
5
Kartini Kartono, Dr. Kenakalan Remaja, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2005 cet 1), 110
9
Lingkungan di antara rumah dan sekolah yang sehari-hari remaja
alami, juga membawa dampak terhadap munculnya perkelahian.
Misalnya lingkungan rumah yang sempit dan kumuh, dan anggota
lingkungan yang berperilaku buruk (misalnya narkoba). 6
Kerusakan moral pelajar menjadi beban yang berat pada dunia pendidikan.
Pendidikan yang shahih sepenuhnya merupakan ikhtiar untuk memperoleh nilai
hidup, bukan nilai angka sebagaimana lazimnya saat ini. Nilai hidup tentu bukan
sekedar memperoleh ilmu pengetahuan, tetapi menghasilkan makna dari setiap
pengetahuan yang dipelajarinya. Karena itu, bukanlah termasuk belajar yang baik,
bila seseorang baru memperoleh informasi atau pengetahuan belaka. Belajar
meniscayakan bagi seseorang untuk memperoleh makna dari setiap informasi
yang dipelajarinya. Pemerolehan makna menjadi ukuran dari setiap proses
pembelajaran. Tidak ada proses belajar, bila belum menghasilkan rekonstruksi
makna baru yang dapat memberikan pencerahan bagi si pelajar8.
10
Perilaku moral
Berdasarkan ketiga komponen ini dapat dinyatakan bahwa karakter yang baik
didukung oleh pengetahuan tentang kebaikan, keinginan untuk berbuat baik, dan
melakukan perbuatan kebaikan. Bagan dibawah ini merupakan bagan keterkaitan
ketiga kerangka pikir ini.
Kebijakan Nasional Pendidikan Karakter tersusun dalam diagram bibawah ini :10
Instruksi Presiden RI nomer 1 tahun 2010 tentang Percepatan Pelaksanaan Prioritas Pembangunan Nasional tahun 2010
Arahan Presiden RI pada Rapat Kerja Nasional di Tampak Siring;Bali tanggal 19-20 April 11
2010
Arahan Presiden RI pada Puncak Peringatan Hari pendidikan Nasional di Istana Negara 11 mei 2010
Dalam publikasi Pusat Kurikulum dinyatakan bahwa Pendidikan karakter
berfugsi:(1) mengembangkan potensi dasar agar berhati baik, berpikiran baik, dan
berperilaku baik; (2) memperkuat dan membangun perilaku bangsa yang
multikultur; (3)meningkatkan peradaban bangsa yang kompetitif dalam pergaulan
dunia. Nilai-nilai pembentuk karakter yang bersumber dari agama, Pancasila,
budaya dan tujuan pendidikan nasional adalah: (1)religius, (2) jujur, (3) toleransi,
(4) disiplin, (5) kerja keras, (6) kreatif, (7) mandiri, (8) demokratis, (9) rasa ingin
tahu, (10) semangat kebangsaan,(11) cinta tanah air,(12) menghargai prestasi, (13)
bersahabat atau komunikatif, (14) cinta damai, (15) gemar membaca, (16) peduli
lingkungan,(17) peduli sosial dan (18) tanggung jawab11.
Nilai nilai itu dapat kita sebut sebagai aspek pengembangan diri, yang
terdiri dari dua aspek. Yakni aspek genetik dan lingkungan. Nilai-nilai yang
masuk dalam aspek genetik adalah toleransi, bersahabat dan demokratis. Dan
nilai-nilai yang masuk dalam aspek lingkungan adalah semangat kebagsaan, cinta
tanah air, cinta damai, peduli lingkungan dan peduli sosial.
11
Prof. Dr.Muchlas Samani dan Drs. Hariyanto, M.S, Konsep dan Model Pendidikan Karakter,
(Bandung : PT. Remaja Rosdakarya),9
12
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan :
13
ditanamkan lagi pada para pelajar untuk mencegah terjadinya tawuran lagi.
Jadi pendidikan karakter merupakan solusi cerdas mengatasi tawuran antar
pelajar.
Saran
1. Pelajar di Indonesia diharapkan membuka mata lebar-lebar dan menyadari
atas fungsi dan perannya sebagai generasi penerus bangsa. Sehingga tidak
terjerumus pada demoralisai atau penurunan moral bangsa.
2. Diharapkan dengan wacana karya tulis ilmiah ini mampu memberikan
masukan akan pentingnya Pendidikan karakter dalam menanggulangi
demoralisasi bangsa, khususnya tawuran antar pelajar.
14