Anda di halaman 1dari 14

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Pelajar Indonesia yang sejatinya menjadi tolak ukur masa depan bangsa
mulai kabur dari fungsi dan hakikatnya. Fungsi dan hakikat pelajar yang sejatinya
memajukan bangsa dengan gudang keilmuannya dan membawa bangsa kearah
yang lebih baik lagi. Namun yang terjadi sekarang, justru dengan kemajuan ilmu
pengetahuan itu sendiri pelajar seakan menohok bangsa dengan berbagai
penghianatan. Mulai dari kenakalan yang ditimbulkannya, kasus kriminal bahkan
mencinderai nilai-nilai kebangsaan.

Kasus kriminal akhir-akhir ini banyak didalangi oleh remaja dan didominasi oleh
pelajar. Mulai dari tawuran, narkoba, pelecehan seksual, miras dan lain- lain. Menurut
data Komnas Perlindungan Anak1, jumlah tawuran pelajar tahun 2011 sebanyak 339
kasus dan memakan korban jiwa 82 orang. Tahun sebelumnya, jumlah tawuran antar-
pelajar sebanyak 128 kasus. Hingga September 2012 terjadi 86 kali tawuran antarpelajar
dengan 26 korban meninggal.

Berawal dari fakta-fakta diatas, maka penulis merasa perlu untuk


mengungkap lebih jauh tentang kenakalan remaja yang nantinya akan berimbas
pada masa depan pendidikan bagi pelajar itu sendiri. Pendidikan yang dirancang
sedemikian rupa oleh Pemerintah dan stakeholder akan menjadi sia-sia jika
menghasilkan output yang tidak bermutu. Sehingga pemerintah mulai
mencanangkan tentang pendidikan berkarakter.

Pendidikan karakter seakan menjadi tawaran yang mampu menjawab dari


sekian permasalahan di dunia pendidikan di Indonesia. Pendidikan karakter yang
sebenarnya telah terealisasi dan terkonsep oleh Bapak Pendidikan kita Ki Hajar
Dewantoro sebagai Pembangunan watak (character building) dan telah termaktub
dalam ajaran islam yang dikenal dengan pendidikan akhlak tercuat kembali.

1
Dalam
http://edukasi.kompas.com/read/2012/11/28/20233387/Pendidikan.Karakter.SMK.Harus.Direkap
asitasi (diakses tanggal 12 Desember pukul 13.04)

1
Rumusan Masalah.

1. Kenapa tawuran antar pelajar menjadi masalah Nasional di dunia


Pendidikan Indonesia ?
2. Apa saja akar masalah dari tawuran antar pelajar di Indonesia ?
3. Bagaiamana solusi cerdas dalam menghadapi tawuran antar pelajar di
Indonesia ?
Tujuan dan Manfaat Penulisan .

Tujuan Penulisan :

1. Untuk mengetahui dan menelaah lebih jauh tentang tawuran antar pelajar.
2. Untuk mengetahui penyebab tawuran antar pelajar di Indonesia.
3. Untuk mengetahui solusi cerdas dalam menghadapi tawuran antar pelajar
di Indonesia.
Manfaat Penulisan :

1. Untuk penulis sendiri, penulis bisa berlatih untuk menghasilkan karya


ilmiyah, dan juga untuk aktivitas akademik penulis.
2. Untuk pembaca. Dengan membaca karya tulis ilmiah ini pembaca dapat
mengetahui tentang fakta-fakta tawuran antar pelajar di Indonesia.
3. Untuk mengetahui solusi cerdas dalam menyikapi dan menanggulangi
tawuran antar pelajar.

Luaran yang di Harapkan.

Dengan adanya karya tulis ilmiah ini, dapat menambah wawasan ilmu
pengetahuan dan dapat menjawab persoalan tentang tawuran antar pelajar yang
marak di Indonesia.

TINJAUAN PUSTAKA

2
Peranan Penting Pendidikan Karakter.

Pada proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1945, para


pejuang kita telah menyadari adanya tantangan besar yang harus dihadapi.
Pertama, adalah mendirikan Negara yang bersatu dan berdaulat, kedua adalah
membangun bangsa, dan ketiga adalah membangun karakter. Pada kenyataannya
upaya membangun bangsa dan membangun karakter dirasa berat dan harus
diupayakan terus-menerus, tidak boleh putus di sepanjang sejarah kehidupan
kebangsaan Indonesia

Hal itu di pertegas oleh tulisan Prof. Dr. Muchlas Samani dan Drs.
Hariyanto, M.S (2011:1) mengenai pernyataan presiden pertama Republik
Indonesia, Bung Karno:“Bangsa ini harus dibangun dengan mendahulukan
pembangunan karakter (character building) karena character building inilah yang
akan membuat Indonesia menjadi bangsa yang besar, maju dan jaya, serat
bermartabat. Kalau character building ini tidak dilakukan, maka bangsa Indonesia
akan menjadi bangsa kuli”.

Kekhawatiran para pejuang itu terbukti dengan semakin meningkatnya


kasus kriminalitas atau yang sering disebut sebagai demoralisasi yakni penurunan
nilai moral yang kompleks. Mulai kasus korupsi, plagiat, tawuran, miras, seks
bebas dan lain sebagainya. Hal itu berarti, bangsa Indonesia butuh atas
implementasi pendidikan berkarakter secara terus-menerus dan berkelanjutan.

Berkaitan dengan dirasakan semakin mendesaknya implementasi


pendidikan karakter di Indonesia tersebut, Prof. Dr. Muchlas Samani dan Drs.
Hariyanto, M.S (2011:9) menjelaskan dalam bukunya, Pusat Kurikulum Badan
Penelitian dan Pengembangan Kementrian Pendidikan Nasional dalam
publikasinya berjudul Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Karakter (2011)
menyatakan bahwa pendidikan karakter pada intinya bertujuan membentuk
bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran,
bergotong royong, berjiwa patriotic, berkembang dinamis, berorientasi ilmu
pengetahuan dan teknologi yang semuanya dijiwai oleh iman dan takwa kepada
Tuhan yang Maha Esa berdasarkan Pancasila.

3
Tawuran : Wujud Demoralisasi Pelajar di Indonesia

Demoralisasi menurut kamus besar Ingris Indonesia diartikan sebagai


kemerosotan akhlak; kerusakan moral2. Jika dikaitkan dengan pelajar, maka berati
kemerosotan akhlak atau moral dikalangan remaja yang memprihatinkan semua
pihak.

Demoralisasi dikalangan pelajar tentunya memiliki banyak faktor :


dampak negatife dari perubahan sosial, faktor keluarga, salah pergaulan dan lain
sebagainya. Melihat banyaknya faktor yang menyebabkan demoralisasi
dikalangan pelajar, maka sangatlah wajar kalau dalam realita saat ini banyak
terjadi bentuk-bentuk perilaku pelajar yang mengarah pada demoralisasi.
Diantaranya yakni maraknya kasus tawuran antar pelajar.

Tawuran antar pelajar yang kini marak di dunia pendidikan bukan lagi
sebatas isu namun sudah menjadi masalah nasional yang kompleks. Dan tentunya
membawa akibat yang tidak remeh, mulai dari kematian, cacat, sampai depresi.
Sehingga perlu ditangani secara terpadu dan berkelanjutan, mengingat pelajar
sebagai generasi muda memiliki peran yang besar demi masa depan bangsa.

METODE PENULISAN

Jenis Penulisan

2
John M. Echols dan Hasan Shadly, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta:PT.Gramedia, cet xii), 101

4
Penulisan ini berjenis Karya Tulis Ilmiah. Penulis tidak mengadakan penelitian.

Objek Penelitian

Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini mengambil objek melalui realitas maraknya
tawuran pelajar dan mencari solusinya melalui Pendidikan Karakter.

Teknis Analisis

Penulis menggunakan analisis studi kepustakaan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tawuran antar Pelajar sebagai Masalah Nasional.

5
Tawuran identik dengan suatu kegiatan perkelahian atau tindak kekerasan
yang dilakukan oleh sekelompok atau suatu rumpun masyarakat. Itu dikarenakan,
pelajar yang merasa tidak mendapatkan kasih sayang dan perhatian yang cukup
dari luar, kemudian merasa tersisih, dan mereka menjadi merasa berarti ditengah
gangnya. Dengan perasaan senasib dan sepengetahuan itu, secara otomatis mereka
selalu menggerombol, mencari dukungan moril guna memainkan peranan sosial
yang berarti dan melakukan perbuatan spektakuler secara bersama-sama, karena
itulah gerombolan anak muda senang berkelahi antar kelompok supaya lebih
nampak egonya.

Tawuran antar pelajar kerap terjadi hampir setiap tahunnya. Tak hanya
menimbulkan korban luka, tapi juga korban jiwa. Berikut data kasus tawuran
antarpelajar dari Polda Metro Jaya di sepanjang tahun 2012:

1. 19 April 2012: Tawuran pecah di Jalan Matraman Kebayoran Baru


Jakarta Selatan. Guntur (17) dan Harzan Saparta (17) adalah korban
luka akibat aksi tersebut.

2. 3 Mei 2012: Satu pelajar meninggal dunia, sementara dua diantara


luka-luka akibat tawuran pelajar di Jalan Ampera RT 03/05 Bekasi
Timur, Kota Bekasi. Korban tewas diketahui bernama Bayu Dwi
Kurniawan (16). Ia tewas dengan luka bacok di tubuhnya, sedangkan
dua rekannya Rahman Aldi (17), dan Muhaji Adenan (16) dirawat
akibat terkena lemparan batu.

3. 29 Mei 2012: Tawuran pelajar SMAN 6 & SMAN 70 pecah di


Bundaran Bulungan, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Tidak ada
korban jiwa dalam tawruan ini, namun lima siswa dari SMAN 6 & dua
dari SMAN 70 mengalami luka-luka. Polisi berhasil meringkus para
pelajar yang terlibat tawuran tersebut. Selain itu, polisi juga
mengamankan barang bukti berupa senjata tajam.

4. 26 Juli 2012: Tawuran siswa SMA Budi Utomo dengan Santa Yoseph
di Jalan Kramat Raya Senen, Jakarta Pusat. Korban bernama Roni

6
(28). Ia mengalami luka bakar di bagian kaki kanannya akibat
lemparan air keras.

5. 29 Agustus 2012: Siswa SMP bernama Jasuli (16) meninggal dunia


akibat tawuran di Stasiun Panjang Buaran Duren Sawit, Jakarta Timur.
Jasuli tewas tersambar kereta Api yang melintas. Ia yang sebelumnya
terlibat tawuran dengan pelajar lain itu tak menyadari akan kedatangan
kereta api. Alhasil ia pun tersambar dan terseret hingga tewas.

6. 12 September 2012: Tawuran kembali merenggang nyawa, kali ini


pelajar kelas SMK Baskara Pancoran Mas Depok bernama Didik
Triyuda. Ia tewas setelah terlibat tawuran di Jalan Raya Sawangan
perempatan Masjid Mampang Pancoran Mas Depok.

7. 24 September 2012: Tawuran pelajar SMAN 6 & SMAN 70 di


Bundaran Bulungan, Blok M Plaza Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
Korban pelajar dari siswa SMAN 6, Alawi Yusianto tewas dalam aksi
tawuran tersebut. Sementara itu rekannya Ramdan Dimas dan Diaz
Fahlevi mengalami luka-luka. Alawi tewas dibacok oleh Fitra
Rahmadhani, siswa dari SMAN 70.

8. 26 September 2012: Tawuran yang merengut nyawa Deni Januar (27),


siswa kelas XII SMA Yayasan Karya 66 (Yake). Ia tewas setelah
dibacok di bagian perut oleh siswa STM Kartika Zeni (KZ) di
Manggarai, Jakarta Selatan, Rabu siang.3

Data diatas merupakan sample dari sekian banyak kasus yang berhasil
dilansir oleh kepolisian. Jika ditanggapi secara apatis, maka data itu tidak berarti
karena memang sering mewarnai di segala bingkai berita Nasional. Tetapi, jika
kita baca seksama, dari kesekian kasus itu didominasi oleh pelajar yang tak lain
adalah generasi penerus bangsa. Lalu, bagaimana nasib bangsa ini, jika generasi
penerusnya memiliki moral yang tidak baik. Maka hal itu, sangat memprihatinkan
kita semua.

3
Dalam: http://kabarsore.com/berita/1842-8-kasus-tawuran-antarpelajar-di-tahun-2012.html
diakses Sabtu, 15Desember 2012 pukul 06.00

7
Keprihatinan itu telah menjadi masalah Nasional. Pada perayaan Hari
Raya Nyepi di Jakarta tahun 2010, Presiden Republik Indonesia menyampaikan
pesannya:”Pembangunan watak (character building) amat penting. Kita ingin
membangun manusia Indonesia yang berakhlak, berbudi pekerti, dan berperilaku
baik. Bangsa kita ingin pula memiliki peradaban yang unggul dan mulia.
Peradaban demikian dapat kita capai apabila masyarakat kita juga merupakan
masyarakat yang baik (good society).” 4

Akar Masalah dari Tawuran antar Pelajar

Kegemaran tawuran secara massal diantara anak-anak sekolah lanjutan di


kota-kota besar, disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor
eksternal.

1. Faktor Internal Tawuran Pelajar


a. Reaksi Frustasi Negatif
Semua pola kebiasaan dan tingkah laku patologis, sebagai akibat
dari pemaksaan konflik-konflik batin sendiri secara salah, yang
menimbulkan mekanisme respon yang keliru atau tidak cocok.
b. Gangguan pengamatan dan tanggapan
Adanya kedua gangguan tersebut sangat mengganggu daya
adaptasi dan perkembangan pribadi anak yang sehat. Gangguan
pengamatan dan tanggapan itu antara lain berupa: ilusi, halusinasi,
dan gambaran semu. Disini setiap kelompok pelajar salah persepsi
terhadap kelompok lain.

c. Gangguan cara berfikir


Berfikir mutlak sebagai upaya memecahkan masalah dan kesulitan
hidup sehari-hari. Bila pelajar tidak mampu mengoreksi pikiran-
pikiranya yang salah dan tidak sesuai dengan realita yang ada,
maka pikiranya terganggu; ia kemudian dihinggapi bayangan semu

4
Prof. Dr.Muchlas Samani dan Drs. Hariyanto, M.S, Konsep dan Model Pendidikan Karakter,
(Bandung : PT. Remaja Rosdakarya), 6

8
yang palsu. Lalu pola reaktifnya juga menyimpang dan tidak
normal lagi.

d. Gangguan emosional atau perasaan


Perasaan memberikan nilai pada situasi kehidupan, dan
menentukan sekali besar-kecilnya kebahagiaan serta rasa kepuasan.
Perasaan bergandengan dengan pemuasan terhadap harapan,
keinginan dan kebutuhan manusia. Jika semua itu terpuaskan,
orang merasa senang dan bahagia; sebaliknya jika keinginan dan
kebutuhanya tidak terpenuhi, ia mengalami kekecewaan dan
banyak frustasi. 5

2. Faktor Eksternal
a. Faktor Keluarga
Rumah tangga yang dipenuhi kekerasan jelas berdampak pada
anak. Anak, ketika meningkat remaja, belajar bahwa kekerasan
adalah bagian dari dirinya, sehingga adalah hal yang wajar kalau ia
melakukan kekerasan pula. Sebaliknya, orang tua yang terlalu
melindungi anaknya, ketika remaja akan tumbuh sebagai individu
yang tidak mandiri dan tidak berani mengembangkan identitasnya
yang unik

b. Faktor Sekolah
Sekolah pertama-tama bukan dipandang sebagai lembaga yang
harus mendidik siswanya menjadi sesuatu. Tetapi sekolah terlebih
dahulu harus dinilai dari kualitas pengajarannya. Karena itu,
lingkungan sekolah yang tidak merangsang siswanya untuk belajar
akan menyebabkan siswa lebih senang melakukan kegiatan di luar
sekolah bersama teman-temannya.

c. Faktor Lingkungan
5
Kartini Kartono, Dr. Kenakalan Remaja, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2005 cet 1), 110

9
Lingkungan di antara rumah dan sekolah yang sehari-hari remaja
alami, juga membawa dampak terhadap munculnya perkelahian.
Misalnya lingkungan rumah yang sempit dan kumuh, dan anggota
lingkungan yang berperilaku buruk (misalnya narkoba). 6

Pendidikan Karakter sebagai Solusi Cerdas

Tawuran antar pelajar yang merupakan sekian dari berbagai bentuk


demoralisasi di Indonesia tidak lain adalah bentuk kerusakan moral yang tidak
bisa kita biarkan begitu saja. Patut kita renungkan pernyataan dari Robert
Bellah :”Adalah suatu kepercayaan kuat bagi para pendiri Negara ini bahwa
keberhasilan suatu Negara hanya dapat dicapai oleh para warga Negara yang
bermoral yang dapat mempertahankan suatu pemerintahan yang demokratis”7

Kerusakan moral pelajar menjadi beban yang berat pada dunia pendidikan.
Pendidikan yang shahih sepenuhnya merupakan ikhtiar untuk memperoleh nilai
hidup, bukan nilai angka sebagaimana lazimnya saat ini. Nilai hidup tentu bukan
sekedar memperoleh ilmu pengetahuan, tetapi menghasilkan makna dari setiap
pengetahuan yang dipelajarinya. Karena itu, bukanlah termasuk belajar yang baik,
bila seseorang baru memperoleh informasi atau pengetahuan belaka. Belajar
meniscayakan bagi seseorang untuk memperoleh makna dari setiap informasi
yang dipelajarinya. Pemerolehan makna menjadi ukuran dari setiap proses
pembelajaran. Tidak ada proses belajar, bila belum menghasilkan rekonstruksi
makna baru yang dapat memberikan pencerahan bagi si pelajar8.

Pengertian karakter menurut Prof. Suyanto, Ph.D adalah :”Cara berpikir


dan berperilaku yang menjadi ciri khas setiap individu untuk hidup dan
bekerjasama, baik dalam lingkungan keluarga, masyarakat, bangsa dan Negara. 9 .

Menurut Lickona, karakter berkaitan dengan konsep moral (moral


knonwing), sikap moral (moral felling), dan perilaku moral (moral behavior).
6
Dalam http://www.kpai.go.id/publikasi-mainmenu-33/artikel/258-tawuran-pelajar-
Konsep moral
memprihatinkan-dunia-pendidikan.html Sikap moral
(Diakses tanggal 15-12-2012 pukul 08:00)
7
Moch. Said, Pendidikan Karakter di Sekola, (Surabaya: Jaring pena ),82
8
Dr. Mursidin, M.Pd, Moral ;Sumber Pendidikan, (Bandung :Ghalia Indonesia, 2011), 46
9 Karakter/
Mansur Muslich, Pendidikan Karakter, (Jakarta:Bumi Watak
aksara, 2011, cet i),70

10

Perilaku moral
Berdasarkan ketiga komponen ini dapat dinyatakan bahwa karakter yang baik
didukung oleh pengetahuan tentang kebaikan, keinginan untuk berbuat baik, dan
melakukan perbuatan kebaikan. Bagan dibawah ini merupakan bagan keterkaitan
ketiga kerangka pikir ini.

Gambar: keterkaitan antara komponen moral dalam rangka pembentukan


Karakter yang baik menurut Lickona

Berkaitan dengan dirasakan semakin mendesaknya implementasi


pendidikan karakter di Indonesia tersebut, Prof. Dr. Muchlas Samani dan Drs.
Hariyanto, M.S (2011:9) menjelaskan dalam bukunya, Pusat Kurikulum Badan
Penelitian dan Pengembangan Kementrian Pendidikan Nasional dalam
publikasinya berjudul Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Karakter (2011)
menyatakan bahwa pendidikan karakter pada intinya bertujuan membentuk
bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran,
bergotong royong, berjiwa patriotic, berkembang dinamis, berorientasi ilmu
pengetahuan dan teknologi yang semuanya dijiwai oleh iman dan takwa kepada
Tuhan yang Maha Esa berdasarkan Pancasila.
Undang-Undang RI nomer 17 tahunAdapun
2007 tentangrujukan Penyusunan
RPIPN 2005-2025

Kebijakan Nasional Pendidikan Karakter tersusun dalam diagram bibawah ini :10

Undang-Undang RI nomer 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Instruksi Presiden RI nomer 1 tahun 2010 tentang Percepatan Pelaksanaan Prioritas Pembangunan Nasional tahun 2010

Rujukan penyusunan kebijakan Nasional Pendidikan Karakter

10 Arahan Presiden RI pada Rapat Kesra tanggal 18 Maret 2010


Barnawi dan M.Arifin, Strategi dan Kebijakan Pembelajaran Pendidikan Karakter, (Jogjakarta
:Ar-Ruzz Media, 2011), 121

Arahan Presiden RI pada Rapat Kerja Nasional di Tampak Siring;Bali tanggal 19-20 April 11
2010

Arahan Presiden RI pada Puncak Peringatan Hari pendidikan Nasional di Istana Negara 11 mei 2010
Dalam publikasi Pusat Kurikulum dinyatakan bahwa Pendidikan karakter
berfugsi:(1) mengembangkan potensi dasar agar berhati baik, berpikiran baik, dan
berperilaku baik; (2) memperkuat dan membangun perilaku bangsa yang
multikultur; (3)meningkatkan peradaban bangsa yang kompetitif dalam pergaulan
dunia. Nilai-nilai pembentuk karakter yang bersumber dari agama, Pancasila,
budaya dan tujuan pendidikan nasional adalah: (1)religius, (2) jujur, (3) toleransi,
(4) disiplin, (5) kerja keras, (6) kreatif, (7) mandiri, (8) demokratis, (9) rasa ingin
tahu, (10) semangat kebangsaan,(11) cinta tanah air,(12) menghargai prestasi, (13)
bersahabat atau komunikatif, (14) cinta damai, (15) gemar membaca, (16) peduli
lingkungan,(17) peduli sosial dan (18) tanggung jawab11.

Nilai-nilai diatas diimplikasikan terhadap segala kasus dalam dunia


pendidikan Nasional. Termasuk didalamnya, masalah tawuran antar pelajar.
Misalnya, kita dapat memasukkan nilai-nilai toleransi, demokratis, semangat
kebangsaan, cinta tanah air, cinta damai, peduli lingkungan,
bersahabat/komunikatif dan peduli sosial untuk menaggulagi maraknya tawuran
antar pelajar melalui pembelajaran disekolah.

Nilai nilai itu dapat kita sebut sebagai aspek pengembangan diri, yang
terdiri dari dua aspek. Yakni aspek genetik dan lingkungan. Nilai-nilai yang
masuk dalam aspek genetik adalah toleransi, bersahabat dan demokratis. Dan
nilai-nilai yang masuk dalam aspek lingkungan adalah semangat kebagsaan, cinta
tanah air, cinta damai, peduli lingkungan dan peduli sosial.
11
Prof. Dr.Muchlas Samani dan Drs. Hariyanto, M.S, Konsep dan Model Pendidikan Karakter,
(Bandung : PT. Remaja Rosdakarya),9

12
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan :

1. Tawuran antar pelajar masih menjadi cara untuk menyelesaikan


permasalahan yang terjadi antar kelompok. Cara-cara damai dengan
musyawarah belum bisa terealisasi karena masih adanya ego bagi tiap-tiap
kelompok yang masih berselisih. Sehingga kasus tawuran tidak hanya
sekedar isu tetapi sudah menjadi menjadi masalah nasional.
2. Akar-akar permasalahan terjadinya tawuran antar pelajar ada dua faktor.
Dua faktor itu adalah faktor internal dan faktor eksternal pelajar.
3. Solusi tawuran antar pelajar adalah dengan gagasan presiden Susilo
Bambang Yudoyono yaitu tentang Penyusunan Kebijakan Nasional
Pendidikan Karakter. Dalam pendidikan karakter terdapat nilai-nilai
seperti: (1) Toleransi, (2) Demokratis, (3) Cinta Tanah air, (4)
Bersahabat /Komunikatif, (5) Cinta Damai, (6) Peduli Lingkungan, (7)
Peduli Sosial dan (8) semangat kebangsaan. Nilai-nilai itulah yang harus

13
ditanamkan lagi pada para pelajar untuk mencegah terjadinya tawuran lagi.
Jadi pendidikan karakter merupakan solusi cerdas mengatasi tawuran antar
pelajar.

Saran
1. Pelajar di Indonesia diharapkan membuka mata lebar-lebar dan menyadari
atas fungsi dan perannya sebagai generasi penerus bangsa. Sehingga tidak
terjerumus pada demoralisai atau penurunan moral bangsa.
2. Diharapkan dengan wacana karya tulis ilmiah ini mampu memberikan
masukan akan pentingnya Pendidikan karakter dalam menanggulangi
demoralisasi bangsa, khususnya tawuran antar pelajar.

14

Anda mungkin juga menyukai