mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa بظم هللا السحمن السحُم yang dikehendaki-Nya. (An-Nisa‟ ayat 48)
KAJIAN ISLAM PEKANAN (KIP)
PEKAN 2 NOVEMBER 2017 DISAMPAIKAN OLEH OLEH KONSULTAN KEISLAMAN BINTANG PELAJAR INDIKATOR KESUKSESAN PENYAMPAIAN MATERI Peserta kajian mampu: 1. Peserta kajian mengetahui 10 pembatal keislaman 2. Peserta dapat memahami syarat-syarat takfir agar tidak terjatuh kepada takfir secara serampangan PEMBATAL KEISLAMAN PERTAMA: MENYEKUTUKAN ALLAH (SYIRIK) Yaitu syirik dalam beribadah kepada allah ta‟ala
Berdasarkan firman Allah ta‟ala di surat an-Nisa‟ ayat 48
ه هه ْ ه ْ ه ه هه ْ ه ه ه ه ه ه ه َّ ن ذ ِل {َّو ِِلنٌَّشآء َّ ك ِب ِ َّه وَغ ِف َّس مادو َّ هللا الٌغ ِف َّس أن ٌشس َّ ََّّ} ِإن “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya.” (QS. An-Nisa‟ ayat 48) Termasuk syirik adalah menyembelih namun tidak untuk Allah. Termasuk orang yang menyembelih untuk jin atau selainnya. PEMBATAL KEISLAMAN KEDUA: MENJADIKAN PERANTARA ANTARA DIA DAN ALLAH TA‟ALA Yaitu dengan berdo‟a, memohon syafa‟at, serta bertawakkal kepada mereka. ه ه ه ْ ْ هْ ه ه ه ه ْ ه ه ه ْ ه هه اء ما وعبده َّم ِإ َّال ِلُق ِسبىها ِإلى َّ ُن دو ِه ِ َّه أو ِل َّ ًن اجخروا ِم َّ الدًنَّ الخ ِالصَّ وال ِر ِ }أ َّال َّ ِلل ِ َّه ه ْ ه ه ْ ه ه ه ه ْه ه ْ ه ْ ه ْ ه ْ ه ه ه ْ َّ ن ِإنَّ الل َّه َّال يه ِدي م َّن ه َّى م ِاذب َّ ُه ًخخ ِلفى َّ ِ الل ِ َّه شلفى ِإنَّ الل َّه ًحنمَّ بُنه َّم ِفي ما ه َّم ِف ه {ََّّلفاز “Ingatlah! Hanya milik Allah agama yang murni (dari syirik). Dan orang- orang yang mengambil pelindung selain Dia (berkata), “Kami tidak menyembah mereka melainkan (berharap) agar mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya.” Sungguh, Allah akan memberi putusan di antara mereka tentang apa yang mereka perselisihkan. Sungguh, Allah tidak memberi petunjuk kepada pendusta dan orang yang sangat ingkar.” (QS. Az-Zumar: 3) PEMBATAL KEISLAMAN KETIGA: TIDAK MENGKAFIRKAN ORANG-ORANG MUSYRIK ATAU MERAGUKAN KEKAFIRAN MEREKA, ATAU MEMBENARKAN KEPERCAYAAN MEREKA Allah Subhanahu wa Ta‟ala berfirman: ْ ْه ه ه {َّىد الل ِ َّه ِْلاطَلم َّ الد َّ ًن ِع ِ َّ} ِإن “Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam.” (QS.Ali Imran: 19) PEMBATAL KEISLAMAN KEEMPAT: MEYAKINI ADANYA PETUNJUK YANG LEBIH SEMPURNA DARI SUNNAH NABI ﷺ Yaitu meyakini bahwa selain syari'at Nabi Muhammad ﷺlebih sempurna dari pada petunjuknya, atau hukum selainnya lebih baik dari pada hukumnya seperti orang-orang yang mengutamakan hukum thaghut di atas hukumnya, maka dia kafir. Allah Ta‟ala berfirman: ْه وه ه ه ه ه ه ه ه ْ ه ْ ه ه {ن َّ }ومنَّل َّم ًحنم ِبما أهص َّى اللهََّّفؤول ِئ َّ وَّهمََّّالها ِفس “Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itulah orang-orang yang kafir.” [QS. Al-Maa-idah: 44] PEMBATAL KEISLAMAN KELIMA: MEMBENCI SESUATU YANG DIBAWA OLEH RASULULLAH ﷺSEKALIPUN MENGAMALKANNYA Berdasarkan firman Allah ta‟ala: ْ{طَّ هأ ْع هم هاله َّم هه ْه ه ه ه ه ه ه ه ه ْ ه َّ وَّ ِبؤنه َّم ل ِسهىا مآأهص َّى هللاَّ فؤحب َّ }ذ ِل “Yang demikian itu adalah karena sesungguhnya mereka benci kepada apa yang diturunkan Allah (al-Qur'an) lalu Allah menghapuskan (pahala- pahala) amal-amal mereka.” (QS. Muhammad:9) PEMBATAL KEISLAMAN KEENAM: MENGOLOK-OLOK, MENGHINA, ATAU MENGEJEK SESUATU DARI AGAMA ALLAH TA‟ALA Berdasarkan firman Allah ta‟ala: ْن َّ* هال هح ْع هخرزوا هق َّد ْ ه ْ هْ ه ه ه ه ه ه ْ ه ِ َّ لل وءاًا ِج ِهَّ وزط ِىل ِهَّ لىخ َّم حظته ِصءو َِّ ل َّأ ِباَّ }ق ْ{هل هف ْسجم هب ْع ه َّدَّإ هًماهن َّم ِ ِ “Katakanlah, „Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?‟. Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman.” (QS. Taubah: 65-66) PEMBATAL KEISLAMAN KETUJUH: MELAKUKAN PERBUATAN SIHIR Termasuk jenis sihir adalah sharf (pengasih) dan „athf (pembenci). Dalilnya adalah firman Allah ta‟ala: َٰ اضه ه ه ه ه ه ه هه ه ْ هه هه ه ه َّ ن الى َّ ين لفسوا ٌع ِلمى َّ اط ِ ُن الش َّ }وما لف َّس طلُمانَّ ول ِن الس ْح َّس{ه ه ِ ْ ه ْ{َلَّجنف َّس ه ه ه ْ ْ ه ه ه ه ه ْ ه ه ه ه َّ ن أحدَّ حتى ًقىلَّ ِإهما هحنَّ ِفخىتَّ ف َّ ان ِم َّ ِ }وماٌَّع ِلم “…Sulaiman itu tidak kafir tetapi setan-setan itulah yang kafir, mereka mengajarkan sihir kepada manusia ..” “…Keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorangpun sebelum mengatakan, „Sesungguhnya kami hanya cobaan (bagimu), sebab itu janganlah kamu kafir.‟…” (QS. Al-Baqarah: 102) PEMBATAL KEISLAMAN KEDELAPAN: MEMBELA ORANG-ORANG MUSYRIK DAN MENOLONG MEREKA MELAWAN KAUM MUSLIMIN Dalilnya adalah firman Allah ta‟ala: ه ه ْ ْه ْ ه ه ه ْ ْ ْ ه ه هه هه {ين َّ اِل ِ ِ هللا اليه ِدي القى َّمَّالظ َّ َّ}ومنًَّخىلهم ِمىن َّم ف ِئههَّ ِمنه َّم ِإن “Barangsiapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.” (QS. Al- Maidah:51) PEMBATAL KEISLAMAN KESEMBILAN: MEYAKINI BAHWA SEBAGIAN MANUSIA TIDAK WAJIB MENGIKUTI NABI ﷺ, DAN SESUNGGUHNYA IA BISA KELUAR DARI SYARI'ATNYA NABI MUHAMMAD ﷺ, SEBAGAIMANA KHIDIR ALAIHISSALAM KELUAR DARI SYARI'AT MUSA ALAIHISSALAM Allah Ta‟ala berfirman: ً ه ْ ْ ه ه ه ُّ ه ه {لًَّا أيها الىاضَّ ِإ ِوي زطىىَّ الل ِ َّه ِإلُن َّمَّج ِمُعا َّْ }ق “Katakanlah: „Hai manusia, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua…‟” [Al-A‟raaf: 158] PEMBATAL KEISLAMAN KESEPULUH: BERPALING DARI AGAMA ALLAH, TIDAK MEMPELAJARINYA DAN TIDAK PULA MENGAMALKANNYA Berdasarkan firman Allah ta‟ala: ه ْ ْ ه ه ْ ه ه ه ْ ه ه ه ه ه ه ْ ه ْ ه ه َّ ن اِلج ِس ِم ين َّ ض عنهآ ِإها ِم َّ ِ ًن أظلمَّ ِممن ذ ِل َّس ِبئا َّ اث زِب ِ َّه ثمَّ أعس َّ }وم ه ه {ن َّ مىخ ِقمى “Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang telah diperingatkan dengan ayat-ayat Rabbnya, kemudian ia berpaling daripadanya Sesungguhnya Kami akan memberikan pembalasan kepada orang-orang yang berdosa.” (QS. Sajdah :22) SYARAT-SYARAT MENJATUHKAN VONIS KAFIR KEPADA SESEORANG SYARAT TAKFIR Takfir atau menjatuhkan hukum kafir terhadap seseorang adalah perkara yang besar dan tidak semua orang boleh melakukan itu. Rasulullah ﷺ هberkata ه ه ه ْ ً ع هلرل َّه و إ َّال هح َّازه ه ْ ه ه ه ْ ْ ه ه ه ْ ه ه ِ ِ َّ ِاى عد َّو الل ِ َّه ول َّ ن دعا زج ََّل ِبالنف َِّس أ َّو قَّ َّ]وم هه ْ [علُ ِ َّه “Dan barangsiapa yang memanggil seseorang dengan panggilan „kafir” atau „musuh Allah‟ padahal dia tidak kafir, maka tuduhan itu akan kembali kepada penuduh. (Hadits dari sahabat yang mulia Abu Dzar Al Ghifari ini, diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam shahihnya no. 3317) SYARAT TAKFIR Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin menerangkan: Hendaknya difahami, bahwa seseorang wajib merasa takut kepada Allah (Rabb-nya) dalam menetapkan semua masalah hukum. Sehingga hendaknya, ia tidak terburu-buru menetapkan kepastian hukum, khususnya berkaitan dengan takfir (menjatuhkan hukum kafir terhadap seseorang). Padahal jika seseorang mengkafirkan orang lain, sedangkan orang lain itu tidak kafir, maka tuduhan kafir kembali kepada dirinya. Mengkafirkan seseorang akan mengakibatkan banyak konsekuensi hukum. Diantaranya, orang yang dikafirkan menjadi halal darah dan hartanya… Sebaliknya, kita tidak boleh pula takut mengkafirkan orang yang telah dikafirkan oleh Allah dan RasulNya Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Wajib membedakan antara takfir mu’ayyan (mengkafirkan terhadap pribadi tertentu) dengan takfir ghairil mu’ayyan (mengkafirkan secara umum, tidak kepada pribadi tertentu). SYARAT TAKFIR Syarat-syarat pengkafiran meliputi: (A). ILMU yaitu bila seseorang mengetahui, bahwa apa yang dilakukannya dapat mengeluarkannya dari Islam). Allah ta‟ala berfirman di surat an-Nisa‟ ayat 115 tentang hukuman Allah kepada seseorang setelah jelas baginya suatu kebenaran: ه ْ ْ ه ه ه ْ ه ْ ه ْ ه هه ه ه ْ ه هه ْ ه هه ْ ه ين هى ِل ِ َّه َّ ُل اِلؤ ِم ِى َّ ِ ن لهَّ الهدي وٍد ِب َّع غي َّر ط ِب َّ ن بع ِ َّد ما جبيَّ ق السطى َّى ِم َّ ِ ن ٌشا ِقَّ ( وم ً ه هه ه ْ هه ه ه ه ه ْ ه )َّيرا َّ ث م ِصَّ ما جىلىَّوهص ِل ِ َّهَّجهى َّم وطاء “Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali.” SYARAT TAKFIR (B). SUKARELA, (yaitu apa yang dilakukannya tanpa paksaan). Apabila dipaksa maka tidak dihukumi kafir ini berdasarkan firman Allah ta‟ala di surat an-Nahl ayat 106: حه ه ْ ه هه ْ ه ْ ه ه ْ ْه ْ ْ ه ه ه ه ْ ه ْ ه ه ْ هه َّ ن شسَّ ن م َّ ان ول ِن َّ ِ اْلًم ِ ن أل ِس َّه وقلبهَّ مطم ِئنَّ ِب َّ ن بع ِ َّد ِإًما ِه ِ َّه ِإ َّال مَّ ن لف َّس ِبالل َِّه ِم َّ م ه هه ْ ه ه ه ْ ْ ه ْ ً ه ههْ ْ ه ه َّن الل ِ َّه وله َّم عرابََّّع ِظُم َّ ِبالنف َِّس صدزَّا فعلي ِه َّم غظبَّ ِم “Barangsiapa yang kafir kepada Allah sesudah dia beriman (dia mendapat kemurkaan Allah), kecuali orang yang dipaksa kafir padahal hatinya tetap tenang dalam beriman (dia tidak berdosa), akan tetapi orang yang melapangkan dadanya untuk kekafiran, maka kemurkaan Allah menimpanya dan baginya azab yang besar.” (QS. An-Nahl: 106.) SYARAT TAKFIR (C). SENGAJA DAN DALAM KEADAAN TENANG ATAU SADAR KETIKA MELAKUKAN PERBUATAN YANG BISA MENJERUMUSKAN KEPADA KEKAFIRAN. Apabila tertutup pikirannya, tidak mengetahui apa yang dikatakan karena sangat senang atau terlalu sedih atau takut atau semisal itu saat melakukan amalan yang bisa menjerumuskan kepada kekafiran maka ia tidak dikafirkan . Dalilnya adalah riwayat yang dinukil dari shaheh Muslim, (2744) dari Anas bin Malik radhiallahu anhu ia berkata, Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam bersabda: ْ هْ ْ ه ه ْ ه ه هه ه ه ه ه ه ْ ه ه ْ ه ه ُّ ه ه ً ه َّض َّ ِ احل ِخ ِ َّه ِبؤز ِ ان على زَّ ن أح ِدل هَّم م َّ ين ًخىبَّ ِإلُ ِ َّه ه ِم َّ اللهَّ َّأش َّد فسحا ِبخىب َِّت عب ِد َِّه ِح ه ه ه ه ه ه ه ْه ه ه ه ه ه ً ه ْ ه ه هه ه ْ ه ه ه ْ ْ ه ه هْه ه ع ِمنها فؤحى شجس َّة ه فاططج َّع ِفي َّ ٌِ ذ ِمىهَّ وعليها طعامهَّ وشسابهَّ فؤ َّ َّفاه هفلخ.َّفَلة و إ هذا ه هَّى ب هها هقا ِئ هم ًَّت ِع ْى هدهَّ هفؤ هخ هَّر ب ِخ هطامهاه ن ه اح هلخ َّه هف هب ِْ هىا ه هَّى هل هرل َّه ِ ِ ِ ِ ز َّ ْ م َّ ع ه ٌ أ َّ د ْ ق ه ه ا ه لِ ظ ِ ِ ِ ْه ه ه ِ ه ْ ْ ه ه ْ ه ه ه ُّ ه ِ ه ه ْه ِ ِ ه ح ه َّ ِ ن ِشد َِّة الفس ْ َّ وَّأخط َّؤ ِم َّ ذ عب ِدي وأهاَّزب َّ ح اللهمَّ أه ه َّ ِ ن ِشد َِّة الفس ْ َّ اى ِم ه َّ ثمَّ ق SYARAT TAKFIR “Allah sangat senang dengan taubat hamba-Nya ketika dia bertaubat kepada-Nya dibanding salah seorang diantara kamu dimana dia bersama kendaran unta di padang pasir, kemudian hilang darinya sementara makanan dan minuman bersamanya. Sampai dia putus asa. Dan mendekati pohon seraya berteduh dari rindangnya, putus asa dari untanya. Ketika dia dalam kondisi seperti itu, tiba-tiba berdiri disisinya. Maka langsung memegang tali pelananya kemudian dia berkata karena sangat senangnya, “Ya Allah sesungguhnya Engkau adalah hambaku dan dan saya adalah Tuhanmu, salah karena sangat senangnya. SYARAT TAKFIR (D). TIDAK DALAM KEADAAN MENTAKWIL ATAU TERKENA SYUBHAT KETIKA MELAKUKAN AMALAN YANG MENJELUMUSKAN KEPADA KEKAFIRAN Maksudnya dia mempunyai sebagian syubhat yang tetap dipegangnya dia menyangka itu adalah dalil yang benar. Atau belum mampu memahami hujah syariyyah sesuai dengan tuntunannya. Maka pengkafiran tidak berlaku kecuali benar-benar sengaja menyimpang dan hilang kebodohan dan syubhatnya. Allah berfirman di surat al-Ahzab ayat 5: ْث قلىبن َّم ْ ه ه ه هه ْه ه ْ ه هْ ه ههْ ْ ه َّ ع علُن َّم جىاحَّ ِفُما أخطؤجم ِب ِهَّ ول ِنن ما حعمد َّ ِول ً ً ه ه هه َّ ان اللهَّ غفىز َّا ز ِح ُما َّ وم “Dan tidak ada dosa atas kalian terhadap apa yang kalian khilaf padanya, tetapi (yang ada dosanya) apa yang disengaja oleh hatimu. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” konsulislam@bintangpelajar.com 082213871866/08971456167
DISAMPAIKAN OLEH OLEH
KONSULTAN KEISLAMAN BINTANG PELAJAR SUPLEMEN TAMBAHAN WAWASAN KEISLAMAN APAKAH MUHAMMAD BIN ABDUL WAHHAB MENGKAFIRKAN ORANG YANG BERBEDA DENGAN DIA DAN MENGKAFRIKAN LANGSUNG ORANG YANG MENYEMBAH KUBURAN?
Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin rahimahullah berkata, “Saya
tidak yakin bahwa Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab rahimahullah berpandangan kalau kebodohan (ketidak-mengertian) tidak termaafkan (menyebabkan kekafirannya), kecuali jika kebodohannya benar-benar diakibatkan karena enggan mempelajari kebenaran. Misalnya, jika seseorang pernah mendengar kebenaran, tetapi ia tidak mempedulikannya dan mengabaikan upaya mempelajarinya. Maka yang ini tentu tidak termaafkan kebodohannya. Mengapa saya tidak yakin hal itu dari Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab rahimahullah? Sebab, beliau mempunyai pernyataan lain yang menunjukkan, bahwa beliau berpandangan ada maaf bagi kebodohan. NUKILAN DARI MUHAMMAD BIN ABDUL WAHHAB Beliau pernah ditanya tentang sesuatu yang menyebabkan orang diperangi karenanya, dan tentang sesuatu yang menyebabkan orang dinyatakan kafir karenanya? Beliau menjawab: “Rukun Islam yang lima, diawali dengan dua kalimat syahadat. kemudian dilanjutkan empat rukun lainnya. Empat rukun Islam itu, jika seseorang telah mengikrarkan (mengimani)nya, namun kemudian tidak mengamalkannya karena bermalas-malas, maka sekalipun kami memeranginya -sebab ia tidak mengerjakannya- tetapi kami tidak mengkafirkannya.” Ulama berselisih pendapat tentang orang yang meninggalkan shalat karena malas, bukan karena ingkar. Dan kami tidak mengkafirkan, kecuali dalam hal yang sudah menjadi kesepakatan semua ulama (jika ditinggalkan), yaitu dua kalimat syahadat. NUKILAN DARI MUHAMMAD BIN ABDUL WAHHAB Selanjutnya Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin rahimahullah memaparkan secara panjang lebar tentang perkataan Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab berkaitan dengan siapa-siapa orang yang dinyatakan kafir (secara umum) oleh beliau. Kemudian menukil perkataan Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab berikutnya, “Adapun tentang tuduhan dusta dan bohong atas nama kami -ialah seperti perkataan mereka- bahwa kami mengkafirkan semua orang, mewajibkan orang bergabung dengan kami jika sudah mampu memperlihatkan agamanya. Atau (menuduh) kami (telah) menganggap kafir terhadap orang yang tidak mengkafirkan orang lain, atau tidak mau memerangi orang lain. Semua ini dan tuduhan-tuduhan lainnya yang lebih keji, hanyalah kedustaan dan kebohongan. Dimaksudkan untuk menghalangi umat agar tidak bisa memahami agama Allah dan RasulNya.” NUKILAN DARI MUHAMMAD BIN ABDUL WAHHAB Jika kami tidak berani mengkafirkan orang yang menyembah patung di kuburan Abdul Qadir (Al Jailani) atau patung di kuburan Ahmad Al Badawi dan lain-lainnya -disebabkan oleh kebodohan (ketidak mengertian) mereka- Maka bagaimana mungkin kami akan mengkafirkan orang yang tidak musyrik kepada Allah hanya karena tidak mau bergabung dengan kami, atau tidak mau mengkafirkan orang lain atau tidak mau memerangi orang lain?!. ه ْ ه ه ه ه ه ْه َّ و هرا بهخانَّ ع ِظ ُم َّ طبحاه “Maha suci Engkau Ya Allah!. Ini merupakan kedustaan yang besar…”