Anda di halaman 1dari 26

Sesungguhnya Allah tidak akan

mengampuni dosa syirik, dan Dia


mengampuni segala dosa yang
selain dari (syirik) itu, bagi siapa ‫بظم هللا السحمن السحُم‬
yang dikehendaki-Nya. (An-Nisa‟
ayat 48)

KAJIAN ISLAM PEKANAN (KIP)


PEKAN 2
NOVEMBER 2017
DISAMPAIKAN OLEH OLEH
KONSULTAN KEISLAMAN BINTANG PELAJAR
INDIKATOR KESUKSESAN
PENYAMPAIAN MATERI
Peserta kajian mampu:
1. Peserta kajian mengetahui 10 pembatal keislaman
2. Peserta dapat memahami syarat-syarat takfir agar
tidak terjatuh kepada takfir secara serampangan
PEMBATAL KEISLAMAN
PERTAMA: MENYEKUTUKAN ALLAH (SYIRIK)
Yaitu syirik dalam beribadah kepada allah ta‟ala

Berdasarkan firman Allah ta‟ala di surat an-Nisa‟ ayat 48


‫ه هه ْ ه ْ ه ه هه ْ ه ه ه ه ه ه ه‬
َّ ‫ن ذ ِل‬
{َّ‫و ِِلنٌَّشآء‬ َّ ‫ك ِب ِ َّه وَغ ِف َّس مادو‬
َّ ‫هللا الٌغ ِف َّس أن ٌشس‬
َّ ََّّ‫} ِإن‬
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia
mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang
dikehendaki-Nya.” (QS. An-Nisa‟ ayat 48)
Termasuk syirik adalah menyembelih namun tidak untuk Allah.
Termasuk orang yang menyembelih untuk jin atau selainnya.
PEMBATAL KEISLAMAN
KEDUA: MENJADIKAN PERANTARA ANTARA DIA DAN ALLAH TA‟ALA
Yaitu dengan berdo‟a, memohon syafa‟at, serta bertawakkal kepada
mereka.
‫ه ه ه‬ ْ ْ ‫هْ ه ه ه ه‬ ْ ‫ه ه‬ ‫ه‬ ‫ْ ه‬ ‫هه‬
‫اء ما وعبده َّم ِإ َّال ِلُق ِسبىها ِإلى‬ َّ ُ‫ن دو ِه ِ َّه أو ِل‬
َّ ‫ًن اجخروا ِم‬ َّ ‫الدًنَّ الخ ِالصَّ وال ِر‬ ِ ‫}أ َّال َّ ِلل ِ َّه‬
‫ه ْ ه ه‬ ْ ‫ه‬ ‫ه ه‬ ‫ه ْه ه‬ ْ ‫ه‬ ْ ‫ه‬ ْ ‫ه‬ ْ ‫ه‬ ‫ه‬ ‫ه‬ ْ
َّ ‫ن ِإنَّ الل َّه َّال يه ِدي م‬
َّ‫ن ه َّى م ِاذب‬ َّ ‫ُه ًخخ ِلفى‬ َّ ِ ‫الل ِ َّه شلفى ِإنَّ الل َّه ًحنمَّ بُنه َّم ِفي ما ه َّم ِف‬
‫ه‬
{ََّّ‫لفاز‬
“Ingatlah! Hanya milik Allah agama yang murni (dari syirik). Dan orang-
orang yang mengambil pelindung selain Dia (berkata), “Kami tidak
menyembah mereka melainkan (berharap) agar mereka mendekatkan kami
kepada Allah dengan sedekat-dekatnya.” Sungguh, Allah akan memberi
putusan di antara mereka tentang apa yang mereka perselisihkan. Sungguh,
Allah tidak memberi petunjuk kepada pendusta dan orang yang sangat
ingkar.” (QS. Az-Zumar: 3)
PEMBATAL KEISLAMAN
KETIGA: TIDAK MENGKAFIRKAN ORANG-ORANG MUSYRIK ATAU
MERAGUKAN KEKAFIRAN MEREKA, ATAU MEMBENARKAN
KEPERCAYAAN MEREKA
Allah Subhanahu wa Ta‟ala berfirman:
‫ْ ْه‬ ‫ه‬ ‫ه‬
{َّ‫ىد الل ِ َّه ِْلاطَلم‬ َّ ‫الد‬
َّ ‫ًن ِع‬ ِ َّ‫} ِإن‬
“Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam.”
(QS.Ali Imran: 19)
PEMBATAL KEISLAMAN
KEEMPAT: MEYAKINI ADANYA PETUNJUK YANG LEBIH SEMPURNA
DARI SUNNAH NABI ‫ﷺ‬
Yaitu meyakini bahwa selain syari'at Nabi Muhammad ‫ ﷺ‬lebih
sempurna dari pada petunjuknya, atau hukum selainnya lebih baik dari
pada hukumnya seperti orang-orang yang mengutamakan hukum thaghut
di atas hukumnya, maka dia kafir.
Allah Ta‟ala berfirman:
‫ْه وه‬ ‫ه‬ ‫ه ه‬ ‫ه‬ ‫ه‬ ‫ه ه‬ ْ ‫ه‬ ْ ‫ه‬ ‫ه‬
{‫ن‬ َّ ‫}ومنَّل َّم ًحنم ِبما أهص َّى اللهََّّفؤول ِئ‬
َّ ‫وَّهمََّّالها ِفس‬
“Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah,
maka mereka itulah orang-orang yang kafir.” [QS. Al-Maa-idah: 44]
PEMBATAL KEISLAMAN
KELIMA: MEMBENCI SESUATU YANG DIBAWA OLEH RASULULLAH
‫ ﷺ‬SEKALIPUN MENGAMALKANNYA
Berdasarkan firman Allah ta‟ala:
ْ{‫طَّ هأ ْع هم هاله َّم‬ ‫هه ْه ه‬ ‫ه‬ ‫ه‬ ‫ه ه‬ ‫ه ه ه ْ ه‬
َّ ‫وَّ ِبؤنه َّم ل ِسهىا مآأهص َّى هللاَّ فؤحب‬
َّ ‫}ذ ِل‬
“Yang demikian itu adalah karena sesungguhnya mereka benci kepada
apa yang diturunkan Allah (al-Qur'an) lalu Allah menghapuskan (pahala-
pahala) amal-amal mereka.” (QS. Muhammad:9)
PEMBATAL KEISLAMAN
KEENAM: MENGOLOK-OLOK, MENGHINA, ATAU MENGEJEK SESUATU
DARI AGAMA ALLAH TA‟ALA
Berdasarkan firman Allah ta‟ala:
ْ‫ن َّ* هال هح ْع هخرزوا هق َّد‬ ‫ْ ه ْ هْ ه‬ ‫ه‬ ‫ه‬ ‫ه‬ ‫ه‬ ‫ه‬ ‫ْ ه‬
ِ َّ ‫لل وءاًا ِج ِهَّ وزط ِىل ِهَّ لىخ َّم حظته ِصءو‬ َِّ ‫ل َّأ ِبا‬َّ ‫}ق‬
ْ{‫هل هف ْسجم هب ْع ه َّدَّإ هًماهن َّم‬
ِ ِ
“Katakanlah, „Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu
selalu berolok-olok?‟. Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir
sesudah beriman.” (QS. Taubah: 65-66)
PEMBATAL KEISLAMAN
KETUJUH: MELAKUKAN PERBUATAN SIHIR
Termasuk jenis sihir adalah sharf (pengasih) dan „athf (pembenci).
Dalilnya adalah firman Allah ta‟ala: َٰ
‫اضه‬ ‫ه‬ ‫ه‬ ‫ه‬ ‫ه‬ ‫ه‬ ‫ه‬ ‫هه‬ ‫ه‬ ْ ‫هه هه ه ه‬
َّ ‫ن الى‬
َّ ‫ين لفسوا ٌع ِلمى‬ َّ ‫اط‬ ِ ُ‫ن الش‬
َّ ‫}وما لف َّس طلُمانَّ ول ِن‬
‫الس ْح َّس{ه‬
‫ه‬ ِ
ْ ‫ه‬
ْ{‫َلَّجنف َّس‬ ‫ه‬ ‫ه‬ ‫ه‬ ْ ْ ‫ه‬ ‫ه‬ ‫ه‬ ‫ه‬ ‫ه‬ ْ ‫ه‬ ‫ه‬ ‫ه‬ ‫ه‬
َّ ‫ن أحدَّ حتى ًقىلَّ ِإهما هحنَّ ِفخىتَّ ف‬ َّ ‫ان ِم‬
َّ ِ ‫}وماٌَّع ِلم‬
“…Sulaiman itu tidak kafir tetapi setan-setan itulah yang kafir, mereka
mengajarkan sihir kepada manusia ..”
“…Keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorangpun sebelum
mengatakan, „Sesungguhnya kami hanya cobaan (bagimu), sebab itu
janganlah kamu kafir.‟…” (QS. Al-Baqarah: 102)
PEMBATAL KEISLAMAN
KEDELAPAN: MEMBELA ORANG-ORANG MUSYRIK DAN MENOLONG
MEREKA MELAWAN KAUM MUSLIMIN
Dalilnya adalah firman Allah ta‟ala:
‫ه‬ ‫ه‬ ْ ‫ْه‬ ْ ‫ه‬ ‫ه ه‬ ْ ْ ‫ْ ه‬ ‫ه‬ ‫هه هه‬
{‫ين‬
َّ ‫اِل‬
ِ ِ ‫هللا اليه ِدي القى َّمَّالظ‬
َّ َّ‫}ومنًَّخىلهم ِمىن َّم ف ِئههَّ ِمنه َّم ِإن‬
“Barangsiapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin,
maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya
Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.” (QS. Al-
Maidah:51)
PEMBATAL KEISLAMAN
KESEMBILAN: MEYAKINI BAHWA SEBAGIAN MANUSIA TIDAK WAJIB
MENGIKUTI NABI ‫ﷺ‬, DAN SESUNGGUHNYA IA BISA KELUAR DARI
SYARI'ATNYA NABI MUHAMMAD ‫ﷺ‬, SEBAGAIMANA KHIDIR
ALAIHISSALAM KELUAR DARI SYARI'AT MUSA ALAIHISSALAM
Allah Ta‟ala berfirman:
ً ‫ه‬ ْ ْ ‫ه‬ ‫ه‬ ‫ه‬ ُّ ‫ه‬ ‫ه‬
{‫لًَّا أيها الىاضَّ ِإ ِوي زطىىَّ الل ِ َّه ِإلُن َّمَّج ِمُعا‬ َّْ ‫}ق‬
“Katakanlah: „Hai manusia, sesungguhnya aku adalah utusan Allah
kepadamu semua…‟” [Al-A‟raaf: 158]
PEMBATAL KEISLAMAN
KESEPULUH: BERPALING DARI AGAMA ALLAH, TIDAK
MEMPELAJARINYA DAN TIDAK PULA MENGAMALKANNYA
Berdasarkan firman Allah ta‟ala:
‫ه ْ ْ ه‬ ‫ه‬ ْ ‫ه‬ ‫ه‬ ‫ه‬ ْ ‫ه‬ ‫ه‬ ‫ه‬ ‫ه‬ ‫ه‬ ‫ه‬ ْ ‫ه‬ ْ ‫ه‬ ‫ه‬
َّ ‫ن اِلج ِس ِم‬
‫ين‬ َّ ‫ض عنهآ ِإها ِم‬ َّ ِ ً‫ن أظلمَّ ِممن ذ ِل َّس ِبئا‬
َّ ‫اث زِب ِ َّه ثمَّ أعس‬ َّ ‫}وم‬
‫ه‬ ‫ه‬
{‫ن‬ َّ ‫مىخ ِقمى‬
“Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang telah diperingatkan
dengan ayat-ayat Rabbnya, kemudian ia berpaling daripadanya
Sesungguhnya Kami akan memberikan pembalasan kepada orang-orang
yang berdosa.” (QS. Sajdah :22)
SYARAT-SYARAT
MENJATUHKAN
VONIS KAFIR
KEPADA SESEORANG
SYARAT TAKFIR
Takfir atau menjatuhkan hukum kafir terhadap seseorang adalah
perkara yang besar dan tidak semua orang boleh melakukan itu.
Rasulullah ‫ﷺ‬ ‫ ه‬berkata
‫ه‬ ‫ه ه‬ ْ ً
‫ع هلرل َّه‬
‫و إ َّال هح َّازه‬ ‫ه‬ ْ ‫ه‬ ‫ه‬ ‫ه‬ ْ ْ ‫ه‬ ‫ه‬ ‫ه‬ ْ ‫ه‬ ‫ه‬
ِ ِ َّ ِ‫اى عد َّو الل ِ َّه ول‬
َّ ‫ن دعا زج ََّل ِبالنف َِّس أ َّو ق‬َّ ‫َّ]وم‬
‫هه‬
ْ
[‫علُ ِ َّه‬
“Dan barangsiapa yang memanggil seseorang dengan panggilan
„kafir” atau „musuh Allah‟ padahal dia tidak kafir, maka tuduhan itu
akan kembali kepada penuduh. (Hadits dari sahabat yang mulia Abu
Dzar Al Ghifari ini, diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam shahihnya
no. 3317)
SYARAT TAKFIR
Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin menerangkan:
Hendaknya difahami, bahwa seseorang wajib merasa takut kepada
Allah (Rabb-nya) dalam menetapkan semua masalah hukum. Sehingga
hendaknya, ia tidak terburu-buru menetapkan kepastian hukum,
khususnya berkaitan dengan takfir (menjatuhkan hukum kafir terhadap
seseorang).
Padahal jika seseorang mengkafirkan orang lain, sedangkan orang lain
itu tidak kafir, maka tuduhan kafir kembali kepada dirinya. Mengkafirkan
seseorang akan mengakibatkan banyak konsekuensi hukum. Diantaranya,
orang yang dikafirkan menjadi halal darah dan hartanya… Sebaliknya, kita
tidak boleh pula takut mengkafirkan orang yang telah dikafirkan oleh Allah
dan RasulNya Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Wajib membedakan antara takfir mu’ayyan (mengkafirkan terhadap
pribadi tertentu) dengan takfir ghairil mu’ayyan (mengkafirkan secara
umum, tidak kepada pribadi tertentu).
SYARAT TAKFIR
Syarat-syarat pengkafiran meliputi:
(A). ILMU
yaitu bila seseorang mengetahui, bahwa apa yang dilakukannya dapat
mengeluarkannya dari Islam). Allah ta‟ala berfirman di surat an-Nisa‟ ayat 115
tentang hukuman Allah kepada seseorang setelah jelas baginya suatu
kebenaran:
‫ه‬ ‫ْ ْ ه‬ ‫ه‬ ‫ه‬ ْ ‫ه ْ ه ْ ه هه ه ه ْ ه هه ْ ه‬ ‫هه ْ ه‬
‫ين هى ِل ِ َّه‬
َّ ‫ُل اِلؤ ِم ِى‬
َّ ِ ‫ن لهَّ الهدي وٍد ِب َّع غي َّر ط ِب‬
َّ ‫ن بع ِ َّد ما جبي‬َّ ‫ق السطى َّى ِم‬
َّ ِ ‫ن ٌشا ِق‬َّ ‫( وم‬
ً ‫ه هه ه ْ هه ه ه ه ه ْ ه‬
)َّ‫يرا‬
َّ ‫ث م ِص‬َّ ‫ما جىلىَّوهص ِل ِ َّهَّجهى َّم وطاء‬
“Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan
mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan ia leluasa
terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam
Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali.”
SYARAT TAKFIR
(B). SUKARELA,
(yaitu apa yang dilakukannya tanpa paksaan).
Apabila dipaksa maka tidak dihukumi kafir ini berdasarkan firman Allah ta‟ala
di surat an-Nahl ayat 106:
‫حه‬ ‫ه‬ ‫ْ ه هه ْ ه ْ ه‬ ‫ه‬ ْ ْ‫ه ْ ْ ه ه ه‬ ‫ه‬ ْ ‫ه‬ ْ ‫ه‬ ‫ه ْ هه‬
َّ ‫ن شس‬َّ ‫ن م‬
َّ ‫ان ول ِن‬
َّ ِ ‫اْلًم‬
ِ ‫ن أل ِس َّه وقلبهَّ مطم ِئنَّ ِب‬
َّ ‫ن بع ِ َّد ِإًما ِه ِ َّه ِإ َّال م‬َّ ‫ن لف َّس ِبالل َِّه ِم‬
َّ ‫م‬
‫ه‬ ‫هه ْ ه ه‬ ‫ه‬ ‫ْ ْ ه ْ ً ه ههْ ْ ه ه‬
َّ‫ن الل ِ َّه وله َّم عرابََّّع ِظُم‬
َّ ‫ِبالنف َِّس صدزَّا فعلي ِه َّم غظبَّ ِم‬
“Barangsiapa yang kafir kepada Allah sesudah dia beriman (dia mendapat
kemurkaan Allah), kecuali orang yang dipaksa kafir padahal hatinya tetap
tenang dalam beriman (dia tidak berdosa), akan tetapi orang yang
melapangkan dadanya untuk kekafiran, maka kemurkaan Allah menimpanya
dan baginya azab yang besar.” (QS. An-Nahl: 106.)
SYARAT TAKFIR
(C). SENGAJA DAN DALAM KEADAAN TENANG ATAU SADAR KETIKA
MELAKUKAN PERBUATAN YANG BISA MENJERUMUSKAN KEPADA KEKAFIRAN.
Apabila tertutup pikirannya, tidak mengetahui apa yang dikatakan karena
sangat senang atau terlalu sedih atau takut atau semisal itu saat melakukan
amalan yang bisa menjerumuskan kepada kekafiran maka ia tidak dikafirkan .
Dalilnya adalah riwayat yang dinukil dari shaheh Muslim, (2744) dari Anas bin
Malik radhiallahu anhu ia berkata, Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam
bersabda:
ْ ‫هْ ْ ه ه ْ ه ه هه ه ه ه‬ ‫ه‬ ‫ه‬ ْ ‫ه‬ ‫ه‬ ْ ‫ه ه ُّ ه ه ً ه‬
َّ‫ض‬
َّ ِ ‫احل ِخ ِ َّه ِبؤز‬ ِ ‫ان على ز‬َّ ‫ن أح ِدل هَّم م‬ َّ ‫ين ًخىبَّ ِإلُ ِ َّه ه ِم‬ َّ ‫اللهَّ َّأش َّد فسحا ِبخىب َِّت عب ِد َِّه ِح‬
‫ه‬ ‫ه‬ ‫ه ه ه ه ه ْه ه ه ه ه ه ً ه ْ ه‬ ‫ه‬ ‫هه ه ْ ه ه ه ْ ْ ه ه هْه ه‬
‫ع ِمنها فؤحى شجس َّة ه فاططج َّع ِفي‬ َّ ٌِ ‫ذ ِمىهَّ وعليها طعامهَّ وشسابهَّ فؤ‬ َّ ‫ َّفاه هفلخ‬.َّ‫فَلة‬
‫و إ هذا ه هَّى ب هها هقا ِئ هم ًَّت ِع ْى هدهَّ هفؤ هخ هَّر ب ِخ هطامهاه‬ ‫ن ه اح هلخ َّه هف هب ِْ هىا ه هَّى هل هرل َّه‬
ِ ِ ِ ِ ‫ز‬ َّ ْ ‫م‬ َّ
‫ع‬ ‫ه‬ ٌ ‫أ‬ َّ
‫د‬ ْ ‫ق‬
‫ه ه‬
‫ا‬ ‫ه‬ ‫ل‬ِ ‫ظ‬
ِ
ِ ِ ‫ْه‬ ‫ه‬ ‫ه‬ ِ ‫ه‬
ْ ‫ْ ه ه ْ ه ه ه ُّ ه‬ ِ ‫ه‬ ‫ه‬ ‫ْه‬ ِ ِ ‫ه‬
‫ح‬ ‫ه‬
َّ ِ ‫ن ِشد َِّة الفس‬ ْ
َّ ‫وَّأخط َّؤ ِم‬ َّ ‫ذ عب ِدي وأهاَّزب‬ َّ ‫ح اللهمَّ أه‬ ‫ه‬
َّ ِ ‫ن ِشد َِّة الفس‬ ْ
َّ ‫اى ِم‬ ‫ه‬
َّ ‫ثمَّ ق‬
SYARAT TAKFIR
“Allah sangat senang dengan taubat hamba-Nya ketika dia bertaubat
kepada-Nya dibanding salah seorang diantara kamu dimana dia
bersama kendaran unta di padang pasir, kemudian hilang darinya
sementara makanan dan minuman bersamanya. Sampai dia putus
asa. Dan mendekati pohon seraya berteduh dari rindangnya, putus
asa dari untanya. Ketika dia dalam kondisi seperti itu, tiba-tiba
berdiri disisinya. Maka langsung memegang tali pelananya kemudian
dia berkata karena sangat senangnya, “Ya Allah sesungguhnya
Engkau adalah hambaku dan dan saya adalah Tuhanmu, salah
karena sangat senangnya.
SYARAT TAKFIR
(D). TIDAK DALAM KEADAAN MENTAKWIL ATAU TERKENA SYUBHAT KETIKA
MELAKUKAN AMALAN YANG MENJELUMUSKAN KEPADA KEKAFIRAN
Maksudnya dia mempunyai sebagian syubhat yang tetap dipegangnya dia
menyangka itu adalah dalil yang benar. Atau belum mampu memahami hujah
syariyyah sesuai dengan tuntunannya. Maka pengkafiran tidak berlaku kecuali
benar-benar sengaja menyimpang dan hilang kebodohan dan syubhatnya.
Allah berfirman di surat al-Ahzab ayat 5:
ْ‫ث قلىبن َّم‬ ْ ‫ه ه ه‬ ‫هه‬ ْ‫ه ه ْ ه‬ ‫هْ ه ههْ ْ ه‬
َّ ‫ع علُن َّم جىاحَّ ِفُما أخطؤجم ِب ِهَّ ول ِنن ما حعمد‬ َّ ِ‫ول‬
ً ً ‫ه‬ ‫ه‬ ‫هه‬
َّ ‫ان اللهَّ غفىز َّا ز ِح‬
‫ُما‬ َّ ‫وم‬
“Dan tidak ada dosa atas kalian terhadap apa yang kalian khilaf padanya,
tetapi (yang ada dosanya) apa yang disengaja oleh hatimu. Dan adalah Allah
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
konsulislam@bintangpelajar.com
082213871866/08971456167

DISAMPAIKAN OLEH OLEH


KONSULTAN KEISLAMAN BINTANG PELAJAR
SUPLEMEN
TAMBAHAN WAWASAN
KEISLAMAN
APAKAH MUHAMMAD BIN ABDUL WAHHAB MENGKAFIRKAN
ORANG YANG BERBEDA DENGAN DIA DAN MENGKAFRIKAN
LANGSUNG ORANG YANG MENYEMBAH KUBURAN?

Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin rahimahullah berkata, “Saya


tidak yakin bahwa Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab rahimahullah
berpandangan kalau kebodohan (ketidak-mengertian) tidak termaafkan
(menyebabkan kekafirannya), kecuali jika kebodohannya benar-benar
diakibatkan karena enggan mempelajari kebenaran. Misalnya, jika seseorang
pernah mendengar kebenaran, tetapi ia tidak mempedulikannya dan
mengabaikan upaya mempelajarinya. Maka yang ini tentu tidak termaafkan
kebodohannya. Mengapa saya tidak yakin hal itu dari Syaikh Muhammad bin
Abdul Wahab rahimahullah?
Sebab, beliau mempunyai pernyataan lain yang menunjukkan, bahwa beliau
berpandangan ada maaf bagi kebodohan.
NUKILAN DARI MUHAMMAD BIN ABDUL
WAHHAB
Beliau pernah ditanya tentang sesuatu yang menyebabkan orang
diperangi karenanya, dan tentang sesuatu yang menyebabkan orang
dinyatakan kafir karenanya?
Beliau menjawab: “Rukun Islam yang lima, diawali dengan dua kalimat
syahadat. kemudian dilanjutkan empat rukun lainnya. Empat rukun Islam
itu, jika seseorang telah mengikrarkan (mengimani)nya, namun kemudian
tidak mengamalkannya karena bermalas-malas, maka sekalipun kami
memeranginya -sebab ia tidak mengerjakannya- tetapi kami tidak
mengkafirkannya.”
Ulama berselisih pendapat tentang orang yang meninggalkan shalat
karena malas, bukan karena ingkar. Dan kami tidak mengkafirkan, kecuali
dalam hal yang sudah menjadi kesepakatan semua ulama (jika
ditinggalkan), yaitu dua kalimat syahadat.
NUKILAN DARI MUHAMMAD BIN ABDUL
WAHHAB
Selanjutnya Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin rahimahullah
memaparkan secara panjang lebar tentang perkataan Syaikh Muhammad bin
Abdul Wahab berkaitan dengan siapa-siapa orang yang dinyatakan kafir (secara
umum) oleh beliau.
Kemudian menukil perkataan Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab
berikutnya, “Adapun tentang tuduhan dusta dan bohong atas nama kami -ialah
seperti perkataan mereka- bahwa kami mengkafirkan semua orang, mewajibkan
orang bergabung dengan kami jika sudah mampu memperlihatkan agamanya.
Atau (menuduh) kami (telah) menganggap kafir terhadap orang yang tidak
mengkafirkan orang lain, atau tidak mau memerangi orang lain. Semua ini dan
tuduhan-tuduhan lainnya yang lebih keji, hanyalah kedustaan dan kebohongan.
Dimaksudkan untuk menghalangi umat agar tidak bisa memahami agama Allah
dan RasulNya.”
NUKILAN DARI MUHAMMAD BIN ABDUL
WAHHAB
Jika kami tidak berani mengkafirkan orang yang menyembah
patung di kuburan Abdul Qadir (Al Jailani) atau patung di kuburan
Ahmad Al Badawi dan lain-lainnya -disebabkan oleh kebodohan
(ketidak mengertian) mereka-
Maka bagaimana mungkin kami akan mengkafirkan orang yang
tidak musyrik kepada Allah hanya karena tidak mau bergabung
dengan kami, atau tidak mau mengkafirkan orang lain atau tidak
mau memerangi orang lain?!.
‫ه‬ ‫ْ ه ه ه ه ه ْه‬
َّ ‫و هرا بهخانَّ ع ِظ‬
‫ُم‬ َّ ‫طبحاه‬
“Maha suci Engkau Ya Allah!. Ini merupakan kedustaan yang
besar…”

Anda mungkin juga menyukai