BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 DefinisiSkabies
Sinonim atau nama lain skabies adalah kudis, the itch, gudig, budukan, dan
gatal agogo. Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan
sensitisasi terhadap Sarcoptes scabiei varian hominis dan hasil produknya
(Handoko dkk, 2005).
Skabies terjadi baik pada laki-laki maupun perempuan, di semua geografi
daerah, semua kelompok usia, ras dan kelas sosial. Namun menjadi masalah
utama pada daerah yang padat dengan gangguan sosial, sanitasi yang buruk, dan
negara dengan keadaan perekonomian yang kurang. Skabies ditularkan melalui
kontak fisik langsung (skin-to-skin) maupun tak langsung (pakaian, tempat tidur,
yang dipakai bersama) (Handoko dkk,2005).
Gejala utama adalah pruritus intensif yang memburuk di malam hari atau
kondisi dimana suhu tubuh meningkat. Lesi kulit yang khas berupa terowongan,
papul, ekskoriasi dan kadang-kadang vesikel. Tungau penyebab skabies
merupakan parasit obligat yang seluruh siklus hidupnya berlangsung di tubuh
manusia. Tungau tersebut tidak dapat terbang atau meloncat namun merayap
dengan kecepatan 2.5 cm per menit pada kulit yang hangat (Chosidow, 2006)
1.2 EpidemiologiSkabies
Skabies ditemukan di semua negara dengan prevalensi yang bervariasi.
Daerah endemic skabies adalah di daerah tropis dan subtropis seperti Afrika,
Mesir, Amerika Tengah, Amerika Selatan, Amerika Utara, Australia, Kepulauan
Karibia, India, dan AsiaTenggara.
Diperkirakan bahwa terdapat lebih dari 300 juta orang di seluruh dunia
bahwa prevalensi skabies cenderung tinggi pada anak-anak serta remaja dan tidak
dipengaruhi oleh jenis kelamin, ras, dan umur. Faktor primer yang berkontribusi
1.3 EtiologiSkabies
Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi
Tungau skabies mempunyai empat kaki dan diameternya berukuran 0,3 mm.
Sehingga tidak dapat dilihat dengan mata telanjang. Tungau ini tidak dapat
terbang atau melompat dan hanya dapat hidup selama 30 hari di lapisan epidermis
(Mitolin et al, 2008). Skabies betina dewasa berukuran sekitar 0,4 mm dengan
luas 0,3 mm , dan jantan dewasa lebih kecil 0,2 mm panjang dengan luas 0,15
mm. Tubuhnya berwarna putih susu dan ditandai dengan garis melintang yang
bergelombang dan pada permukaan punggung terdapat bulu dan dentikel (Burns,
2004).
pasang kaki yang berakhir dengan perpanjangan peduncles dengan pengisap kecil
di bagian ujungnya. Pada tungau betina, terdapat dua pasang kaki yang berakhir
dengan rambut (Satae) sedangkan pada tungau jantan rambut terdapat pada
pasangan kaki ketiga dan peduncles dengan pengisap pada pasangan kaki
keempat (Burns,2004).
Siklus hidup tungau ini sebagai berikut. Setelah kopulasi (perkawinan) yang
terjadi di atas kulit, tungau jantan akan mati. Tapi kadang-kadang masih dapat
hidup beberapa hari dalam terowongan yang digali oleh tungau betina. Tungau
betina yang telah dibuahi menggali terowongan dalam stratum korneum, dengan
sehari sampai mencapai 40-50 telur yang dihasilkankan oleh setiap tungau betina
selama rentang umur 4-6 minggu dan selama itu tungau betina tidak
meninggalkan terowongan. Setelah itu, larva berkaki enam akan muncul dari telur
setelah 3-4 hari dan keluar dari terowongan dengan memotong atapnya. Larva
berubah menjadi nimfa. Setelah itu berkembang menjadi tungau jantan dan betina
dewasa. Seluruh siklus hidupnya mulai dari telur sampai bentuk dewasa
Biasanya, pada satu individu terdapat kurang dari 20 tungau di tubuhnya, kecuali
pada Norwegian scabies dimana individu bisa didiami lebih dari sejuta tungau.
Orang tua dengan infeksi virus immunodefisiensi dan pasien dengan pengobatan
1.4 PatogenesaSkabies
Penyakit scabies ini merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh kutu
sarcoptes scabei. Faktor yang berperan dalam penularan penyakit ini adalah sosial
ekonomi yang rendah, higiene perorangan yang jelek, lingkungan yang tidak
saniter, perilaku yang tidak mendukung kesehatan, serta kepadatan penduduk.
Penyakit scabies dapat ditularkan melalui kontak langsung maupun kontak tak
langsung. Yang paling sering adalah kontak langsung dan erat atau dapat pula
melalui alat-alat seperti tempat tidur, handuk, dan pakaian. Bahkan penyakit ini
dapat pula ditularkan melalui hubungan seksual antara penderita dengan orang
Siklus hidup tungau ini sebagai berikut. Setelah kopulasi (perkawinan) yang
terjadi di atas kulit, yang jantan akan mati, kadang-kadang masih dapat hidup
dalam terowongan yang digali oleh yang betina. Tungau betina yang telah dibuahi
sehari dan sambil meletakkan telurnya 2 atau 4 butir sehari sampai mencapai
jumlah 40 atau 50 . Bentuk betina yang telah dibuahi ini dapat hidup sebulan
lamanya. Telurnya akan menetas, biasanya dalam waktu 3-5 hari, dan menjadi
larva yang mempunyai 3 pasang kaki. Larva ini dapat tinggal dalam terowongan,
tetapi dapat juga keluar. Setelah 2 -3 hari larva akan menjadi nimfa yang
mempunyai 2 bentuk, jantan dan betina, dengan 4 pasang kaki. Seluruh siklus
hidupnya mulai dari telur sampai bentuk dewasa memerlukan waktu antara 8 – 12
berubah menjadi nimfa yang akan menjadi parasit dewasa. Tungau betina akan
mati setelah meninggalkan telur, sedangkan tungau jantan mati setelah kopulasi. (
Mulyono, 1986). Sarcoptes scabiei betina dapat hidup diluar pada suhu kamar
selama lebih kurang 7 – 14 hari. Yang diserang adalah bagian kulit yang tipis dan
lembab, contohnya lipatan kulit pada orang dewasa. Pada bayi, karena seluruh
kulitnya masih tipis, maka seluruh badan dapat terserang. (Andrianto dan Tang
Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya oleh tungau skabies, tetapi juga
oleh penderita sendiri akibat garukan. Dan karena bersalaman atau bergandengan
sehingga terjadi kontak kulit yang kuat, menyebabkan kulit timbul pada
pergelangan tangan. Gatal yang terjadi disebabkan oleh sensitisasi terhadap sekret
dan ekskret tungau yang memerlukan waktu kira-kira sebulan setelah infestasi.
Pada saat itu kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan ditemukannya papul,
vesikel, urtika dan lain-lain. Dengan garukan dapat timbul erosi, ekskoriasi,
krusta dan infeksi sekunder. Kelainan kulit dan gatal yang terjadi dapat lebih luas
lesi dan terhadap tim bulnya gatal. Sarcoptes scabiei melepaskan substansi
sebagai respon hubungan antara tungau dengan keratinosit dan sel-sel langerhans
tipe IV dan tipe I (Burns, 2004). Pada reaksi tipe I, pertemuan antigen tungau
inflamasi yang dapat terlihat dari perubahan histologik dan jumlah sel limfosit T
yang banyak pada infiltrat kutaneus. Kelainan kulit yang menyerupai dermatitis
tersebut sering terjadi lebih luas dibandingkan lokasi tungau dengan efloresensi
dapat berupa papul, nodul, vesikel, urtika dan lainnya. Akibat garukan yang
dilakukan oleh pasien dapat timbul erosi, ekskoriasi, krusta hingga terjadinya
Kelainan klinis pada kulit yang ditimbulkan oleh infestasi Sarcoptes scabiei
berupa keluhan subjektif dan objektif yang spesifik. Dikenal ada 4 tanda utama
1. Pruritusnocturna
sepertipruritusakantimbulselama6hingga8minggu.Infeksiyang
berulang menyebabkan ruam dan gatal yang timbul hanya dalam beberapa
hari. Gatal terasa lebih hebat pada malam hari. Hal ini disebabkan karena
meningkatnya aktivitas tungau akibat suhu yang lebih lembab dan panas.
menjadi gelisah.
2. Sekelompokorang
bagi individulain.
3. Adanyaterowongan
korneum, oleh karena itu parasit sangat menyukai bagian kulit yang
memiliki stratum korneum yang relative lebih longgar dan tipis. Lesi yang
timbul berupa eritema, krusta, ekskoriasi papul dan nodul yang sering
dan lateral telapak tangan, siku, aksilar, skrotum, penis, labia dan pada
areola wanita. Bila ada infeksi sekunder ruam kulitnya menjadi polimorf
tipis dan kecil seperti benang, berstruktur linear kurang lebih 1 hingga 10
mm, berwarna putih abu-abu, pada ujung terowongan ditemukan papul atau
maupun skibala dan ini merupakan hal yang paling diagnostik. Akan tetapi,
kriteria yang keempat ini agak susah ditemukan karena hampir sebagian
besar penderita pada umumnya datang dengan lesi yang sangat variatif dan
tidak spesifik. Pada kasus skabies yang klasik, jumlah tungau sedikit
skabies.
2. BentukKlinis
Selain bentuk skabies yang klasik, terdapat pula bentuk-bentuk yang tidak
Klinis ditandai dengan lesi berupa papula dan kanalikuli dengan jumlah
yang sangat sedikit, kutu biasanya hilang akibat mandi secara teratur. Namun
bentuk ini seringkali salah diagnosis karena lesi jarang ditemukan dan sulit
2. Skabiesnodular
berukuran 2-20 mm yang gatal. Umumnya terdapat pada daerah yang tertutup
terutama pada genitalia, inguinal dan aksila. Pada nodus yang lama tungau
3. Skabiesincognito
bahkan lebih buruk. Hal ini mungkin disebabkan oleh karena penurunan
Gambar 7. Skabies incognito dengan lesi krusta terlokalisasi pada penderita dengan
kucing dan gembala. Lesi tidak pada daerah predileksi skabies tipe humanus
tetapi pada daerah yang sering berkontak dengan hewan peliharaan tersebut,
seperti dada, perut, lengan. Masa inkubasi jenis ini lebih pendek dan sembuh
sendiri bila menjauhi hewan tersebut dan mandi bersih-bersih oleh karena
Kondisi yang jarang ini sangat mudah menular karena tungau berada
dalam jumlah yang banyak dan diperkirakan lebih dari sejuta tungau
daerah palmar dan plantar dengan penebalan dan distrofi kuku jari kaki dan
tangan. Lesi tersebut menyebar secara generalisata seperti daerah leher dan
kulit kepala, telinga, bokong, siku, dan lutut. Kulit yang lain biasanya terlihat
xerotik. Pruritus dapat bervariasi dan dapat pula tidak ditemukan pada bentuk
Pada anak yang kurang dari dua tahun, infestasi bisa terjadi di wajah
dan kulit kepala sedangkan pada orang dewasa jarang terjadi. Lesi skabies
pada anak dapat mengenai seluruh tubuh, termasuk seluruh kepala, leher,
telapak tangan, telapak kaki dan sering terjadi infeksi sekunder berupa
axilla dan daerah lateral badan pada anak-anak. Nodul-nodul ini bisa timbul
3. Pemeriksaanpenunjang
penderita sering datang dengan lesi yang bervariasi sehingga diagnosis pasti sulit
ditegakkan. Pada umumnya diagnosis klinis ditegakkan bila ditemukan dua dari
empat cardinal sign. Beberapa cara yang dapat digunakan untuk menemukan
1. Kerokankulit
Papul atau kanalikuli yang utuh ditetesi dengan minyak mineral atau KOH
10% lalu dilakukan kerokan dengan meggunakan scalpel steril yang bertujuan
di gelas objek dan ditutup dengan kaca penutup lalu diperiksa dibawah
mikroskop.
kemudian dikeluarkan. Bila positif, Tungau terlihat pada ujung jarum sebagai
parasit yang sangat kecil dan transparan. Cara ini mudah dilakukan tetapi
dengan tinta hitam. Papul skabies dilapisi dengan tinta cina, dibiarkan selama
Diagnosis pasti dapat melalui identifikasi tungau, telur atau skibala secara
mikroskopik. Ini dilakukan dengan cara menjepit lesi dengan ibu jari dan
telunjuk kemudian dibuat irisan tipis, dan dilakukan irisan superficial secara
berdarah. Kerokan tersebut diletakkan di atas kaca objek dan ditetesi dengan
Gambar 11. Sarcoptes scabiei dalam epidermis (panah) dengan pewarnaan H.E *
6. Ujitetrasiklin
Pada lesi dioleskan salep tetrasiklin yang akan masuk ke dalam kanalikuli.
kanalikuli.
cara yang paling mudah dan hasilnya cukup memuaskan. Agar pemeriksaan berhasil,
1. Kerokan harus dilakukan pada lesi yang utuh (papula, kanalikuli) dan tidak
2. Sebaiknya lesi yang akan dikerok diolesi terlebih dahulu dengan minyak
mineral agar tungau dan produknya tidak larut, sehingga dapat menemukan
4. Oleh karena tungau terdapat dalam stratum korneum maka kerokan harus
yangmenetap.
1.6 DiagnosisBanding
ekstensorekstremitas.
urtikariapapuler.
1.7 PenatalaksanaanSkabies
Terdapat beberapa terapi untuk skabies yang memiliki tingkat efektivitas yang
bervariasi. Faktor yang berpengaruh dalam keberhasilan yang antara lain umur
pasien, biaya pengobatan, berat derajat erupsi, dan factor kegagalan terapi yang
pernah diberikansebelumnya.
Pada pasien dewasa, skabisid topikal harus dioleskan di seluruh permukaan tubuh
kecuali area wajah dan kulit kepala, dan lebih difokuskan di daerah sela-sela jari,
inguinal, genital, area lipatan kulit sekitar kuku, dan area belakang telinga. Pada
pasien anak dan scabies berkrusta, area wajah dan kulit kepala juga harus dioleskan
skabisid topikal. Pasien harus diinformasikan bahwa walaupun telah diberikan terapi
skabisidal yang adekuat, ruam dan rasa gatal di kulit dapat tetap menetap hingga 4
minggu. Jika tidak diberikan penjelasan, pasien akan beranggapan bahwa pengobatan
yang diberikan tidak berhasil dan kemudian akan menggunakan obat anti scabies
secara berlebihan.
Steroid topikal, anti histamin maupun steroid sistemik jangka pendek dapat
diberikan untuk menghilangkan ruam dan gatal pada pasien yang tidak membaik
a. Penatalaksanaan secaraumum
4. Ganti pakaian, handuk, sprei, yang digunakan, selalu cuci dengan teratur dan
b. Penatalaksanaan secarakhusus
Pengobatan skabies harus efektif terhadap tungau dewasa, telur dan produknya,
mudah diaplikasikan, nontoksik, tidak mengiritasi, aman untuk semua umur, dan
maupunoral.
a. Permethrin
polarisasi dinding sel saraf parasit yaitu melalui ikatan dengan natrium. Hal
ini memperlambat repolarisasi dinding sel dan akhirnya terjadi paralise
parasit. Obat ini merupakan pilihan pertama dalam pengobatan scabies karena
12 jam dan setelah itu dicuci bersih. Apabila belum sembuh bisa dilanjutkan
bayi-bayi yang berumur kurang dari 2 bulan, wanita hamil dan ibu menyusui.
Wanita hamil dapat diberikan dengan aplikasi yang tidak lama sekitar 2 jam.
Efek samping jarang ditemukan, berupa: rasa terbakar, perih, dan gatal,
sensitive danterekskoriasi.
b. Presipitat Sulfur2-10%
(Hizks, 2009). Preparat sulfur yang tersedia dalam bentuk salep (2% -10%)
dan umumnya salep konsentrasi 6% lebih disukai. Cara aplikasi salep sangat
ini adalah harganya yang murah dan mungkin merupakan satu-satunya pilihan
(CH2S5O6) yang bersifat germicid dan fungicid. Secara umum sulfur bersifat
aman bila digunakan oleh anak-anak, wanita hamil dan menyusui serta efektif
dalam konsentrasi 2,5% pada bayi. Kerugian pemakaian obat ini adalah bau
c. Benzylbenzoate
Benzil benzoate adalah ester asam benzoat dan alkohol benzil yang
pada tungau skabies. Digunakan sebagai 25% emulsi dengan periode kontak
24 jam dan pada usia dewasa muda atau anak-anak, dosis dapat dikurangi
menjadi 12,5%. Benzil benzoate sangat efektif bila digunakan dengan baik
dan teratur dan secara kosmetik bias diterima. Efek samping dari benzil
kurang dari 2 tahun. Tapi benzil benzoate lebih efektif dalam pengelolaan
insektisida yang bekerja pada sistem saraf pusat (SSP) tungau. Lindane
diserap masuk ke mukosa paru-paru, mukosa usus, dan selaput lendir
jaringan yang kaya lipid dan kulit yang menyebabkan eksitasi, konvulsi, dan
kematian tungau.
tersedia dalam bentuk krim, lotion, gel, tidak berbau dan tidak berwarna.
bawah selama 12-24 jam dalam bentuk 1% krim atau lotion. Setelah
pemakaian dicuci bersih dan dapat diaplikasikan lagi setelah 1 minggu. Hal
ini untuk memusnahkan larva-larva yang menetas dan tidak musnah oleh
pengobatan dalam 7 hari, serta tidak menggunakan konsentrasi lain selain 1%.
Efek samping lindane antara lain menyebabkan toksisitas SSP, kejang, dan
dan pancytopenia.
e. Crotamiton krim(Crotonyl-N-Ethyl-O-Toluidine)
lotion. Tingkat keberhasilan bervariasi antara 50% dan 70%. Hasil terbaik
telah diperoleh bila diaplikasikan dua kali sehari selama lima hari berturut-
turut setelah mandi dan mengganti pakaian dari leher ke bawah selama 2
efektivitas yang tinggi terhadap skabies. Crotamiton 10% dalam krim atau
losion, tidak mempunyai efek sistemik dan aman digunakan pada wanita
f. Ivermectin
dan endo parasit. Digunakan secara meluas pada pengobatan hewan, pada
dan dilaporkan efektif untuk scabies. Digunakan pada umur lebih dari 5 tahun.
untuk mengobati scabies. Efek samping yang sering adalah kontak dermatitis
dan toxicepidermalnecrolysis.
g. Monosulfiran
2-3 bagian air dan digunakan setiap hari selama 2-3 hari.
h. Malathion
c. Penatalaksanaan skabiesberkrusta
Terapi skabies ini mirip dengan bentuk umum lainnya, meskipun scabies
dengan skabisid. Kulit yang diobati meliputi kepala, wajah, kecuali sekitar mata,
hidung, mulut dan khusus dibawah kuku jari tangan dan jari kaki diikuti dengan
penggunaan sikat di bagian bawah ujung kuku. Pengobatan diawali dengan krim
permethrin dan jika dibutuhkan diikuti dengan lindane dan sulfur. Mungkin sangat
d. Penatalaksanaan skabiesnodular
hipersensitivitas terhadap produk tungau. Nodul akan tetap terlihat dalam beberapa
f. Pengobatansimptomatik
Obat antipruritus seperti obat anti histamin mungkin mengurangi gatal yang
secara karakeristik menetap selama beberapa minggu setelah terapi dengan anti
skabeis yang adekuat. Pada bayi, aplikasi hidrokortison 1% pada lesi kulit yang
sangat aktif dan aplikasi pelumas atau emolient pada lesi yang kurang aktif mungkin
sangat membantu, dan pada orang dewasa dapat digunakan triamsinolon 0,1%.
gejala pruritus selama 6 minggu sebagai reaksi eczematous atau masa penyembuhan.
Pasien dapat diobati dengan Emolien dan kortikosteroid topikal, dengan atau tanpa
berkelanjutan selama 2-6 minggu setelah pengobatan berhasil. Hal ini karena respon
tubuh dari kekebalan terhadap antigen tungau. Jika gejalanya menetap di luar 2
minggu, itu mungkin karena diagnosis awal yang tidak sesuai, aplikasi obat yang
1.8. Pencegahan
kontak langsung atau dekat dengan penderita harus diterapi dengan topikal skabisid.
Terapi pencegahan ini harus diberikan untuk mencegah penyebaran scabies karena
seseorang mungkin saja telah mengandung tungau scabies yang masih dalam periode
inkubasi asimptomatik.
Selain itu untuk mencegah terjadinya reinfeksi melalui seprei, bantal, handuk dan
pakaian yang digunakan dalam 5 hari terakhir, harus dicuci bersih dan dikeringkan
dengan udara panas karena tungau scabies dapat hidup hingga 3 hari diluar kulit,
karpet dan kain pelapis lainnya sehingga harus dibersihkan (vacuum cleaner).
1.9 Komplikasi
Infeksi sekunder pada pasien skabies merupakan akibat dari infeksi bakteri atau
karena garukan. Keduanya mendominasi gambaran klinik yang ada. Erosi merupakan
tanda yang paling sering muncul pada lesi sekunder. Infeksi sekunder dapat ditandai
dengan munculnya pustul, supurasi, dan ulkus. Selain itu dapat muncul eritema,
skuama, dan semua tanda inflamasi lain pada ekzem sebagai respon imun tubuh yang
kuat terhadap iritasi. Nodul-nodul muncul pada daerah yang tertutup seperti bokong,
skrotum, inguinal, penis, dan axilla. Infeksi sekunder lokal sebagian besar disebabkan
oleh Staphylococcus aureus dan biasanya mempunyai respon yang bagus terhadap
topikal atau antibiotic oral, tergantung tingkat pyodermanya. Selain itu, limfangitis
dan septiksemia dapat juga terjadi terutama pada skabies Norwegian, post-
1.10 Prognosis
Jika tidak dirawat, kondisi ini bisa menetap untuk beberapa tahun. Pada individu
scabies dapat disembuhkan. Seorang individu dengan infeksi scabies, jika diobati
dengan benar, memiliki prognosis yang baik, keluhan gatal dan ekzema akan sembuh
BAB III
PEMBAHASAN
6%-27% pada populasi umum. Meski sekarang sudah sangat jarang dan sulit
(terlepas dari faktor penyebabnya), namun tak dapat dipungkiri bahwa penyakit kulit
ini masih merupakan salah satu penyakit yang sangat mengganggu aktivitas hidup
dan kerja sehari-hari. Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi
dan sensitisasi terhadap Sarcoptes scabiei var. hominis dan produknya. Penularannya
pada keadaan lingkungan yang padat penduduk, status ekonomi rendah, tingkat
pendidikan yang rendah dan kualitas higienis pribadi yang kurang baik atau
cenderungjelek.
Rasa gatal yang ditimbulkannya terutama waktu malam hari, secara tidak
waktu untuk istirahat tidur, sehingga kegiatan yang akan dilakukannya disiang hari
juga ikut terganggu. Jika hal ini dibiarkan berlangsung lama, maka efisiensi dan
hidup masyarakat
Pada penyakit skabies ditemukan 4 tanda cardinal yaitu pruritus nocturna,
tungau. Bentuk kelainan kulit pada penyakit skabies yaitu ditemukannya papul,
vesikel, erosi, ekskoriasi, krusta dan lain-lain, serta bermanifestasi klinis dalam
berbagai variasi. Bila infeksi sekunder telah terjadi dapat disebabkan bakteri yang
Penanganan yang menjadi pilihan utama adalah primethrin 5% topikal yang dioleskan
Handoko RP, Djuanda A, Hamzah M. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Ed.4.
Jakarta: FKUI; 2005. 119-22.
Siregar RS, Wijaya C, Anugerah P. Saripati Penyakit Kulit dan Kelamin. Ed.3.
Jakarta: EGC; 1996. 191-5.
Habif TP, Hodgson S. Clinical Dermatology. Ed.4. London: Mosby; 2004. 497-506.
Chosidow O. Scabies. New England J Med. 2006. July : 354/1718-27.
Walton SF, Currie BJ. Problems in Diagnosing Scabies, A Global Disease in Human
and Animal Populations. Clin Microbiol Rev. 2007. April.268-79.
Burns DA. Diseases Caused by Arthropods and Other Noxious Animals, in: Burns T,
Breathnach S, Cox N, Griffiths C. Rooks Textbook of Dermatology. Vol.2. USA:
Blackwell publishing; 2004. 37-47.
Hicks MI, Elston DM. Scabies. Dermatologic Therapy. 2009. November :22/279-
292.
Amiruddin MD. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Ed.1. Makassar: Fakultas
Kedokteran Universitas Hasanuddin ; 2003. 5-10.
Currie J.B., and James S. McCarthy. Permethrin and Ivermectin for Scabies. New
England J Med. 2010. February : 362/717-724.