Ya.. kasus ini menimpa adik kandung saya yang berusia 3 thn kurang. Kejadiannya 3 tahun lalu.
16 february 2011. Kejadian ini di salah satu Rumah Sakit swasta ternama di Provinsi Banten.
Kejadiannya adik saya sakit, demam tinggi. Dan malam itu kami bawa ke Rumah Sakit tersebut.
Dan langsung masuk UGD. Kami juga belum tahu adik sakit apa. Masuk UGD karena demam
tinggi dan usianya masih balita. Kemudian dokter di ruang UGD memeriksa. Dokter dan perawat
bilang, “tidak apa-apa. Demamnya karena radang saja. Tapi tetap dirawat ya, takut kenapa-
kenapa nanti. Soalnya masih balita.” Ok. Orangtua saya nurut, adik tetap dirawat inap di Rumah
Sakit. Papah minta cek darah takutnya DBD atau tifus. Tapi katanya hasilnya bagus, trombositnya
bagus. Cuma radang. Kami bisa mulai agak tenang.
Adik masuk rumah sakit sabtu malam minggu. Sampai minggu sore hasil masih sama. Kalau adik
baik-baik saja Cuma radang. Saat itu saya sedang pulang ke rumah. Hari minggu saya harus balik
ke depok untuk kuliah. Berat rasanya meninggalkan adik masih sakit dirumah sakit. Sampai hari
senin adik masih di rawat dan hasil yang perawat bilang masih sama. Hanya dikasih obat dan obat.
Tidak dicek lagi trombositnya. Hari selasa pagi mama dan adikku yang ke-2 yang jaga di rumah
sakit. Pagi-pagi mama pencet bel untuk panggil perawat. Mama panik, adik gak sadar. Badannya
basah, dingin, terus badannya dipegang biru.suster datang, tapi dia dengan enaknya bilang “ini
gak apa-apa bu. Mau sembuh.” Perawat itu bukannya cek darah lagi. Tapi hanya ngukur suhu
tubuh dengan termometer dan memberi obat. Sampai pagi sekitar jam 06.30 pergantian perawat,
kondisi adik masih sama seperti semalam. Mama tekan bel lagi untuk memanggil peawat.
Kemudian perawat baru mengecek kondisi asik, dan baru mengambil tes darah lagi. Dan hasilnya
adik kena DBD, bukan radang yang dibilang dokter dan perawat sebelumnya. Dan ternyata
semalaman adik dalam masa kritis DBD, dan tidak ditangani selayaknya menangani pasien sakit
DBD. Karena telat penanganan, pembuluh darah adikku sampai pecah. Aku yang masih ada di
depok mendengar kBr itu langssung pulang. Aku langsung dating ke rumah sakit. Adik sudah ada
di ruang ICU. Adik sudah tidak sadarkan diri. Banyak selang dimana-mana. Badannya sudah biru.
Kami minta di rujuk ke rumah sakit di Jakarta. Tapi tidak diijinkan. Mungkin sudah terlanjur lalai,
takut ketahuan pihak rumah sakit lain. Sampai papah bilang “ bagaimanapun caranya anak saya
harus ditangani dan sembuh. Dan berapapun biayanya. Tenang saja! Yang penting anak saya
selamat!”
Tapi dokter sudah pasrah dan menyerah. Tapi menyerah tanpa penanganan yang layak. Dan yang
membuat kami sekeluarga sakit dokter .hanya bilang “tunggu saja selama 24jam dari sekarang.
Daya tahan tubuhnya yang bekerja”
Sampai keesokan paginya tanggal 16 february 2010, adik meninggal. Tanpa penanganan yang
layak.
Kami sekeluarga sangat-sangat kecewa dan trauma. Ini memang takdir, tapi cara kepergiaan adik
yang tidak pantas. Kelalaian rumah sakit. Dan ternyata, kasus seperti yang dialami kelurga saya di
rumah sakit itu bukan yang pertama. Tapi sudah banyak korban lainnya sebelum adik saya.
2.
Dokter
Perawat
Rumah Sakit
Pemerintah seharusnya member sanksi terhadap dokter, perawat dan rumah sakit itu. Untuk dokter
nya mungkin tidak di ijinkan praktek lagi. Dan untuk rumah sakitnya di awasi dengan baik lagi.
Dapat pengawasan lebih lagi.