Anda di halaman 1dari 23

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................................... i

DAFTAR ISI ...........................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang..................................................................................................... 1

Permasalahan........................................................................................................ 2

Tujuan Penulisan.................................................................................................. 2

BAB II LANDASAN TEORI

Kehilangan........................................................................................................... 3

Berduka................................................................................................................ 6

BAB III RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Pengkajian............................................................................................................ 12

Diagnosa Keperawatan......................................................................................... 12

Perencanaan.......................................................................................................... 13

Pelaksanaan.......................................................................................................... 13

Evaluasi................................................................................................................ 13

Rencana Tindakan Keperawatan.......................................................................... 14

Hasil Pasien yang Diharapkan.............................................................................. 17

BAB IV PENUTUP

Kesimpulan........................................................................................................... 19

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................ 20
BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Lahir, kehilangan, dan kematian adalah kejadian yang unuiversal dan kejadian yang
sifatnya unik bagi setiap individual dalam pengalaman hidup seseorang.Kehilangan dan
berduka merupakan istilah yang dalam pandangan umum berarti sesuatu kurang enak atau
nyaman untuk dibicarakan. Hal ini dapat disebabkan karena kondisi ini lebih banyak
melibatkan emosi dari yang bersangkutan atau disekitarnya.Dalam perkembangan
masyarakat dewasa ini, proses kehilangan dan berduka sedikit demi sedikit mulai maju.
Dimana individu yang mengalami proses ini ada keinginan untuk mencari bentuan kepada
orang lain.

Pandangan-pandangan tersebut dapat menjadi dasar bagi seorang perawat apabila


menghadapi kondisi yang demikian. Pemahaman dan persepsi diri tentang pandangan
diperlukan dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif. Kurang
memperhatikan perbedaan persepsi menjurus pada informasi yang salah, sehingga intervensi
perawatan yang tidak tetap (Suseno, 2004).

Perawat berkerja sama dengan klien yang mengalami berbagai tipe kehilangan.
Mekanisme koping mempengaruhi kemampuan seseorang untuk menghadapi dan menerima
kehilangan. Perawat membantu klien untuk memahami dan menerima kehilangan dalam
konteks kultur mereka sehingga kehidupan mereka dapat berlanjut. Dalam kultur Barat,
ketika klien tidak berupaya melewati duka cita setelah mengalami kehilangan yang sangat
besar artinya, maka akan terjadi masalah emosi, mental dan sosial yang serius.
Kehilangan dan kematian adalah realitas yang sering terjadi dalam lingkungan asuhan
keperawatan. Sebagian besar perawat berinteraksi dengan klien dan keluarga yang
mengalami kehilangan dan dukacita. Penting bagi perawat memahami kehilangan dan
dukacita. Ketika merawat klien dan keluarga, parawat juga mengalami kehilangan pribadi
ketika hubungan klien-kelurga-perawat berakhir karena perpindahan, pemulangan,
penyembuhan atau kematian. Perasaan pribadi, nilai dan pengalaman pribadi mempengaruhi
seberapa jauh perawat dapat mendukung klien dan keluarganya selama kehilangan dan
kematian (Potter & Perry, 2005).

Permasalahan

Adapun permasalahan yang kami angkat dari makalah ini adalah bagaimana asuhan
keperawatan pada klien dengan kehilangan dan berduka disfungsional.

Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini, adalah:

Tujuan umum

Mengetahui konsep kehilangan dan berduka.

Mengetahui asuhan keperawatan pada kehilangan dan berduka disfungsional

Tujuan khusus

Mengetahui jenis-jenis kehilangan.

Menjelaskan konsep dan teori dari proses berduka.

Mengetahui faktor yang mempengaruhi reaksi kehilangan.


BAB II

LANDASAN TEORI

Kehilangan

Definisi kehilangan

Kehilangan dan berduka merupakan bagian integral dari kehidupan. Kehilangan adalah
suatu kondisi yang terputus atau terpisah atau memulai sesuatu tanpa hal yang berarti sejak
kejadian tersebut. Kehilangan mungkin terjadi secara bertahap atau mendadak, bisa tanpa
kekerasan atau traumatik, diantisispasi atau tidak diharapkan/diduga, sebagian atau total dan bisa
kembali atau tidak dapat kembali.

Kehilangan adalah suatu keadaan individu yang berpisah dengan sesuatu yang
sebelumnya ada, kemudian menjadi tidak ada, baik terjadi sebagian atau keseluruhan (Lambert
dan Lambert,1985,h.35). Kehilangan merupakan pengalaman yang pernah dialami oleh setiap
individu dalam rentang kehidupannya. Sejak lahir individu sudah mengalami kehilangan dan
cenderung akan mengalaminya kembali walaupun dalam bentuk yang berbeda.
Kehilangan adalah suatu keadaan individu berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya
ada, kemudian menjadi tidak ada, baik terjadi sebagian atau keseluruhan. Kehilangan merupakan
pengalaman yang pernah dialami leh setiap individu selama rentang kehidupan, sejak lahir
individu sudah mengalami kehilangan dan cenderung akan mengalaminya kembali walaupun
dalam bentuk yang berbeda(Yosep, 2011)

Faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi kehilangan, tergantung:

Arti dari kehilangan

Sosial budaya

kepercayaan / spiritual

Peran seks

Status social ekonomi

kondisi fisik dan psikologi individu.

Tipe Kehilangan

Kehilangan dibagi dalam 2 tipe yaitu:

Aktual atau nyata

Mudah dikenal atau diidentifikasi oleh orang lain, misalnya amputasi, kematian
orang yang sangat berarti / di cintai.

Persepsi
Hanya dialami oleh seseorang dan sulit untuk dapat dibuktikan, misalnya; seseorang yang
berhenti bekerja / PHK, menyebabkan perasaan kemandirian dan kebebasannya menjadi
menurun.

Jenis-jenis Kehilangan
Terdapat 5 katagori kehilangan, yaitu:

Kehilangan seseorang seseorang yang dicintai

Kehilangan seseorang yang dicintai dan sangat bermakna atau orang yang berarti
adalah salah satu yang paling membuat stress dan mengganggu dari tipe-tioe
kehilangan, yang mana harus ditanggung oleh seseorang.

Kematian juga membawa dampak kehilangan bagi orang yang dicintai. Karena
keintiman, intensitas dan ketergantungan dari ikatan atau jalinan yang ada, kematian
pasangan suami/istri atau anak biasanya membawa dampak emosional yang luar
biasa dan tidak dapat ditutupi.

Kehilangan yang ada pada diri sendiri (loss of self)

Bentuk lain dari kehilangan adalah kehilangan diri atau anggapan tentang mental
seseorang. Anggapan ini meliputi perasaan terhadap keatraktifan, diri sendiri,
kemampuan fisik dan mental, peran dalam kehidupan, dan dampaknya. Kehilangan
dari aspek diri mungkin sementara atau menetap, sebagian atau komplit. Beberapa
aspek lain yang dapat hilang dari seseorang misalnya kehilangan pendengaran,
ingatan, usia muda, fungsi tubuh.

Kehilangan objek eksternal

Kehilangan objek eksternal misalnya kehilangan milik sendiri atau bersama-sama,


perhiasan, uang atau pekerjaan. Kedalaman berduka yang dirasakan seseorang
terhadap benda yang hilang tergantung pada arti dan kegunaan benda tersebut.

Kehilangan lingkungan yang sangat dikenal

Kehilangan diartikan dengan terpisahnya dari lingkungan yang sangat dikenal


termasuk dari kehidupan latar belakang keluarga dalam waktu satu periode atau
bergantian secara permanen. Misalnya pindah kekota lain, maka akan memiliki
tetangga yang baru dan proses penyesuaian baru.
Kehilangan kehidupan/ meninggal

Seseorang dapat mengalami mati baik secara perasaan, pikiran dan respon pada
kegiatan dan orang disekitarnya, sampai pada kematian yang sesungguhnya.
Sebagian orang berespon berbeda tentang kematian.

(Suseno, 2005, hal 7)

Rentang Respon Kehilangan

Menurut Kubler Ross(1969)

Fase denial

Reaksi pertama adalah syok, tidak mempercayai kenyataan

Verbalisasi;” itu tidak mungkin”, “ saya tidak percaya itu terjadi ”.

Perubahan fisik; letih, lemah, pucat, mual, diare, gangguan pernafasan, detak jantung cepat,
menangis, gelisah.

Fase anger / marah

Mulai sadar akan kenyataan

Marah diproyeksikan pada orang lain

Reaksi fisik; muka merah, nadi cepat, gelisah, susah tidur, tangan mengepal

Perilaku agresif.

Fase bergaining / tawar- menawar.

Verbalisasi; “ kenapa harus terjadi pada saya ? “ kalau saja yang sakit bukan saya “ seandainya
saya hati-hati “.

Fase depresi

Menunjukan sikap menarik diri, tidak mau bicara atau putus asa.
Gejala ; menolak makan, susah tidur, letih, dorongan libido menurun.

Fase acceptance

Pikiran pada objek yang hilang berkurang.

Verbalisasi ;” apa yang dapat saya lakukan agar saya cepat sembuh”, “ yah, akhirnya saya harus
operasi “

Berduka

Definisi Berduka

Berduka adalah respon emosi yang diekspresikan terhadap kehilangan yang


dimanifestasikan adanya perasaan sedih, gelisah, cemas, sesak nafas, susah tidur, dan lain-
lain.Berduka merupakan respon normal pada semua kejadian kehilangan. NANDA merumuskan
ada dua tipe dari berduka yaitu berduka diantisipasi dan berduka disfungsional. (NANDA, 2011)

Berduka diantisipasi adalah suatu status yang merupakan pengalaman individu dalam
merespon kehilangan yang aktual ataupun yang dirasakan seseorang, hubungan/kedekatan, objek
atau ketidakmampuan fungsional sebelum terjadinya kehilangan. Tipe ini masih dalam batas
normal.

Berduka disfungsional adalah suatu status yang merupakan pengalaman individu yang
responnya dibesar-besarkan saat individu kehilangan secara aktual maupun potensial, hubungan,
objek dan ketidakmampuan fungsional. Tipe ini kadang-kadang menjurus ke tipikal, abnormal,
atau kesalahan/kekacauan.

Teori dari Proses Berduka

Tidak ada cara yang paling tepat dan cepat untuk menjalani proses berduka. Konsep dan
teori berduka hanyalah alat yang hanya dapat digunakan untuk mengantisipasi kebutuhan
emosional klien dan keluarganya dan juga rencana intervensi untuk membantu mereka
memahami kesedihan mereka dan mengatasinya. Peran perawat adalah untuk mendapatkan
gambaran tentang perilaku berduka, mengenali pengaruh berduka terhadap perilaku dan
memberikan dukungan dalam bentuk empati.

Teori Engels

Menurut Engel (1964) proses berduka mempunyai beberapa fase yang dapat
diaplokasikan pada seseorang yang sedang berduka maupun menjelang ajal.

Fase I (shock dan tidak percaya)

Seseorang menolak kenyataan atau kehilangan dan mungkin menarik diri,


duduk malas, atau pergi tanpa tujuan. Reaksi secara fisik termasuk pingsan,
diaporesis, mual, diare, detak jantung cepat, tidak bisa istirahat, insomnia dan
kelelahan.

Fase II (berkembangnya kesadaran)

Seseoarang mulai merasakan kehilangan secara nyata/akut dan mungkin


mengalami putus asa. Kemarahan, perasaan bersalah, frustasi, depresi, dan
kekosongan jiwa tiba-tiba terjadi.

Fase III (restitusi)

Berusaha mencoba untuk sepakat/damai dengan perasaan yang


hampa/kosong, karena kehilangan masih tetap tidak dapat menerima perhatian
yang baru dari seseorang yang bertujuan untuk mengalihkan kehilangan
seseorang.

Fase IV

Menekan seluruh perasaan yang negatif dan bermusuhan terhadap


almarhum. Bisa merasa bersalah dan sangat menyesal tentang kurang
perhatiannya di masa lalu terhadap almarhum.

Fase V

Kehilangan yang tak dapat dihindari harus mulai diketahui/disadari.


Sehingga pada fase ini diharapkan seseorang sudah dapat menerima
kondisinya. Kesadaran baru telah berkembang.
Teori Kubler-Ross

Kerangka kerja yang ditawarkan oleh Kubler-Ross (1969) adalah berorientasi


pada perilaku dan menyangkut 5 tahap, yaitu sebagai berikut:

Penyangkalan (Denial)

Individu bertindak seperti seolah tidak terjadi apa-apa dan dapat menolak
untuk mempercayai bahwa telah terjadi kehilangan. Pernyataan seperti “Tidak,
tidak mungkin seperti itu,” atau “Tidak akan terjadi pada saya!” umum
dilontarkan klien.

Kemarahan (Anger)

Individu mempertahankan kehilangan dan mungkin “bertindak lebih” pada


setiap orang dan segala sesuatu yang berhubungan dengan lingkungan. Pada
fase ini orang akan lebih sensitif sehingga mudah sekali tersinggung dan
marah. Hal ini merupakan koping individu untuk menutupi rasa kecewa dan
merupakan menifestasi dari kecemasannya menghadapi kehilangan.

Penawaran (Bargaining)

Individu berupaya untuk membuat perjanjian dengan cara yang halus atau
jelas untuk mencegah kehilangan. Pada tahap ini, klien sering kali mencari
pendapat orang lain.

Depresi (Depression)

Terjadi ketika kehilangan disadari dan timbul dampak nyata dari makna
kehilangan tersebut. Tahap depresi ini memberi kesempatan untuk berupaya
melewati kehilangan dan mulai memecahkan masalah.

Penerimaan (Acceptance)
Reaksi fisiologi menurun dan interaksi sosial berlanjut. Kubler-Ross
mendefinisikan sikap penerimaan ada bila seseorang mampu menghadapi
kenyataan dari pada hanya menyerah pada pengunduran diri atau berputus asa.

Teori Martocchio

Martocchio (1985) menggambarkan 5 fase kesedihan yang mempunyai lingkup


yang tumpang tindih dan tidak dapat diharapkan. Durasi kesedihan bervariasi dan
bergantung pada faktor yang mempengaruhi respon kesedihan itu sendiri. Reaksi
yang terus menerus dari kesedihan biasanya reda dalam 6-12 bulan dan berduka
yang mendalam mungkin berlanjut sampai 3-5 tahun.

Teori Rando

Rando (1993) mendefinisikan respon berduka menjadi 3 katagori:

Penghindaran

Pada tahap ini terjadi shock, menyangkal dan tidak percaya.

Konfrontasi

Pada tahap ini terjadi luapan emosi yang sangat tinggi ketika klien secara
berulang-ulang melawan kehilangan mereka dan kedukaan mereka paling
dalam dan dirasakan paling akut.

Akomodasi

Pada tahap ini terjadi secara bertahap penurunan kedukaan akut dan mulai
memasuki kembali secara emosional dan sosial dunia sehari-hari dimana klien
belajar untuk menjalani hidup dengan kehidupan mereka.
PERBANDINGAN EMPAT TEORI PROSES BERDUKA
NO ENGEL (1964) KUBLER- MARTOCCHIO RANDO (1991)
ROSS (1969) (1985)
1 Shock dan tidak Menyangkal Shock and disbelief Penghindaran
percaya
2 Berkembangnya Marah Yearning and protest
kesadaran
3 Restitusi Tawar-menawar Anguish, Konfrontasi
disorganization and
despair
4 Idealization Depresi Identification in
bereavement
5 Reorganization / the Penerimaan Reorganization and akomodasi
out come restitution

Rentang Respon Berduka

Fase Pengingkaran

Reaksi pertama individu yang mengalami kehilangan adalah syok, tidak percaya
atau mengingkari kenyataan bahwa kehidupan itu memang benar terjadi, dengan
mengatakan “ Tidak, saya tidak percaya itu terjadi “ atau “ itu tidak mungkin terjadi
“. Bagi individu atau keluarga yang didiagnosa dengan penyakit terminal, akan terus
mencari informasi tambahan.

Reaksi fisik yang terjadi pada fase ini adalah : letih, lemah, pucat, diare, gangguan
pernafasan, detak jantung cepat, menangis, gelisah, dan tidak tahu harus berbuat
apa. Reaksi ini dapat berakhir dalam beberapa menit atau beberapa tahun.

Fase Marah

Fase ini dimulai dengan timbulnya suatu kesadaran akan kenyataan


terjadinya kehilangan Individu menunjukkan rasa marah yang meningkat yang
sering diproyeksikan kepada orang lain atau pada dirinya sendiri. Tidak jarang
ia menunjukkan perilaku agresif, berbicara kasar, menolak pengobatan,
menuduh dokter-perawat yang tidak pecus. Respon fisik yang sering terjadi
antara lain muka merah, nadi cepat, gelisah, susah tidur, tangan mengepal.
FaseTawar-menawar

Individu telah mampu mengungkapkan rasa marahnya secara intensif,


maka ia akan maju ke fase tawar-menawar dengan memohon kemurahan pada
Tuhan. Respon ini sering dinyatakan dengan kata-kata “ kalau saja kejadian
ini bisa ditunda, maka saya akan sering berdoa “. Apabila proses ini oleh
keluarga maka pernyataan yang sering keluar adalah “ kalau saja yang sakit,
bukan anak saya”.

Fase Depresi

Individu pada fase ini sering menunjukkan sikap menarik diri, kadang
sebagai pasien sangat penurut, tidak mau bicara, menyatakan keputusasaan,
perasaan tidak berharga, ada keinginan bunuh diri, dsb. Gejala fisik yang
ditunjukkan antara lain : menolak makan, susah tidur, letih, dorongan libido
manurun.

Fase Penerimaan

Fase ini berkaitan dengan reorganisasi perasaan kehilangan. Pikiran yang


selalu berpusat kepada obyek atau orang yang hilang akan mulai berkurang
atau hilang. Individu telah menerima kehilangan yang dialaminya. Gambaran
tentang obyek atau orang yang hilang mulai dilepaskan dan secara bertahap
perhatiannya akan beralih kepada obyek yang baru. Fase ini biasanya
dinyatakan dengan “ saya betul-betul kehilangan baju saya tapi baju yang ini
tampak manis “ atau “apa yang dapat saya lakukan agar cepat sembuh”.

Apabila individu dapat memulai fase ini dan menerima dengan perasaan
damai, maka dia akan mengakhiri proses berduka serta mengatasi perasaan
kehilangannya dengan tuntas. Tetapi bila tidak dapat menerima fase ini maka
ia akan mempengaruhi kemampuannya dalam mengatasi perasaan kehilangan
selanjutnya.
BAB III

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Pengkajian

Tn. Stefen, seorang klien berusia 79 tahun, masuk rumah sakit karena sesak nafas akut,
peningkatan produksi sputum, demam, kelelahan, dan penurunan nafsu makan. Dia telah
hidup dengan penyakit paru- paru tahap akhir lanjut selama 10 tahun dan mengalami
hilangnya kemampuan fungsional. Dia mungkin akan memerlukan bantuan ventilator dalam
satu atau dua hari kedepan. Ny. Steven istri yang merawatnya di rumah, datang ke rumah
sakit, bersama klien dan anak laki- laki satu-satunya, frenk.
Saat pertama kali berinteraksi dengan Tn Steven, Tn steven mengatakan “saya sudah
tidak dapat melanjutkannya lagi. Saya ingin merasa nyaman, tetapi tidak ingin tinggal di
rumah sakit saya ingin meninggal di rumah.

Setelah dilakukan pengamatan perilaku Tn steven dan berkomunikasi dengan tim


pelayanan kesehatan, Tn steven mengulangi pemahamannya bahwa penolakan bantuan
ventilator akan menyebabkan kematian. Dia meminta lagi untuk pulang ke rumah.Tn steven
setuju dengan cairan intravena dan terapi pernapasan, tetapi menolak intervensi lainnya.
Ketika Tn dan Ny Steven serta anaknya, frank sedang berbincang bincang Ny steven
menangis dan dengan marah mengatakan kepada suaminya bahwa dia “menyerah.” Dia
mengingatkan suaminya bahwa suaminya sebelumnya menderita pneumonia dan telah
membaik. Frank juga percaya bahwa ayahnya harus menerima pengobatan dan berkata,”ayah
dapat melawati ini jika dia mau berusaha.”

Masalah psikososial muncul dimana tuan steven menarik diri,tidak mau


berkomunikasi,dan menghindari kontak mata dengan keluarganya. Dia secara tegas menolak
pengobatan medis selanjutnya. Selain itu terlihat dari adanya respon Ny steven yang tidak
dapat menerima keadaan dengan mengatakan, ”saya tidak tahu apa yang akan saya lakukan
tanpa dia. Dan dia segalanya bagi saya.”

Diagnosis Keperawatan

Adaptasi keluargayang disetujui berhubungan dengan penurunan kesehatan dan


penolakan intervensi medis untuk memperpanjang hidup.

Perencanaan

Megidentifikasi dan mendukung prioritas dan pilihan perawatan Tn steven

Keluarga steven akan meyetujui tujuan perawat.

Nyonya steven akan menunjukan ekspresi berduka yang efektif dalam 12 jam ke depan.

Keluarga akan mengatur kebutuhan perawatan Tn steven

Pelaksanaan
Keluarga akan mendiskusikan pernyataan penolakan Tn. Steven dengan tim pelayanan kesehatan
dalam 8 jam ke depan.

Keluarga akan mendiskusikan pilihan perawatan dengan tim perawatan kesehatan dan
berkonsultasi dengan profesi sumber daya lainnya dalam 8 jam ke depan.

Ny. Steven akan mendiskusikan bagaimana rasa kehilangan memengaruhinya dengan memberi
layanan 12 jam k depan.

Jika Ny. Steven menghormati permintaan suaminya untuk meninggal di rumah, maka dia akan
menentukan dan meminta sumber daya yang diperlukan dalam 36 jam ke depan.

Evaluasi

Tindakan Keperawatan Respons Klien/ Penemuan Pencapaian Hasil


Validasi pengalaman Ny. Ny. Steven merespns, “saya Menunjukkan awal
Stevan “ Pasti sulit untuk tidak mengerti mengapa dia penerimaan keinginan klien
menghadapi perubahan yang ingin meninggalkan saya, untuk tidak mencari intervensi
besar bagi hidup anda. “ tetapi saya tidak dapat medis yang invasif.
membuatnya memakai
ventilator.”
Gunakan pertanyaan terbuka: Ny. Steven menjelaskan, “ Dapat mengungkapkan
“ ceritakan pada saya saya sangat bingun. Saya tidak perilaku berduka yang normal
bagaimana perasaan anda saat tahu apa yang harus saya
ini?” lakukan selanjutnya. Saya
berharap tidak bertambah
buruk.”
Mengamati aktivitas Ny. Steven mendiskusikan Menunjukkan kemampuan
perencanaan dan perilaku Ny. dengan Frank apa yang harus membuat rencana untuk suatu
Steven dan keluarga mereka lakukan msetelah perubahan rencana untuk suatu
membawa Tn. Steven pulang perubahan lokasi perawatan.
untuk pelayanan hospice. Anak laki-lakinya mendukung
rencana yang direvisi.
Rencana Tindakan Keperawatan

Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah / kronis

Tujuan Umum : Klien dapat berinteraksi dengan orang lain.

Tujuan Khusus :

Klien dapat membina hubungan saling perbaya dengan perawat.

Klien dapat memahami penyebab dari harga diri : rendah.

Klien menyadari aspek positif dan negatif dari dirinya.

Klien dapat mengekspresikan perasaan dengan tepat, jujur dan terbuka.

Klien mampu mengontrol tingkah laku dan menunjukkan perbaikan komunikasi dengan orang
lain.

Intervensi

Bina hubungan saling percaya dengan klien.

Rasa percaya merupakan dasar dari hubungan terapeutikyang mendukung


dalam mengatasi perasaannya.

Berikan motivasi klien untuk mendiskusikan fikiran dan perasaannya.


Motivasi meningkatkan keterbukaan klien.

Jelaskan penyebab dari harga diri yang rendah.


Dengan mengetahui penyebab diharapkan klien dapat beradaptasi dengan perasaannya.

Dengarkan klien dengan penuh empati, beri respon dan tidak menghakimi.

Empati dapat diartikan sebagai rasa peduli terhadap perawatan klien, tetapi
tidak terlibat secara emosi.

Berikan motivasi klien untuk menyadari aspek positif dan negatif dari dirinya.

Meningkatkan harga diri.

Beri dukungan, Support dan pujian setelah klien mampu melakukan aktivitasnya.

Pujian membuat klien berusaha lebih keras lagi.

Ikut sertakan klien dengan aktifitas yang dapat meningkatkan harga diri klien.
Mengikut sertakan klien dalam aktivitas sehari-hari yang dapat meningkatkan
harga diri klien.

Gangguan konsep diri; harga diri rendah berhubungan dengan koping individu tak efektif
sekunder terhadap respon kehilangan pasangan.

Tujuan :

Klien merasa harga dirinya naik.

Klien mengunakan koping yang adaptif.

Klien menyadari dapat mengontrol perasaannya.

Intervensi

Merespon kesadaran diri dengan cara :

Membina hubungan saling percaya dan keterbukaan.

Bekerja dengan klien pada tingkat kekuatan ego yang dimilikinya.

Memaksimalkan partisipasi klien dalam hubungan terapeutik.

Kesadaran diri sangat diperlukan dalam membina hubungan terapeutik perawat – klien.

Menyelidiki diri dengan cara :

Membantu klien menerima perasaan dan pikirannya.

Membantu klien menjelaskan konsep dirinya dan hubungannya dengan orang lain melalui
keterbukaan.

Berespon secara empati dan menekankan bahwa kekuatan untuk berubah ada pada klien.

Klien yang dapat memahami perasaannya memudahkan dalam penerimaan terhadap dirinya
sendiri.

Mengevaluasi diri dengan cara :

Membantu klien menerima perasaan dan pikiran.

Mengeksplorasi respon koping adaptif dan mal adaptif terhadap masalahnya.

Respon koping adaptif sangat dibutuhkan dalam penyelesaian masalah secara konstruktif.
Membuat perencanaan yang realistik.

Membantu klien mengidentifikasi alternatif pemecahan masalah.

Membantu klien menkonseptualisasikan tujuan yang realistik.

Klien membutuhkan bantuan perawat untuk mengatasi permasalahannya dengan cara


menentukan perencanaan yang realistik.

Bertanggung jawab dalam bertindak.

Membantu klien untuk melakukan tindakan yang penting untuk merubah respon maladaptif dan
mempertahankan respon koping yang adaptif.
Penggunaan koping yang adaptif membantu dalam proses penyelesaian masalah klien.

Mengobservasi tingkat depresi.

Mengamati perilaku klien.

Bersama klien membahas perasaannya.

Dengan mengobservasi tingkat depresi maka rencana perawatan selanjutnya disusun dengan
tepat.

Membantu klien mengurangi rasa bersalah.

Menghargai perasaan klien.

Mengidentifikasi dukungan yang positif dengan mengaitkan terhadap kenyataan.

Memberikan kesempatan untuk menangis dan mengungkapkan perasaannya.

Bersama klien membahas pikiran yang selalu timbul.

Individu dalam keadaan berduka sering mempertahankan perasaan bersalahnya terhadap orang
yang hilang.

Defisit perawatan diri berhubungan dengan intolenransi aktivitas.

Tujuan Umum : Klien mampu melakukan perawatan diri secara optimal.

Tujuan khusus :

Klien dapat mandi sendiri tanpa paksaan.

Klien dapat berpakaian sendiri dengan rapi dan bersih.


Klien dapat menyikat giginya sendiri dengan bersih.

Klien dapat merawat kukunya sendiri.

Intervensi :

Libatkan klien untuk makan bersama diruang makan.

Sosialisasi bagi klien sangat diperlukan dalam proses menyembuhkannya.

Menganjurkan klien untuk mandi.

Pengertian yang baik dapat membantu klien dapat mengerti dan diharapkan
dapat melakukan sendiri.

Menganjurkan pasien untuk mencuci baju.

Diharapkan klien mandiri.

Membantu dan menganjurkan klien untuk menghias diri.

Diharapkan klien mandiri.

Membantu klien untuk merawat rambut dan gigi.

Diharapkan klien mandiri

Terapi kelompok membantu klien agar dapat bersosialisasi dengan klien yang lain

Hasil Pasien yang Diharapkan/Kriteria Pulang

Pasien mampu untuk menyatakan secara verbal tahap-tahap proses berduka yang normal dan
perilaku yang berhubungan debgab tiap-tiap tahap.

Pasien mampu mengidentifikasi posisinya sendiri dalam proses berduka dan mengekspresikan
perasaan-perasaannya yang berhubungan denga konsep kehilangan secara jujur.

Pasien tidak terlalu lama mengekspresikan emosi-emosi dan perilaku-perilaku yang berlebihan
yang berhubungan dengan disfungsi berduka dan mampu melaksanakan aktifitas-aktifitas hidup
sehari-hari secara mandiri.
BAB IV

PENUTUP

Kesimpulan

Kehilangan merupakan suatu kondisi dimana seseorang mengalami suatu kekurangan


atau tidak ada dari sesuatu yang dulunya pernah ada atau pernah dimiliki. Kehilangan
merupakan suatu keadaan individu berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada menjadi
tidak ada, baik sebagian atau seluruhnya.

Berduka merupakan respon normal pada semua kejadian kehilangan. ada dua tipe dari
berduka yaitu berduka diantisipasi dan berduka disfungsional.

Berduka diantisipasi adalah suatu status yang merupakan pengalaman individu dalam
merespon kehilangan yang aktual ataupun yang dirasakan seseorang, hubungan/kedekatan,
objek atau ketidakmampuan fungsional sebelum terjadinya kehilangan. Tipe ini masih dalam
batas normal.

Berduka disfungsional adalah suatu status yang merupakan pengalaman individu yang
responnya dibesar-besarkan saat individu kehilangan secara aktual maupun potensial,
hubungan, objek dan ketidakmampuan fungsional. Tipe ini kadang-kadang menjurus ke
tipikal, abnormal, atau kesalahan/kekacauan.

Peran perawat adalah untuk mendapatkan gambaran tentang perilaku berduka, mengenali
pengaruh berduka terhadap perilaku dan memberikan dukungan dalam bentuk empati.

Kehilangan dibagi dalam 2 tipe yaituAktual atau nyata dan persepsi. Terdapat 5 katagori
kehilangan, yaitu Kehilangan seseorang seseorang yang dicintai, kehilangan lingkungan
yang sangat dikenal, kehilangan objek eksternal, kehilangan yang ada pada diri sendiri/aspek
diri, dan kehilangan kehidupan/meninggal.

DAFTAR PUSTAKA

Potter & Perry. 2005. Fundamental Keperawatan volume 1. Jakarta: EGC.

Suseno, Tutu April. 2004. Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia: Kehilangan, Kematian
danBerduka dan Proses keperawatan. Jakarta: Sagung Seto.
Townsend, Mary C. 1998. Diagnosa Keperawatan pada Keperawatn Psikiatri, Pedoman
UntukPembuatan Rencana Perawatan Edisi 3. Jakarta: EGC.

Stuart and Sundeen. 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa, ed.3. Jakarta: ECG.

Anda mungkin juga menyukai