BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang..................................................................................................... 1
Permasalahan........................................................................................................ 2
Tujuan Penulisan.................................................................................................. 2
Kehilangan........................................................................................................... 3
Berduka................................................................................................................ 6
Pengkajian............................................................................................................ 12
Diagnosa Keperawatan......................................................................................... 12
Perencanaan.......................................................................................................... 13
Pelaksanaan.......................................................................................................... 13
Evaluasi................................................................................................................ 13
BAB IV PENUTUP
Kesimpulan........................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................ 20
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Lahir, kehilangan, dan kematian adalah kejadian yang unuiversal dan kejadian yang
sifatnya unik bagi setiap individual dalam pengalaman hidup seseorang.Kehilangan dan
berduka merupakan istilah yang dalam pandangan umum berarti sesuatu kurang enak atau
nyaman untuk dibicarakan. Hal ini dapat disebabkan karena kondisi ini lebih banyak
melibatkan emosi dari yang bersangkutan atau disekitarnya.Dalam perkembangan
masyarakat dewasa ini, proses kehilangan dan berduka sedikit demi sedikit mulai maju.
Dimana individu yang mengalami proses ini ada keinginan untuk mencari bentuan kepada
orang lain.
Perawat berkerja sama dengan klien yang mengalami berbagai tipe kehilangan.
Mekanisme koping mempengaruhi kemampuan seseorang untuk menghadapi dan menerima
kehilangan. Perawat membantu klien untuk memahami dan menerima kehilangan dalam
konteks kultur mereka sehingga kehidupan mereka dapat berlanjut. Dalam kultur Barat,
ketika klien tidak berupaya melewati duka cita setelah mengalami kehilangan yang sangat
besar artinya, maka akan terjadi masalah emosi, mental dan sosial yang serius.
Kehilangan dan kematian adalah realitas yang sering terjadi dalam lingkungan asuhan
keperawatan. Sebagian besar perawat berinteraksi dengan klien dan keluarga yang
mengalami kehilangan dan dukacita. Penting bagi perawat memahami kehilangan dan
dukacita. Ketika merawat klien dan keluarga, parawat juga mengalami kehilangan pribadi
ketika hubungan klien-kelurga-perawat berakhir karena perpindahan, pemulangan,
penyembuhan atau kematian. Perasaan pribadi, nilai dan pengalaman pribadi mempengaruhi
seberapa jauh perawat dapat mendukung klien dan keluarganya selama kehilangan dan
kematian (Potter & Perry, 2005).
Permasalahan
Adapun permasalahan yang kami angkat dari makalah ini adalah bagaimana asuhan
keperawatan pada klien dengan kehilangan dan berduka disfungsional.
Tujuan Penulisan
Tujuan umum
Tujuan khusus
LANDASAN TEORI
Kehilangan
Definisi kehilangan
Kehilangan dan berduka merupakan bagian integral dari kehidupan. Kehilangan adalah
suatu kondisi yang terputus atau terpisah atau memulai sesuatu tanpa hal yang berarti sejak
kejadian tersebut. Kehilangan mungkin terjadi secara bertahap atau mendadak, bisa tanpa
kekerasan atau traumatik, diantisispasi atau tidak diharapkan/diduga, sebagian atau total dan bisa
kembali atau tidak dapat kembali.
Kehilangan adalah suatu keadaan individu yang berpisah dengan sesuatu yang
sebelumnya ada, kemudian menjadi tidak ada, baik terjadi sebagian atau keseluruhan (Lambert
dan Lambert,1985,h.35). Kehilangan merupakan pengalaman yang pernah dialami oleh setiap
individu dalam rentang kehidupannya. Sejak lahir individu sudah mengalami kehilangan dan
cenderung akan mengalaminya kembali walaupun dalam bentuk yang berbeda.
Kehilangan adalah suatu keadaan individu berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya
ada, kemudian menjadi tidak ada, baik terjadi sebagian atau keseluruhan. Kehilangan merupakan
pengalaman yang pernah dialami leh setiap individu selama rentang kehidupan, sejak lahir
individu sudah mengalami kehilangan dan cenderung akan mengalaminya kembali walaupun
dalam bentuk yang berbeda(Yosep, 2011)
Sosial budaya
kepercayaan / spiritual
Peran seks
Tipe Kehilangan
Mudah dikenal atau diidentifikasi oleh orang lain, misalnya amputasi, kematian
orang yang sangat berarti / di cintai.
Persepsi
Hanya dialami oleh seseorang dan sulit untuk dapat dibuktikan, misalnya; seseorang yang
berhenti bekerja / PHK, menyebabkan perasaan kemandirian dan kebebasannya menjadi
menurun.
Jenis-jenis Kehilangan
Terdapat 5 katagori kehilangan, yaitu:
Kehilangan seseorang yang dicintai dan sangat bermakna atau orang yang berarti
adalah salah satu yang paling membuat stress dan mengganggu dari tipe-tioe
kehilangan, yang mana harus ditanggung oleh seseorang.
Kematian juga membawa dampak kehilangan bagi orang yang dicintai. Karena
keintiman, intensitas dan ketergantungan dari ikatan atau jalinan yang ada, kematian
pasangan suami/istri atau anak biasanya membawa dampak emosional yang luar
biasa dan tidak dapat ditutupi.
Bentuk lain dari kehilangan adalah kehilangan diri atau anggapan tentang mental
seseorang. Anggapan ini meliputi perasaan terhadap keatraktifan, diri sendiri,
kemampuan fisik dan mental, peran dalam kehidupan, dan dampaknya. Kehilangan
dari aspek diri mungkin sementara atau menetap, sebagian atau komplit. Beberapa
aspek lain yang dapat hilang dari seseorang misalnya kehilangan pendengaran,
ingatan, usia muda, fungsi tubuh.
Seseorang dapat mengalami mati baik secara perasaan, pikiran dan respon pada
kegiatan dan orang disekitarnya, sampai pada kematian yang sesungguhnya.
Sebagian orang berespon berbeda tentang kematian.
Fase denial
Perubahan fisik; letih, lemah, pucat, mual, diare, gangguan pernafasan, detak jantung cepat,
menangis, gelisah.
Reaksi fisik; muka merah, nadi cepat, gelisah, susah tidur, tangan mengepal
Perilaku agresif.
Verbalisasi; “ kenapa harus terjadi pada saya ? “ kalau saja yang sakit bukan saya “ seandainya
saya hati-hati “.
Fase depresi
Menunjukan sikap menarik diri, tidak mau bicara atau putus asa.
Gejala ; menolak makan, susah tidur, letih, dorongan libido menurun.
Fase acceptance
Verbalisasi ;” apa yang dapat saya lakukan agar saya cepat sembuh”, “ yah, akhirnya saya harus
operasi “
Berduka
Definisi Berduka
Berduka diantisipasi adalah suatu status yang merupakan pengalaman individu dalam
merespon kehilangan yang aktual ataupun yang dirasakan seseorang, hubungan/kedekatan, objek
atau ketidakmampuan fungsional sebelum terjadinya kehilangan. Tipe ini masih dalam batas
normal.
Berduka disfungsional adalah suatu status yang merupakan pengalaman individu yang
responnya dibesar-besarkan saat individu kehilangan secara aktual maupun potensial, hubungan,
objek dan ketidakmampuan fungsional. Tipe ini kadang-kadang menjurus ke tipikal, abnormal,
atau kesalahan/kekacauan.
Tidak ada cara yang paling tepat dan cepat untuk menjalani proses berduka. Konsep dan
teori berduka hanyalah alat yang hanya dapat digunakan untuk mengantisipasi kebutuhan
emosional klien dan keluarganya dan juga rencana intervensi untuk membantu mereka
memahami kesedihan mereka dan mengatasinya. Peran perawat adalah untuk mendapatkan
gambaran tentang perilaku berduka, mengenali pengaruh berduka terhadap perilaku dan
memberikan dukungan dalam bentuk empati.
Teori Engels
Menurut Engel (1964) proses berduka mempunyai beberapa fase yang dapat
diaplokasikan pada seseorang yang sedang berduka maupun menjelang ajal.
Fase IV
Fase V
Penyangkalan (Denial)
Individu bertindak seperti seolah tidak terjadi apa-apa dan dapat menolak
untuk mempercayai bahwa telah terjadi kehilangan. Pernyataan seperti “Tidak,
tidak mungkin seperti itu,” atau “Tidak akan terjadi pada saya!” umum
dilontarkan klien.
Kemarahan (Anger)
Penawaran (Bargaining)
Individu berupaya untuk membuat perjanjian dengan cara yang halus atau
jelas untuk mencegah kehilangan. Pada tahap ini, klien sering kali mencari
pendapat orang lain.
Depresi (Depression)
Terjadi ketika kehilangan disadari dan timbul dampak nyata dari makna
kehilangan tersebut. Tahap depresi ini memberi kesempatan untuk berupaya
melewati kehilangan dan mulai memecahkan masalah.
Penerimaan (Acceptance)
Reaksi fisiologi menurun dan interaksi sosial berlanjut. Kubler-Ross
mendefinisikan sikap penerimaan ada bila seseorang mampu menghadapi
kenyataan dari pada hanya menyerah pada pengunduran diri atau berputus asa.
Teori Martocchio
Teori Rando
Penghindaran
Konfrontasi
Pada tahap ini terjadi luapan emosi yang sangat tinggi ketika klien secara
berulang-ulang melawan kehilangan mereka dan kedukaan mereka paling
dalam dan dirasakan paling akut.
Akomodasi
Pada tahap ini terjadi secara bertahap penurunan kedukaan akut dan mulai
memasuki kembali secara emosional dan sosial dunia sehari-hari dimana klien
belajar untuk menjalani hidup dengan kehidupan mereka.
PERBANDINGAN EMPAT TEORI PROSES BERDUKA
NO ENGEL (1964) KUBLER- MARTOCCHIO RANDO (1991)
ROSS (1969) (1985)
1 Shock dan tidak Menyangkal Shock and disbelief Penghindaran
percaya
2 Berkembangnya Marah Yearning and protest
kesadaran
3 Restitusi Tawar-menawar Anguish, Konfrontasi
disorganization and
despair
4 Idealization Depresi Identification in
bereavement
5 Reorganization / the Penerimaan Reorganization and akomodasi
out come restitution
Fase Pengingkaran
Reaksi pertama individu yang mengalami kehilangan adalah syok, tidak percaya
atau mengingkari kenyataan bahwa kehidupan itu memang benar terjadi, dengan
mengatakan “ Tidak, saya tidak percaya itu terjadi “ atau “ itu tidak mungkin terjadi
“. Bagi individu atau keluarga yang didiagnosa dengan penyakit terminal, akan terus
mencari informasi tambahan.
Reaksi fisik yang terjadi pada fase ini adalah : letih, lemah, pucat, diare, gangguan
pernafasan, detak jantung cepat, menangis, gelisah, dan tidak tahu harus berbuat
apa. Reaksi ini dapat berakhir dalam beberapa menit atau beberapa tahun.
Fase Marah
Fase Depresi
Individu pada fase ini sering menunjukkan sikap menarik diri, kadang
sebagai pasien sangat penurut, tidak mau bicara, menyatakan keputusasaan,
perasaan tidak berharga, ada keinginan bunuh diri, dsb. Gejala fisik yang
ditunjukkan antara lain : menolak makan, susah tidur, letih, dorongan libido
manurun.
Fase Penerimaan
Apabila individu dapat memulai fase ini dan menerima dengan perasaan
damai, maka dia akan mengakhiri proses berduka serta mengatasi perasaan
kehilangannya dengan tuntas. Tetapi bila tidak dapat menerima fase ini maka
ia akan mempengaruhi kemampuannya dalam mengatasi perasaan kehilangan
selanjutnya.
BAB III
Pengkajian
Tn. Stefen, seorang klien berusia 79 tahun, masuk rumah sakit karena sesak nafas akut,
peningkatan produksi sputum, demam, kelelahan, dan penurunan nafsu makan. Dia telah
hidup dengan penyakit paru- paru tahap akhir lanjut selama 10 tahun dan mengalami
hilangnya kemampuan fungsional. Dia mungkin akan memerlukan bantuan ventilator dalam
satu atau dua hari kedepan. Ny. Steven istri yang merawatnya di rumah, datang ke rumah
sakit, bersama klien dan anak laki- laki satu-satunya, frenk.
Saat pertama kali berinteraksi dengan Tn Steven, Tn steven mengatakan “saya sudah
tidak dapat melanjutkannya lagi. Saya ingin merasa nyaman, tetapi tidak ingin tinggal di
rumah sakit saya ingin meninggal di rumah.
Diagnosis Keperawatan
Perencanaan
Nyonya steven akan menunjukan ekspresi berduka yang efektif dalam 12 jam ke depan.
Pelaksanaan
Keluarga akan mendiskusikan pernyataan penolakan Tn. Steven dengan tim pelayanan kesehatan
dalam 8 jam ke depan.
Keluarga akan mendiskusikan pilihan perawatan dengan tim perawatan kesehatan dan
berkonsultasi dengan profesi sumber daya lainnya dalam 8 jam ke depan.
Ny. Steven akan mendiskusikan bagaimana rasa kehilangan memengaruhinya dengan memberi
layanan 12 jam k depan.
Jika Ny. Steven menghormati permintaan suaminya untuk meninggal di rumah, maka dia akan
menentukan dan meminta sumber daya yang diperlukan dalam 36 jam ke depan.
Evaluasi
Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah / kronis
Tujuan Khusus :
Klien mampu mengontrol tingkah laku dan menunjukkan perbaikan komunikasi dengan orang
lain.
Intervensi
Dengarkan klien dengan penuh empati, beri respon dan tidak menghakimi.
Empati dapat diartikan sebagai rasa peduli terhadap perawatan klien, tetapi
tidak terlibat secara emosi.
Berikan motivasi klien untuk menyadari aspek positif dan negatif dari dirinya.
Beri dukungan, Support dan pujian setelah klien mampu melakukan aktivitasnya.
Ikut sertakan klien dengan aktifitas yang dapat meningkatkan harga diri klien.
Mengikut sertakan klien dalam aktivitas sehari-hari yang dapat meningkatkan
harga diri klien.
Gangguan konsep diri; harga diri rendah berhubungan dengan koping individu tak efektif
sekunder terhadap respon kehilangan pasangan.
Tujuan :
Intervensi
Kesadaran diri sangat diperlukan dalam membina hubungan terapeutik perawat – klien.
Membantu klien menjelaskan konsep dirinya dan hubungannya dengan orang lain melalui
keterbukaan.
Berespon secara empati dan menekankan bahwa kekuatan untuk berubah ada pada klien.
Klien yang dapat memahami perasaannya memudahkan dalam penerimaan terhadap dirinya
sendiri.
Respon koping adaptif sangat dibutuhkan dalam penyelesaian masalah secara konstruktif.
Membuat perencanaan yang realistik.
Membantu klien untuk melakukan tindakan yang penting untuk merubah respon maladaptif dan
mempertahankan respon koping yang adaptif.
Penggunaan koping yang adaptif membantu dalam proses penyelesaian masalah klien.
Dengan mengobservasi tingkat depresi maka rencana perawatan selanjutnya disusun dengan
tepat.
Individu dalam keadaan berduka sering mempertahankan perasaan bersalahnya terhadap orang
yang hilang.
Tujuan khusus :
Intervensi :
Pengertian yang baik dapat membantu klien dapat mengerti dan diharapkan
dapat melakukan sendiri.
Terapi kelompok membantu klien agar dapat bersosialisasi dengan klien yang lain
Pasien mampu untuk menyatakan secara verbal tahap-tahap proses berduka yang normal dan
perilaku yang berhubungan debgab tiap-tiap tahap.
Pasien mampu mengidentifikasi posisinya sendiri dalam proses berduka dan mengekspresikan
perasaan-perasaannya yang berhubungan denga konsep kehilangan secara jujur.
Pasien tidak terlalu lama mengekspresikan emosi-emosi dan perilaku-perilaku yang berlebihan
yang berhubungan dengan disfungsi berduka dan mampu melaksanakan aktifitas-aktifitas hidup
sehari-hari secara mandiri.
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Berduka merupakan respon normal pada semua kejadian kehilangan. ada dua tipe dari
berduka yaitu berduka diantisipasi dan berduka disfungsional.
Berduka diantisipasi adalah suatu status yang merupakan pengalaman individu dalam
merespon kehilangan yang aktual ataupun yang dirasakan seseorang, hubungan/kedekatan,
objek atau ketidakmampuan fungsional sebelum terjadinya kehilangan. Tipe ini masih dalam
batas normal.
Berduka disfungsional adalah suatu status yang merupakan pengalaman individu yang
responnya dibesar-besarkan saat individu kehilangan secara aktual maupun potensial,
hubungan, objek dan ketidakmampuan fungsional. Tipe ini kadang-kadang menjurus ke
tipikal, abnormal, atau kesalahan/kekacauan.
Peran perawat adalah untuk mendapatkan gambaran tentang perilaku berduka, mengenali
pengaruh berduka terhadap perilaku dan memberikan dukungan dalam bentuk empati.
Kehilangan dibagi dalam 2 tipe yaituAktual atau nyata dan persepsi. Terdapat 5 katagori
kehilangan, yaitu Kehilangan seseorang seseorang yang dicintai, kehilangan lingkungan
yang sangat dikenal, kehilangan objek eksternal, kehilangan yang ada pada diri sendiri/aspek
diri, dan kehilangan kehidupan/meninggal.
DAFTAR PUSTAKA
Suseno, Tutu April. 2004. Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia: Kehilangan, Kematian
danBerduka dan Proses keperawatan. Jakarta: Sagung Seto.
Townsend, Mary C. 1998. Diagnosa Keperawatan pada Keperawatn Psikiatri, Pedoman
UntukPembuatan Rencana Perawatan Edisi 3. Jakarta: EGC.
Stuart and Sundeen. 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa, ed.3. Jakarta: ECG.