Anda di halaman 1dari 4

Nama : Billy Arif Mahendra

NIM : 175080607111019
Mata Kuliah : Kawasan Perlindungan Laut (KPL)
Pemateri : Mas Fajar Rahmawan (Yayasan INTSIA-RFN)
Tugas Kuliah Tamu pengganti UAS.

STUDI KASUS :
MENDALAMI INFORMASI WILAYAH KONSERVASI &
PENGELOLAANNYA

Bagian ini bisa dikerjakan dan dikirimkan ke WA dalam


bentuk word / pdf : 62 8194488018
BAGIAN A
1. Nama Kawasan Konservasi (KK) ?
2. Informasi SK. Penetapan ?
3. Luas area berdasarkan SK ?
4. Alasan apa sehingga di tetapkan sebagai kawasan konservasi ?
BAGIAN B
1. Apa bentuk sistem pengelolaan (Zonasi/Blok) ?
2. Saat ini sistem pengelolaan di kawasan tersebut belum terpetakan, jika nanti
dipetakan : menurut anda kriteria apa saja yang mungkin ada ? Apakah Zona religi
atau blok religi dsb. Sertakan alasannya ya …
BAGIAN C
1. Menurut anda siapa upt teknis kementrian yang mengelola kawasan tersebut ? Dan
dari kementrian apa ?
2. Setau anda adakah organisasi masyarakat atau lainnya yang sudah melakukan
perjanjian kerjasama dengan pengelolaan kawasan tersebut ? Jika ada sebutkan
nama organisasi yang bekerja dikawasan tersebut, termasuk akademisi
3. Jika belum ada ? Sekiranya dari point “Ruang lingkup PKS“, point apa saja yang dapat
dilakukan secara nyata (baca dan pahami perdirjen P. 6/KSDAE/SET/Kum.1/6/2018) ?

JAWABAN

Bagian A

1. Cagar Alam Selat Sempu


2. Besluit van den Gouverneur Generaal van Nederlandsch Indie nomor 69 dan nomor
46 tertanggal 15 maret 1928 tentang Aanwijzing vanhet Natourmonument Poelau
Sempoe dan KEPMEN Kehutanan dan Perkebunan Republik Indonesia Nomor :47/
Kpts-11/1999 yang disahkan pada 15 Juni 1999 dan SK.395/MenhutII/2011 tgl 21
Juli 2011
3. 877 Hektare
4. Karena sebagian besar jenis-jenis hayati Pulau sempu merupakan jenis yang memiliki
tingkat kepunahan dan tingkat endemisitas yang cukup tinggi. Hal ini berarti
keanekaragaman hayati di CA Pulau Sempu perlu dilestarikan keberadaannya sebagai
aset lokal maupun nasional yang patut dibanggakan. Karena menyimpan jenis-jenis
flora yang berdasarkan tingkat keberadaan, tingkat kepunahan, dan endemisitasnya
rata-rata cukup. Enam jenis di antaranya bahkan tergolong jenis flora yang dilindungi
yaitu Pterospermum diversifolium Bl. Lagerstroemia flos-reginae Retz., Cynometra
sp., Ganophyllum falcatum BL., Manglietia glauca BL. dan Gluta renghas L.

Bagian B
1. Berdasarkan PERMEN LHK Republik Indonesia NOMOR P.76/Menlhk-Setjen/2015
Menurut Pengelolaanya Cagar Alam dikelola dengan sistem Blok begitupun di Pulau
Sempu untuk sistem pengelolaanya menggunakan sistem blok
2. Berdasarkan PERMEN LHK Republik Indonesia NOMOR P.76/Menlhk-Setjen/2015
dimana Blok Pengelolaan pada Cagar Alam meliputi
(1) Blok Perlindungan
(2) Blok Lainya
Pada Blok lainya terdapat
(1)Blok rehabilitasi
(2)Blok Religi/ Budaya
(3)Blok Khusus yaitu ditetapkan apabila telah terdapat kerusakan kawasan,
situs budaya/religi/sejara sebelum ditetapkanya Cagar Alam
Pada Cagar Alam Pulau Sempu dalam pengelolaanya akan dikelompokan dalam 3
blok, yaitu blok perlindungan, rehabiltasi dan blok religi/budaya. Presentase terbesar
adalah blok perlindungan sebesar 98.77 %. Menyinggung terkait memorandum
Nomor 263 tahun 2018 tentang status Cagar Alam Pulau Sempu, dimana BBKSDA
justru mengajak pihak-pihak untuk menandatangani kesepakatan tentang keberadaan
blok atau spesifikasi serta pembagian wilayah di Pulau Sempu.Akhirnya setelah
dilakukan Public Consultation akhirnya disepakati blok yang ada di Cagar Alam
Pulau Sempu hanya blok perlindungan dan rehabilitasi, sedangkan blok religi
dihilangkan. Luas blok perlindungan yang disepakati dalam konsultasi publik itu
seluas 869,44 ha (99,18%).
Peta diatas merupakan peta hasil perkiran blok-blok yang memenuhi kriteria pada
Pulau Sempu yaitu ada Blok Perlindungan ,Blok Rehabilitasi dan Blok religi yang
diwarnai sesuai ketentuan di PERMEN LHK Republik Indonesia NOMOR
P.76/Menlhk-Setjen/2015 .
1. Pada Blok perlindungan saya membaca jurnal tentang distribusi flora – flora
endemik pada pulau sempu sehingga menurut saya sebagian besar wilayah pulau
sempu harus dilindungi dan sesuai dengan kriteria blok pengelolaan pada
PERMEN LHK yaitu salah satunya memiliki ekosistem atau merupakan
perwakilan tipe ekosistem atau fenomena/gejala alam dan formasi geologi yang
masih asli dan alami.
2. Blok Rehibilitasi salah satu kriterianya adalah wilayah yang mengalami kerusakan
sehingga deiperlukan kegiatan pemulihan ekosistem. Pada peta diatas Blok
Rehabilitasi terletak di daerah pelabuhan dimana aktivitas pelabuhan selalu
menimbulkan dampak negarif pada ekosistem seperti kerusakan terumbu karang
sehingga diperlukan Rehabilitasi seperti transplantasi karang. Selain itu Blok
rehabilitasi yang saya kirakan terletak di daerah-daerah pantai yang dulu pernah
dikunjungi wisatawan saat pengamanan di Pulau Sempu belum ketat seperti di
Telaga Anakan dll sehingga banyak sampah dan perlu dilakukan pemulihan juga
3. Blok Religi yaitu kriterianya perlindungan/perlindungan bahari yang telah
dimanfaatkan untuk kepentingan religi, adat budaya, perlindungan nilai-nilai
budaya atau sejarah. Pada pulau sempu terdapat telaga lele yang airnya dianggap
suci oleh beberapa umat dan kerap diambil untuk kepentingan
kepercayaanya.Dengan adanya blok religi maka manusia akan diberi akses masuk
ke Cagar Alam Pulau Sempu sehingga diperlukan pengawasan yang ketat supaya
para wisatawan religi tersebut tidak merusak ekosistem.
Bagian C
1. Berdasarkan Peraturan Menteri Kehuanan Nomor 2 Tahun 2007 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Konservasi Sumber Daya Alam Kawasan
Cagar Alam, Pulau Sempu berada di bawah kewenangan Balai Besar Konservasi
Sumber Daya Alam Jawa Timur. Badan ini bertanggung jawab kepada Direktur
Jenderal Perlindugan Hutan dan Konservasi Alam, yang secara struktural berada di
bawah naungan Kementerian Kehutanan.
2. Bentuk Kerjasama yaitu dengan Protecting of Forest & Fauna (PROFAUNA) dalam
bidang keamanan dengan melakukan patroli di sekitar kawasan Pulau Sempu.
sekaligus menjaga kelestarian Cagar Alam Pulau Sempu dengan membersihkan
sampah bekas aktivitas wisata. Bentuk Kerjasama lain yaitu dengan LIPI dalam
bidang penelitian berupa pendataan spesies flora
3. Berdasarakan perdirjen P. 6/KSDAE/SET/Kum.1/6/2018 Pada pasal 3 Ruang lingkup
Peraturan Kerja Sama (PKS)pada peraturan ini, meliputi:
a. kemitraan konservasi dalam rangka pemberdayaan masyarakat;
b. kemitraan konservasi dalam rangka pemulihan ekosistem; dan
c. pembinaan, pengendalian monitoring dan evaluasi.

Dari ruang lingkup tersebut yang bisa dilakukan adalah point “B” dan “C” karena
minimnya pengetahuan SDM akan rehabilitasi ekosistem yang benar sesuai dengan
keadaan eksisting ekosistem baiknya pihak akamedisi yang berkompeten dalam
bidang ini dapat menjalin kerjasama sesuai Perdirjen setelah tahu caranya
merehabilitasi yang benar maka perlu dilakukan monitoring dan evaluasi apakah cara
rehabilitasi dan pengelolaan tersebut sudah sesuai dan dapat memecahkan masalah
degradasi ekosistem

Anda mungkin juga menyukai