Anda di halaman 1dari 5

Hasil

Pada Gambar 1 menunjukan mikrostruktur dari spesimen dalam kondisi cor dan
di dinginkan pada udara terkompresi, udara tenang, dan rendaman garam (pada
suhu dan waktu penahanan yang berbeda).

(a) (b) (c)

(d) (e) (f)

(g) (h) (i)

(j) (k)

Gambar 1. Mikrostruktur Spesimen Setelah Perlakuaan Panas


(a) Spesimen F2, (b) Spesimen A1, (c) Spesimen A2, (d) Spesimen A3,
(e) Spesimen A4, (f) Spesimen E1, (g) Spesimen E2, (h) Spesimen C1, (i) Spesimen
C2, (j) Spesimen C3, (k) Spesimen C4
Pemindaian garis EDS (alat yang digunakan untuk menganalisa
kandungan unsur dalam spesimen) analisis spesimen E2 ditampilkan pada
Gambar2. Dapat dilihat bahwa konsentrasi Cr dan Mo lebih tinggi di daerah
interdendritik dan disekitar batas butir dimana dengan konsentrasi Cr dan Mo
yang tinggi di daerah tersebut menghasilkan presipitasi komplek karbida Cr-Mo.
Pada daerah interdendritik dan daerah paling dekat dengan batas butir konsentrasi
Cr dan Mo yang tinggi dapat menurunkan temperatur Ms (temperatur awal
pembentukan martensit) dan meningkatkan ketahanan pada austenite dibeberapa
daerah. Ms mengalami penurunan hingga ke temperatur kamar dan menyebabkan
pembentukan struktur mikro austenitik yang sempurna. Jumlah segresi pada
spesimen cor (F2) lebih tinggi dari spesimen yang diberi perlakuan panas.
Pertahanan austenit yang hadir pada struktur mikro pada spesimen
dikategorikanmenjadi dua jenis yaitu mempertahankan austenite di interdendritik
dan di daerah sekitar batas butir, dan austenit yang ditahan didaerah dendritik dan
intergranular ditempatkan di antaralapisan martensit dan bainit.

Gambar 2. Pemindaian Garis EDS Analisa Spesimen E2


Pada Gambar 3 dan Gambar 4 merupakan gamabar yang menunjukan distribusi
dan jumlah austenite yang ditahan pada wilayah tertentu dari spesimen.

(a) (b) (c)

γ
γ

(d) (e) (f)

Gambar 3. SEM Dari Spesimen yang DipilihDi Daerah Dendritikdan Intergranular


(a) Spesimen C1, (b) Spesimen C3, (c) Spesimen C4, (d) Spesimen A4, (e) Spesimen E2,
(f) Spesimen F2
(a) (b) (c)

γ γ

(d) (e) (f)

γ γ
γ

Gambar 4 SEM dari Spesimen yang Dipilih di Interdendritik dan Dekat Batas
Butir (a) Spesimen C1 (b) Spesimen C3 (c) Spesimen C4 (d) Spesimen A4 (e)
Spesimen E2 (f) Spesimen F2

Gambar 5 Pengaruh Suhu dan Waktu Penahanan (t) di Dalam Larutan Garam
pada Jumlah Austenit yang Ditahan(a) dan Austenit di Berbagai Daerah (b)
Gambar 5 menggambarkan variasi austenit yang ditahan oleh fraksi
volume pada berbagai temperatur dan waktu penahanan pendinginan isotermal
untuk jumlah austenite yang dipertahankan dan yang ditempatkan secara terpisah
pada daerah dekat batas butir dan interdenritik juga di daerah dendritik dan
intergranular. Jumlah austenite yang ditahan pada spesimen E1, E2 dan F2
masing-masing sebesar 13%, 15% dan 20%. Hasil kekerasan mikro sepenuhnya
sesuai dengan temuan struktural yang disajikan dalam diagram dan gambar
metalografi. Kekerasan vickers jumlah yang tertahan pada austenit, bainit,
martensit, dan karbida kompleks Cr-Mo diukur menggunakan microhardness test
mendapatkan hasil kekerasan sebesar 400-450, 500-550, 750-800, dan 1300
secara berurutan.

Gambar 6 Data Hasil XRD pada Spesimen C1, C3, C4, dan A4

Gambar. 6 menampilkan Hasil XRD untuk spesimen C1, C3. C4. dan A4. Pada
gambar ini membandingkan intensitas puncak austenit. dapat ditemukan bahwa jumlah
austenit yang tertahan dalam spesimen Cl lebih banyak dari spesimen C3 dan spesimen
C3 memiliki lebih banyak austenit yang tertahan daripada spesimen C4. Karena jumlah
austenit yang tertahan dalam A4 lebih sedikit daripada di Cl, data XRD menyatakan
hasilnya adalah analisis optik.

Anda mungkin juga menyukai