Anda di halaman 1dari 2

Puguh Ardianto Iskandar

19706261002

Identitas Guru Sekolah dasar di Dunia Pengajaran dan Pembelajaran Abad ke-21

Abad 21 mengharuskan guru mampu menguasai kemampuan pengajaran dan


pembelajaran. Pembelajaran yang baik harus sesuai tujuan dan setiap guru harus memiliki
identitas diri yang kompleks. Melalui pengajaran, guru harus membentuk identitas
professional terlibat penyelidikan kritis tentang pengajaran, bagaimana menggunakan strategi
penilaian, percakapan kelas terbuka, dan membuat pembelajaran secara aktif. Guru menjadi
faktor penting dalam mempengaruhi prestasi siswa, dengan memiliki kualitas dalam
persiapan, pegembangan pribadi, dan professional dalam karir mengajar. Artikel ini
membahas bagaimana eksplorasi guru dalam membangun identitas professional dan
bagaimana menghubungkan subjektivitas melalui kepercaayaan pribadi dengan ideologi
professional. Namun, kebanyakan guru melakukan pembelajaran sesuai mandat dari sekolah
ataupun distrik. Hal ini yang menjadi faktor guru tidak mampu dan mau mengatur
pembelajaran sesuai dengan keterampilan diri sediri. Dicontohkan bahwa mengajar
dibandingkan dengan belajar tentang diri sendiri, Marshall telah berjuang menemukan gaya
pengajaran sesuai dengan kepribadiannya (lembut, bersahaja, ekstrovert, tahan terhadap
berbagai situasi, dan memiliki selera humor). Abad 21 mengharapkan guru mampu
melibatkan kemampuan dan praktik sendiri, menjadi agen pembelajaran dan membuat
pembelajaran banyak visi. Artikel ini secara jelas membandingkan tiga guru di sekolah dasar
melalui demografi siswa, interaksi siswa dan guru, dan keputusan kurikulum dan pedagogis.
Guru pertama Teresa mengajar siswa dengan berbagai kebutuhan khusus, namun dapat
berinteraksi dengan baik, dan mampu membuat kurikulum atau mandat melalui mengubah
pengajaran secara efektif. Guru Mickey mengajar dengan siswa mayoritas dengan status
ekonomi lemah, imigran dan interaksi belajar kurang aktif walaupun mereka telah berikir
keras. Sedangkan guru Cathy mengajar siswa dengan status ekonomi tinggi dan golongan ras
Kaukasia (kulit putih) yang mana interaksi terjalin sangat baik namun interaksi dalam hal
membaca siswa masih ada permasalahan dan Cathy melalakukan Diagnosis Reading
Assesment.
Artikel ini sangat jelas membahas identitas seorang guru dalam menghadapi demografi
siswa yang berbeda-beda, interaksi, dan keputusan kurikulum. Menurut pembaca, guru
pertama memiliki pribadi yang ulet dan pantang menyerah. Hal ini ditunjukkan melalui cara
guru Teresa tidak mengatasi kesulitan bicara atau kekurangan mereka namun bagaimana
mampu berinteraksi secara baik melalui sapaan, bertanya kabar, maupun interaksi sosial
dengan mengenal murid. Teresaa menjadi guru yang bijak karena sadar bahwa kebijakan
sekolah mendikte mereka, namun Teresaa harus mengubah peluang kehiduan pengajaran
secara efektif. Guru Mickey dengan demografi siswa kelas bawah dan pemikiran siswa yang
close mind melakukan metode yang berpusat kepada guru melalui instruksi. Hal ini tentunya
mengakibatkan kehilangan pengalaman siswa dalam pembelajaran. Sedangkan guru Cathy
yang didukung siswa golongan atas mampu membuat pembelajaran efektif melalui
konferensi individu dengan siswa. Cathy sangat cocok menjadi figur guru abad 21 karena
berfilosofi pembelajaran harus menyediakan struktur organisai yang baik dan menciptakan
ruang belajar aman dan menarik.
Artikel identitas guru abad 21 sangat menarik, dan banyak menimbulkan penilaian pro
dan kontra. Sebagaimana ketiga guru sebagai subjek penelitian memberikan gambaran
bagaimana identitas mereka dalam menghadapi kasus dalam pengajaran dan pembelajaran,
guru Micky yang mengajar siswa dengan status sosial rendah dan banyak imigran harus
menciptakan suasana pembelajaran berpusat pada siswa. Bukan hanya metode berpusat pada
guru dalam membuat siswa patuh, namun kualitas emosional dan empati siswa harus
diwujudkan dalam pembelajaran. Sedangkan pembaca berpendapat bahwa guru Teresaa dan
Puguh Ardianto Iskandar
19706261002

Cathy sangat sesuai dengan identitas guru abad 21 yang berfilosofi menciptakan ruang belajar
aman dan menarik bagi siswa. Identitas professional guru tersebut sangat baik, yang mana
mampu bersosialisasi dan mengajak siswa aktif dalam pembelajaran baik melalui bertanya,
membaca, maupun menumbuhkan karakter siswa.
Identitas guru profesional dapat dilihat dari cara mereka berinteraksi dan menggunakan
kurikulum sesuasi minat dan bakat siswa. Guru professional di abad 21 dapat menciptakan
pembelajaran menarik dan berpusat pada siswa. Guru professional mampu mendalami
karakteristik dan memotivasi siswa melalui kebutuhan-kebutuhan yang harus diterima siswa.
Kebutuhan ini kaitanya dengan teori Abraham Maslow tentang kebutuhan dasar. Guru abad
21 mampu memiliki identitas dalam keprofesionalan pengajaran dan pembelajaran yang
mana mampu membuat ruang kelas aktif dengan suasana nyaman. Hal ini dapat terlaksana
jika kebutuhan dasar fisiologi, rasa aman siswa, rasa memiliki dan kasih saying dari
guru, penghargaan dari guru dan aktualisasi diri terpenuhi. Kelima tingkatan tersebut akan
sangat berpengaruh jika guru mampu memenuhi kebutuhan siswa dalam pembelajaran di
abad 21.

Anda mungkin juga menyukai