Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH PARASITOLOGI

MANSONIA SPP SEBAGAI INANG ANTARA BRUGIA MALAYI

SUB PERIODIC NOCTURNA

NAMA : ELSA MANORA AGUSTINA

NIM : B181013

PRODI : DIII TLM

POLITEKNIK MEDICA FARMA HUSADA

MATARAM

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas berkat dan rahmat-Nya lah kami dapat
menyelesaikan tugas mata kuliah Parasitologi yang berjudul “Mansonia sp Sebagai Inang
Antara Brugia Malayi Sub Periodic Nocturna” sesuai waktu yang telah direncanakan.
Makalah ini di susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Parasitologi di Politeknik
Medica Farma Husada Mataram. Dalam membuat makalah ini, penulis mengalami beberapa
kendala. Namun akhirnya dapat juga selesai tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata kesempurnaan. Namun, besar
harapan agar makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan bagi penulis
pada khususnya. Oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat di
harapkan demi penyempurnaan makalah ini.

Songak, 9 Juli 2020


DAFTAR ISI

COVER ................................................................................................................................
KATA PENGANTAR .........................................................................................................
DAFTAR ISI ........................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah ..........................................................................................
1.3 Tujuan .............................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Filariasis........................................................................................
2.2 Nyamuk Mansonia spp sebagai inang antara Brugia malayi subperiodik
nocturna ..........................................................................................................

BAB III PENUTUP


Kesimpulan ...........................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Filariasis merupakan penyakit menular menahun yang disebabkan oleh cacing
filarial jenis Wuchereria bancrofti, Brugia Malayi dan Brugia timori yang endemis di
daerah tropis dan subtropics. Cacing filarial hidup di saluran dan kelenjar getah bening
menyebabkan demam berulang, peradangan saluran getah beningt yang retrograd dan
peradangan kelenjar. Walaupun tidak menyebabkan kematian, pada stadium lanjut
penyakit ini dapat menyebabkan cacat fisik permanen dan mempunyai dampak social
ekonomi. Nyamuk berperan sebagai vector dalam penularan filariasis. Jenis nyamuk
Aedes, Culex, Mansonia, Anopheles dan Armigeres telah dilaporkan dapat berperan
sebagai vector. Persyaratan nyamuk menjadi vector antara lain adalah umur nyamuk,
kepadatan, ada kontak dengan manusia, tahan terhadap parasite da nada sumber
penularan.
Secara epidemiologis dapat dikatakan bahwa filariasis melibatkan banyak faktor
yang sangat kompleks yaitu cacing filaria sebagai agen penyakit, manusia sebagai inang
dan nyamuk dewasa sebagai vektor serta faktor lingkungan fisik, biologik dan sosial,
yaitu faktor social ekonomi dan perilaku penduduk setempat. Berdasarkan hal tersebut,
maka untuk menekan angka Microfilaremia perlu mempertimbangkan aspek
epidemiologi.
Pengendalian filariasis yang telah dilakukan melalui kegiatan pengobatan
massal perlu juga mempertimbangkan aspek lain, diantaranya aspek vektor yang menjadi
perantara penularan filariasis. Vektor utama filariasis B.malayi tipe subperiodik nokturna
adalah nyamuk Mansonia spp yang banyak ditemukan di daerah rawa. Sifat filariasis tipe
ini adalah ditemukannya mikrofilaria di darah tepi pada siang dan malam hari.

1.2. RUMUSAN MASALAH


a. Pengertian Filariasis
b. Mengapa nyamuk Mansonia spp sebagai inang antara Brugia malayi subperiodik
nokturna

1.3. TUJUAN
a. Untuk mengetahui pengertian filariasis
b. Untuk mengetahui nyamuk Mansonia spp sebagai inang antara Brugia malayi
subperiodik nokturna
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Filariasis

Filariasis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi parasite nematode yang
tersebar di Indonesia. Walaupun penyakit ini jarang menyebabkan kematian tetapi dapat
menurunkan produktivitas penderitanya karena timbulnya gangguan fisik atau kecacatan.
Dampaknya terhadap penderita sering diasingkan dilingkungan keluarga maupun
masyarakat. Penyakit ini jarang terjadi pada anak karena manifestasi klinisnya timbul
bertahun- tahun kemudian setelah infeksi.

2.2 Nyamuk Mansonia spp sebagai host Brugia malayi subperiodik nocturna

Brugia malayi tipe subperiodik nokturna ditemukan didarah tepi pada siang dan
malam hari, tetapi lebih banyak ditemukan pada malam hari. Jenis nyamuk penularnnya
adalah Mansonia spp yang ditemukan di daerah rawa.

Penularan filariasis dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adanya


penderita positif mikrofilaria, kepadatan vektor penular, perilaku masyarakat serta faktor
ekologi yang mempengaruhi kepadatan vektor. Hasil observasi menunjukkan bahwa
terdapat tempat yang memiliki potensi untuk perkembangbiakan vektor. Keberadaan
genangan air yang merupakan tempat perkembangbiakan nyamuk vector filariasis dapat
meningkatkan risiko penularan filariasis di suatu daerah. Keberadaan tanaman air juga
akan mempengaruhi kepadatan vektor, karena akan membuat kondisi air menjadi lebih
optimal untuk perkembangbiakan vektor serta menjadi pelindung bagi jentik nyamuk
vector dari pemangsa. Faktor ekologi berupa suhu dan kelembaban juga dapat
mempengaruhi kepadatan nyamuk vektor sehingga dapat meningkatkan resiko penularan
filariasis di suatu daerah. Jarak tempat perkembangbiakan nyamuk dengan pemukiman
juga akan mempengaruhi penularan filariasis, karena nyamuk dewasa akan segera
mencari darah untuk pematangan telur. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Santoso
dkk.di Kabupaten Banyuasin juga mendapatkan bahwa sebagian besar kasus positif
filariasis tinggal di dekat tempat perkembangbiakan nyamuk vektor.

Perilaku nyamuk Mansonia spp secara keseluruhan memiliki perilaku menggigit di luar
rumah. Bila dihubungkan dengan hasil wawancara terhadap responden terlihat bahwa sebagian
besar responden memiliki perilaku sering keluar malam. Perilaku masyarakat yang sering
keluar malam akan memiliki risiko lebih besar untuk tertular filariasis karena hasil
penangkapan nyamuk juga menunjukkan bahwa aktifitas nyamuk menggigit lebih banyak di
luar rumah.
Hasil penangkapan nyamuk yang dilakukan di wilayah Kabupaten Muaro Jambi
juga mendapatkan spesies nyamuk yang paling banyak tertangkap adalah Mansonia
uniformis. Hasil analisis data nyamuk yang tertangkap menggigit orang baik di dalam
rumah maupun di luar menunjukkan bahwa nyamuk Ma.uniformis memiliki angka
kelimpahan yang cukup tinggi yaitu >50%. Hal ini berarti lebih dari separuh nyamuk
yang tertangkap adalah nyamuk Ma.uniformis. Angka kekerapan nyamuk tertangkap
juga menunjukkan nilai yang cukup tinggi (100%). Berdasarkan hasil analisis ini berarti
bahwa dalam setiap jam penangkapan ditemukan nyamuk Ma.uniformis baik yang
tertangkap di dalam maupun di luar rumah. Selain itu juga didapatkan nyamuk yang
merupakan vektor utama untuk filariasis B.malayi tipe subperiodik nokturna, yaitu
Ma.uniformis, Ma.dives, Ma.annulata dan Ma.bonneae.
Selain itu Brugia malayi dapat menginfeksi hewan selain manusia yaitu kera
(Macaca fascicularis), lutung (Presbythis cristatus) dan kucing (Felis catus). Penelitian
yang dilakukan di Kabupaten Muaro Jambi tidak memeriksa darah kera dan lutung
karena tidak menemukan hewan tersebut. Pemeriksaan hanya dilakukan terhadap
kucing milik masyarakat di lokasi penelitian. Sasaran kucing yang diambil darahnya
adalah kucing milik penderita filariasis baik kronis maupun positif. Hasil pemeriksaan
di Desa Kemingking Dalam memperoleh 1 ekor kucing positif mikrofilaria B.malayi.
Spesies mikrofilaria ini sama dengan spesies yang ditemukan pada manusia. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa kucing yang ada di daerah penelitian dapat menjadi
sumber penular filariasis karena bersifat zoonosis. Hasil penelitian yang dilakukan oleh
Yahya juga mendapatkan 2 ekor kucing yang positif microfilaria B malayi.
 Faktor-faktor yang mempengaruhi peran nyamuk sebagai vector antara lain :
a. Umur nyamuk
b. Kontak antara manusia/ hospes dengan nyamuk
c. Frekuensi menggigit
d. Kerentanan nyamuk terhadap parasit
Kapasitas menjadi vector adalah dipengaruhi oleh faktor lingkungan, tingkah laku,
biokimia dan seluler yang mempengaruhi hubungan antara vector, patogen yang akan
ditransmisikan oleh vector, dan hospes tempat patogen tersebut akan ditransmisikan.
Mansonia uniformis dan Ma.bonneae menjadi vektor utama penularan B.malayi
tipe subperiodik nokturna di kawasan Selatan Thailand sedangkan yang menjadi vektor
sekunder adalah Ma.dives, Ma.indiana, Ma.annulata, dan Ma.annulifera. Seluruh
spesies nyamuk yang menjadi vector utama maupun vektor sekunder di kawasan
Selatan Thailand ini juga ditemukan di Kabupaten Muaro Jambi.
Perilaku nyamuk Mansonia spp menghisap darah bervariasi setiap spesies,
sebagain spesies bersifat eksofagik dan endofagik. Aktivitas nyamuk Mansonia spp
yang tertangkap dalam mencari darah lebih senang menghisap darah didalam rumah
dibandingkan diluar rumah. Hal ini dapat dikeahui dari sebanyak 58 nyamuk yang
tertangkap 76,6% atau 46 nyamuk Mansonia spp tertangkap dengan metode umpan
orang dalam (UOD). Di Kabupaten Muaro Jambi dapatkan bahwa nyamuk Mansonia
spp lebih banyak tertangkap menggigit di luar rumah dibandingkan dengan di dalam
rumah.
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Filariasis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi parasite nematode yang
tersebar di Indonesia. Walaupun penyakit ini jarang menyebabkan kematian tetapi dapat
menurunkan produktivitas penderitanya karena timbulnya gangguan fisik atau kecacatan.
Dampaknya terhadap penderita sering diasingkan dilingkungan keluarga maupun
masyarakat. Penyakit ini jarang terjadi pada anak karena manifestasi klinisnya timbul
bertahun- tahun kemudian setelah infeksi.

Upaya pencegahan penyakit filariasis dengan memberikan penyuluhan,


melakukan penyemprotan, menggunakan pestisida residual, memasang kawat kasa, tidur
menggunakan kelambu dan membersihkan tempat perkembangbiakan nyamuk.
DAFTAR PUSTAKA

[Depkes] Departemen Kesehatan. Pedoman Program Eliminasi Filariasis di Indonesia.


Jakarta: Departemen Kesehatan, 2008.

Yahya dan Santoso. Studi Endemisitas Filariasis di Wilayah Kecamatan Pemayung,


Kabupaten Batanghari Pasca Pengobatan Massal Tahap III. Buletin Penelitian
Kesehatan, 2013, 41(1) 18-25.

Santoso, Yahya, salim M. Penentuan Jenis Nyamuk Mansonia sebagai tersangka Vektor
Filariasis Brugia Malayi dan Hewan Zoonosis di Kabupaten Muaro Jambi.

Anda mungkin juga menyukai