Anda di halaman 1dari 8

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/312467604

Pengolahan Limbah Air Industri dengan Lumpur Aktif dan Karbon Aktif (Rev)

Working Paper · January 2017

CITATIONS READS

0 1,270

1 author:

Santi Nuraini
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
2 PUBLICATIONS   0 CITATIONS   

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Santi Nuraini on 17 January 2017.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


MANAJEMEN LABORATORIUM

“PENGOLAHAN LIMBAH AIR INDUSTRI SECARA TEPAT DAN


EFISIEN MENGGUNAKAN LUMPUR AKTIF ATAU KARBON AKTIF”

Disusun oleh:

Santi Nuraini (1413100048)

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

SURABAYA

2017
I. KARBON AKTIF

1.1 Prinsip Kerja Treatment Air Menggunakan Karbon Aktif

Prinsip kerja treatment air menggunakan karbon aktif adalah menggunakan metode Adsorbsi.
Metode Adsorbsi merupakan proses pemisahan air dari pengotornya dengan cara penyerapan
pengotor seperti partikel-partikel halus, kation-kation terlarut atau bau yang terkandung dalam air.
Media adsorbsi yang biasa digunakan dalam pengolahan air adalah karbon aktif atau mineral
zeolit. Karbon aktif atau zeolit memiliki sifat sebagai adsorben sehingga mampu menyerap
partikel-partikel atau kation-kation dan bau yang terlarut atau tercampur dalam air.

Karbon aktif adalah senyawa karbon yang telah ditingkatkan daya adsorpsinya dengan proses
aktivasi. Pada proses aktivasi ini terjadi penghilangan hidrogen, gas-gas dan air dari permukaan
karbon sehingga terjadi perubahan fisik pada permukaannya. Aktivasi ini terjadi karena
terbentuknya gugus aktif akibat adanya interaksi radikal bebas pada permukaan karbon dengan
atom-atom seperti oksigen dan nitrogen. Pada proses aktivasi juga terbentuk pori-pori baru karena
adanya pengikisan atom karbon melalui oksidasi ataupun pemanasan.

Karbon aktif merupakan salah satu adsorben yang paling sering digunakan pada proses
adsorpsi. Hal ini disebabkan karena karbon aktif mempunyai daya adsorpsi dan luas permukaan
yang lebih baik dibandingkan adsorben lainnya (Walas, 1990). Karbon aktif yang baik haruslah
memiliki luas area permukaan yang besar sehingga daya adsorpsinya juga akan besar
(Sudibandriyo et al, 2003). Mekanisme treatment limbah cair menggunakan karbon aktif sebagai
berikut; Kontaminan dalam air terserap karena tarikan dari permukaan karbon aktif lebih kuat
dibandingkan dengan daya kuat yang menahan di dalam larutan. Senyawa-senyawa yang yang
mudah terserap karbon aktif umumnya memiliki nilai kelarutan yang lebih kecil dari karbon aktif.
Kontaminan dapat masuk ke dalam pori karbon aktif dan terakumulasi didalamnya, apabila
kontaminan terlarut di dalam air dan ukuran pori kontaminan lebih kecil dibandingkan dengan
ukuran pori karbon aktif (http://mmt.its.ac.id/).

1.2 Kelebihan dan Kekurangan Penggunaan Karbon Aktif

Beberapa kelebihan dari penggunaan karbon aktif untuk mentreatment limbah cair
diantaranya yaitu, biaya yang digunakan lebih murah. Bahan dasar utama yang digunakan sebagai
karbon aktif adalah material organik dengan kandungan karbon yang tinggi. Telah banyak
penelitian mengenai bahan karbon aktif dengan bahan murah dan tersedia banyak seperti
tempurung kelapa, tempurung kemiri dan serat kayu. Karbon aktif bisa dibuat sendiri dari bahan
baku yang telah disebutkan sebelumnya, adapun prosesnya meliputi dehidrasi, karbonasi, dan
aktivasi. Peralatan yang digunakan untuk mentreatment limbah cair dengan karbon aktif juga
simple, karena hanya dibutuhkan saringan dengan karbon aktif untuk menghilangkan senyawa
organik yang tidak dapat terurai (http://ikk357.weblog.esaunggul.ac.id/).

Kelemahan penggunaan karbon aktif dalam mengadsorpsi limbah cair diantaranya;


penggunaan karbon aktif terbatas hanya untuk limbah cair yang mengandung beberapa senyawa
dan beberapa jenis logam berat saja. Penggunaannya terbatas dan tidak bisa diterapkan pada
semua jenis limbah cair industri. Selain itu, pengolahan air limbah tidak bisa hanya dengan
metode adsorpsi saja, biasanya metode adsorpsi digabungkan dengan beberapa metode
pengolahan limbah yang lain. Hal ini dikarenakan metode adsorpsi merupakan jenis metode
tersier treatment.

1.3 Bahan Kimia (Chemical) yang diperlukan untuk Metode Karbon Aktif

Proses aktivasi Karbon Aktif ada dua cara, yaitu dengan aktifasi secara fisika dan
kimia. Metode secara kimia dilakukan dengan cara merendam bahan baku pada bahan
kimia sebelum proses karbonasi. Adapun beberapa perkiraan bahan kimia yang dapat
digunakan untuk mengaktivasi karbon antara lain H3PO4, ZnCl2, CaCl2, K2S, HCl,
H2SO4, NaCl, Na2CO3 (http://ikk357.weblog.esaunggul.ac.id/). Selain itu bahan baku
untuk pembuatan karbon aktif antara lain bisa menggunakan serat kayu, cangkang kelapa
sawit, tempurung kemiri.

1.4 Peralatan/Instrument yang diperlukan untuk Metode Karbon Aktif

Peralatan yang digunakan untuk metode karbon aktif ini berupa instalasi pengolahan
air limbah (IPAL) yang dilengkapi dengan saringan dengan karbon aktif
(http://ikk357.weblog.esaunggul.ac.id/).
II. LUMPUR AKTIF

2.1 Prinsip Kerja Treatment Air Menggunakan Lumpur Aktif

Sistem lumpur aktif adalah salah satu proses pengolahan air limbah secara biologi, dimana air
limbah dan lumpur aktif dicampur dalam suatu reaktor atau tangki aerasi. Padatan biologis aktif
akan mengoksidasi kandungan zat di dalam air limbah secara biologis, yang di akhir proses akan
dipisahkan dengan Metode Sedimentasi. Proses lumpur aktif mulai dikembangkan di Inggris pada
tahun 1914 oleh Ardern dan Lockett (Metcalf dan Eddy, 1991), dan dinamakan lumpur aktif
karena prosesnya memanfaatkan mikroorganisme (terdiri ± 95% bakteri dan sisanya protozoa,
rotifer, dan jamur) sebagai katalis untuk menguraikan material yang terkandung di dalam air
limbah.Pada proses ini mikroba tumbuh dalam flok (lumpur) yang terdispersi sehingga terjadi
proses degradasi. yang mampu menstabilkan limbah secara aerobik.

Prinsip dasar sistem lumpur aktif yaitu terdiri atas dua unit proses utama, yaitu bioreaktor
(tangki aerasi) dan tangki sedimentasi. Dalam sistem lumpur aktif, limbah cair dan biomassa
dicampur secara sempurna dalam suatu reaktor dan diaerasi. Pada umumnya, aerasi ini juga
berfungsi sebagai sarana pengadukan suspensi tersebut. Suspensi biomassa dalam limbah cair
kemudian dialirkan ke tangki sedimentasi (tangki dimana biomassa dipisahkan dari air yang telah
diolah). Sebagian biomassa yang terendapkan dikembalikan ke bioreaktor, dan air yang telah
terolah dibuang ke lingkungan (Badjoeri et al., 2002). Skema proses dasar sistem lumpur aktif
dapat dilihat pada Gambar di bawah ini.

Gambar 1. Skema Proses Lumpur Aktif

Dalam sistem tersebut, mikroorganisme dalam biomassa (bakteri dan protozoa) mengkonversi
bahan organik terlarut sebagian menjadi produk akhir (air, karbon dioksida), dan sebagian lagi
menjadi sel (biomassa). Mekanismenya sebagai berikut, Aliran umpan air limbah atau subtrat,
bercampur dengan aliran lumpur aktif yang dikembalikan sebelum masuk rektor. Campuran
lumpur aktif dan air limbah membentuk suatu campuran yang disebut cairan tercampur (mixed
liquor). Memasuki aerator, lumpur aktif dengan cepat memanfaatkan zat organik dalam limbah
untuk didegradasi. Kondisi lingkungan aerobik diperoleh dengan memberikan oksigen ke tangki
aerasi. Pemberian oksigen dapat dilakukan dengan penyebaran udara tekan, aerasi permukaan
secara mekanik, atau injeksi oksigen murni. Aerasi dengan difusi udara tekan atau aerasi mekanik
mempunyai dua fungsi, yaitu pemberi udara dan pencampur agar terjadi kontak yang sempurna
antara lumpur aktif dan senyawa organik di dalam limbah (Badjoeri et al., 2002).

Pada tangki pengendapan (clarifier ), padatan lumpur aktif mengendap dan terpisah dengan
cairan sebagai effluent. Sebagian lumpur aktif dari dasar tangki pengendap dipompakan kembali
ke reaktor dan dicampur dengan umpan (subtrat) yang masuk, sebagian lagi dibuang. Dalam
reaktor mikroorganisme mendegradasi bahan-bahan organic. Pada pemisahan senyawa karbon
(bahan organik), polutan berupa bahan organik dioksidasi secara enzimatik oleh oksigen yang
berada dalam limbah cair. Jadi, senyawa karbon dikonversi menjadi karbon dioksida. Eliminasi
nutrien (nitrogen dan fosfor) dilakukan terutama untuk mencegah terjadinya eutrofikasi pada
perairan (Badjoeri et al., 2002).

2.2 Kelebihan dan Kekurangan Penggunaan Lumpur Aktif

Sistem lumpur aktif dapat diterapkan untuk hampir semua jenis limbah cair industri pangan,
baik untuk oksidasi karbon, nitrifikasi, denitrifikasi, maupun eliminasi fosfor secara
biologis.Keuntungan lainnya penggunaan lumpur aktif yaitu; daya larut oksigen dalam air limbah
lebih besar, efisiensi proses lebih tinggi, dan cocok untuk pengolahan air limbah dengan debit
kecil untuk polutan organik yang susah terdegradasi

Kendala yang mungkin dihadapi dalam pengolahan limbah cair industri pangan dengan
sistem ini kemungkinan adalah besarnya biaya investasi maupun biaya operasi, karena sistem ini
memerlukan peralatan mekanis seperti pompa dan blower. Biaya operasi umumnya berkaitan
dengan pemakaian energi listrik (Anonim, 2007). Adapun kelemahan lainnya dari penggunaan
lumpur aktif ini adalah; diperlukannya areal instalasi pengolahan limbah yang luas, karena
prosesnya berlangsung lama, menimbulkan limbah baru yakni lumpur bulki akibat pertumbuhan
mikroba berfilamen yang berlebihan, serta proses operasinya rumit karena membutuhkan
pengawasan yang cukup ketat (http://ikk357.weblog.esaunggul.ac.id/).
2.3 Bahan Kimia (Chemical) yang diperlukan untuk Metode Lumpur Aktif

Menurut penelitian Mulyati dkk, beberapa bahan kimia yang diperlukan untuk metode
lumpur aktif adalah NaOH atau HCl. NaOH atau HCl digunakan untuk menjaga pH
lumpur aktif dalam tangki sedimentasi agar tetap netral. Selain kedua bahan itu, bahan
yang paling penting adalah mikroorganisme yang akan digunakan untuk proses
pengolahan limbah dan Nutrisi sebagai makanan mikroorganisme pengurai agar dapat
terus hidup dalam air limbah (Mulyati, dkk).

2.4 Peralatan/Instrument yang diperlukan untuk Metode Lumpur Aktif

Peralatan yang digunakan untuk metode lumpur aktif ini meliputi tangki aerasi dan
tangki sedimentasi yang paling utama (Mulyati, dkk). Adapun set alat yang digunakan
disusun/dibuat seperti pada Gambar 1 diatas. Tangki aerasi digunakan sebagai tempat
oksidasi aerobik material organik, sedangkan tangki sedimentasi digunakan untuk
sedimentasi flok mikroba (lumpur) yang dihasilkan selama fase oksidasi dalam tangki
aerasi (Mulyati, dkk).

KESIMPULAN

Pemilihan metode yang tepat dan efisien dalam pengolahan limbah cair sebenarnya
harus disesuaikan dengan jenis limbah industri nya. Pada umumnya metode yang
digunakan lebih dari satu metode atau gabungan dari beberapa jenis metode pengolahan
limbah cair.

Dari beberapa ulasan di atas tentang penggunaan karbon aktif dan lumpur aktif dalam
pengolahan limbah cair industri, saya merekomendasikan penggunaan lumpur aktif untuk
pengolahan limbah cair industri untuk perusahaan Mr. X. Peralatan yang digunakan pada
metode lumpur aktif memang sedikit rumit dibandingkan dengan metode karbon aktif,
serta biaya yang digunakan pun lebih mahal dibandingkan dengan metode karbon aktif.
Namun ditinjau dari kelebihan penggunaan lumpur aktif dibandingkan dengan karbon
aktif, pada penggunaan metode lumpur aktif dapat digunakan pada hampir semua jenis
limbah cair industri, sedangkan metode karbon aktif hanya dapat digunakan pada
beberapa jenis limbah yang mengandung senyawa-senyawa, dan logam-logam berat
tertentu saja. Selain itu, penggunaan metode karbon aktif saja tidak terlalu efisien, dalam
pengolahannya biasanya metode karbon aktif digabungkan dengan beberapa metode
lainnya yang disesuaikan dengan jenis limbah cairnya.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2007. “Pengelolaan Limbah Industri Pangan”. Direktorat Jenderal Industri Kecil
Menengah Departemen Perindustrian. Jakarta.

Badjoeri, M., dan Suryono, T. 2002. “Pengaruh Peningkatan Limbah Cair Organik Karbon
terhadap Suksesi Bakteri Pembentuk Bioflok dan Kinerja Lumpur Aktif Beraliran
Kontinyu”. Jurnal LIMNOTEK, Vol IX no.1 (hal.13-22).

Harnanto, A. dan Ruminten. 2009. “Kimia 1” : untuk SMA/MA Kelas X. Pusat Perbukuan,
Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta, p. 194.

Mulyati, A.H., Iryani, A dan Soraya, D., “Wastewater Treatment At PT.X BY Active
Sludge”, Program Studi Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Pakuon Bogor.

Sari, P. M. 1999. “Studi Pemanfaatan Kayu Apu (Pistia stratiotes) untuk Menurunkan COD,
N dan P pada Air Limbah Pabrik Tahu”. Surabaya: Tugas Akhir Jurusan Teknik
Lingkungan FTSP-ITS.

Sulaeman, Dede. 2009. “Pengelolaan Limbah Agroindustri”. Makalah disampaikan pada


acara penyusunan Pedoman Desain Teknik IPAL Agroindustri di Bogor, Mei 2009.

http://ikk357.weblog.esaunggul.ac.id/wp-content/uploads/sites/313/2012/11/Limbah-Cair-
Industri1.pdf . Diakses pada Senin, 16 Januari 2017 pukul 15.00 WIB.

http://mmt.its.ac.id/download/SEMNAS/SEMNAS%20VII/MTL/2.%20Prosiding%20Fithria
nita%20J-ok-print.pdf . Diakses pada Senin, 16 Januari 2017 pukul 10.00 WIB.

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai