Anda di halaman 1dari 17

MERANGKUM MATERI BELA NEGARA DAN DASAR HUKUM

A. Definisi Umum Bela Negara


Bela Negara merupakan suatu konsep yang tersusun dari perangkat undang
undang dan juga pejabat dalam suatu negara mengenai patriotisme seseorang,
sebuah kelompok maupun seluruh komponen masyarakat yang ada dalam suatu
negara yang mempunyai kepentingan untuk mempertahankan eksistensi sebuah
negara.
Menurut Wikipedia Bahasa Indonesia, bela negara berarti suatu konsep yang
telah tersusun oleh perangkat perundangan dan petinggi yang terdapat pada suatu
negara tertentu, yangmana mengenai patriotisme individu maupun kelompok serta
komponen negara dengan tujuan untuk mempertahankan eksistensi negara itu
sendiri.

B. Pengertian Bela Negara dari Bentuk Fisik


Secara bentuk fisiknya, bela negara bisa diartikan sebagai bentuk usaha
untuk pertahanan dalam menghadapi serangan fisik maupun agresi dari pihak lain
yang dapat mengancam keberadaan suatu negara tersebut.
Sedangkan bentuk non-fisiknya, bela negara bisa diartikan untuk upaya dan
juga bisa berperan aktif agar bisa memajukan suatu bangsa dan juga negara. Baik
itu melalui pendidikan, sosial, moral maupun dalam meningkatkan kesejahteraan
masyarakat yang ada dalam negara tersebut.
Tujuan bela negara secara fisik yaitu dapat melindungi suatu negara tertentu
dari serangan luar,  yangmana bermaksud untuk mengancam kesejahteraan atau
keberadaan negara tersebut. Sedangkan tujuan secara non fisik yaitu untuk
memajukan suatu bangsa dan negara dalam segala bidang seperti sosial,
pendidikan, moral, dan lainnya.
Diambil dari kedua tujuan tersebut, tentu saja bagi warga negara Indonesia, bela
negara sangatlah penting karena bertujuan untuk melindungi dan memelihara
kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Secara umum, Definisi Bela negara yaitu suatu tekad, sikap, serta perilaku
warga negara yang dikerjakan secara teratur atau konstan, menyeluruh, dan
terpadu, yangmana juga disertai dengan penjiwaan terhadap kecintaan kepada
negara atau NKRI yang didasarkan pada UUD 1945 dan pancasila dalam
menjamin kesejahteraan hidup Bangsa dan Negara.
Di dalam kandungan UU No.2 tahun 2002, dijelaskan bahwa upaya bela
negara merupakan suatu sikap serta perilaku warga Negara yang dilandasi atau
dijiwai kecintaan terhadap NKRI dengan berdasarkan pada Pancasila dan UUD
1945 di dalam menjamin kelangsungan hidup bangsa dan juga Negara.

C. Bela Negara Menurut Ahli


Selain beberapa pengertian yang telah dijelaskan diatas, adapun beberapa
ahli yang berpendapan tentang bela negara. Berikut adalah beberapa  definisi bela
negara menurut para ahli:
1. Purnomo Yusgiantoro
Menurut Purnomi Yusgiantoro, bela negara yaitu suatu perilaku atau
sikap yang dilakukan oleh warga negara yangmana berhubungan dengan
kecintaan terhadap negara tersebut dalam wujud melakukan segala hal yang
dapat menjaga kelangsungan hidup bangsa. Perilaku tersebut bersifat konstan
atau terus menerus atau tidak hanya dilakukan satu atau dua kali saja.
2. Sutarman
Pengertian bela negara adalah suatu usaha atau tindakan untuk membela
negara dengan jalan fisik maupun non fisik. Jalan fisik memiliki contoh
seperti ikut serta berperang dan memanggul senjata, dan lainnya. Sedangkan
jalan non fisik contohnya seperti pengabdian diri berdasarkan profesi masing-
masing warga negara.
3. Sunarso
Arti kata bela negara menurut Sunarso yaitu suatu upaya esensial yang
dilakukan untuk membela kemerdakaan, kedaulatan, persatuan, dan kesatuan
suatu bangsa, dan juga keutuhan wilayah dan yurisdiksi negara serta nilai-
nilai pancasila dan UUD 1945.
4. Chaidir Basrie
Makna bela negara menurut Chaidir Basrie yaitu sikap dan tekad serta
tidakan suatu warga negara yang bersifat teratur, menyeluruh, terpadu, dan
berlanjut, yangmana dilandaskan oleh kecintaan kepada tanah air dan
kesadaran dalam berbangsa bernegara Indonesia serta kesaktian dan
keyakinan terhadap Pancasila yang merupakan ideologi Negara Indonesia.

D. Unsur Dasar dalam Bela Negara


Ada beberapa unsur penting yang harus diketahui dalam menjalankan proses
bela negara. unsur-unsur tersebut antara lain:
 Memiliki jiwa cinta tanah air
 Rela berkorban demi kesejahteraan bangsa dan negara
 Meyakini bahwa Pancasila merupakan ideologi negara
 Memiliki kesadaran berbangsa dan bernegara
 Mempunyai keahlian awal bela negara
Memahami unsur-unsur bela negara secara benar dapat menumbuhkan kesadaran
kita terhadap pentingnya membela negara.

E. Dasar Hukum Tentang Bela Negara


Terdapat beberapa pembahasan tentang bela negara yang telah tercantum
dalam UUD 1945 antara lain yaitu:
 Pasal 27 ayat 3 UUD 1945 : tercantum bahwa semua warga negara berhak
dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara.
 Pasal 30 ayat 1 UUD 1945 : tercantum bahwa tiap-tiap warga negara
berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan
negara.
Pada pasal 27 dan 30 diatas dapat disimpulkan bahwa membela negara
merupakan kewajiban dari seluruh warga negara.
Selain pasal-pasal diatas, ada beberapa dasar hukum dan peraturan
mengenai bela negara yang menegaskan tentang kewajiban bela negara yaitu
sebagai berikut:
1. Undang-Undang No.20 Tahun 1982 yang menyatakan tentang ketentuan
pokok Hankam Negara RI yang diubah oleh Undang-Undang No.1 Tahun
1988.
2. Undang-Undang No.3 Tahun 2002 yang menyatakan tentang pertahanan
negara.
3. Undang-Undang No.29 tahun 1954 yang menyatakan tentang pokok-pokok
perlawanan rakyat.
4. Undang-Undang No.56 Tahun 1999 menyatakan tentang rakyat terlatih.
5. Tap MPR No.VI Tahun 1973 yang berisi tentang konsep wawasan
Nusantara dan keamanan Nasional.
6. Tap MPR No.VI Tahun 2000 berisi tentang pemisahan TNI dengan
POLRI.
7. Tap MPR No.VII Tahun 2000 berisi tentang peranan TNI dan POLRI.
8. Amandemen UUD 1945 Pasal 30 ayat 1 s/d 5 dan pasal 27 ayat 3.

F. Fungsi Serta Tujuan dari Bela Negara


Mengapa kita sebagai warga negara perlu melakukan bela negara? untuk
menjawabnya, simak beberapa fungsi dan tujuan bela negara dibawah ini yang
perlu kita ketahui!
Fungsi bela negara :
 Melindungi dan mempertahankan negara dari ancaman luar
 Menjaga dan memelihara keutuhan wilayah negara
 Bela negara merupakan suatu kewajiban dari warga negara
 Bela negara merupakan suatu panggilan sejarah yang wajib dilakukan
Tujuan bela negara :
 Melakukan hal-hal yang terbaik untuk bangsa dan negara
 Mempertahankan kesejahteraan dan kelangsungan hidup bangsa dan
negara
 Melestarikan budaya bangsa
 Menjaga dan memelihara identitas dan integritas bangsa dan negara
 Menjalankan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila dan UUD 1945

G. Beberapa Manfaat Bela Negara


Selain memiliki fungsi dan tujuan, aktivitas bela negara memiliki banyak
manfaat yang dapat berguna untuk bangsa maupun negara itu sendiri. Beberapa
manfaat yang dapat dirasakan diantaranya adalah:
1. Mampu membentuk perilaku terpuji seperti jujur, adil, tegas, tepat, dan
memiliki sikap peduli antar sesama.
2. Dapat menghilangkan sifat atau perilaku buruk seperti malas, boros, tidak
disiplin, egois, hingga apatis.
3. Melatih jiwa kepemimpinan atau leadership  pada individu tertentu dalam
memimpin diri sendiri maupun kelompok.
4. Mampu membentuk mental dan fisik yang kuat dan tangguh.
5. Dapat menumbuhkan jiwa kebersamaan dan solidaritas terhadap sesama.
6. Mampu membentuh sikap disiplin pada suatu individu baik waktu,
kegiatan, maupun aktivitas lainnya.
7. Dapat menumbuhkan rasa cinta pada bangsa dan negara serta
menumbuhkan jiwa Patriotisme yang disesuaikan dengan kemampuan diri.
Sikap bela negara dapat berpengaruh besar terhadap kemakmuran negara
Indonesia. Perilaku bela negara dapat melindungi negara baik wilayah, sumber
daya, kedaulatan hingga kemerdekaan negara.
Ancaman dan serangan dari negara lain tidak dapat diprediksi kapan
terjadinya. Oleh karena itu, untuk mengantisipasinya, kita sebagai warga negara
Indonesia hendaknya menanamkan jiwa bela negara sejak dini sehingga keutuhan
dan persatuan bangsa akan tetap terjaga.

H. Landasan Konsep Bela Negara


Landasan dari konsep bela negara yaitu terbentuknya wajib militer. Subyek
dari konsep tersebut yaitu tentara ataupun perangkat untuk pertahanan negara
lainnya, baik untuk pekerjaan yang telah dipilih ataupun sebagai akibat dari
sebuah rancanan tanpa dasar atau yang sering kita kenal dengan wajib militer.

I. Negara-Negara yang Menerapkan Wajib Militer Bela Negara


Di beberapa negara antara lain adalah iran, israel dan juga korea utara
mewajibkan setiap warga untuk mengikuti wajib militer bagi warga yang bisa
memenuhi syarat fisik yang ada, yang tidak diwajibkan militer hanya orang yang
mempunyai alasan tertentu antara lain gangguan mental, gangguan fisik dan juga
keyakinan agama.
Sebuah negara yang mempunyai relawan militer yang besar biasanya tidak
akan memerlukan layanan terhadap wajib militer kepada warganya kecuali negara
tersebut sedang dihadapkan dari krisis dan juga sedang mengalami peperangan.
Negara negara yang besar seperti negara inggris, amerika serikat, jerman
maupun spanyol dilaksanakan bela negara dengan cara pelatihan militer.
Pelatihan militer negara tersebut biasanya dilaksanakan satu kali pada akhir pekan
dalam satu bulan.
Warga dapat mengikuti pelatihan militer sebagai warga biasa maupun
sebagai anggota militer tersebut. di beberapa negara juga terdapat pelatihan
kepada warga untuk cadangan militer. Di negara lain seperti negara china
mewajibkan setiap waranya untuk mengikuti wajib militer setelah warga tersebut
telah menyelesaikan dinas nasional di negaranya.
Dalam sebuah negara, pasukan cadangan militer bisa berbeda dari
pembentukan sebuah cadangan. Terkadang hal tersebut bisa sebagai cadangan
militer, yaitu kelompok ataupun unit militer yang tidak memiliki komitmen
terhadap pertempuran oleh komandan mereka sehingga mereka disediakan untuk
menangani sebuah situasi yang tidak terduga yaitu untuk mempertahankan dan
memperkuat pertahanan negara mereka.

J. Bela Negara Bagi Warga Negara Indonesia


Dalam negara indonesia, bela negara mempunyai pengertian sikap dan juga
perilaku warga negaranya yang didasari oleh kecintaan kepada negara Indonesia
yang berlandaskan pancasila dan juga UUD 1945 untuk menjalin dan menjamin
kelangsungan dalam hidup berbangsa dan bernegara seutuhnya.
Peran penting membela negara di Indonesia dapat dinyatakan secara lebih
mendalam dan juga lebih jernih melalui pandangan pertahanan.keutuhan wilayah
negara Indonesia, serta seluruh sumber dayanya, kemerdekaan dan juga
kedaulatan negara selalu terancam dari agresi negara asing dari luar dan juga
serangan bersenjata dari dalam negara sendiri.
Ancaman ini bisa menjadi kenyataan dan negara Indonesia tidak mempunyai
kesiapan, semuanya bisa dikembalikan ke awal sema. Antisipasi dari para pendiri
bangsa Indonesia dicantumkan dalam tujuan utama nasional yakni melindungi
seluruh bangsa Indonesia dan juga seluruh tumpah darah negara Indonesia.
Pernyataan tersebut menjadi dasar tujuan pertahanan negara Indonesia.
Bela negara tidak berdiri sendiri, akan tetapi berbagi ruang dengan tujuan
ketertiban sipil, tujuan keamanan dan juga berdampingan dengan tujuan lainnya
yaitu memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan berbangsa dan
juga tujuan berperan aktif dalam perdamaian dunia.
Setiap warga berhak dan juga wajib untuk mengikuti usaha dalam
pembelaan negara dan syarat mengenai pembelaan negara telah diatur melalui
peraturan perundang undangan. Itulah beberapa pengertian bela negara dan
beberapa aspek yang terkait di dalamnya.

A. Isi Undang-Undang No. 29 Tahun 1954 tentang Pokok-Pokok Perlawanan


Rakyat adalah
Presiden Republik IndonesiaMenimbang :
1. Bahwa rakyat Indonesia dengan perjuangan dan pengorbanan telah menegakkan
Negara Republik Indonesia.
2. Bahwa kedaulatan, kehormatan dan kepentingan Negara Republik Indonesia
selanjutnya harus dipertahankan terhadap ancaman dan pelanggaran dari
manapun juga.
3. Bahwa pertahanan Negara tersebut menjadi hak dan kewajiban setiap warga
negara
4. Bahwa perlu diadakan ketentuan-ketentuan yang mengatur pertahanan Negara
Mengingat :
a. pasal-pasal 24, 61, 85, 101, 102, 124, 125, 126, 127, 128 dan 129 Undang-
undang Dasar Sementara Republik Indonesia; 
b. pasal 142 Undang-undang Dasar Sementara Republik Indonesia.
c. pasal 89 Undang-undang Dasar Sementara Republik IndonesiaDengan
persetujuan Dewan Perwakilan RakyatMEMUTUSKAN :Menetapkan :
UNDANG-UNDANG TENTANG PERTAHANAN NEGARA
REPUBLIK INDONESIA.BAB I UMUMPasal 1Turut serta dalam
pertahanan Negara yang berarti membela kemerdekaan Negara dan
daerahnya adalah suatu kehormatan bagi setiap warga negara.Pasal 2Tidak
seorang warga negarapun dapat dihindarkan untuk turut serta dalam
pertahanan Negara, kecuali menurut ketentuan-ketentuan yang ditetapkan
dengan atau berdasarkan Undang-undang ini.Pasal 3Hak untuk turut serta
dalam pertahanan Negara hilang apabila seorang warga negara dihukum
oleh pengadilan berhubung dengan sasuatu kejahatan terhadap keamanan
Negara.*842 BAB II SIFAT PERTAHANAN.

B. UNDANG-UNDANG TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG


NOMOR 20 TAHUN 1982 TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN POKOK
PERTAHANAN KEAMANAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA.
Pasal I Bab III Undang-undang Nomor 20 Tahun 1982 tentang Ketentuan-
ketentuan Pokok Pertahanan Keamanan Negara Republik Indonesia (Lembaran
Negara Tahun 1982 Nomor 51, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3234) diubah
sehingga menjadi berbunyi sebagai berikut :
Pasal 21
1. Anggota Angkatan Bersenjata diperoleh secara sukarela dan wajib dari
warga negara yang memenuhi persyaratan.
2. Ketentuan-ketentuan tentang anggota Angkatan Bersenjata sebagaimana
dimaksud ayat (1) pasal ini diatur lebih lanjut dengan undang-undang.

Pasal 22
1. Anggota Cadangan Tentara Nasional Indonesia diperoleh secara sukarela
dan wajib dari :
a. anggota Angkatan Bersenjata yang telah menyelesaikan masa dinasnya
sebagai anggota Angkatan Bersenjata
b. warga negara yang memenuhi persyaratan.
2. Ketentuan-ketentuan tentang anggota Cadangan Tentara Nasional Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur lebih lanjut dengan undang-undang.
Pasal II Undang-undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar
setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang- undang
ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.
C. KETETAPAN MPRS DAN MPR RI BERDASARKAN KETETAPAN MPR RI
NO I/MPR/2003 PASAL 2 DAN PASAL 4 KETETAPAN MPR RI NO
I/MPR/2003
KETETAPAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK
INDONESIA NOMOR VII/MPR/2000 TENTANG PERAN TENTARA NASIONAL
INDONESIA DAN PERAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MAJELIS
PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :
a. Bahwa untuk melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia,
memajukan kesejahteraan umum mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia guna mencapai tujuan nasional, diperlukan sistem
petahanan dan keamanan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang ber-
Wawasan Nusantara.
b. Bahwa pertahanan dan keamanan Negara Kesatuan Republik Indonesia
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari ketahanan nasional dengan
menghimpun, menyiapkan dan mengerahkan kemampuan nasional yang
menempatkan rakyat sebagai kekuatan dasar.
c. Bahwa dalam penyelenggaraan pertahanan dan keamanan Negara Kesatuan
Negara Republik Indonesia, setiap warga negara mempunyai hak dan kewajiban
dalam upaya pembelaan negara serta pemeliharaan keamanan dan ketertiban
masyarakat.
d. Bahwa diperlukan alat negara yang berperan utama menyelenggarakan
pertahanan negara berupa Tentara Nasional Indonesia.
e. Bahwa dalam kehidupan masyarakat diperlukan aparat keamanan dan ketertiban
yang memberikan perlindungan dan penegakan hukum berupa Kepolisian Negara
Republik Indonesia.
f. bahwa seiring dengan proses demokratisasi dan globalisasi, serta menghadapi
tuntutan masa depan, perlu peningkatan kinerja dan profesionalisme aparat
pertahanan dan aparat keamanan melalui penataan kembali Peran Tentara
Nasional Indonesia dan Peran Kepolisian Negara Republik Indonesia.
g. bahwa telah dilakukan pemisahan secara kelembagaan yang setara antara Tentara
Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia.
h. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, b, c, d,
e, f dan g maka perlu adanya Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat tentang
Peran Tentara Nasional Indonesia dan Peran Kepolisian Negara Republik
Indonesia.
Mengingat :
1. Pasal 1, Pasal 2, Pasal 3, Pasal 10, Pasal 11, Pasal 12, dan Pasal 30 Undang-
Undang Dasar 1945.
2. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor
II/MPR/1999 tentang Peraturan Tata Tertib Majelis Permusyawaratan Rakyat
Republik Indonesia.
3. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor IV/
MPR/1999 tentang Garis-garis Besar Haluan Negara Tahun 1999-2004.
4. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor I/
MPR/2000 tentang Perubahan Pertama Atas Ketetapan Majelis Permusyawaratan
Rakyat Republik Indonesia Nomor II/MPR/1999 tentang Peraturan Tata Tertib
Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia.
5. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor VI/
MPR/2000 tentang Pemisahan Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara
Republik Indonesia.
Memperhatikan:
1. Keputusan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor I/
MPR/2000 tentang Jadwal Sidang Tahunan Majelis Permusyawaratan Rakyat
Republik Indonesia Tanggal 7 sampai dengan 18 Agustus 2000.
2. Permusyawaratan dalam Sidang Tahunan Majelis Permusyawaratan Rakyat
Republik Indonesia Tanggal 7 sampai 18 Agustus 2000 yang membahas
Rancangan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia
tentang peran Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik
Indonesia, yang telah dipersiapkan oleh Badan Pekerja Majelis Permusyawaratan
Rakyat Republik Indonesia.
3. Putusan Rapat Paripurna ke-9 Tanggal 18 Agustus 2000 Sidang Tahunan
Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia.
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MAJELIS
PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
Menimbang :
1. Bahwa salah satu tuntutan reformasi dan tantangan masa depan adalah
dilakukannya demokratisasi, maka diperlukan reposisi dan restrukturisasi
Angkatan Bersenjata Republik Indonesia.
2. Bahwa dengan adanya kebijakan dalam bidang pertahanan/ keamanan telah
dilakukan penggabungan Angkatan Darat, Angkatan Laut, Angkatan Udara, dan
Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam Angkatan Bersenjata Republik
Indonesia.
3. Bahwa sebagai akibat dari penggabungan tersebut terjadi kerancuan dan
tumpang tindih antara peran dan fungsi Tentara Nasional Indonesia sebagai
kekuatan pertahanan negara dengan peran dan tugas Kepolisian Negara Republik
Indonesia sebagai kekuatan keamanan dan ketertiban masyarakat.
4. Bahwa peran sosial politik dalam dwifungsi Angkatan Bersenjata Republik
Indonesia menyebabkan tejadinya penyimpangan peran dan fungsi Tentara
Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia yang berakibat
tidak berkembangnya sendi-sendi demokrasi dalam kehidupan berbangsa,
bernegara, dan bermasyarakat.
5. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, b, c,
dan d maka perlu adanya Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat tentang
Pemisahan Organisasi Tentara Nasional Indonesia dan Organisasi Kepolisian
Negara Republik Indonesia

Mengingat :
1. Pasal 1, Pasal 2, Pasal 3, Pasal 10, Pasal 11, Pasal 12, dan Pasal 30 Undang-
Undang Dasar 1945;
2. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor
II/MPR/1999 tentang Peraturan Tata Tertib Majelis Permusyawaratan Rakyat
Republik Indonesia.
3. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor IV/
MPR/1999 tentang Garis-garis Besar Haluan Negara Tahun 1999 - 2004.
4. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor I/
MPR/2000 tentang Perubahan Pertama Atas Ketetapan Majelis Permusyawaratan
Rakyat Republik Indonesia Nomor II/MPR/1999 tentang Peraturan Tata Tertib
Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia

Memperhatikan:

1. Keputusan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor I/


MPR/2000 tentang Jadwal Sidang Tahunan Majelis Permusyawaratan Rakyat
Republik Indonesia Tanggal 7 sampai dengan 18 Agustus 2000.
2. Permusyawaratan dalam sidang Tahunan Majelis Permusyawaratan Rakyat
Republik Indonesia Tanggal 7 sampai 18 Agustus 2000 yang membahas
Rancangan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia
tentang Pemisahan Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik
Indonesia, yang telah dipersiapkan oleh Badan Pekerja Majelis Permusyawaratan
Rakyat Republik Indonesia.
3. Putusan Rapat Paripurna ke-9 Tanggal 18 Agustus 2000 Sidang Tahunan Majelis
Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia.
MEMUTUSKAN

Menetapkan :
KETETAPAN MAJELIS PEMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK
INDONESIA TENTANG PEMISAHAN TENTARA NASIONAL INDONESIA
DAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Pasal 1
Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia secara
kelembagaan terpisah sesuai dengan peran dan fungsi masingmasing.

Pasal 2
1) Tentara Nasional Indonesia adalah alat negara yang berperan dalam
pertahanan negara.
2) Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah alat negara yang berperan
dalam memelihara keamanan.
3) Dalam hal terdapat keterkaitan kegiatan pertahanan dan kegiatan keamanan.
Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia harus
bekerja sama dan saling membantu.

Pasal 3
1. Peran Tentara Nasional Indonesia dan peran Kepolisian Negara Republik
Indonesia ditetapkan dengan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat.
2. Hal-hal yang menyangkut Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara
Republik Indonesia secara lengkap dan terperinci diatur lebih lanjut dalam
undang-undang secara terpisah.

Pasal 4
Ketetapan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Pasal 27 Ayat 3.

Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara.
Maksud dari pasal 27 Ayat 3 diatas adalah setiap warga negara dan tinggal di wilayah
negara Indonesia memiliki kewajiban untuk membela negaranya dari segala ancaman
yang ada. Membela negara bukan berarti kita harus berangkat berperang. Misalnya
contoh paling mudah adalah ketika ancaman perpecahan, kita sebagai warga negara
hendaknya dapat menjaga persatuan dan kesatuan kita tanpa harus mengangkat
senjata, misalnya mengecek kebenaran berita apakah berita tersebut hoax atau
memang benar adanya. Karena pada jaman sekarang banyak muncul berita-berita
yang tidak bertanggung jawab yang bisa memecah belah persatuan.
Bunyi Pasal 30 Ayat 1 adalah Tiap – tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta
dalam usaha pertahanan dan keamanan negara. Maksud dari pasal 30 Ayat 1 tidak
jauh berbeda dengan maksud dari Pasal 27 ayat 3 yang menyatakan bahwa setiap
warga negara diwajibkan untuk membela negara Indonesia. Adapun cara membela
negara Indonesia tidak harus dengan mengangkat senjata. Mengukir prestasi di
berbagai perlombaan juga salah satu bentuk wujud bela negara.

D. UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002


TENTANG PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA.
Menimbang:
bahwa pertahanan negara bertitik tolak pada falsafah dan pandangan hidup bangsa
Indonesia untuk menjamin keutuhan dan tetap tegaknya Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
bahwa pertahanan negara sebagai salah satu fungsi pemerintahan negara yang
merupakan usaha untuk mewujudkan satu kesatuan pertahanan negara guna mencapai
tujuan nasional, yaitu untuk melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah
Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan
ikut serta melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi, dan keadilan sosial. bahwa dalam penyelenggaraan pertahanan negara setiap
warga negara mempunyai hak dan kewajiban untuk ikut serta dalam upaya pembelaan
negara sebagai pencerminan kehidupan kebangsaan yang menjamin hak-hak warga
negara untuk hidup setara, adil, aman, damai, dan sejahtera. bahwa usaha pertahanan
negara dilaksanakan dengan membangun, memelihara, mengembangkan, dan
menggunakan kekuatan pertahanan negara berdasarkan prinsip-prinsip demokrasi, hak
asasi manusia, kesejahteraan umum, lingkungan hidup, ketentuan hukum nasional,
hukum internasional dan kebiasaan internasional, serta prinsip hidup berdampingan
secara damai. bahwa Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1982 tentang Ketentuan-
ketentuan Pokok Pertahanan Keamanan Negara Republik Indonesia (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1982 Nomor 51, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3234) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun
1988 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1982 tentang
Ketentuan-ketentuan Pokok Pertahanan Keamanan Negara Republik Indonesia
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1988 Nomor 3, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 3368) tidak sesuai lagi dengan perkembangan ketatanegaraan
Republik Indonesia dan perubahan kelembagaan Tentara Nasional Indonesia yang
didorong oleh perkembangan kesadaran hukum yang hidup dalam masyarakat
sehingga Undang-Undang tersebut perlu diganti. bahwa berdasarkan pertimbangan
sebagaimana dimaksud pada huruf a, b, c, d, dan e perlu dibentuk Undang-Undang
tentang Pertahanan Negara.
Mengingat:
Pasal 5 ayat (1), Pasal 10, Pasal 11, Pasal 20 ayat (1) dan ayat (2), Pasal 27 ayat (3),
dan Pasal 30 Undang-Undang Dasar 1945.
Ketetapan MPR-RI Nomor: VI/MPR/2000 tentang Pemisahan Tentara Nasional
Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia dan Ketetapan MPR-RI Nomor:
VII/MPR/2000 tentang Peran Tentara Nasional Indonesia dan Peran Kepolisian
Negara Republik Indonesia. Dengan persetujuan bersama antara
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA dan PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA MEMUTUSKAN:
E. UNDANG-UNDANG TENTANG PERTAHANAN NEGARA. UNDANG-
UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1973 TENTANG
PERJANJIAN ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN REPUBLIK
SINGAPURA MENGENAI PENETAPAN GARIS BATAS LAUT WILAYAH
KEDUA NEGARA DI SELAT SINGAPURA DENGAN RAHMAT TUHAN
YANG MAHA ESA Presiden Republik Indonesia,

Menimbang:
a. bahwa pada tanggal 25 Mei 1973, di Jakarta telah ditandatangani "Perjanjian
antara Republik Indonesia dan Republik Singapura tentang Penetapan Garis
Batas Laut Wilayah kedua Negara di Selat Singapura".
b. bahwa Perjanjian tersebut pada huruf a diatas dipandang perlu untuk disetujui
dengan Undang-undang.
Mengingat:
1. Pasal 5 ayat (1), Pasal 11 dan Pasal 20 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945.
2. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor
IV/MPR/1973 tentang Garis-garis Besar Haluan Negara, mengenai Wawasan
Nusantara.
3. Undang-Undang Nomor 4 Prp. Tahun 1960 tentang Perairan Indonesia
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1960 Nomor 22; Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1942).
Dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia.
MEMUTUSKAN: Menetapkan :
UNDANG-UNDANG TENTANG PERJANJIAN ANTARA REPUBLIK
INDONESIA DAN REPUBLIK SINGAPURA MENGENAI PENETAPAN GARIS
BATAS LAUT WILAYAH KEDUA NEGARA DI SELAT SINGAPURA.

Pasal 1
Menyetujui Perjanjian antara Republik Indonesia dan Republik Singapura tentang
Penetapan Garis Batas Laut Wilayah kedua Negara di Selat Singapura yang
ditandatangani pada tanggal 25 Mei 1973 dan yang salinannya dilampirkan pada
Undang-undang ini.

Pasal 2
Perjanjian tersebut diatas mulai berlaku pada tanggal pertukaran Piagam
Pengesahannya.

Pasal 3
Undang-undang ini mulai berlaku pada hari tanggal diundangkannya. Agar supaya
setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-undang ini
dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia. Disahkan di
Jakarta pada tanggal 8 Desember 1973 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
SOEHARTO JENDERAL TNI. Diundangkan di Jakarta pada tanggal 8 Desember
1973 MENTERI/SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA,
SUDHARMONO, SH. MAYOR JENDERAL TNI. PENJELASAN ATAS
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1973
TENTANG PERJANJIAN ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN REPUBLIK
SINGAPURA MENGENAI PENETAPAN GARIS BATAS LAUT WILAYAH
KEDUA NEGARA DI SELAT SINGAPURA
I. PENJELASAN UMUM.
Bahwa sejak berlakunya Undang-undang Nomor 4 Prp. Tahun 1960 tentang
perairan Indonesia, maka lebar laut wilayah Indonesia di jadikan 12 mil laut, diukur
dari garis-garis dasar yang merupakan garis-garis lurus yang menghubungkan titik-
titik terluar dari pulau-pulau atau bagian pulau-pulau yang terluar dalam wilayah
Indonesia. Dengan demikian, maka seluruh kepulauan Indonesia telah merupakan
suatu kesatuan wilayah dan seluruh perairan yang terletak di sebelah pantai dari garis
laut wilayah tersebut adalah wilayah Republik Indonesia. Salah satu konsekwensi dari
berlakunya Undang-undang Nomor 4 Prp. Tahun 1960 tersebut adalah bahwa
beberapa bagian dari perairan yang dulunya laut bebas kini telah menjadi perairan
wilayah Indonesia atau perairan pedalaman Indonesia. Demikian juga halnya dengan
di Selat Singapura. Dalam pada itu, Pemerintah Republik Singapura menganut lebar
laut wilayah 3 mil laut. Dengan demikian, maka timbullah persoalan: Dimanakah
letak garis batas laut wilayah masing-masing Negara di Selat Singapura yang
sempit,yaitu dibagian Selat Singapura yang jarak antara garis-garis dasar Indonesia
dan garis-garis dasar Singapura adalah kurang dari 15 mil laut. Ketegasan garis batas
ini sangat diperlukan sekali oleh Pemerintah kedua negara, terutama untuk dapat
memberikan jaminan-jaminan kepastian hukum (rechtszekerheid) dilaut wilayah
masing-masing Negara. Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan diatas, maka
diadakanlah perundingan antara kedua Pemerintah di Singapura dari tanggal 7 Mei
sampai dengan tanggal 8 Mei 1973, perundingan mana telah menghasilkan
"Perjanjian antara Republik Indonesia dan Republik Singapura tentang Penetapan
Garis Batas Laut Wilayah kedua Negara di Selat Singapura".
Isi Pokok Perjanjian tersebut adalah bahwa garis batas laut wilayah Indonesia dan laut
wilayah Singapura di Selat Singapura yang sempit, yaitu di Selat yang lebarnya antara
garis dasar kedua belah pihak kurang dari 15 mil laut, adalah suatu garis yang terdiri
dari garis-garis lurus yang ditarik antara titik-titik yang koordinat-koordinatnya
tercantum pada Perjanjian termaksud. Pengesahan Perjanjian ini oleh Presiden
dilakukan setelah mendapat persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat, sesuai dengan
ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam Amanat Presiden kepada Ketua Dewan
Perwakilan Rakyat tanggal 22 Agustus 1960 Nomor 2826/HK/60.

Anda mungkin juga menyukai