SKRIPSI
OLEH :
SKRIPSI
OLEH :
ABSTRAK
ABSTRACT
Motto
Perjuangan serta do’a, adalah kunci di setiap perjuangannya untuk meraih kesuksesan
(Abdul H. Papalia)
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan Skripsi ini sebagai ucapan terima kasih dari lubuk hati yang
1. Allah SWT Tuhan yang Maha Kuasa, atas Nikmat kesehatan, kesempatan,
Reziki yang telah diberikan kepada penulis, sehingga penulis dapat bertahan
hidup hingga sampai saat ini dapat menyelesaikan penulisan Skripsi ini.
3. Taher Papalia, Abas Buton, Sartika, Munira, Mina, Jumali, Amat, serta adik-
adik tercinta dan tersayang, Maryam Papalia, Sumirna Kaysio, Inda Sari, abdul,
Pattimura Ambon.
KATA PENGANTAR
6
Puji Syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan yang Maha Kuasa. Karena atas
Rahmat serta karunia-Nya, nikmat kesehatan yang telah diberikan sehingga penulis
dapat menjenjang pendidikan mulai dari awal hingga saat ini. Penulis dapat
menyelesaikan Skripsi ini sebagai salah satu syarat akademik untuk memperoleh gelar
Pattimura Ambon.
serta tantangan dan keterbatasan, namun akhirnya dapat diselesaikan atas bantuan dan
bimbingan serta kerja sama dan motivasi dari semua pihak. Atas saran, masukan yang
bersifat membangun, penulis menerima semuanya dengan senang hati pula demi
Oleh karena itu, lewat kesempatan ini, izinkan penulis dengan kerendahan hati
untuk membimbing penulis dalam penulisan ini, tetapi semangatnya tak ada
3. Johan Pattiasina S.Pd, MA, Selaku Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah
Sosial yang telah memberikan kelancaran Skripsi ini, serta masalah administrasi
di tingkat jurusan.
5. Prof. Dr. Theresia Laurens, M. Pd, Selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
7. Bapak/ibu Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan dan lebih khususnya
9. Kepala Desa Waemala dan Seluruh staf dan Perangkat Pemerintah Desa
Waemala yang telah meluangkan waktu dan tempat bagi penulis selama
10. Seluruh informan baik tokoh pemuda, tokoh masyarakat yang telah memberikan
11. Kedua orang tuaku tercinta (Ayahanda syukur Papalia dan Ibunda tercinta
Saoda Waekero) yang telah melahirkan dan membesarkan penulis dengan susah
payah namun cinta kasih mereka tiada henti-hentinya, serta kakak Taher
Papalia, Abas Buton, Sartika, Munira, Mina, Jumali, Amat, serta adik-adik
tercinta dan tersayang, Maryam Papalia, Sumirna Kaysio, Rusli, Diman, Inda
Sari, abdul, dengan sabar dan selalu memberikan dorongan, kepercayaan, kasih
sayang dan perhatian serta pengorbanan kepada penulis dari awal hingga
Souwakil, S.Pd, Sukriawan, S.Pd, Joe, SPd, Dian Ode, S.Pd, Rani, S.Pd,
Fatmawati, S.Pd, Wan Tamalene, S.Pd, Parman S.Pd, Harti, S.Pd. Serta Teman-
teman yang lain yang tidak sempat penulis sebutkan satu demi satu yang selama
Pendidikan Sejarah, dalam susah maupun senang, canda, tawa selalu ada.
Teman-teman PPK/KKN SMP Negeri Tial yang telah bersama dengan penulis,
serta semua pihak yang tidak sempat penulis sebutkan satu demi satu yang
selama ini membantu penulis demi mencapai cita-cita yang selama ini
Majelis Ta’lim Syajaratun dan PMK Program Studi Pendidikan Sejarah yang
Ambon, 2020
Penulis
A.H.P
DAFTAR ISI
10
Halaman :
HALAMAN JUDUL....................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ ii
ABSTRAK....................................................................................................... iii
ABSTRACT..................................................................................................... iv
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN........................................... v
KATA PENGANTAR.................................................................................... vi
DAFTAR ISI................................................................................................... x
DAFTAR TABEL........................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah........................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian............................................................................ 3
D. Manfaat Penelitian.......................................................................... 3
E. Penjelasan Istilah............................................................................ 4
C. Sumber Data................................................................................... 23
D. Teknik Pengambilan Sampel.......................................................... 24
E. Teknik Pengumpulan Data............................................................. 24
F. Validitas Data................................................................................. 25
G. Teknik Analisis Data...................................................................... 26
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan..................................................................................... 50
12
B. Saran……………………............................................................... 51
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Halaman
13
1.1.
..................................................................................................................31
..................................................................................................................33
..................................................................................................................38
14
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
bahasa, adat istiadat, dan agama. Sedangkan perbedaan yang bersifat vertikal anrata
lain ditandai oleh adanya pengelompokan masyarakat antara lapisan bawah, baik
Manusia pada dasarnya memiliki dua kedudukan dalam hidup yaitu sebagai
makhluk pribadi dan sosial. Sebagai makhluk pribadi, manusia mempunyai beberapa
tujuan dan cita-cita yang ingin dicapai, sedangkan sebagai makhluk sosial, individu
selalu berinteraksi dan hidup dinamis bersama orang lain. Dalam masyarakat Agama
dan masyarakat dapat pula diwujudkan dalam sistem symbol yang menetapkan peranan
dan motivasi, yang kemudian dari padanya akan menciptakan budaya yang ada.
kurang lebih seribu tiga ratus empat puluh pulau. Yang di dalamnya terdapat berbagai
macam ragam suku, bahasa, agama, seni, pakaian, adat istiadat, dan lain sebagainya.
Dan kemudian memiliki latar belakang sosial budaya yang berbeda-beda. Budaya
adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok
16
Hal ini selaras dengan yang dikemukakan oleh Agus Salim, dalam Arnold
Batkunde (2010: 02) bahwa “ Kebudayaan adalah persatuan antara budi dan daya,
menjadi makna yang sejiwa dan tidak lagi terpisah. Budi mengandung makna akal,
merupakan himpunan segala daya upaya yang dikerjakan dengan menggunakan hasil
Dengan demikian budaya yang diberlakukan sampai saat ini di Maluku pada
umumnya, dan lebih khususnya, di desa Waemala kecamatan Leksula Kabupaten Buru
Selatan yaitu Nilai Budaya Bakutulung (Gotong royong). Budaya Bakutulung (Gotong
royong), merupakan tradisi yang dilakukan oleh masyarakat di desa Waemala untuk
(Gotong royong) ini akan dikerjakan. Namun pada dewasa ini pewaris budaya
Bakutulung tidak lagi dikerjakan oleh kalangan pemuda saat ini dan bahkan generasi
yang akan datang, mengapa hal ini terjadi. Padahal budaya Bakutulung (Gotong
royong) ini merupakan salah satu tradisi turun temurun yang sering dilakukan oleh
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan
Selatan”.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini dapat memberikan manfaat baik secara akademik maupun secara
praktis :
1. Secara Tujuan Teoritis, diharapkan dari hasil penelitian ini dapat memberikan
manfaat bagi Program Studi Pendidikan Sejarah. Dan dapat dijadikan sebagai
2. Secara Praktis, diharapkan hasil penelitian ini dapat berguna bagi masyarakat
E. Penjelasan Istilah
Agar tidak menimbulkan penafsiran yang beragam dari para pembaca mengenai
judul penelitian diatas maka penulis memandang perlu untuk menjelaskan beberapa
pekerjaan tertentu.
dan bersifat suka rela agar kegiatan yang dikerjakan dapat berjalan dengan
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian Masyarakat
Masyarakat sendiri bersal dari akan kata Arab syaraka yang berarti ikut serta
atau berpartisipasi. Adapun kata Arab untuk masyarakat adalah mujtama. Sebelum
kelompok manusia yang telah cukup lama hidup dan bekerjasama sehingga mereka
dapat mengorganisasikan dirinya dan berpikir tentang dirinya sebagai satu kesatuan
Tatanan kehidupan, norma-norma yang mereka miliki itulah yang menjadi dasar
kelompok manusia yang memiliki ciri-ciri kehidupan yang khas. Dalam lingkngan itu,
antara orang tua dan anak, antara ibu dan ayah, antara kakek dan cucu, antara sesama
kaum laki-laki dan kaum wanita, larut dalam suatu kehidupan yang teratur dan terpadu
Adapun pengertian masyarakat menurut Mac Iver (1955: 5), masyarakat adalah
satu sistem dari cara kerja dan prosedur, dari otoritas dan saling membantu yang
tingkah laku manusia dan kebebasan, sistem yang kompleks yang selalu berubah, atau
jaringan dari relasi sosial itulah yang dinamai masyarakat. Perkembangannya David
Berry (2003: 5-6) menurut pandangan-pandangan yang popular ini masyarakat dilihat
ini, dikembangkan atau berkembang karena adanya sifat-sifat yang sama dan berbeda
Dalam kaitannya itu citra dasar masyarakat dari Margaret M. Poloma (2010:
141). yang melihat bahwa masyarakat merupakan suatu realitas yang sesungguhnya
masyarakat adalah lebih daripada “semua orang yang berada di dalam suatu masyarakat
tertentu”. Akan tetapi, berbeda dengan sebagian besar kaum fungsionalis struktural,
Poloma melihat paksaan dan konflik sebagai inti bagi pemahaman struktur masyarakat.
Selanjutnya Poloma menyatakan bahwa sebagian besar orang yang berbeda dalam
suatu masyarakat tertentu tidak ikut ambil bagian, langsung atau tidak, dalam
bahwa masyarakat adalah suatu kelompok manusia yang telah memiliki tatanan
Sehingga dapat membentuk suatu kelompok manusia yang memiliki ciri-ciri kehidupan
yang khas.
Pergeseran merupakan suatu perubahan secara sedikit demi sedikit atau berkala
kepada seorang yang dipengaruhi oeh perkara lain yang mengakibatkan perubahan
pandangan hidup. Pendapat tersebut menegaskan bahwa, perubaan dari setiap diri
seseorang tidak datang dengan begitu saja melainkan harus diusahakan dan diupayakan.
tidak lansung dan proses modernisasi ini sesuai dengan pilihan dan kebutuhan
masyarakat. Proses pergeseran nilai-nilai ini tidak terjadi secara spontan melaikan
dilandasi oleh kesadaran dan waktu yang cukup lama menuju kearah suasana kehidupan
yang lebih baik. Secara idak lansung pergeseran atau perubahan akan terjadi secara
sosialnya. Unsur-unsur yang termasuk ke dalam sistem sosial adalah nilai-nilai, sikap-
sikap dan pola perilakunya diantara kelompok-kelompok dalam masyarakat. Selain itu
perubahan sosial didefinisikan sebagai perubahan yang terjadi pada struktur dan fungsi
kebutuhan-kebutuhan untuk mengetahui yang benar sebagai lawan dari yang salah,
yang suci dari yang kotor, yang indah dari yang buruk, dan sebagainya. Pergeseran nilai
budaya merupakan perubahan Nilai-nilai dalam suatu budaya yang nampak dari
perilaku para anggota budaya yang dianut oleh kebudayaan tertentu. Pergeseran nilai
budaya yang secara umum merupakan pengertian dari perubahan sosial yang tidak
dapat dilepaskan dari perubahan kebudayaan, saat budaya suatu masyarakat berubah,
secara tidak lansung akan memberikan dampak bagi perubahan sosial masyarakat.
Pergeseran dan perubahan nilai-niai ini sebagaimana terungkap dalam fenomena di atas
kemasyarakatan, sistem peralatan hidup dan tehnologi, bahasa, kesenian, serta ilmu
Perubahan sosial tidak terjadi dengan sendirinya melainkan disebabkan oleh banyak
faktor selain itu, perubahan sosial tidak berdiri sendiri melaikan memiliki kaitan dengan
23
aspek kehidupan, baik pada individu maupun masyarakat, baik pada skala terbatas
maupun luas, dan berlangsung cepat atau lambat, Selo Soemardjan (1990: 336-337).
membutuhkan satu sama lain. Kebutuhan itulah yang dapat menimbulkan suatu proses
yang dinamis, hubungan sosial yang dimaksud dapat berupa hubungan antar individu
yang satu dengan individu lainnya, antara kelompok yang satu dengan kelompok
lainnya, namun antara kelompok dengan individu. Dalam interaksi juga terdapat
simbol, di mana simbol diartikan sebagai suatu yang nilai atau maknanya diberikan
kepadanya oleh mereka yang menggunakannya. Proses interaksi sosial pada saat
manusia bertindak terhadap sesuatu atas dasar makna yang dimiliki sesuatu tersebut
bagi manusia. Kemudian makna yang dimiliki sesuatu itu bersal dari interaksi antara
seseorang dengan sesamanya. Interaksi sosial dapat terjadi bila antara dua individu atau
kelompok terdapat kontak sosial dan komunikasi. Kontak sosial merupakan tahap
informasi dan pemberian tafsiran dan reaksi terhadap informasi yang disampaikan.
proses dimana individu bertingkah laku dan bereaksi dalam hubungan dengan individu
lain. Interaksi sosial adalah hubungan timbal-balik antara dua atau lebih individu
manusia, di mana ide, pandangan dan tingkah laku individu yang satu saling
Interaksi sosial adalah hubungan antar manusia yang menghasilkan suatu proses
Interaksi sosial hubungan antara individu satu individu yang lain, individu satu
dapat mempengaruhi individu yang lain atau sebaliknya, jadi terdapat hubungan yang
saling timbal balik, Walgito ( 2003: 23 ). Pendapat lain diungkapkan oleh H. Bonner
dalam ( Gerungan, 2004: 57 ) Interaksi sosial adalah suatu hubungan atau dua lebih
individu manusia. Dimana kelakuan individu yang satu mempengaruhi, mengubah, atau
Menurut Maryati dan Suryawati, ( 2003: 23 ) Interaksi sosial adalah kontak atau
hubungan timbal balik atau interstimulasi dan respons antara individu, atau kelompok
atau antara individu dan kelompok. Interaksi sosial dibagi menjadi tiga macam, yaitu:
interaksi sosial antara dua manusia atau lebih. Hubungan timbal-balik tersebut dapat
berlansung antara individu dengan individu, antara individu dengan kelompok, dan
Interaksi sosial adalah dasar proses sosial, pengertian tersebut menunjuk pada
hubungan-hubungan sosial yang dinamis. Atau dengan perkataan lain, proses sosial
67). Maka apabila ada dua orang bertemu, interaksi sosial pun dimulai ketika mereka
saling mengucapkan salam, berjabat tangan, saling berbicara, atau mungkin terjadi
pertengkaran satu sama lain. Aktivitas-aktivitas semacam itu merupakan contoh dari
lain:
3. Proses diawali dengan adanya kontak sosial, baik secara lansung (kontak
4. Adanya dimensi waktu (lampau, sekarang dan akan datang) yang menentukan
Interaksi sosial merupakan kunci dari semua kehidupan sosial karena tanpa
interaksi sosial, tak akan mungkin ada kehidupan bersama. Bertemunya orang-perorang
secara badaniah belaka tidak akan menghasilkan pergaulan hidup dalam suatu
kelompok sosial. Pergaulan hidup semacam itu baru akan terjadi apabila orang-orang
dan lain sebagainya. Maka, dapat dikatakan bahwa interaksi sosial merupakan dasar
26
orang bertemu, interaksi sosial dimulai pada saat itu. Mereka saling menegur, berjabat
bahwa interaksi sosial adalah suatu hubungan antara sesama manusia yang saling
mempengaruhi satu sama lain, baik dalam hubungan antara individu dengan individu,
D. Pengertian Budaya
Menurut Elly Setiadi ( 2012: 27 ), Budaya adalah bentuk jamak dari kata budi
dan daya yang berarti cinta karsa, dan rasa. Kata budaya sebenarnya berasal dari
bahasa Sansekerta budhayah yaitu bentuk jamak kata buddhi yang berarti budi atau
akal. Dalam bahasa inggris, kata budaya berasal dari kata culture, dalam bahasa Latin
culture, yaitu segala daya dan aktivitas manusia untuk mengolah dan mengubah alam.
Rusdiyanta 2009:100) bahwa kebudayaan merupakan hasil karya, rasa dan cipta
culture untuk menguasai alam sekitar, untuk abdikan masyarakat. Rasa meliputi jiwa,
mewujudkan segala kaidah dan nilai sosial yang diperlukan untuk mengatur masalah
berpikir orang yang hidup bermasyarakat yang menhasilkan filsafat dan ilmu
menghasilkan benda-benda maupun lainya yang berwujud benda. Segi spritual manusia
menghasilkan keindahan.
keilmuan, hukum, adat istiadat, dan kemampuan yang lain serta kebiasaan yang didapat
oleh manusia sebagai anggota masyarakat. Dari penjelasan di atas kemudian R. Linton
dalam Joko Tri Prasetya ( 2011:29 ) juga mengungkapkan bahwa kebudayaan adalah
konfigurasi dari tingkah laku yang dipelajari dan hasil tingka laku yang unsur-unsur
Kebudayaan adalah pola hidup yang tercipta dalam sejarah dalam sejarah yang
explisit, implisit, rasional, irasional dan non rasional yang terdapat pada setiap waktu
sebagai pedoman yang potensial bagi tingkah laku manusia. Mengacu pada pendapat
masyarakat yang berhubungan dengan kebutuhan hidup. Dengan kata lain, budaya
28
tidak bisa dipisahkan dari seluruh pola aktivitas masyarakat dan budaya pula memiliki
peran yang sangat vital dalam proses pembangunan karakter bangsa Geertz ( 1992: 5 ).
Kebudayaan adalah seluruh sistem gagasan, rasa dan tindakan serta karya yang
belajar. Manusia tidak dapat dilepaskan dengan kebudayaan, dimana ada manusia di
situ ada kebudayaan. Kapankah kebudayaan mulai ada di muka bumi? Kebudayaan
merasa, mencapai dan mengusahakan apa yang patut menurut budayanya seperti
kegiatan-kegiatan ekonomi dan politik, dan teknologi, semua itu berdasarkan pola-pola
total dari pikiran, karya, dan hasil karya manusia yang tidak berakar kepada nalurinya,
dan yang karena itu hanya bisa dicetuskan oleh manusia sesudah suatu proses belajar”.
seluruh kegiatan yang dilakukan tersebut merupakan bagian dari kebudayaan. Selain itu
Deddy Mulyana dan Jalaludin Rakmhat, ( 2010: 18 ) budaya adalah suatu konsep yang
peranan, hubungan ruang, konsep alam semesta, objek-objek materi dan milik yang
diperoleh sekelompok besar orang dari generasi ke generasi melalui usaha individu dan
29
(1996: 45 ) dikatakan bahwa budaya adalah “daya dari budi yang berupa cipta, karsa
dan rasa”.
1. Melalui sistem gagasan, yaitu suatu karya manusia berbentuk nilai-nilai, cara
2. Sistem tindakan, yaitu sifat kongkrit yang dilakukan oleh manusia dalam
mengerjakan sawahnya.
3. Hasil karya manusia, yaitu perwujudan budaya sebagai hasil berpikir yang
melahirkan karya nyata yang berguna bagi kehidupan manusia itu sendiri.
universal, yaitu:
1. Bahasa
2. Sistem pengetahuan
3. Organisasi sosial
6. Sistem religi
7. Kesenian
30
Dari tujuh unsur kebudayaan Kewang termasuk dalam organisasi sosial karena
kewang merupakan lembaga adat yang di bentuk oleh masyarakat untuk menjaga hasil
kebudayaan merupakan suatu kebiasaan yang keduanya tidak dapa dilepas pisahkan
dan dilakukan oleh masyarakat setiap harinya. Budaya ada karena suatu hasil karya dari
olah pikiran dan ide-ide manusia. Budaya dapat berupa adat, kebiasaan, pakaian,
makanan, bahasa dan sebagainya. Setiap wilayah ataupun daerah memiliki budaya yang
Menurut kamus sosiologi nilai diartikan sebagai suatu perasaan hati nurani yang
dimiliki oleh para anggota masyarakat tentang baik dan buruk ( Hartini dkk, 1992:
438). Bagi manusia, nilai berfungsi sebagai landasan, alasan, atau motivasi dalam
segala tingkah laku dan perbuatannya. Nilai mencerminkan kualitas pilihan tindakan
dan pandangan hidup seseorang dalam masyarakat. Batasan nilai bisa mengacu pada
berbagai hal, seperti minat, kesukaan, pilihan, tugas, kewajiban agama, kebutuhan,
keamanan, hasrat, keegganan, daya tarik, dan hal-hal lain yang berhubungan dengan
Nilai budaya berfungsi sebagai suatu pedoman orientasi bagi segala tindakan
manusia dalam hidupnya. Sebagai suatu sistem nilai budaya merupakan sistem tata
tindakan yang lain, seperti sistem norma, hokum-hukum adat, aturan etika, aturan
yang dapat dibedakan satu dan lainya sebagai acuan prilaku dan tanggapan atas apa
Nilai-nilai budaya akan tampak pada simbo-simbol, slogan, moto, visi misi,
atau sesuatu yang nampak sebagai acuan pokok moto suatu lingkungan atau organisasi.
1. Simbol-simbol, slogan atau yang lainnya yang kelihatan kasat mata (jelas)
2. Sikap, tidak laku, gerak gerik yang muncul akibat slogan, moto tersebut
1998:104-105 ), bahwa “Sistem nilai budaya itu adalah merupakan tingkat yang paling
Suatu sistem nilai budaya terjadi dari konsepsi-konsepsi yang hidup dalam alam
pikiran sebagian besar dari warga masyarakat, mengenai hal-hal yang harus mereka
anggap amat bernilai dalam hidup. Karena itu suatu sistem nilai budaya biasanya
berfungsi sebagai pedoman tertinggi bagi kelakuan manusia lain yang tingkkatnya lebih
kepada sistem nilai budaya itu. Sistem nilai budaya itu sendiri mengacu kepada hakekat
1. Hakikat hidup manusia (HM) Hakikat hidup untuk setiap kebudayaan berbeda
antaranya ada yang beranggapan bahwa karya bertujuan untuk hidup, karya
pula yang berpandangan untuk masa kini dan masa yang akan datang.
5. Hakikat hubungan manusia (MM). Dalam haal ini ada yang mementingkan
terdapat akan nilai kebudayaan tersebut baik buruknya ada pada masyarakat itu sendiri.
Budaya merupakan suatu kebiasaan yang dilakukan oleh masyarakat setiap harinya.
Budaya ada karena suatu hasil karya dari oleh pikiran dan ide-ide manusia.
Budaya dapat berupa adat, kebiasaan, pakaian, makanan, bahasa, dan sebagainya.
Setiap wilayah ataupun daerah memiliki budaya yang berbeda-beda, budaya memiliki
Setiap bangsa dalam sebuah Negara pasti memiliki kebudayaan yang khas yang
membedakan dari bangsa lainnya. Seperti bangsa Indonesia yang dikenal ramah dan
menjunjung tinggi nilai luhur kebudayaan yang diwariskan oleh generasi terdahulu.
Salah satu budaya yang masih dipegang oleh masyarakat Indonesia yaitu budaya
Menurut Abdillah ( 2011: 7 ) “gotong royong berasal dari kata dalam Bahasa
Jawa, atau setidaknya mempunyai nuansa Bahasa Jawa. Kata gotong dapat dipadankan
dengan kata pikul atau angkat. Kata royong dapat dipadankan dengan bersama-sama.
34
Dalam bahasa Jawa kata saiyeg saeko proyo atau gerak satu kesatuan usaha memiliki
bahwa “Gotong royong adalah sebagai bentuk solidaritas sosial, terbentuk karena
adanya bantuan dari pihak lain, untuk kepentingan pribadi ataupun kepentingan
kelompok sehingga di dalamnya terdapat sikap loyal dari setiap warga sebagai satu
“gotong royong adalah aktifitas bekerja samaantara sejumlah besar warga desa untuk
umum”.
Selain itu pendapat lain diungkapkan oleh Pasya dalam ( Sudrajat, 014: 16 )
bahwa “gotong royong sebagai bentuk integrasi banyak dipengaruhi oleh rasa
kebersamaan antar warga komunitas yang dilakukan secara sukarela tanpa adanya
budaya gotong royong. Karena selain menguntungkan bagi warga sendiri, gotong
sepenanggungan sesama warga. Gotong royong juga lahir dari kesadaran diri sendiri
tanpa adanya unsur paksaan atau perintah dari orang lain. Menurut sudrajat ( 2014: 16 )
diantaranya:
35
secara perorangan.
tempat lai.
rumah dan atap rumah dari hama tikus dan sebagainya. adat untuk meminta
sebagai suatu hal yang berbeda sambatan, dan disebut dengan istilah lain,
yaitu guyuban.
atau bencana.
memerlukan sebagai sentiment komunitasnya. Bila ikut serta aktif dalam kegiatan
gotong royong, warga desa merasa sebagian dari komunitas atau mengidentifikasi diri
sebgai warga desa. Upaya yang sering dilontarkan, “bubuhan kita jauh” (kerjasama
untuk kita). Keterlibatan dalam kerja gotong royong merupakan sarana bagi desa
komunitasnya dalam memenuhi kebutuhan fisik dan psikis. Secara psikis bila individu
dihinggapi rasa ketakutan maka komunitasnya mampu memberi rasa aman dan
rasa aman, kebutuhan cinta dan rasa memiliki, kebutuhan harga diri dan kebutuhan
aktualisasi diri.
mengenai pengertian dari gotong royong merupakan kegiatan yang dilakukan secara
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tipe Penelitian
diistiahkan dengan penelitian ilmiah yang menekankan pada karakter alamiah sumber
peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persesi, pemikiran orang secara individu
maupun kelompok.
Jenis penelitian ini adalah studi kasus, karena penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif maka penelitian ini bersifat analisis deskriptif yaitu barupa kata-
kata tertulis atau lisan dari pelaku yang diamati terutama terkait dengan maslah
tersebut.
B. Lokasi Penelitian
Selatan.
C. Sumber Data
Dalam pencapaian maksimal penelitian ini, Sumber data yang penulis peroleh
terdiri dari :
38
1. Para informan / nara sumber yang terdiri dari: para tokoh masyarakat, dan
karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik
pengumpulan data maka peneliti tidak akan menemukan data yang memenuhi standar
data yang ditetapkan, Sugiyono (2011: 224) Oleh karena itu teknik yang digunakan
1. Observasi
(1995: 74) dapat diartikan sebagai “pengamatan dan pencatatan secara sistematik
terhadap unsur-unsur yang tampak pada suatu gejala pada objek penelitian”. Unsur-
unsur yang tampak itu disebut data atau informasi yang harus diamati dan dicatat secara
lengkap.
2. Wawancara
Dalam hal ini wawancara yang dilakukan dengan informan ataupun narasumber,
berkaitan dengan masalah yang ingin dicapai, dan dalam wawancara harus
menjadi objek wawancara merupakan para tokoh masyarakat, tokoh pemuda yang
tertentu percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer)
3. Studi Kepustakaan
Studi kepustakaan dipakai untuk membandingkan apa yang ditemukan dari data
dengan apa yang di katakan dalam kepustakaan. Sehingga, model dan paradigma
orang lain dapat pula dimanfaatkan untuk membandingkan hasil penemuan dari
data.
E. Validitas Data
1. Triangulasi Sumber
dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui
waktu dan alat yang berbeda. Dengan demikian jika dikaitkan dengan sumber yang
2. Triangulasi Teori
Menurut Lincoln dan Guba dalam Lexy Moleong (2010 : 331). Berdasarkan
tanggapan bahwa fakta tidak dapat diperiksa derajat kepercayaannya dengan satu atau
lebih teori.
3. Triangulasi Peneliti
peneliti, yang dianggap mirip dengan tema yang penulis teliti guna melengkapi dan
memperkuat data peneliti dengan waancara, observasi atau teknik lain dalam situasi
memakai teknik wawancara di pagi hari pada saat nara sumber masih segar. Sehingga
banyak masalah, akan memberikan data yang lebih valid sehingga kredibel.
Analisis data dalam penelitian kualitatif yang penulis gunakan adalah teknik
analisis data interaktif dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung, dan setelah
selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Bila jawaban yang diwawancarai
setelah dianalisis terasa belum memuaskan, maka peneliti akan melanjutkan pertanyaan
lagi, sampai tahap tertentu, diperoleh data yang dianggap kredibe, Milles and
Huberman dalam (Sugiono 2011: 246), mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis
data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus-menerus sampai
tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Diantaranya dapat digambarkan sebagai berikut :
41
(2)
Pengumpulan
Display
Data
Data/ Sajian
(1)
(3)
Reduksi Data
Kesimpulan
dan Verifikasi
( Gambar komponen dalam analisis data interaktif model) Milles & Huberman
dalam Sugiyono ).
memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan
polanya dengan demikian data yang direduksi akan memberikan gambaran yang lebih
jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan
Agar peneliti tidak terbenam dalam tumpukan data, maka langkah selanjutnya
adalah display data, seperti dikemukakan oleh Husaini Usman dan Setiadi Akbar
(2003: 87) Display data ialah menyajikan data dalam bentuk matriks, network, chart,
Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif seperti dijelaskan oleh Milles dan
Hubermen dalam Sugiyono (2011: 252) adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi.
Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah jika
tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data
berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung
oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali kelapangan
kredibel.
43
BAB IV
1. Letak Geografis
Secara astronomis, desa Waemala terletak pada posis 3°450 Lintang Selatan dan
4°00 Lintang Selatan, serta 126°00 Bujur Timur dan 128°150 Bujur Timur. Desa
Waemala merupakan salah satu desa dari 12 (Dua belas) desa yang ada di Kecamatan
Leksula, Kabupaten Buru Selatan, yang treletak di pulau Buru dengan batas-batas
Luas Kecamatan Leksula 1900 km² dan desa Waemala adalah 367M. lahan
2. Keadaan Iklim
Desa Waemala memiliki iklim tropis seperti desa-desa lainnya yang ada di
Maluku. Sehingga terjadi dua pergantian musim yaitu musim Barat dan musim Timur.
Musim Barat berlangsung pada bulan Desember Sampai bulan Mei, Sedangkan Musim
3. Keadaan Penduduk
desa yang senantiasa selalu dipengaruhi oleh kelahiran. Jika berbicara mengenai
penduduk atau manusia, maka akan dikemukakan keadaan penduduk yang akan
diperoleh dari kantor desa Waemala Kecamatan Leksula, dengan jumlah 702 jiwa. Dan
akan lebih jelas lagi akan digambarkan pada table di bawah ini dengan keadaan
Tabel 1
4. Keadaan Ekonomi
Desa Waemala merupakan salah satu desa yang ada di Kecamatan Leksula
Kabupaten Buru Selatan. Yang memiliki potensi Ekonomi yang bersumber dari laut
dan darat. Mengingat desa waemala adalah desa yang berada di pesisir pantai, namun
sebagai petani.
tambahan sebagai nelayan yang juga memanfaatkan laut sebagai kehidupan yang ada di
Desa Waemala dan laut yang berada di pesisir tempat lainnya. Disamping itu juga
masih ada lagi profesi-profesi lain dari masyarakat Desa Waemala seperti Wiraswasta,
PNS, TNI/POLRI, dan lain-lain. Berikut adalah gambaran mengenai keadaan sosial
Tabel 2
No Pekerjaan Banyak
1 Nelayan 30
2 Petani 285
3 PNS 20
4 Tenaga Honorer 40
5 TNI/POLRI 9
6 Pedagang 10
5 Belum/Tidak bekerja 308
Jumlah 702
Sumber Data : Kantor Desa Waemala Tahun 2018
5. Sistim Kepercayaan
didasarkan kepercayaan yang dianut oleh semua penduduk yang ada di desa Waemala.
Agama dalam apikasinya, dijadikan sebagai penutan dalam mengatur manusia dengan
sang pencipta. Selain itu juga agama menjadi pedoman bagi manusia dalam mengatur
Islam. Oleh karena itu, untuk menjalankan ajaran Agama tersebut, maka masyarakat
membutuhkan tempat peribadatan. Desa Waemala terdapat satu buah Masjid dan satu
buah Mushollah, yang dimana memisahkan antara laki-laki dan wanita saat
melaksanakan Sholat.
6. Keadaan Pendidikan
Pendidikan merupakan usaha sadar manusia yang dimana merupakan salah satu
faktor utama yang dapat menjamin kemajuan manusia yang ada pada suatu tempat,
salah satunya di desa Waemala. Ketika kebutuhan akan pendidikan terpenuhi maka
suatu desa dapat dikategorikan sebagai sebuah desa yang maju. Pendidikan di desa
Waemala cukup maju, hal ini dapat dilihat pada able dengan dengan adanya sarana-
prasarana penunjang pendidikan yang cukup lengkap mulai dari Taman Kanak-kanak,
Tabel 3
tingkatannya dengan jumlah tenaga kerja dan jumlah siswanya sebagai berikut:
7. Keadaan Kesehatan
baik dari lingkungan keluarga dan hubungan masyarakat sehari-hari untuk menjalankan
pelayanan kesehatan.
bantuan berupa satu gedung Puskut dan memiliki beberapa tenaga medis untuk
Suatu Desa terbentuk tentunya memiliki sejarahnya mengenai asal usul desa itu
sendiri. Ada beberapa hal yang dijadikan sumber untuk mengetahui asal usul Desa
Waemala. Kata Waemala berasal dari bahasa Buru yaitu “Wae” yang artinya Air dan
“Mala” yang artinya Manis, maka secara umum kata Waemala artinya air manis. Nama
48
Desa Waemala di ambil dari sebuah nama air kali yang berada di samping sebelah kiri
kampung tersebut.
Menurut Bapak Dula: 17 Ferbuari 2019, penduduk desa Waemala awal mulanya
mereka mendiami salah satu tempat yang tidak terlalu jauh dari Desa Waemala yaitu
Ewiri. Di tempat inilah dulunya penduduk atau masyarakat dahulu yang menempatinya.
Kemudian adanya inisiatif dari para leluhur untuk membentuk dan mendiami desa atau
dusun yang baru dalam hal ini Desa Waemala yang sampai sekarang menjadi tempat
tinggal mereka.
Dahulu masyarakat desa Waemala menempati salah satu tempat yang berada di
samping kali kecil yang dalam bahasa Buru adalah Waemite artinya mata air, berada
jauh di dekat bukit. Dan bukan saja di tempat-tempat ini lah penduduk atau masyarakat
dahulu menjadi tempat tinggal, bahkan ada tempat-tempat lain yang menjadi tempat
tinggal mereka. Seperti di samping sungai, ada juga yang tinggal berada padapesisir
pantai bahkan di hutan-hutan juga menjadi tempat tinggal. Kemudian adanya pemikiran
dari mereka sendiri untuk mencari tempat yang layak untuk dijadikan tempat tinggal
masyarakat, kemudian mereka menemukan tempat yang sekarang yaitu desa Waemala
Sesuatu Desa atau Dusun yang ada di Maluku pada umumnya memiliki Struktur
pengangkatan pemimpin yang dikenal dengan kepala Desa masih menggunakan sistem
musyawarah mufakat. Artinya adanya musyawarah dari para tua adat yang ada di Desa
49
itu sendiri. Mereka berkumpul untuk mengangkat pemimpin atau kepala Desa. Setelah
musyawarah itu dilakukan maka disitulah pemimpin tersebut ditunjuk secara aklamasi
atau dipercayakan untuk memimpin Desa tersebut. Setelah pemimpin tersebut diangkat
dan menjadi keputusan bersama maka setelah kembali dari lokasi musyawarah maka
pemimpin tersebut siap untuk menjalankan masa baktinya. Setelah seiring berjalannya
seluruh masyarakat berhak untuk memilih pemimpin baru sampai sekarang aturan itu
dijalankan.
FARIDU OLORES
BPD
KESRA
11. Sekretaris desa, memiliki fungsi untuk membantu kepala desa agar segala
apa yang berkaitan dengan desa maka sekretaris yang menyusunnya baik
12. Badan Perencanaan desa, bertugas untuk membuat rancangan yang ada
pada desa Waemala, mulai dari pembukaan lahan untuk tempat tinggal
14. Kaur Pemerintahan, berfungsi untuk bersama-sama dengan kaur yang lain
untuk membantu pimpinan desa agar apa yang berurusan dengan pemerintah
15. Kaur Hubmas, bertugas untuk menghubungi masyarakat ketika ada perintah
17. Kaur Umum, memiliki tugas untuk bersama membantu pimpinan sekertaris
laporan desa.
gambaran yang menyeluruh terhadap masalah yang diteliti. Oleh karena itu deskripsi
data merupakan salah satu langkah paling pokok yang harus dilakukan oleh seorang
peneliti dalam rangka mendapatkan gambaran dan keterangan yang jelas terhadap
masalah yang diteliti tetap mengacu pada model analisis interaktif yang telah ditetapkan
kemudian diarahkan pada fokus masalah sehingga hasil reduksi dapat disajikan dalam
d. Faktor malu
e. Faktor politik
3 01-Laliu Tanggapan masyarakat desa Waemala
08-Jumali
4 01-Laliu Setelah terjadi pergeseran budaya Semua
lainnya.
5 01-Laliu Dampak perubahan yang terjadi pada Semua
C. Pembahasan
Kata pergeseran dapat diartikan sebagai suatu peralihan atau berubanya suatu
kondisi tertentu yang berbeda dengan kondisi semula. Bisa pepindahan naik dalam
artian adanya sebuah peningkatan perpindahan turun dalam arti adanya penurunan.
Dalam penelitian ini kata pergeseran digunakan untuk menunjukkan adanya perubahan
pada nilai-nilai budaya gotong royong masyaraka. Seberapa besar perubahan yang telah
terjadi dan apa saja yang masih tetap dipertahankan hingga saat ini.
Menurut Bpk. Saban Rifai tanggal 17 Ferbuari 2019, mengatakan bahwa salah
satu penyebab terjadinya pergeseran nilai budaya Bakutulung (gotong royong) dari
masyarakat desa Waemala itu dikarenakan pola pandang masyarakat yang berubah
disebabkan faktor globalisasi, yang dulunya saling membantu satu sama lain tanpa
memandang suku namun kenyataannya sekarang semua telah berubah menjadi pola
pikir yang penuh perhitungan untung rugi. Karena itu masyarakat desa Waemala
Bakutulung ( gotong royong ) dalam membangun rumah warga atau kerja kelapa kopra
mereka berfikir dari pada ikut keja, mendingan mereka pergi mencari ikan misalnya
kalau nelayan, karena kalau mereka melaut dari sana mereka bisa dapat uang.
Sedangkan kalau mereka ikut kerja dengan masyarakat yang lain tidak mendapat apa-
apa yang sifatnya materi. Begitupun sebaliknya dengan mereka yang bekerja di kebun,
mereka lebih mementingkan kebunnya dari pada mereka saling kerja bersama bahkan
mereka berfikir seandainya hari ini mereka membantu masyarakat yang lagi
memerlukan bantuan belum tentu orang tersebut mambantu atau membalas budinya
kembali.
56
disadari oleh semua anggota masyarakat di desa Waemala untuk dipertahankan, akan
masyarakat saja. Keadaan tersebut tentunya memerlukan perhatian dari semua pihak
agar nilai-nilai budaya Bakutulung ( gotong royong ) yang merupakan budaya dari
peninggalan Nenek moyang dapat dipertahankan. Apalagi melihat kenyataan yang ada
penduduk dan berbagai bentuk Bakutulung ( gotong royong ) lainnya cenderung hanya
diikuti oleh orang tua sedangkan kalangan anak muda kurang terlibat. Hal itu
merupakan suatu indikasi bahwa pergeseran tersebut telah terjadi sedikit demi sedikit.
ini pertama disebabkan karena faktor kesibukan sehari-hari bekerja dalam mencari
yaitu nelayan dan petani yang dari pagi sudah sibuk berangkat kelaut dan ke kebun
sedangkan pulangnya bisa siang atau sore hari, dan waktu malamnya digunakan untuk
beristirahat. Nah itulah sebabnya sudah sulit untuk meluangkan waktu mereka untuk
bukan tidak ingin ikut serta jika ada kegiatan Bakutulung (gotong royong), sebenarnya
mereka juga ingin melaksanakannya akan tetapi karena kesibukan itu yang
57
menyebabkan tidak bisa melaksanakan Bakutulung ( gotong royong ). Dan juga karena
faktor perkembangan ilmu pengetahuan, sekarang kalau kita lihat sudah banyak
kampung artinya mereka sibuk melanjtkan pendidikan di kota sehingga sudah tidak
bisa lagi ikut melaksanakan budaya Bakutulung ( gotong royong ) juka ada
pembangunan rumah warga atau hal lainya, ( Wawancara dengan bapak JP tanggal 17
Ferbuari 2019 ).
a. Faktor gobalisasi
berhubungan dengan kehidupan, baik dari segi ilmu pengetahuan teknologi, sosia dan
mendukung kea rah yang positif atau justru ke arah yang negatif. Maka, yang perlu di
perhatikan saat ini yaitu dampak negatif dari globalisasi, terutama pengaruh terhadap
58
bidang sosial dan kebudayaan seperti rendahnya apresiasi masyarakat terhadap nilai-
bidang sosial dan kebudayaan misalnya hilangnya budaya asli suatu daerah terutama di
Desa Waemala, hilangnya sifat kekeluargaan dan gotong royong, hilangnya nilai-nilai
17 Ferbuari 2019 ).
b. Berkurangnya Penduduk
desa ke kota atau perpindahan penduduk dari satu daerah ke daerah yang lain (misalnya
kemasyarakatan.
Berkurangnya penduduk atau berpindahnya penduduk itu adalah suatu hal yang
sering terjadi disetiap wilayah, dan lebih khususnya di desa Waemala. Sebab sudah
sering terjadi karena beberapa tahun sebelumnya ±29 kepala keluarga sudah berpindah
ke desa lain yaitu desa batu layar ( Waebo ). Mereka bertujuan untuk mencari tempat
yang dimana untuk hidup yang lebih baik, karna prososes pertania yang berada di desa
Waemala sudah semakin sulit bukan hanya proses pertania tetapi juga proses
59
pembagunan tempat tinggal semakin kecil didapatkan oleh karena itu masyarakat
2019 ).
c. Faktor gengsi
mendorong untuk membandingkan diri antara satu dengan yang lain. Dari perbandingan
itulah sering kali muncul kepentingan untuk menjaga gengsi di depan orang lain, karena
mungkin tak ingin tampak inferior atau lebih lemah. Budaya gengsi di Indonesia lebih
zaman maka semakin meningkat pula budaya gengsi dikalangan masyarakat. Misalnya,
budaya Bakutulung (gotong royong), bahkan yang telah terjadi di lapangan masyarakat
sudah beralih menggunakan jasa Tukang atau sewa tukang, mengapa hal itu bisa terjadi
karena masyarakat setempat merasa iri atau gengsi antara satu sama yang lain, dan
bahkan mereka tidak mau terlihat rendah di mata masyarakat setempat, ( Wawancara
manusia pada umumnya terdapat rasa malu di dalam diri masing-masing begitupun
60
yang dialami oleh masyarakat desa Waemala, mereka cenderung malu dengan keadaan
mereka yang selalu meminta bantuan dari masyarakat setempat untuk sama-sama
Bakutulung ( gotong royong) dalam membangun rumah warga yang selalu memerlukan
bantuan tenaga secara suka rela. Dengan adanya rasa malu hati tersebut masyarakat
setempat tidak lagi meminta bantuan dari masyarakat untuk saling Bakutulung ( gotong
e. Faktor politik
Politik adalah suatu hal yang wajar dan dapat mempengaruhi masyarakat di
setiap daerah, terutama di desa Waemala, dalam kebudayaan politik pada hakekatnya
dipahami sebagai suatu konsep yang terdiri dari sikap, keyakinan, nilai-nilai dan
ketrampilan yang sedang berlaku bagi seluruh anggota masyarakat, termasuk pola
pertentangan di antara pihak-pihak yang terlibat salah satunya adalah dalam rana
Adapun beberapa dampak negatif yang terjadi di masyarakat desa Waemala sebagai
berikut:
Dampak Positif
Dampak Negatif
masyarakat
kebudayaan. Sejalan dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh penulis
(Gotong Royong )
kondisi menjadi bentuk lainnya yang menimbulkan adanya perbedaan dari kondisi
sebelumnya. Pada penilitian ini pergeseran yang dimaksud merujuk pada bergesernya
nilai budaya Bakutulung ( gotong royong ) khususnya yang dialami oleh masyarakat
desa Waemala.
sesuatu yang sangat berharga yang telah diberikan warisan dari para leluhur untuk
menjaga serta menjalankan budaya tersebut, namun mereka tidak bisa menjaga dan
silahturahmi, sosialisasi, rela berkorban serta rasa kebersamaan pun mulai menghilang
sedikit demi sedikit dari dalam diri masyarakat itu sendiri, tentu sangat disayangkan
bila kebudayaan luhur warisan nenek moyang kita itu kikis ditelan zaman”,
kembali seperti dulu kala yang dimana masyarakat masi merasakan rasa kebersmaan,
tanggal 17 Ferbuari 2019 ). Selain itu manfaat dari budaya Bakutulung ( gotong
3. Menjalin dan membina hubungan sosial yang baik dan harmonis antar warga
masyarakat
tidak bisa dipisahkan. Sama halnya seperti yang terjadi pada masyarakat desa Waemala,
bahwa sejalan dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh penulis
63
mengungkapkan perubahan yang terjadi pada tradisi dapat dilihat dari beberapa hal
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
royong ) di desa Waemala Kecamatan Leksula, Kabupaten Buru Selatan maka dapat
sekarang semua telah berubah menjadi pola pikir yang penuh perhitungan
64
berikut:
a. Faktor globalisasi
b. Berkurangnya penduduk
c. Faktor gengsi
e. Faktor politik
berharga yang telah diberikan warisan dari para leluhur untuk menjaga serta
hubugan silahturahmi serta rasa kebersamaan pun mulai menghilang dari dalam
B. Saran
tulisan ini yang lebih mendalam, dengan semua aspek yang belum sempat
2. Penulisan ini akan memberikan wawasan kepada generasi muda saat ini maupun
3. Ada tiga pihak yang penulis soroti yang berperan aktif dalam upaya lebih dalam
pemuda, Tokoh Adat dan Tokoh Masyarakat. Pihak pemerintah desa senantiasa
generasi muda yang merupakan generasi penerus, agar tetap menjaga nilai
Bakutulung ( gotong royong ) yang masih ada disekitar mereka. Pihak pemuda
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi Abu, dkk 1997 Ilmu Sosial Budaya Dasar.Jakarta : PT RINEKA Anggota
IKAPI.
Akbar Setiady Purnomo dan Usman Husaini. 2003.Metodologi Penelitian Sosial.
Jakarta: PT Bumi Aksara.
Abdillah. 2011. Gotong Royong Cermin Budaya Bangsa Dalam Arus Globalisasi.
Yogyakarta: Kanisius.
Berry David 2013 Pokok-Pokok Pikiran Dalam Sosiologi Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada.
Bintarto. (1980). Gotong Royong; Suatu Karakteristik Bangsa Indonesia, Surabaya: PT.
Bina Ilmu.
Hadari Martini dan Nawawi Hadari. 1995. Instrumen Penelitian Bidang Sosial.
Yogyakarta: Gadjah Mada.
Hartini dan G. Kartasapoetra. 2004. Kamus Sosiologi dan Kependudukan. Jakarta:
Bumi Aksara.
Hadjar, Ibnu. (1996). Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta: CV
Lantabora.
Persada.
Sumaatmadja, Nursid. (2000). Manusia Dalam Konteks Sosial Budaya dan Lingkungan
Hidup. Bandung: Alfabeta.
Soelaeman, Muhammad M. (1995). Ilmu Sosial Dasar dan Konsep Ilmu Sosial.
Bandung: PT Eresco.
Sri Rahayu. (2014). Perubahan Sosial Masyarakat Lokal. Yogyakarta: Ar_Ruzz Media.
Sudrajad. 2004. Nilai-Nilai Budaya Gotong Royong Etnik Betawi Sebagai Sumber
Pelajaran IPS. Jakarta: Universitas Pendidikan Indonesia.
PEDOMAN WAWANCARA
A. Identitas Informan
1. Nama : ……………………
2. Usia : …………………….
B. Petunjuk
68
berikut ini :
C. Pertanyaan
(Gotong royong)?
6. Apa dampak positif dan negatif setelah terjadi pergeseran nilai budaya
DAFTAR INFORMAN
JENIS
NO NAMA UMUR KELAMIN JABATAN