Anda di halaman 1dari 20

PERAN PEMERINTAH TERHADAP PENGENTASAN KEMISKINAN DI

KOTA SURABAYA
(Studi Kasus : kota Surabaya, Jawa Timur)

Makalah
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Seminar Ekonomi Publik yang dibina oleh Bapak Moh. Khusaini, SE., M.Si., MA., Dr

Oleh :
Tia
Mahendra
Danang
Fais
Laventine

UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
ILMU EKONOMI
2014
PERAN DAN FUNGSI PEMERINTAH DALAM PEREKONOMIAN

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kita berbagai macam
nikmat, sehingga aktifitas hidup yang kita jalani ini akan selalu membawa
keberkahan, baik kehidupan di alam dunia ini, lebih-lebih  lagi pada kehidupan
akhirat kelak, sehingga semua cita-cita serta harapan yang ingin kita capai
menjadi lebih mudah dan penuh manfaat.

Terima kasih sebelum dan sesudahnya kami ucapkan kepada  Dosen serta teman-
teman sekalian yang telah membantu, baik bantuan berupa moriil maupun materil,
sehingga makalah ini terselesaikan  dalam waktu yang telah ditentukan.

Kami menyadari sekali, didalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan serta banyak kekurangan-kekurangnya, baik dari segi tata bahasa
maupun dalam hal pengkonsolidasian  kepada dosen serta teman-teman sekalian,
yang kadangkala hanya  menturuti egoisme pribadi, untuk itu besar harapan kami
jika ada kritik dan saran  yang membangun untuk lebih menyempurnakan
makalah-makalah kami dilain waktu.

Harapan yang paling besar dari penyusunan makalah ini ialah, mudah-mudahan
apa yang kami susun ini penuh manfaat, baik untuk pribadi, teman-teman, serta
orang lain yang ingin mengambil atau menyempurnakan lagi atau mengambil
hikmah dari judul ini (PERAN PEMERINTAH TERHADAP
PENGENTASAN KEMISKINAN DI KOTA SURABAYA ) sebagai tambahan
dalam menambah referensi yang telah ada.

Malang, 19 September 2014

i
PERAN DAN FUNGSI PEMERINTAH DALAM PEREKONOMIAN

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .............................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1
1.1. Latar Belakang...........................................................................................
1.2. Rumusan Masalah......................................................................................
1.3. Tujuan dan Manfaat kegiatan....................................................................
1.3.1 Tujuan kegiatan..............................................................................
1.3.2 Manfaat kegiatan............................................................................
1.4. Metode studi lapang...................................................................................
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................
2.1. Landasan Teori..........................................................................................
2.1.1. Identifikasi sektor publik.................................................................
2.1.2. Free Rider Problem.........................................................................
2.1.3. Fungsi Pemerintah dalam Perekonomian........................................
2.1.4. Fungsi Perpajakan dalam Perekonomian........................................
2.1.5. Penelitian Terdahulu.......................................................................
2.2. Pemerintah dalam Mengelola Sektor Publik.............................................
2.3. Peran Pemerintah dalam Mengelola Pajak................................................
2.4. Faktor Penyebab adanya Free Rider..........................................................
2.5. Cara Mengatasi Kasus Free Rider.............................................................
BAB III PENUTUP..................................................................................................
Kesimpulan...........................................................................................................
Saran......................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

ii
PERAN DAN FUNGSI PEMERINTAH DALAM PEREKONOMIAN

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Barang publik merupakan barang yang pemakaiannya dapat dikonsumsi
oleh lebih dari satu orang. Hal ini berbeda dengan karakteristik barang privat yang
dalam proses pengonsumsiannya ada unsur rivalitas karena barang privat dapat
dimiliki secara pribadi. Karena barang publik ini dimiliki bersama maka untuk
pengadaannya juga membutuhkan konsensus untuk pembiayaannya. Jika barang
publik yang dimaksud masih dalam skala kecil seperti toilet umum, pos kamling
dan sebagainya maka biaya yang dibutuhkan relativ kecil. Lalu bagaimana jika
barang publik yang dibutuhkan berskala luas seperti pertahanan dan keamanan
siapa yang akan membayar untuk itu. Disinilah peran pemeirntah sebagai
penyelenggara negara yang bertugas untuk menyediakan barang publik yang
dibutuhkan oleh orang banyak. Pemeirntah berkewajiban untuk mewujudakn
tersedianya barang publik karena ekonomi pasar yang dulu diperkenalkan Adam
Smith dianggap gagal untuk menyediakannya. Pemerintah mendapatkan sumber
pembiayaan untuk mendanai pengadaan barang publik tersebut melalui beberapa
sumber seperti pajak, pendapatan negara bukan Pajak (PNBP), hibah seta dengan
melakukan pinjaman baik dari dalam maupun luar negeri. Jika dulu PNBP dari
sektor migas menjadi andalan penerimaan negara maka sekarang ini pajak yang
menjadi andalan sumber penerimaan negara karena prosentase dari seluruh
penerimaan negara hampir 70%.
Para ekonom menggunakan istilah barang publik untuk merujuk pada
sejumlah karakteristik yang berbeda yang dapat menyebabkan kesalahan alokasi
sumber daya. Sebagian besar umumnya, istilah barang-barang publik hanya
digunakan untuk menggambarkan barang yang diproduksi di sektor publik.
Dengan demikian, sebagai contoh jalan raya dan pertahanan nasional adalah
barang publik karena pemerintah yang memproduksi mereka. Jika istilah ini
digunakan secara umum, maka akan timbul pertanyaan mengapa beberapa barang
seperti contoh tersebut (jalan raya, pertahanan nasional, dll) cenderung diproduksi
oleh pemerintah sementara barang yang lain cenderung diproduksi di pasar
swasta.

SEMINAR EKONOMI PUBLIK 1


PERAN DAN FUNGSI PEMERINTAH DALAM PEREKONOMIAN

Barang publik adalah unik dan menarik karena hampir tidak mungkin
untuk mengalokasikan barang publik murni melalui mekanisme pasar. Adam
Smith, pendiri ekonomi klasik yang pertama kali mengembangkan argumen yang
mendukung pasar bebas, berpendapat untuk penyediaan barang publik dilakukan
oleh pemerintah bukan dari pasar. Smith juga menyatakan bahwa fungsi utama
pemerintah adalah untuk menyediakan dua macam barang publik yakni
pertahanan nasional dan sistem hukum, dan Ia juga menyarankan bahwa keduanya
harus dibayar dari perbendaharaan publik, (Smith, (1776) 1991, hal. 471)

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, terdapat permasalahan penting yang
diangkat dalam penelitian ini, yaitu:
1. Bagaimana peran pemerintah dalam mengelola sektor publik ?
2. Bagaimana peran pemerintah dalam mengelola pajak menjadi
anggaran untuk menyediakan barang-barang publik?
3. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi adanya free rider di bidang
perpajakan?
4. Bagaimana peran pemerintah dalam menangani kasus free rider
perpajakan di Indonesia?

1.3. Tujuan Kegiatan


Dari latar belakang di atas maka tulisan ini bertujuan untuk:
1. Menganalisis peran pemerintah dalam menentukan kebijakan sektor publik
2. Menganalisis peran pajak dalam pembangunan dan dampaknya bagi
perekonomian
3. menganalisis dampak dari adanya free rider dalam perpajakan
4. menganalisis peran pemerintah dalam menangani kasus free rider

1.4. Manfaat Penelitian


Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi:
1. Manfaat Bagi Praktisi

SEMINAR EKONOMI PUBLIK 2


PERAN DAN FUNGSI PEMERINTAH DALAM PEREKONOMIAN

Melalui penelitian ini, diharapkan dapat menunjukkan bagaimana


peran pemerintah dalam menentukan kebijakan sektor publik, dimana hasil
dari kebijakan tersebut dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan
dalam pembuatan kebijakan sektor publik selanjutnya.
2. Manfaat Bagi Akademisi
Melalui penelitian ini, diharapkan berguna untuk menambah
pengetahuan dan sebagai tambahan informasi, serta bahan acuan untuk
perbandingan penelitian yang serupa.

SEMINAR EKONOMI PUBLIK 3


PERAN DAN FUNGSI PEMERINTAH DALAM PEREKONOMIAN

BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Landasan Teori
2.1.1. Identifikasi sektor publik
Kata Publik berasal dari bahasa Latin publicus yang artinya “dewasa”,
dalam konteks ekonomi adalah penyampaian gagasan yang berkaitan dengan
masyarakat (Webster, 1942, halaman 2005). Dalam bahasa Inggris “publik”
berarti milik warga, bangsa, atau masyarakat luas yang dipertahankan atau
digunakan oleh orang atau masyarakat secara keseluruhan. (Webster, 1995,
halaman 895). Jadi yang dimaksud dengan sektor publik adalah segala sesuatu
yang berhubungan dengan kepentingan umum dan penyediaan barang atau jasa
kepada publik yang dibiayai dengan pajak atau pendapatan negara yang lain yang
diatur melalui hukum. Dalam mengklasifikasi barang publik, kita dapat
menggunakan gambar dengan sumbu horizontal berupa tingkat excludability
dan sumbu verikal berupa tingkat rivalry, sebagai berikut.

Secara umum, suatu barang publik mempunyai sifat-sifat berikut:


1. Konsumsi atas barang publik oleh seseorang tidak mempengaruhi
penawaran barang publik tersebut untuk dikonsumsi oleh orang lain,
atau suatu barang dapat dikonsumsi oleh beberapa orang secara bersama-
sama. Sifat barang publik seperti ini disebut non rival consumption.

SEMINAR EKONOMI PUBLIK 4


PERAN DAN FUNGSI PEMERINTAH DALAM PEREKONOMIAN

2. Walaupun penyedia barang menginginkan, setiap anggota masyarakat


tidak dapat dibatasi/dilarang untuk mengkonsumsi barang publik atau
kegiatan pembatasan tersebut sangat sulit untuk dilakukan. Sifat
barang publik seperti ini disebut non exclusion.
3. Walaupun setiap orang mengkonsumsi jumlah yang sama atas barang
publik, tidak ada persyaratan bahwa konsumsi ini dinilai atau
dihargai oleh semua orang.
Karakteristik barang publik seperti diatas tidaklah absolut, tetapi
tergantung pada kondisi pasar dan teknologi. Suatu komoditas dapat saja
memenuhi satu kriteria dari barang publik, tapi mungkin tidak memenuhi
kriteria yang lain. Beberapa barang tertentu yang secara konvensional tidak
dipandang sebagai komoditas pribadi dapat saja mempunyai karakteristik
sebagai barang publik.
Sifat lain dari barang publik yang lain adalah bahwa barang publik
tidak disediakan secara eksklusif oleh pihak swasta. Penyediaan barang
publik yang dilakukan oleh pemerintah tidak berarti bahwa produksinya
harus dilakukan oleh sektor publik, tapi mungkin disediakan oleh swasta
kemudian pemerintah melakukan pembelian atas barang tersebut.

2.1.2. Free Rider Problem


Seorang Free Rider, di bidang ekonomi, mengacu pada seseorang yang
menikmati manfaat dari sumber daya, barang, atau jasa tanpa membayar untuk
biaya manfaat. Istilah "Free Rider" pertama kali digunakan dalam teori ekonomi
barang publik, tetapi konsep serupa telah diterapkan untuk konteks lain, termasuk
perundingan bersama, hukum antitrust, psikologi dan ilmu politik. Free Rider
dapat dianggap sebagai masalah pengendara bebas ketika itu mengarah ke bawah
penyediaan barang atau jasa, atau ketika itu mengarah terlalu sering menggunakan
atau degradasi sumber daya milik umum.(Baumol,1952)
Meskipun istilah berasal dari teori ekonomi, konsep serupa telah dikutip
dalam ilmu politik, psikologi sosial, dan disiplin ilmu lainnya. Beberapa individu
dalam tim atau komunitas dapat mengurangi kontribusi atau kinerja mereka jika
mereka percaya bahwa satu atau lebih anggota kelompok dapat bebas naik.

SEMINAR EKONOMI PUBLIK 5


PERAN DAN FUNGSI PEMERINTAH DALAM PEREKONOMIAN

Sebuah sistem yang mensyaratkan kontribusi secara sukarela untuk


penyediaan dan pembiayaan barang publik dapat berjalan apabila komunitas
publik terdiri hanya beberapa individu. Dalam kelompok kecil, masing-
masing orang kenal satu sama lain dan apabila mempunyai gagasan
penyediaan suatu barang akan mudah mencapai kompromi, karena setiap anggota
kelompok dengan mudah dapat mengidentifikasi manfaat barang tersebut.
Sebagai contoh, sekelompok orang yang menghuni sebuah apartemen yang
mewah mempunyai kepentingan yang sama dalam memperbaiki jalan akses atau
mengadakan proteksi keamanan, akan secara mudah mencapai kompromi
untuk menyediakan barang publik tersebut dengan mendanai secara bersama-
sama. Selain proses mencapai kesepakatannya tidak rumit, ada keterikatan
moral antar mereka. Tetapi, jika jumlah orang yang terlibat dalam proses
pengambilan keputusan bertambah dan informasi tentang selera dan
kemampuan ekonomi kurang, sepertinya akan sulit menggambarkan preferensi
kelompok tersebut, karena tidak seorang pun dalam kelompok besar tersebut
secara akurat memperoleh informasi tentang manfaat nyata pengadaan barang
publik.
Di satu pihak, seseorang akan secara sukarela memberikan kontribusi
untuk penyediaan barang publik tersebut, namun di lain pihak, akan terdapat
orang-orang yang enggan memberikan kontribusi biaya. Mereka mengetahui
secara persis bahwa barang publik yang akan dibeli atau diadakan tidak
mungkin hanya dapat dinikmati oleh orang-orang yang membayar saja. Apabila
kondisi itu terjadi, akan ada orang-orang yang mengambil manfaat barang
publik tanpa memberikan kontribusi apa pun terhadap biaya penyediaan
barang tersebut. Orang ini disebut free rider. Problem muncul jika free rider
berjumlah banyak dan akhirnya penyediaan barang publik, misalnya
perbaikan jalan akses ke apartemen, tidak jadi dilakukan. Semua anggota
kelompok tersebut, pada akhirnya, tidak dapat menikmati kenyamanan
menggunakan jalan.

SEMINAR EKONOMI PUBLIK 6


PERAN DAN FUNGSI PEMERINTAH DALAM PEREKONOMIAN

2.1.3. Fungsi Pemerintah dalam Perekonomian


Semakin kompleksnya kegiatan ekonomi dan semakin tingginya
keterkaitan dengan aspek-aspek kehidupan lainnya, sangat sulit bagi suatu sistem
ekonomi termasuk yang paling liberal sekalipun untuk menolak kehadiran peran
negara atau pemerintah dalam perekonomian.Walaupun mekanisme pasar
merupakan cara yang dikehendaki dalam memproduksi dan mengalokasikan
barang, akan tetapi, mekanisme pasar sering gagal berfungsi. Kegagalan pasar
akan mengurangi hasil ekonomi. Untuk memperbaiki kegagalan tersebut,
seringkali menuntut campur tangan pemerintah untuk menjamin adanya efisiensi,
pemerataan, dan stabilitas ekonomi.
Mengenai peran pemerintah, akan dibahas mengenai perannya baik di
negara maju maupun negara berkembang. Telah diketahui sebelumnya bahwa
kegagalan pasar menyebabkan dibutuhkannya intervensi pemerintah yang
rasional. Pendekatan kegagalan pasar ini menekankan pada teori tentang efisiensi
ekonomi. Menurut sudut pandang neo-klasikal, peran pemerintah adalah
memastikan mekanisme harga berjalan dengan baik dan mengalokasikan sumber-
sumber daya secara efisien. Para ahli ekonomi yang membahas tentang ekonomi
industri adalah Adam Smith dan Nozick. Adam Smith memiliki teori lain yang
bertentangan dengan intervensi pemerintah dalam mengatur pasar. Tetapi dalam
hal lain, Smith mengakui bahwa tidak semua barang dapat disediakan oleh sektor
swasta. Lain lagi halnya dengan Nozick, yang menyatakan bahwa manusia
memiliki hak individual dan mereka juga menyadari bahwa manusia lain pun
memiliki hak yang sama. Setiap manusia harus menghormati hak dari manusia
lain jika ingin haknya dihormati. Namun, ada saja manusia yang kurang bisa
menghargai hak individual tersebut. Oleh karena itu, dibutuhkan sebuah agensi
(negara) untuk menyediakan layanan terhadap perlindungan hak tersebut.
Berdasarkan pernyataan Musgrave (1985:3), “Pengoperasian pada sektor
publik sebagaimana yang telah dikembangkan oleh ahli ekonomi klasik, terlihat
pada konteks tatanan alam yang bergantung ada dan tidaknya campur tangan pada
pasar tersebut”. Pada jangkauan tiga fungsi Musgrave yang merupakan respon
dari kegagalan pasar, yang pada mulanya dirancang untuk menjamin efisiensi
ekonomi, maka dapat didefinisikan pendekatan ini sebagai peran neo-klasikal dari

SEMINAR EKONOMI PUBLIK 7


PERAN DAN FUNGSI PEMERINTAH DALAM PEREKONOMIAN

pemerintah. Dalam bukunya, Musgrave (1959) telah mengidentifikasi 3 (tiga)


jenis fungsi dari pemerintah :
1. Fungsi Alokasi.
Yaitu fungsi penyediaan barang publik atau proses alokasi sumber
daya untuk digunakan sebagai barang pribadi atau barang publik dan
bagaimana komposisi barang publik ditetapkan.
Dilihat dari fungsi alokasi, suatu barang publik – yang berbeda
sifatnya dengan barang pribadi – tidak dapat disediakan melalui
sistem pasar yang melalui transaksi antara konsumen dan produsen
secara individu. Sering, mekanisme pasar berfungsi, namun tidak
efisien. Alasan-alasan adalah seperti diuraikan dibawah ini :
 Akibat kegagalan mekanisme pasar, hubungan antara produsen
dan konsumen yang terjadi dalam mekanisme pasar tidak ada
dan pemerintah lah yang harus bersedia memproduksi barang
publik. Pemerintah harus mengambil tindakan apabila mekanisme
pasar tidak berjalan.
 Akibat kegagalan mekanisme pasar yang lain adalah bahwa
proses politik akan menggantikan mekanisme pasar. Pemerintah
harus menjamin bahwa proses politik dalam pengambilan
keputusan penyediaan barang publik dapat terjadi secara efisien.
Barang pribadi dapat diproduksi dan dijual kepada pembeli
swasta baik oleh swasta maupun oleh perusahaan pemerintah.
Sedangkan, barang publik dengan cara yang sama dapat diproduksi
oleh perusahaan swasta dan dijual kepada pemerintah atau dapat juga
diproduksi secara langsung oleh pemerintah, seperti misalnya
pelayanan yang diberikan oleh pemerintah. Masalah-masalah yang
timbul dalam fungsi alokasi adalah berapa banyak barang publik
yang harus disediakan oleh pemerintah dan jenis maupun kualitas
barang yang perlu disediakan oleh pemerintah.
2. Fungsi Distribusi.
Yaitu fungsi penyesuaian atas distribusi pendapatan dan kekayaan
untuk menjamin pemerataan dan keadilan. Setiap kebijakan yang dibuat

SEMINAR EKONOMI PUBLIK 8


PERAN DAN FUNGSI PEMERINTAH DALAM PEREKONOMIAN

oleh pemerintah, meskipun tidak secara langsung, tetap mempunyai


dampak distribusional. Misalnya, kebijakan mengenai anti trust atau anti
monopoli sebenarnya dirancang untuk mengefisienkan pasar, namun
secara tidak langsung akan mempengaruhi pendapatan modal dan
tenaga kerja pada industri yang terkait dengan kebijakan tersebut.
Selain itu, pendapatan riil dari konsumen yang menggunakan produk
tersebut juga akan ikut terpengaruh. Contoh lain adalah kebijakan
program investasi pemerintah seperti pembangunan jalan yang tujuannya
untuk menyediakan barang publik kepada masyarakat akan
mempengaruhi kesejahteraan berbagai kelompok masyarakat dari segi
ekonomi dan tentunya pola distribusi.
perancangan kebijakan publik seharusnya juga
mempertimbangkan masalah distribusi dengan kriteria yang adil dan
wajar. Hal ini bisa dicapai melalui kebijakan redistribusi yang
ditetapkan melalui proses anggaran. Selanjutnya, hasil dari kebijakan
ini dapat dilihat melalui respon dari setiap pihak yang dirugikan atau
diuntungkan dari proses tersebut. Pada gilirannya, hal ini bisa
mempengaruhi bagian dari pendapatan nasional yang tersedia untuk
redistribusi dan juga bisa menimbulkan biaya yang tentunya harus
dipikul.
3. Fungsi stabilisasi.
Yaitu fungsi yang menggunakan kebijakan anggaran sebagai alat
untuk mempertahankan tingkat kesempatan kerja, stabilitas ekonomi
dan laju pertumbuhan ekonomi, dengan memperhitungkan akibat
kebijakan pada perdagangan dan neraca pembayaran. Salah satu fungsi
stabilisasi dapat dilakukan melalui kebijakan fiskal, kebijakan ini
mempengaruhi secara langsung tingkat permintaan barang dan jasa.
Kebijakan menurunkan pajak dapat dilakukan dalam upaya pemerintah
untuk memperbesar total belanja pemerintah, karena para wajib pajak
akan mempunyai disposible income yang lebih besar sehingga
diharapkan akan membelanjakan jumlah pendapatan yang lebih besar
pula. Sejalan dengan itu, suatu kebijakan menambah pengeluaran

SEMINAR EKONOMI PUBLIK 9


PERAN DAN FUNGSI PEMERINTAH DALAM PEREKONOMIAN

publik jelas merupakan jenis kebijakan yang bersifat ekspansi, karena


akan meningkatkan total permintaan agregat. Kebijakan ini, pada
awalnya, akan menaikkan tingkat permintaan sektor pemerintah dan
kemudian akan diikuti oleh sektor swasta.
Kebijakan fiskal pemerintah suatu negara secara ringkas tercermin
dalam Anggarannya (APBN). Istilah APBN yang dipakai di Indonesia secara
formal mengacu pada anggaran pendapatan dan belanja pemerintah pusat,
tidak termasuk anggaran pendapatan dan pelanja pemerintah daerah dan
perusahaan-perusahaan milik negara. Penyusunan anggaran negara merupakan
rangkaian aktifitas yang melibatkan banyak pihak, termasuk lembaga
legislatif.
Rancangan ini memuat asumsi umum yang mendasari penyusunan
anggaran seperti perkiraan penerimaan, pengeluaran, transfer, defisit/surplus,
dan pembiayaan defisit, dan kebijaksanaan pemerintah. Selain itu juga
dimuat perkiraan terperinci pengeluaran dan penerimaan departemen/lembaga,
dan proyek, data aktual dan proyeksi perekonomian, dan informasi terkait
lainnya.

2.1.4. Fungsi Perpajakan dalam Perekonomian


Pajak merupakan suatu pungutan yang dipaksakan oleh pemerintah untuk
berbagai tujuan, misalnya untuk membiayai penyediaan barang dan jasa publik,
untuk mengatur perekonomian, dapat juga mengatur konsumsi masyarakat.
Karena sifatnya yang dipaksakan tersebut maka pajak akan mempengaruhi
perilaku ekonomi masyarakat atau seseorang. Sedangkan menurut Deutsche RAO,
1919 Pajak merupakan  bantuan uang secara insidental atau secara periodik (tanpa
kontra prestasi ) yang dipungut oleh badan yang bersifat umum (negara) untuk
memperoleh pendapatan ketika terjadi suatu tatbestand (sasaran pemajakan)
karena undang – undang telah menimbulkan utang pajak.
Pajak adalah iuran wajib kepada negara berdasarkan undang-undang untuk
membiayai belanja negara, dan sebagai alat untuk mengatur kesejahteraan serta
perekonomian. Pajak dipungut berdasarkan normanorma hukum. Dalam ekonomi
pajak dapat diartikan sebagai beralihnya sumber daya dari sektor swasta kepada

SEMINAR EKONOMI PUBLIK 10


PERAN DAN FUNGSI PEMERINTAH DALAM PEREKONOMIAN

sektor publik (Soeparman,1964) . Pemahaman ini memberikan gambaran bahwa


adanya pajak menyebabkan dua situasi menjadi berubah. Pertama, berkurangnya
kemampuan individu dalam menguasai sumber daya untuk kepentingan
penguasaan barang dan jasa. Kedua, bertambahnya kemampuan keuangan negara
dalam penyediaan barang dan jasa publik yang merupakan kebutuhan masyarakat.
Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang sangat penting dalam
menopang pembiayaan pembangunan yang bersumber dari dalam negeri. Besar-
kecilnya pajak akan menentukan kapasitas anggaran negara, baik untuk
pembiayaan pembangunan maupun anggaran rutin. Pajak sebagai instrumen fiskal
yang merupakan penerimaan negara kemudian menjadi suatu investasi pemerintah
dan digunakan untuk memenuhi kemakmuran rakyat.Kebijakan perpajakan yang
baik ikut menentukan jalannya perekomian di suatu negara. Dijelaskan bahwa
tarif pajak yang tinggi akan menurunkan investasi yang otomatis menekan
pertumbuhan ekonomi dan berdampak mengecilnya penerimaan pajak. Tarif pajak
yang relatif kecil akan berdampak sebaliknya, investasi melaju, pertumbuhan
ekonomi membaik, dan penerimaan negara membesar. Jadi, jelas setiap kebijakan
perpajakan memiliki dampak ekonomi makro dan aspek sosial lainnya.
Kajian perpajakan yang lebih mendalam dan terperinci meliputi tidak saja
pemahaman aturan perundang-undangan, tetapi juga membuat landasan teori
ekonomi perpajakan. Pentingnya alokasi pembiayaan pengeluaran pemerintah
yang efisien dan distribusi yang adil merata menjadi kajian menarik yang dapat
ditemukan dalam buku ini.
Demikian juga mengenai pentingnya peranan pajak dalam ilmu ekonomi
aspek ekonomi makro. Lebih jauh lagi, dalam era desentralisasi fiskal, posisi
pajak sebagai transfer dana perimbangan memegang peranan sentral dalam
pembangunan dan kesejahteraan daerah.
Berdasarkan jenisnya pajak dapat bagi dari segi perusahaan, diantaranya :
- Pajak Penghasilan Perusahaan
Masalah yang pelik akan timbul dalam pengenaan pajak
penghasilan perusahaan, entah itu berupa pajak laba perseroan
atau pajak persekutuan dan perusahaan perseorangan yang
dikenakan menurut pajak penghasilan perorangan.

SEMINAR EKONOMI PUBLIK 11


PERAN DAN FUNGSI PEMERINTAH DALAM PEREKONOMIAN

Bila akuntansi perusahaan belum begitu maju sehingga belum


bisa mengukur laba dengan cukup akurat, metode lain harus
digunakan. Banyak negara menggunakan taksiran dan bukan
pendekatan langsung guna menentukan laba. Caranya adalah
dengan menaksir marjin laba atas penjualan di mana terdapat
marjin yang beragam untuk berbagai industri. Metode ini, yang
digunakan secara luas di negara-negara Asia, yang mana akan
mengubah bentuk pajak laba menjadi semacam pajak penjualan.
Hal ini terjadi karena kewajiban pajak menjadi fungsi dari
penjualan dan marjin tersebut merupakan taksiran dan bukan aktual.
- Pajak tanah
Satu pertanyaan mendasar dalam pajak atas tanah adalah
apakah pajak tersebut harus dikenakan atas nilai tanah, atas
pendapatan aktual, atau atas pendapatan potensial yang bisa
dihasilkan tanah tersebut jika dimanfaatkan secara penuh. Dalam
sistem persaingan sempurna, ketiga dasar tersebut akan bisa
saling dipertukarkan karena nilai tanah akan sama dengan nilai
pendapatannya yang dikapitalisasi, dan pendapatan aktual akan
sama dengan pendapatan potensial. Dalam kenyataan, tidak
demikian halnya. Tanah sering kali tidak dimanfatkan secara penuh
dan ditahan untuk tujuan spekulatif atau ditahan sesuai dengan adat
setempat. Pasar atas tanah mungkin tidak tersedia dan nilai
jualnya saat ini tidak bisa diperoleh. Dengan demikian, ketiga dasar
tersebut akan memberikan nilai yang sangat berbeda. Pajak
penghasilan jarang diterapkan secara efektif ke sektor pertanian
sehingga pendapatan dari tanah sering kali merupakan gabungan dari
pajak penghasilan dan pajak atas tanah, yang meliputi tidak
hanya penyewaan atas tanah tersebut tetapi juga peningkatan nilai atas
tanah.
- Pajak Kekayaan
Disamping penerimaan dari tanah, penarikan pajak atas real
estate dan pertokoan juga menjadi dasar pengenaan pajak yang

SEMINAR EKONOMI PUBLIK 12


PERAN DAN FUNGSI PEMERINTAH DALAM PEREKONOMIAN

penting, khususnya selama berlangsungnya urbanisasi. Ada baiknya


jika hal tersebut di atas dikenakan pajak progresif atas tempat
hunian, yang mengabungkan pajak atas sejumlah rumah dalam
satu dasar pengenaan pajak guna melengkapi sistem penarikan
pajak komoditas atas konsumsi barang-barang mewah di samping
terhadap perumahan. Di luar semua ini, pajak kekayaan atas harta
benda bersih jarang ditemukan dalam struktur perpajakan di Negara
sedang berkembang. Meskipun pajak semacam ini pada akhirnya
akan lebih kecil dari pada pajak bumi dan bangunan, karena
banyaknya harta tak berwujud yang tidak termasuk dalam dasar
pengenaan pajak, namun jenis pajak ini penting guna melengkapi pajak
penghasilan.
- Pajak dan Bea atas Komoditas
Pengenaan pajak komoditas harus ditentukan berdasarkan kelayakan
administratif sehingga tergantung pada struktur perekonomian negara tertentu.
Dengan pajak yang dikenakan secara berjenjang seperti halnya pajak
pertambahan nilai, penerimaan pemerintah yang hilang tidak akan besar
meskipun tingkat pengecer tidak terjangkau. Jadi bukan merupakan
kehilangan total seperti pada pajak penjualan eceran. Penggunaan metode
faktur mungkin akan membuat para wajib pajak lebih taat. Di pihak lain,
pengenaan pajak produk dengan tarif yang berbedabeda cenderung lebih sukar
jika diterapkan dengan pendekatan nilai tambah. Jika suatu produk dengan
nilai kena pajak yang sangat besar dihasilkan pada perusahaan yang relatif
besar, maka pengenaan cukai atas produsen akan merupakan pendekatan
yang paling sederhana dan gamblang. Kombinasi dari berbagai metode bisa
diterapkan, tergantung mana yang paling jitu dalam keadaan tertentu.

2.1.5. Penelitian Terdahulu


Penelitian terdahulu merupakan hasil penelitian-penelitian yang telah
dilakukan sebelumnya yang berhubungan dengan penelitian yang akan dilakukan
mengenai free rider dalam perpajakan. Penelitian-penelitiannya terangkum dalam
tabel 2.1, adalah sebagai berikut:

SEMINAR EKONOMI PUBLIK 13


PERAN DAN FUNGSI PEMERINTAH DALAM PEREKONOMIAN

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No Judul dan Penulis Metode Penelitian dan Hasil Penelitian


Alat Analisis
1. Analisis Intervensi Penelitian ini Hasil penelitian ini
Pemerintah dalam menggunakan studi menunjukkan bahwa
Penyediaan Public literature atau merujuk aspek kebijakan
Goods dan Pengaturan pada penelitian penyediaan barang
Private Goods. terdahulu yang sudah publik yang di
Bhisma Murti (2003) ada. rumuskan oleh
Yang mana pada pemerintah telah
literature memuat mengarah pada
mengenai teori efisiensi penyediaan
penyediaan barang barang publik tersebut.
publik, sifat barang
privat serta interventi
pemerintah terhadap
pengadaan barang
publik.

2. Maksimasi, FREE Penelitian ini Hasil penelitian


RIDER, dan kegagalan menggunakan studi didapatkan bahwa kita
implementasi kebijakan literature atau merujuk dapat mengetahui
Mubasysyir Hasanbasri pada penelitian faktor faktor yang
(2012) terdahulu yang sudah dapat mempengaruhi
da, kemudian pada munculnya free rider
penelitian ini juga dalam pengadaan
mengacu pada buku- barang publik.
buku para penulis Selain itu, ketika para
mengenai kebijakan free rider jumlah nya
publik. bertambah banyak
Yang mana pada maka beban atas
literature memuat penggunaan
mengenai teori penyediaan barang

SEMINAR EKONOMI PUBLIK 14


PERAN DAN FUNGSI PEMERINTAH DALAM PEREKONOMIAN

penyediaan barang publik tersebut akan


publik, sifat barang ditanggung oleh wajib
privat serta interventi pajak lain.
pemerintah terhadap Yang mana hal ini
pengadaan barang sangat merugikan bagi
publik. wajib pajak, namun di
sisi lain hal ini juga
dapat membantu rakyat
miskin.
Hal seperti ini dapat
disebut sebagai excess
burden

2.2. Pemerintah dalam Mengelola Sektor Publik


2.3. Peran Pemerintah dalam Mengelola Pajak
2.4. Faktor Penyebab adanya Free Rider
Seorang Free Rider, di bidang ekonomi, mengacu pada seseorang yang
menikmati manfaat dari sumber daya, barang, atau jasa tanpa membayar untuk
biaya manfaat. Istilah "Free Rider" pertama kali digunakan dalam teori ekonomi
barang publik, tetapi konsep serupa telah diterapkan untuk konteks lain, termasuk
perundingan bersama, hukum antitrust, psikologi dan ilmu politik. Free Rider
dapat dianggap sebagai masalah pengendara bebas ketika itu mengarah ke bawah
penyediaan barang atau jasa, atau ketika itu mengarah terlalu sering menggunakan
atau degradasi sumber daya milik umum.
Dalam hal ini sebenarmya yang menjadi penyebab adanya Free Rider
Problem adalah sifat dari barang publik itu sendiri yang mana kita ketahui bahwa
sifat dari barang publik adalah non Rivalry dan non Excludable. Sehingga Free
Rider adalah mereka yang ikut menikmati barang publik tanpa mengeluarkan
kontribusi tertentu sementara sebenarnya ada pihak lain yabg berkontribusi untuk
mengadakan barang publik tersebut.
Jadi, dalam hal ini dengan sifat barang publik yang tidak ada persaingan dan
tidak ada pengecualian dalam mendapatkan atau penggunaan barang publik inilah,

SEMINAR EKONOMI PUBLIK 15


PERAN DAN FUNGSI PEMERINTAH DALAM PEREKONOMIAN

yang membuat sebagian orang yang disebut “Free Rider” akan bertindak secara
bebas dalam menggunakan barang atau fasilitas publik. Dengan penggunaan yang
secara bebas ini pula, para free rider ini juga tidak perduli akan biaya untuk
pengadaan barang publik ini.
Selain itu, adanya free rider ini disebabkan karena kesalahan dari pasar yang
sulit untuk mengkalkulasi cost dan benefit barang publik yang di produksi.
Dengan kata lain tidak ada intensif untuk memproduksi barang publik secara
sukarela. Dalam ilmu ekonomi, free rider inilah yang kemudian akan
menyebabkan terjadinya inefisiensi pasar

2.5. Cara Mengatasi Kasus Free Rider

BAB III
PENUTUP
6.1 Kesimpulan

SEMINAR EKONOMI PUBLIK 16


PERAN DAN FUNGSI PEMERINTAH DALAM PEREKONOMIAN

DAFTAR PUSTAKA
 http://id.wikipedia.org/wiki/Kemiskinan_indonesia
 http://ichafr7.blogspot.com/2013/06/peran-dan-fungsi-pemerintah-di-
bidang.html
 http://www.hupelita.com/baca.php?id=81975
 http://www.galeripustaka.com/2013/03/masyarakat-sebagai-pelaku-
ekonomi.html
 http://scientistofsocial.blogspot.com/2011/09/peran-pihak-swasta-
bums-dalam.html
 Hyman, N David. Economics.

 Musgrave, R. A. 1959. The Theory of Public Finance. New York:


McGraw-Hill.
 Hindriks, Jean and Myles, D Gareth. 2004. Intermediate Public
Economics.

Anda mungkin juga menyukai