Siswa dalam kelas akselerasi, unggulan, dan reguler akan mendapatkan program-
program pembelajaran yang berbeda. Model kelas dan latar belakang siswa yang
berbeda akan menghasilkan perbedaan pencapaian aspek akademik maupun aspek
psikologis. Harga diri berperan penting dalam perilaku kehidupan sehari-hari dan
akan mempengaruhi kinerja individu (Walgito, 1991). Harga diri adalah penilaian
individu terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisa seberapa jauh perilaku
memenuhi ideal diri. Harga diri menggambarkan sejauh mana individu menilai diri
sebagai orang yang memiliki kemampuan, keberartian, berharga, dan kompeten
(Stuart & Sundeen, 1991).
Kelas akselerasi adalah kelas yang menampung siswa yang memiliki potensi
kecerdasan dan bakat sesuai dengan kriteria yang ditetapkan berdasarkan aspek
persyaratan sebagai berikut (sesuai dengan draft final pedoman Penyelenggaraan
Percepatan Belajar, 2003): 1) informasi data objektif (Akademis, tes kemampuan
akademi dan rapor dengan nilai sekurang-kurangnya 8,0 dan tes kecerdasan
intelektual, IQ > 125 yang ditunjang kreativitas dan keterikatan tugas dalam kategori
di atas rata-rata); 2) informasi data subjektif; 3) kesehatan fisik (surat keterangan
sehat dari dokter); 4) kesesuaian calon siswa percepatan dan persetujuan orangtua.
Akselerasi dari asal kata bahasa Inggris acceleration yang berarti percepatan. Dalam
program percepatan belajar SD, SMP, SMU yang dicanangkan oleh Pemerintah tahun
2000, akselerasi didefinisikan sebagai salah satu bentuk pelayanan pendidikan yang
diberikan bagi siswa yang memiliki kecerdasan dan kemampuan luar biasa untuk
dapat menyelesaikan pendidikan lebih awal dari waktu yang ditentukan (Departemen
Pendidikan Nasional, dalam Hawadi, 2004). Program percepatan belajar atau yang
lebih dikenal dengan akselerasi yang diadakan di Indonesia saat ini masih terbatas
pada tipe telescoping curriculum, yaitu siswa menggunakan waktu yang kurang dari
biasanya untuk menyelesaikan studi. Secara umum penyelenggaraan program
akselerasi ini memiliki beberapa tujuan, antara lain memberikan pelayanan terhadap
peserta didik yang memiliki karakteristik khusus dari aspek kognitif dan afektif,
memenuhi hak asasi peserta didik sesuai dengan kebutuhan pendidikan dirinya,
memenuhi minat intelektual dan perspektif masa depan peserta didik serta
menyiapkan peserta didik menjadi pemimpin masa depan (Hawadi, 2004).
Kelas unggulan merupakan kelas yang menampung siswa yang unggul dan
berkualitas. Kelas unggulan merupakan sebutan kelas yang berkaitan dengan siswa yang
mempunyai prestasi akademik baik, nilai rapor tinggi, dan lulus tes yang diselenggarakan
sekolah penyelenggara. Kelas reguler merupakan kelas yang mempunyai siswa dengan
kemampuan heterogen dari nilai rapor tinggi hingga rendah pada batasan yang sudah
ditentukan sekolah penyelenggara.
Kelas akselerasi dan kelas unggulan dianggap sebagai kelas yang sudah dapat
memenuhi segala kebutuhan siswa berbakat dan berprestasi. Siswa akselerasi dan
unggulan harus memenuhi kriteria bebas problem emosional dan sosial yang ditunjukkan
dengan adanya persistensi dan motivasi dalam derajat yang tinggi. Siswa kelas akselerasi
dan kelas unggulan dianggap sebagai siswa berbakat yang mempunyai tingkat inteligensi
yang tinggi, yang secara langsung dianggap pula mempunyai harga diri tinggi, kecerdasan
emosional yang baik, dan tingkat kreativitas yang tinggi. Permasalahan yang terjadi pada
kelas akselerasi adalah suasana kelas yang lebih menuntut pada kemampuan berpikir
konvergen (pengembangan dalam bidang akademik) daripada berpikir divergen dan
kreatif. Remaja merasa tidak nyaman karena susana belajar yang tegang, membuat
menjadi tertekan dan frustasi terhadap tuntutan yang ada, ditambah dengan persaingan
(kompetisi) yang ketat antar remaja dibanding kelas reguler. Lingkungan mempengaruhi
harga diri, keativitas, dan kecerdasan emosional remaja diantaranya lingkungan keluarga
(orangtua), teman sebaya dan lingkungan sekolah. Model pembentukan kelas yang
berbeda akan sangat mempengaruhi perkembangan siswa.
Kelebihan
Kekurangan
Ada beberapa kekurangan dari kelas akselerasi yang pertama adalah kekurangan
pada bidang akademis, bahan ajar yang diberikan pada kelas akselerasi bisa saja
sangat jauh dan cepat sehingga siswa belum bisa beradaptasi dalam hal yang baru, ini
mengakibatkan siswa malah jadi biasa-biasa saja atau bahkan mengalami kegagalan.
Siswa akselerasi dituntut untuk memutuskan karirnya lebih cepat, sedangkan pada
perkembangann usianya saat itu belum dibekali kemampuan untuk mengambil
keputusan. Pengetahuan siswa akselerasi dikembangkan dengan cepat tetapi belum
pada waktunya karena dia belum memiliki pengalaman yang cukup. Tuntutan
program akselerasi sangat besar sehingga kemampuan kreativitas berfikir divergen
kurang mendapat perhatian. Kedua tentang penyesuaian diri sosial , siswa akselerasi
didorong prestasinya secara akademis dalam hal ini mengurangi waktunya untuk
melakukan aktivitas yang lain, kehilangan aktivitas dalam masa-masa hubungan
sosial.
Peluang
Tantangan
Simpulan
Rujukan
Hawadi, R.A. (2004). Akselerasi A-Z, Informasi Program Percepatan Belajar dan
Anak Berbakat Intelektual. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Stuart & Sundeen. (1991). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: ECG.