Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH KOMUNIKASI & ETIKA KEPERAWATAN

“Aspek Legal dalam Kridensial Perawat”


Dosen Pengampu : Novi Indah Aderita. S.Kep.,Ns MPH

Disusun Oleh :
Nama : Lucky Herta Vio Handaru
NIM : 19121101
Prodi : DIII Keperawatan/ Semester 2

POLTEKKES BHAKTI MULIA


PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
TAHUN AKADEMIK 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Aspek Legal dalam
Kridensial Perawat ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada
mata kuliah Etika dan Komunikasi Keperawatan . Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang Aspek Legal dalam Kridensial Perawat bagi para pembaca
dan juga bagi penulis.Saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi pengetahuannya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.
BAB

PEMBAHASAN

A. Definisi Aspek Legal Dalam Keperawatan

Aspek legal keperawatan adalah aspek peraturan perawatan dalam memberikan asuhan
keperawatan sesuai lingkup wewenang dan tanggung jawabnya pada berbagai tatanan
pelayanan, termasuk hak dan kewajibannya yang di atur dalam undang undang
keperawatan.
Keperawatan adalah bentuk pelayanan profesional  yang merupakan bagian integral
dari pelayanan kesehatan, di dasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan di tujukan pada
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat baik sehat maupun sakit yang mencakup
seluruh proses kehidupan manusia.
Perawat sebagai profesi  dan bagian integral dari pelayanan kesehatan tidak saja
membutuhkan kesabaran. Kemampuannya untuk ikut mengatasi masalah masalah
kesehatan tentu harus juga bisa di andalkan.
Untuk mewujudkan keperawatan sebagai profesi yang utuh, ada beberapa syarat yang
harus di penuhi. Setiap perawat harus mempunyai “body of knowledge” yang spesifik,
memberikan pelayanan kepada masyarakat melalui praktek keprofesian yang di dasari
motivasi altruistik, mempunyai standar kompetensi  dan kode etik profesi. Para praktisi di
persiapkan melalui pendidikan khusus pada jenjang pendidikan tinggi.
INTERNATIONAL COUNCIL of NURSES (ICN) mengeluarkan kerangka kerja
kompetensi bagi perawat yang mencakup tiga bidang, yaitu bidang professional,  Ethical
and legal practice, bidang care provision and management dan bidang Management
Development. “setiap profesi pada dasarnya memiliki tiga syarat utama yaitu kompetensi
yang di peroleh melalui pelatihan yang ekstensif , komponen intelektual yang bermakna
dalam melakukan tugasnya, dan memberikan pelayan penting kepada masyarakat”.
Aspek legal profesi keperawatan meliputi kewenangan berkaitan dengan izin
melaksanakan praktek profesi. Kewenangan memiliki 2 aspek yaitu kewenangan material
dan kewenangan formal. Kewenangan seseorang di peroleh sejak seseorang memiliki
kompetensi dan kemudian teregristasi (registered nurse) yang di sebut SURAT IJIN
PERAWAT (SIP).
Aspek legal keperawatan meliputi:
1. Memberikan kerangka untuk menentukan tindakan keperawatan mana yang sesuai
dengan hukum.
2. Membedakan tanggung jawab perawat dengan profesi lain.
3. Membantu menentukan batas-batas kewenangan tindakan keperawatan mandiri.
4. Membantu mempertahankan standar praktek keperawatan dengan meletakkan posisi
perawat memiliki akuntabilitas di bawah hukum.
5. Dalam keadaan darurat mengancam jiwa seseorang, perawat berwenang untuk
melakukan pelayanan kesehatan di luar kewenangan yang di tujukan untuk
penyelamatan jiwa.
6. Perawat menjalankan praktek perorangan harus mencantumkan SIPP di ruang
prakteknya.
7. Perawat yang memiliki SIPP dapat melakukan asuhan dalam bentuk kunjungan
rumah.
8. Persyaratan praktek perorangan sekurang-kurangnya memenuhi:
a. Tempat praktek memenuhi syarat,
b. Memiliki perlengkapan peralatan dan administrasi termasuk formulir atau buku
kunjungan, catatan tindakan, dan formulir rujukan.
Larangan perawat dalam melakukan praktek :
1. Praktek di larang menjalankan praktek selain yang tercantum dalam izin dan
melakukan perbuatan yang bertentangan dengan standar profesi.
2. Bagi perawat yang memberikan pertolongan dalam keadaan darurat atau menjalankan
tugas di daerah terpencil yang tidak ada tenaga kesehatan lain, di kecualikan dari
larangan ini.
3. Kepala dinas atau organisasi profesi dapat memberikan peringatan lisan atau tertulis
kepada perawat yang melakukan pelanggaran.
4. Peringatan tertulis paling banyak dilakukan 3 kali, apabila tidak di indahkan SIK dan
SIPP dapat di cabut.
5. Sebelum SIK dan SIPP di cabut kepala dinas kesehatan terlebih dahulu mendengar
pertimbangan dari MDTK dan MP2EM.
Sanksi seorang perawat, yaitu:
1. Pelanggaran ringan, pencabutan izin selama-lamanya 3 bulan.
2. Pelanggaran sedang, pencabutan izin selama-lamanya 6 bulan.
3. Pelanggaran berat, pencabutan izin selama-lamanya 1 tahun.
4. Penetapan pelanggaran di dasarkan pada motif pelanggaran serta situasi setempat.

B. Definisi Kridensial

Kredensial merupakan bahasa serapan berasal dari bahasa Inggris Credentialingyang


artinya mandat. Kredensial Keperawatan adalah proses untuk menentukan dan
mempertahankan kompetensi Perawat. Sedangkan menurut Peraturan Mentri Kesehatan
(PMK) Nomor 49 Tahun 2013, Kredensial adalah suatu proses menjamin tenaga
keperawatan kompeten dalam memberikan pelayanan keperawatan dan kebidanan kepada
pasien sesuai dengan standar profesi. Menurut Robert Priharjo, dalam buku berjudul
Praktik Keperawatan Profesional (1995) , Proses Kredensial adalah salah satu cara profesi
keperawatan mempertahankan standar praktik dan akuntabilitas persiapan pendidikan
anggotanya.
Kredensial merupakan proses untuk menentukan dan mempertahankan kompetensi
keperawatan. Proses kredensial merupakan salah satu cara profesi keperawatan
mempertahankan standar praktik dan akuntabilitas persiapan pendidikan anggotanya.
Kredensial meliputi pemberian izin praktik (lisensi), registrasi (pendaftaran), pemberian
sertifikat (sertifikasi) dan akreditasi ( Kozier Erb, 1990).

C. Tujuan Kredensial Keperawatan

Dalam Himpunan Peraturan Perundang-undangan bidang Tenaga Kesehatan,


menyebutkan bahwa tugas dari kredensial keperawatan adalah untuk:
1. mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan keperawatan.
2. melindungi masyarakat atas tindakan keperawatan yang dilakukan.
3. menetapkan standar pelayanan keperawatan.
4. menilai boleh tidaknya melaksanakan praktek keperawatan.
5. menilai kesalahan dan kelalaian.
6. melindungi masyarakat dan perawat.
7. memilih dan mempertahankan kompetensi keperawatan.
8. membatasi pertolongan kewenangan dalam melaksanakan praktek keperawatan hanya
bagi yang kompeten.
9. meyakinkan masyarakat bahwa yang melaksanakan praktek memiliki kompetensi
yang diperlukan.

D. Proses Kridensial Dalam Keperawatan

Kredensial adalah proses evaluasi terhadap tenaga keperawatan untuk menentukan


kelayakan pemberian kewenangan klinis. Sedangkan re-kredensial adalah proses re-
evaluasi terhadap tenaga keperawatan yang telah memiliki kewenangan klinis untuk
menentukan kelayakan pemberian kewenangan klinis tersebut. Dengan begitu, kredensial
berbicara tentang lingkup kewenangan yang dimiliki oleh seorang tenaga perawat. Hasil
akhir dari proses kredensial adalah diberikannya surat penugasan klinis oleh direktur
sesuai dengan jenjang klinis perawat tersebut. Salah satu tugas Komite Keperawatan
melalui Subkomite Kredensial adalah melakukan kredensial terhadap seluruh tenaga
keperawatan di rumah sakit.
Ada beberapa hal yang harus ada sebelum melakukan kredensial :
1. Ada team yang selanjutnya disebut sebagai panitia ad hoc yang dibentuk oleh Komite
Keperawatan untuk melakukan kredensial. Panitia adhoc ini terdiri dari tenaga perawat
rumah sakit dan mitra bestari. Mitra bestari bisa berasal dari institusi pendidikan
jejaring rumah sakit, organisasi profesi, kolegium atau perawat di rumah sakit lain.
2. Ada buku putih (white book) yang dijadikan dasar panduan dalam melakukan
kredensial dan rekredensial. Buku putih ini berisi tentang ketentuan dokumen
persyaratan terkait kompetensi seperti ijazah, STR, sertifikat kompetensi, logbook,
surat orientasi di rumah sakit, surat keterangan sehat dll yang diperlukan. Isi utama
dari Buku Putih ini adalah Rincian Kewenangan Klinis.
3. Ada daftar kewenangan klinis yang telah disusun oleh panitia adhoc dan disahkan oleh
direktur rumah sakit.
Proses kredensial menjamin tenaga keperawatan kompeten dalam memberikan
pelayanan keperawatan dan kebidanan kepada pasien sesuai dengan standar profesi.
Proses kredensial mencakup tahapan review, verifikasi dan evaluasi terhadap dokumen-
dokumen yang berhubungan dengan kinerja tenaga keperawatan.
Metode yang digunakan dalam kredensial ditentukan oleh masing-masing instutusi,
dan dituangkan dalam Peraturan Internal Staf Keperawatan (Nursing Staf Bylaws).
Beberapa metode yang dapat digunakan dalam proses kredensial diantaranya adalah
metode portofolio dan assesment kompetensi.
Prosedur Kredensial
1. Perawat / Bidan mengajukan permohonan kepada Ketua Komite Keperawatan untuk
memperoleh kewenangan klinis.
2. Ketua Komite Keperawatan menugaskan kepada Subkomite Kredensial untuk
melakukan proses kredensial.
3. Subkomite Kredensial membentuk panitia adhoc untuk melakukan review, verifikasi
dan  evaluasi dengan metode yang telah disepakati.
4. Subkomite memberikan laporan kepada Ketua Komite Keperawatan hasil kredensial
sebagai bahan rapat menentukan kewenangan klinis.
5. Seluruh proses kredensial dan hasil rapat penentuan kewenangan klinis selanjutnya
dilaporkan secara tertulis oleh subkomite kredensial kepada Ketua Komite
Keperawatan untuk diteruskan kepada direktur dan dijadikan bahan rekomendasi
kepada direktur.
6. Direktur mengeluarkan Penugasan Klinis terhadap perawat/bidan bersangkutan.
Bagi tenaga keperawatan yang sudah lama bekerja, maka tugas subkomite kredensial
adalah melakukan re-kredensial. Re-kredensial dilakukan secara periodik sesuai kebijakan
masing-masing institusi apakah 3 tahun sekali atau 5 tahun sekali. Karena PMK Komite
Keperawatan sudah diundangkan pada Agustus 2013, maka semestinya Subkomite
Kredensial Komite Keperawatan di seluruh rumah sakit di Indonesia saat ini harus sudah
melakukan proses kredensial yang pertama kepada seluruh perawat yang ada di rumah
sakit masing-masing. Karena amanah PMK Komite Keperawatan mengharuskan seluruh
tenaga perawat/bidan harus memiliki Surat Penugasan Klinis yang dikeluarkan oleh
Direktur Rumah Sakit.

E. Tahap Proses Kridensial Keperawatan

Proses Kredensial adalah salah satu cara profesi keperawatan mempertahankan standar
praktik dan akuntabilitas persiapan pendidikan anggotanya. Masih menurut Robert
priharjo ada 4 tahap dalam proses keperawatan yaitu :
1. Izin Praktik Dan Registrasi
Izin praktik keperawatan pada dasarnya bukan merupakan topik baru bagi para
perawat Indonesia. PPNI dalam berbagai kesempatan telah mendiskusikan topik ini.
Para ahli yang antusias dalam mengembangkan kualitas dan praktik keperawatan telah
pula memberikan sumbangan pikiran. Namun, izin praktik keperawatan sampai tulisan
ini dibuat masih tetap merupakan perjuangan keperawatan. Bagi setiap profesi atau
pekerjaan untuk mendapatkan hak izin praktik bagi anggotanya, biasanya harus
memenuhi tiga kriteria :
a. Ada kebutuhan untuk melindungi keamanan atau kesejahteraan masyarakat.
b. Pekerjaan secara jelas merupakan area kerja yang tersendiri dan terpisah.
c. Ada suatu organisasi yang melaksanakan tanggung jawab proses pemberian izin.
(Kozier Erb, 1990).

Izin praktik keperawatan diperlukan oleh profesi dalam upaya meningkatkan dan
menjamin professional anggotanya. Bagi masyarakat izin praktik keperawatan
merupakan perangkat perlindungan bagi mereka untuk mendapat pelayanan dari
perawat professional yang benar-benar mampu dan mendapat pelayanan keperawatan
dengan mutu tinggi. Tidak adanya izin keperawatan menempatkan profesi
keperawatan berasa pada posisi yang sulit untuk menentukan mutu keperawatan.
Kita ketahui bahwa di Indonesia terdapat berbagai jenjang pendidikan
keperawatan dengan standar atau mutu antar institusi pendidikan yang tidak sama.
Secara sederhana dapat dinyatakan bahwa seseorang yang telah lulus dari pendidikan
keperawatan belum tentu cukup menguasai kompetensinya sebagai perawat. Situasi
inilah yang membuat para pemimpin keperawatan cukup prihatin. Pihak pasien tidak
tahu apakah pendidikan perawat atau justru diperburuk oleh kualitas keperawatan
yang diberikan oleh para perawat yang dipersiapkan dengan tidak mantap.
Perkembangan pemberian izin praktik keperawatan cukup bervariasi di setiap Negara.
Di Amerika Serikat misalnya, izin praktik keperawatan diberikan pada perawat
professional mulai pada tahun 1903 tepatnya di Negara bagian North Carolina. Pada
tahun 1923 semua Negara bagian telah mempunyai izin praktik bagi para perawat.
Untuk mendapatkan izin praktik maka seorang lulusan dari pendidikan
professional keperawatan harus mendaftarkan diri pada dewan keperawatan yang ada
di setiap provinsi untuk mengikuti ujian. Di Amerika Dewan ini bernama State Board
of Nursing, atau Board of Registered Nursing, atau Board of Nurse Examinors. Biaya
ujian cukup bervariasi antara US$ 25- 100. Di Kanada, perawat dalam bekerja tidak
melalui proses pemberian izin kecuali di provinsi Quebec. Namun, mereka tercatat
atau didaftar oleh persatuan perawat di masing-masing provinsi dan oleh College of
Nurse of Ontario. Perawat di Amerika juga didaftar sebagai pelengkap dari pemberian
izin praktik. Selain kepada perawat professional maka izin praktik juga diberikan pada
para lulusan dari pendidikan jangka pendek (misalnya dua tahun) untuk menjadi
registrated Nurse Assistance (RNA) yang lingkup kerjanya adalah membantu para RN
dalam memberikan asuhan keperawatan. Bagi para perawat yang telah menyelesaikan
pendidikan spesialisasi keperawatan (Master Degree) maka kepada mereka
diperbolehkan mengikuti ujian untuk mendapatkan izin advanced nursing practice.
Ujian yang diselenggarakan sesuai dengan spesialisasi misalnya perawat spesialis
anestesi, perawat spesialis kebidanan, perawat spesialis klinik, perawat spesialis anak,
perawat spesialis kesehatan keluarga, perawat spesialis kesehatan sekolah, perawat
spesialis jiwa dan lain-lain. Setelah lulus ujian maka kepada mereka diberi sebutan
keprofesian sesuai spesialisasi yang diambil.

2. Registrasi
Registrasi merupakan pencantuman nama seseorang dan informasi lain pada badan
resmi baik milik pemerintah maupun non pemerintah. Perawat yang telah terdaftar
diizinkan memakai sebutan registered nurse. Untuk dapat terdaftar, perawat harus
telah menyelesaikan pendidikan keperawatan dan lulus ujian dari badan pendaftaran
dengan nilai yang diterima. Izin praktik maupun registrasi harus diperbaharui setiap
satu atau dua tahun. Dalam masa transisi professional keperawatan di Indonesia,
sistem pemberian izin praktik dan registrasi sudah saatnya segera diwujudkan untuk
semua perawat baik bagi lulusan SPK, akademi, sarjana keperawatan maupun program
master keperawatan dengan lingkup praktik sesuai dengan kompetensi masing-masing.
3. Sertifikasi
Sertifikasi merupakan proses pengabsahan bahwa seorang perawat telah
memenuhi standar minimal kompetensi praktik pada area spesialisasi tertentu seperti
kesehatan ibu dan anak, pediatric , kesehatan mental, gerontology dan kesehatan
sekolah. Sertifikasi telah diterapkan di Amerika Serikat. Di Indonesia sertifikasi belum
diatur, namun demikian tidak menutup kemungkinan dimasa mendatang hal ini
dilaksanakan.
4. Akreditasi
Akreditasi merupakan suatu proses pengukuran dan pemberian status akreditasi
kepada institusi, program atau pelayanan yang dilakukan oleh organisasi atau badan
pemerintah tertentu. Hal-hal yang diukur meliputi struktur, proses dan kriteria hasil.
Pendidikan keperawatan pada waktu tertentu dilakukan penilaian/pengukuran untuk
pendidikan D III keperawatan dan sekolah perawat kesehatan dikoordinator oleh Pusat
Diknakes sedangkan untuk jenjang S 1 oleh Dikti. Pengukuran rumah sakit dilakukan
dengan suatu sistem akrteditasi rumah sakit yang sampai saat ini terus dikembangkan.

Anda mungkin juga menyukai