Anda di halaman 1dari 3

BIOMEDIKA Available online at

P-ISSN : 1979 - 035X


E-ISSN : 2302 - 1306 http://ejurnal.setiabudi.ac.id/ojs/index.php/biomedika
Volume 11, No. 02, September 2018

Identifikasi Telur Cacing Hookworm, Toxocara vitulorum


pada Feses Peternak Sapi dan Feses Sapi di Peternakan
Sapi Dusun Karangnongko, Boyolali
Identification Worm Eggs of Hookworm, Toxocara vitulorum on Breedersfeaces's Andcows Feaces's
in The Farm Cow at Karangnongko Village, Boyolali

Frederica U. Sihombing dan Tri Mulyowati*


Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Setia Budi Surakarta
*Corresponding author: trimulyowatiusb81@gmail.com

ABSTRAK
Sapi bermanfaat untuk menghasilkan susu. Kondisi sapi penghasil susu harus sehat dan tidak terinfeksi cacing
parasit. Infeksi cacing parasit yang dapat menyerang sapi dari kelas Nematoda dan Cestoda. Kerugian bila hewan
ternak terinfeksi cacing usus parasit yaitu pertumbuhan sapi muda terhambat, berat badan sapi menurun, penurunan
kualitas daging, penurunan produksi susu pada sapi perah, dan beresiko jika menularkan penyakit pada
manusia.Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui adanya telur cacing Hookworm, Toxocara vitulorum, pada feses
sapi dan peternak sapi di Dusun Karangnongko, Boyolali. Pengambilan sampel menggunakan teknik random sampling.
Penelitian dilakukan di laboratorium Parasitologi Universitas Setia Budi Surakarta metode langsung yaitu
menggunakan lugol 2% dan diamati secara mikroskopis. Hasil penelitian prosentase positif pada feses sapi adalah
Hookworm sebesar 8%, Toxocara vitulorum 4% sedangkan pada feses peternak tidak ditemukan infeksi telur cacing
Hookworm, Toxocara vitulorum.

Kata kunci: Telur cacing Hookworm, Toxocara vitulorum, Sapi.

ABSTRACT
Cows are useful to produce milk. Condition cows ofmilk producers should be healthy and not infected with parasitic
worms. Parasitic worm infections that can attack cows from the Nematoda and Cestoda classes. Disadvantages when
livestock infected intestinal worms parasiticis the growth of young cows is inhibited, cow weight decreased, decreased
meat quality, decreased milk production in dairy cattle,and risk if it transmit the disease to humans. The purpose of this
research is to know the existence of egg wormHookworm, Toxocara vitulorum on cow feces and cattle ranchers in
Karangnongko village, Boyolali. Sampling using random sampling technique. The research was conducted in the
parasitology laboratory of Setia Budi University with the direct method of using 2% lugol and observed microscopically.
The results of research positive percentage in cow feces isHookworm 8%, Toxocaravitulorum 4%, whereas in faeces
breeders are not found Hookworm worm egg infection, Toxocaravitulorum.

Keywords: Hookworm, Toxocaravitulorum, Cows.

PENDAHULUAN sional maupun modern tidak dapat lepas dari


Sapi merupakan salah satu komoditi dalam berbagai hambatan termasuk penyakit akibat
bidang peternakan yang memiliki produk aktif cacing parasit berupa nematoda dan cestoda.
berupa susu. Tingginya kesadaran masyarakat Menurut data World Health Organization
akan pentingnya protein yang terkandung (WHO) tahun 2016, terdapat lebih dari 1,5
didalam susu menjadikan susu sebagai produk miliyar orang atau sekitar 24% penduduk di
hasil peternakan yang sangat diminati. Menurut dunia terinfeksi Soil Transmitted Helminth dan
data Kementerian Pertanian Republik Indonesia yang terinfeksi taeniasis sebanyak 2,8 miliyar
(2017), jumlah populasi sapi di Indonesia saat orang.
ini mecapai 14,6 juta ekor atau masih memenuhi Kabupaten Boyolali terkenal sebagai peng-
sekitar 67% kebutuhan sapi di Indonesia. hasil susu terbesar di Jawa Tengah. Dusun
Peternakan yang dipelihara secara tradi- Karangnongko merupakan salah satu daerah di
Volume 12, No. 02, September 2018 Biomedika 77

Boyolali yang menghasilkan produk susu. dengan lensa obyektif dengan perbesaran
Kondisi kandang sapi yang berdekatan dengan 100 atau 400.
rumah peternak sapi serta sanitasi peternakan Prosentase Infeksi
yang masih buruk menjadi pertimbangan untuk Jumlah sample feses ternak yang terkontaminasi
x 100%
melakukan penelitian sebagai upaya pencegah- Jumlah sample feses yang diperiksa
an infeksi penyakit akibat cacing sebelum
terjadi infeksi. HASIL DAN PEMBAHASAN
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk Hasil penelitian secara makroskopis pada 5
mengetahui apakah terdapat infeksi telur cacing feses peternak sapi yaitu warna feses kuning
Hookworm, Toxocara vitulorum pada feses sapi kecoklatan dengan bau khas feses, konsistensi
dan peternak sapi, serta untuk mengetahui lembek dan agak keras, tidak ditemukan adanya
prosentase infeksi telur cacing Hookworm, lendir, darah dan cacing dewasa. Pemeriksaan
Toxocara vitulorum pada feses sapi dan makroskopis pada 25 feses sapi yaitu warna
peternak sapi. Manfaat dari penelitian ini adalah feses kehitaman dengan bau khas feses sapi,
memberikan pengetahuan bagi mahasiswa ten- konsistensi lembek, serta tidak ditemukan
tang prosentase infeksi cacing, memberikan adanya lendir, darah, dan cacing dewasa pada
pemahaman kepada masyarakat khususnya feses.
peternak sapi agar dapat melakukan tindakan Pemeriksaan mikroskopis pada sampel fe-
pencegahan terhadap bahaya infeksi cacing ses sapi ditemukan telur cacing Hookworm,telur
Hookworm, Toxocara vitulorum, serta sebagai cacing Toxocara vitulorum, dan larva filariform
referensi penelitian selanjutnya bagi maha- Hookworm,sedangkan pada feses peternak sapi
siswa. tidak ditemukan telur cacing Hookworm,
Toxocara vitulorum dan Taenia saginata.
METODE PENELITIAN Pemeriksaan ini dilakukan dengan metode
Alat dan Bahan Penelitian pemeriksaan langsung. Metode pemeriksaan
Alat : Pot sampel, mikroskop, obyek glass, langsung dilakukan dengan 2 tahap pemerik-
masker, handscoon, lidi.Bahan :Sampel feses saan yaitu pemeriksaan makroskopis dan
sapi dan peternak sapi, larutan lugol 2% mikroskopis. Pemeriksaan makroskopis harus
Prosedur Kerja dilakukan terlebih dahulu untuk melihat
a. Pemeriksaan Makroskopis kemungkinan adanya infeksi cacing pada feses.
1) Membuka pot sampel yang berisi feses Pemeriksaan makroskopis dilakukan dengan
2) Mengamati warna, bau, konsistensi, ada mengamati warna, bau, konsistensi, serta ada
tidaknya lendir, darah dan cacing dewasa tidaknya darah, lendir, dan cacing dewasa yang
b. Pemeriksaan Mikroskopis ada pada feses. Pemeriksaan mikroskopis dila-
1) Meneteskan 1 tetes Lugol 2% di atas kukan dengan cara diambil tinja kira-kira 0,2
obyeck glass gram, diletakkan pada Obyek glass. Kemudian
2) Mengambil sampel feses seujung sudip ditambah 1-2 tetes Lugol 2% dan diratakan, lalu
atau ± 2mg, meletakkan diatas obyeck ditutup dengan Deck glass atau kaca penutup
glass dan langsung diperiksa dibawah mikroskop
3) Menghomogenkan feses dengan larutan perbesaran lemah (10 x 10) dan perbesaran
lugol 2% menggunakan lidi sedang (40 x 10) (Gandasoebrata, 2008).
4) Menutup sedian dengan deck glass atau Pemeriksaan makroskopis pada 5 feses
kaca penutup peternak sapi didapatkan hasil sebagai berikut:
5) Memeriksa sediaan di bawah mikroskop warna kuning kecoklatan dengan bau khas
78 Frederica U. Sihombing dan Tri Mulyowati Biomedika

feses. Konsistensi lembek dan agak keras, serta rumah peternak, sering terjadi kontak antara
pada feses tidak terdapat lendir, darah dan ternak sapi dan peternak sapi. Pencegahan yang
cacing dewasa. Hasil pemeriksaan tersebut dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya
dapat disimpulkan bahwa feses peternak sapi infeksi kecacingan pada sapi maupun peternak
normal dan tidak adanya infeksi telur cacing. sapi yaitu menjaga hygiene dan sanitasi, tidak
Pemeriksaan makroskopis pada 25 feses sapi defekasi di sembarang tempat, mencuci tangan
didapatkan hasil sebagai berikut: warna feses dengan sabun sebelum dan sesudah makan, dan
kehitaman dan memiliki bau khas feses sapi tidak menggunakan tinja manusia sebagai
dengan konsistensi lembek, tidak ditemukan pupuk (Safar, 2009).
adanya lendir, darah, dan cacing dewasa pada
feses. KESIMPULAN
Hasil penelitian pada sampel feses sapi dan 1. Terdapat infeksi telur cacing Hookworm dan
peternak sapi di Dusun Karangnongko RT 03/ Toxocara vitulorum dengan prosentase
RW 01, Desa Karangnongko, Kecamatan infeksi 8% dan 4%, pada feses sapi
Mojosongo, Kabupaten Boyolali menunjukkan 2. Tidak terdapat infeksi telur cacing
bahwa dari 25 sampel feses sapi terdapat 3 Hookworm, Toxocara vitulorum pada feses
sampel yang terinfeksi telur cacing terdiri dari 2 peternak sapi.
telur cacing Hookworm dan 1 telur cacing
Toxocara vitulorum. Pada 5 sampel feses DAFTAR PUSTAKA
peternak sapi tidak ditemukan telur cacing Agustina, K., Dharmayudha., Wirata, I. 2013. “Prevalensi
Toxocara vitulorum Pada Induk dan Anak Sapi Bali di
Hookworm, Toxocara vitulorum,. Wilayah Bali Timur”. Buletin Veteriner Udayana. Vol 5
Telur cacing Hookworm yang ditemukan (1): 1-6
Gandasoebrata, R. 2008. Penuntun Laboratorium Klinik edisi
pada feses sapi memiliki morfologi telur kelima, Dian Rakyat: Jakarta
berukuran ± 70 x 45µ, bulat lonjong, berdinding Hariani, B. 2015. “Keberadaan Telur dan Larva Cacing
Tambang Pada Tanah di Lingkungan Desa Sepunggur dan
tipis, kedua kutub mendatar, di dalamnya Desa Gunung Tinggi Kabupaten Tanah Bumbu
terdapat beberapa sel. Ditemukan juga telur Kalimantan Selatan Tahun 2014”. Jurnal Vektor Penyakit.
Vol (9): 15-20
Toxocara vitulorum pada feses sapi dengan Irianto, K. 2009. Parasitologi: Berbagai Penyakit yang
Mempengaruhi Kesehatan Manusia. Bandung: Yrama
morfologi telur berukuran ± 80 x 70µ, bulat, Widya
dinding luar menyerupai renda. Sampel feses Kementerian Pertanian Republik Indonesia. 2017. “Populasi
Sapi Perah Menurut Provinsi, 2013-2017”. (Online),
sapi juga ditemukan larva filariform Hookworm ( http://www.pertanian.go.id/ap_pages/mod/datanak ,
dengan morfologi panjang ± 500µ, ruang mulut diakses 14 November 2017)
Prianto, J., Tjahaya. P. U, Darwanto. 2008. Atlas Parasitologi
tertutup, esofagus menempati ¼ panjang badan Kedokteran. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
bagian anterior (Prianto dkk, 2008). Pemerik- Safar, R. 2009. Parasitologi Kedokteran. Bandung: Yrama
Widya
saan mikroskopis pada sampel feses peternak Tantri, N., Setyawati. T. R., Khotimah, S. 2013. “Prevalensi dan
sapi tidak ditemukan telur cacing Hookworm, Intensitas Telur Cacing Parasit Pada Feses Sapi (Bos Sp)
Rumah Potong Hewan (RPH) Kota Pontianak Kalimantan
Toxocara vitulorum. Barat”. Jurnal Protobiont, 2 (2): 102-106
Hubungan antara sapi dengan peternak sapi WHO, 2016. “Soil Transmitted Helminth Infection”, (Online),
(http://www.who.int/medicentere/factsheets/fs366/en/,
yaitu kandang sapi yang berdekatan dengan diakses 12 November 2017)

Anda mungkin juga menyukai