Anda di halaman 1dari 14

INFUS

NAMA : SEPTY ARDA MONARIZA


NIM : PO 71.24.3.19.063
TINGKAT 1.B
MATA KULIAH : KDK
NAMA DOSEN : NURAYUDA,SST.M.KES

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG


PRODI DIII KEBIDANAN MUARA ENIM
TAHUN AJARAN 2019/2020
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pemberian cairan melalui infus merupakan tindakan memasukkan cairan melalui intravena
yang dilakukan pada pasien dengan bantuan perangkat infus. Tindakan ini dilakukan untuk
memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit serta sebagai tindakan pengobatan dan pemberian
makanan. Infus merupakan tindakan yang dilakukan pasien dengan cara memasukan cairan
melalui intra vena dengan bantuan infus set, dengan tujuan memenuhi kebutuhan cairan dan
elektrolit, sebagai tindakan pengobatan dan pemberian nutrisi parenteral.
Sesuatu yang masuk ke dalam tubuh, memiliki kandungan atau komposisi yang harus sesuai
tubuh manusia. Pemberian ini tidak boleh salah, karena bisa berakibat fatal. Misalnya saja
flebitis. Flebitis adalah radang dinding vena. Oleh sebab itu, kita sebagai perawat terlebih
dahulu harus bisa memahami komposisi dari tiap- tiap infus. Dengan adanya kita mengenali,
maka kecelakaan terhadap perawat kepada pasien. Hal inilah akan dibahas secara
menyeluruh.
1.2 Tujuan
Untuk menjelaskan tentang komposisi cairan infus kepada semua tenaga medis, terutama
perawat agar lebih mengenal secara mendalam tentang komposisinya.
1.2 Manfaat
· mengetahui pengertian komposisi dan infus
· mengetahui tujuan komposisi cairan infus
· mengetahui berbagai regimen
· mengetahui jenis- jenis cairan infus
BAB 2
PEMBAHASAN
1. Pengertian
Apa sih sebenarnya air infus ( aquades destilata ) itu ? Air infus adalah air yang dimurnikan.
Air infus adalah air yang diperoleh dari hasil penyulingan. Jadi air infus adalah air yang
dimurnikan lewat proses penyulingan atau infus adalahPemberian cairan melalui infus
merupakan tindakan memasukkan cairan melalui intravena yang dilakukan pada pasien
dengan bantuan perangkat infus.
2. Tujuan Komposisi Cairan Infus
Tindakan ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit serta sebagai
tindakan pengobatan dan pemberian makanan.
3. Berbagai Regimen Infus
Pada pasien trauma akibat kecelakaan lalu lintas atau karena sebab lainnya, kita sering
menjumpai keadaan syok hipovolemik alias suatu kondisi dimana terjadi kehilangan cairan
darah dengan cepat dalam jumlah yang cukup banyak sehingga komponen darah yang
berfungsi untuk mengangkut oksigen ke organ organ tidak lagi adekuat, menyebabkan
gangguan perfusi pada jaringan dan berkontribusi terhadap metabolisme anaerob dan
akumulasi asam laktat.
Namun, maha besar Allah selalu ada upaya homeostasis untuk melindungi terlebih dahulu
organ yang dianggap penting yaitu otak dan jantung, dengan cara vasokonstriksi dan
mengorbankan perfusi di ginjal, otot, usus, dan kulit.
Kasus kematian pada syok hemoragik disebabkan sebagai hasil dari pola perfusi dan hipoksia
jaringan yang progresif juga karena asidosis. Berbagai regimen yang kita kenal untuk
penanganan resusitasi cairan yaitu diantaranya adalah koloid, kristaloid, whole blood dan
komponen-komponen darah.

a. Cairan Kristaloid
Larutan kristaloid adalah larutan air dengan elektrolit dan atau dextrosa, yang tidak
mengandung molekul besar. Dalam waktu yang singkat, kristaloid sebagian besar akan keluar
dari intravaskular . Sehingga volume yang diberikan harus lebih banyak ( 3:1 dengan volume
darah yang hilang). Ekspansi cairan dari ruang intravaskuler ke interstitial berlangsung
selama 30-60 menit, dan akan keluar sebagai urin dalam 24-48 jam. Secara garis besar
kristaloid bertujuan untuk meningkatkan volume ekstrasel, tanpa peningkatan volume intra
sel. Meskipun banyak jenis cairan kristaloid yang tersedia, namun NaCl 0,9% dan Ringer
laktat adalah pilihan pertama yang paling masuk akal.
· NaCl 0,9%
Keuntungannya yaitu murah dan mudah didapat, cairan infus ini juga kompatibel untuk
dicampurkan dengan produk-produk darah dan merupakan pilihan yang terbaik untuk
resusitasi volume.
Kekurangannya. NaCl 0,9% dapat berkontribusi menyebabkan asidosis hipercloremik ketika
resusitasi cairan jumlah besar diperlukan. (untuk menggantikan setiap liter volume darah,
maka kita membutuhkan sekitar 3 liter Nacl 0,9% ) jadi perbandingan cairan ini dengan
volume darah yang hilang adalah 3 : 1.
· Ringer Laktat
Keuntungannya: murah dan mudah didapat, memiliki komposisi isotonis yang lebih fisiologis
dengan cairan tubuh, menghasilkan pergantian elemen kalsium dan pottasium, ion sodium
dan chlor yang dihasilkan juga lebih fisiologis.
Kekurangannya: Relatif tidak kompatibel terhadap produk-produk darah, kandungan Ca pada
Ringer laktat dapat mengaktifasi cascade koagulasi pada produk-produk darah, serta
kandungan laktat dalam infus ringer laktat ini juga dapat memperburuk koreksi terhadap
metabolik asidosis yang sedang berlangsung.
· Dextrose atau glukosa
Tidak di indikasikan untuk pasien trauma karena memilki potensi bahaya. Stress sebagai
respon yang dipicu oleh trauma mayor atau pembedahan sering menyebabkan kadar gula
darah meningkat. Pemberian dextrose secara cepat dalam jumlah banyak selama resusitasi
dapat menyebabkan diuresis osmotik dan menjadi faktor perancu terhadap defisit
intravaskular. Penggunaan dextrose dapat menyebabkan hiperglikemi pada pasien trauma.
Namun glukosa dapat digunakan sebagai cairan maintainance selama fase post resusitasi.
b. Cairan Koloid
Penggunaan cairan koloid intra vena pada penanganan trauma masih kontroversi. Pada
jaman perang dulu, koloid yang digunakan hanyalah albumin dan plasma. Namun sekarang,
dikenal Dextran , haemacel, albumin, plasma dan darah. Koloid mengandung molekul-
molekul besar berfungsi seperti albumin dalam plasma, tinggal dalam intravaskular cukup
lama (waktu paruh koloid intravaskuler 3-6 jam), sehingga volume yang diberikan sama
dengan volume darah. Kekurangan dari koloid yaitu mahal.
Koloid mempunyai kelebihan yaitu dapat menggantikan dengan cepat dan dengan volume
cairan yang lebih sedikit,ekspansi volume plasma lebih panjang, dan resiko edema
pheripheral kecil. Secara umum koloid dipergunakan untuk :
Ø Resusitasi cairan pada penderita dengan defisit cairan berat (syok hemoragik) sebelum
transfusi tersedia
Ø Resusitasi cairan pada hipoalbuminemia berat, misalnya pada luka bakar.
4. Jenis- Jenis Cairan Infus
ASERING
Indikasi:
Dehidrasi (syok hipovolemik dan asidosis) pada kondisi: gastroenteritis akut, demam
berdarah dengue (DHF), luka bakar, syok hemoragik, dehidrasi berat, trauma.

Komposisi:
Setiap liter asering mengandung:
· Na 130 mEq
· K 4 mEq
· Cl 109 mEq
· Ca 3 mEq
· Asetat (garam) 28 mEq

Keunggulan:
· Asetat dimetabolisme di otot, dan masih dapat ditolelir pada pasien yang
mengalami
gangguan hati
· Pada pemberian sebelum operasi sesar, RA mengatasi asidosis laktat lebih baik
dibanding RL pada neonatus
· Pada kasus bedah, asetat dapat mempertahankan suhu tubuh sentral pada
anestesi
dengan isofluran
· Mempunyai efek vasodilator
· Pada kasus stroke akut, penambahan MgSO4 20 % sebanyak 10 ml pada 1000
ml RA,
dapat meningkatkan tonisitas larutan infus sehingga memperkecil risiko memperburuk
edema serebral.
KA-EN 1B
Indikasi:
· Sebagai larutan awal bila status elektrolit pasien belum diketahui, misal pada
kasus
emergensi (dehidrasi karena asupan oral tidak memadai, demam)
· < 24 jam pasca operasi
· Dosis lazim 500-1000 ml untuk sekali pemberian secara IV. Kecepatan
sebaiknya
300-500 ml/jam (dewasa) dan 50-100 ml/jam pada anak-anak
· Bayi prematur atau bayi baru lahir, sebaiknya tidak diberikan lebih dari 100
ml/jam
KA-EN 3A & KA-EN 3B
Indikasi:
· Larutan rumatan nasional untuk memenuhi kebutuhan harian air dan elektrolit
dengan
kandungan kalium cukup untuk mengganti ekskresi harian, pada keadaan asupan oral terbatas
· Rumatan untuk kasus pasca operasi (> 24-48 jam)
· Mensuplai kalium sebesar 10 mEq/L untuk KA-EN 3A
· Mensuplai kalium sebesar 20 mEq/L untuk KA-EN 3B

KA-EN MG3
Indikasi :
· Larutan rumatan nasional untuk memenuhi kebutuhan harian air dan elektrolit
dengan
kandungan kalium cukup untuk mengganti ekskresi harian, pada keadaan asupan oral terbatas
· Rumatan untuk kasus pasca operasi (> 24-48 jam)
· Mensuplai kalium 20 mEq/L
· Rumatan untuk kasus dimana suplemen NPC dibutuhkan 400 kcal/L
KA-EN 4A
Indikasi :
· Merupakan larutan infus rumatan untuk bayi dan anak
· Tanpa kandungan kalium, sehingga dapat diberikan pada pasien dengan
berbagai
kadar konsentrasi kalium serum normal
· Tepat digunakan untuk dehidrasi hipertonik
Komposisi (per 1000 ml):
· Na 30 mEq/L
· K 0 mEq/L
· Cl 20 mEq/L
· Laktat 10 mEq/L
· Glukosa 40 gr/L

KA-EN 4B
Indikasi:
· Merupakan larutan infus rumatan untuk bayi dan anak usia kurang 3 tahun
· Mensuplai 8 mEq/L kalium pada pasien sehingga meminimalkan risiko
hipokalemia
· Tepat digunakan untuk dehidrasi hipertonik

Komposisi:
· Na 30 mEq/L
· K 8 mEq/L
· Cl 28 mEq/L
· Laktat 10 mEq/L
· Glukosa 37,5 gr/L

Otsu-NS
Indikasi:
· Untuk resusitasi
· Kehilangan Na > Cl, misal diare
· Sindrom yang berkaitan dengan kehilangan natrium

(asidosis diabetikum, insufisiensi adrenokortikal, luka bakar)


Otsu-RL
Indikasi:
· Resusitasi
· Suplai ion bikarbonat
· Asidosis metabolic
MARTOS-10
Indikasi:
· Suplai air dan karbohidrat secara parenteral pada penderita diabetik
· Keadaan kritis lain yang membutuhkan nutrisi eksogen seperti tumor, infeksi
berat, stres
berat dan defisiensi protein
· Dosis: 0,3 gr/kg BB/jam
· Mengandung 400 kcal/L
AMIPAREN
Indikasi:
· Stres metabolik berat
· Luka bakar
· Infeksi berat
· Kwasiokor
· Pasca operasi
· Total Parenteral Nutrition
· Dosis dewasa 100 ml selama 60 menit
AMINOVEL-600
Indikasi:
· Nutrisi tambahan pada gangguan saluran GI
· Penderita GI yang dipuasakan
· Kebutuhan metabolik yang meningkat (misal luka bakar,
trauma dan pasca operasi)
· Stres metabolik sedang
· Dosis dewasa 500 ml selama 4-6 jam (20-30 tpm)

PAN-AMIN G
Indikasi:
· Suplai asam amino pada hiponatremia dan stres metabolik
ringan
· Nitrisi dini pasca operasi
· Tifoid
5. Tujuan pemasangan infus
 Mempertahankan atau mengganti cairan tubuh yang menganung air, elektrolit,
vitamin, protein lemak, dan kalori yang tidak dapat dipertahankan secara adekuat
melalui oral

 Memperbaiki keseimbangan asam basa

 Memperbaiki volume komponen-komponen darah

 Memberikan jalan masuk untuk pemberian obat-obatan kedalam tubuh

 Memonitor tekan Vena Central (CVP)

 Memberikan nutrisi pada saat system pencernaan di istirahatkan.

6. Pasien yang harus di infus


Pasien seperti apa yang harus dilakukan pemasangan infus?
 Keadaan emergency (misal pada tindakan RJP), yang memungkinkan pemberian
obat langsung ke dalam Intra Vena

 Untuk memberikan respon yang cepat terhadap pemberian obat (seperti furosemid,
digoxin)

 Pasien yang mendapat terapi obat dalam dosis besar secara terus-menerus melalui
Intra vena

 Pasien yang membutuhkan pencegahan gangguan cairan dan elektrolit

 Pasien yang mendapatkan tranfusi darah

 Upaya profilaksis (tindakan pencegahan) sebelum prosedur (misalnya pada operasi


besar dengan risiko perdarahan, dipasang jalur infus intravena untuk persiapan jika
terjadi syok, juga untuk memudahkan pemberian obat)

 Upaya profilaksis pada pasien-pasien yang tidak stabil, misalnya risiko dehidrasi
(kekurangan cairan) dan syok (mengancam nyawa), sebelum pembuluh darah kolaps
(tidak teraba), sehingga tidak dapat dipasang jalur infus.

 Untuk menurunkan ketidaknyamanan pasien dengan mengurangi kebutuhan dengan


injeksi intramuskuler.

7. Daerah pemasangan infus


Pemasangan Infus adalah pemberian sejumlah cairan ke dalam tubuh melalui sebuah jarum
ke dalam pembuluh vena (pembuluh balik) untuk menggantikan cairan atau zat-zat makanan
dari tubuh.Pemasangan infus dilakukan pada pasien yang memerlukan masukan cairan
melalui intravena yang mengalami pengeluaran cairan atau nutrisi yang berat, dehidrasi, dan
syok.
Vena bagian mana saja yang boleh dipasang infus?
Pemberian cairan melalui infuse dengan memasukkan ke dalam vena (pembuluh darah
pasien) diantaranya vena lengan (vena safalika basilica dan mediana kubiti), pada tungkai
(vena safena), atau pada vena yang ada di kepala, seperti vena temporalis frontalis ( khusus
untuk anak-anak).
Pemasangan infus tidak dianjurkan pada daerah yang mengalami luka bakar, lengan pada sisi
yang mengalami mastektomi (aliran balik vena terganggu), lengan yang mengalami edema,
infeksi, bekuan darah, atau kerusakan kulit.
8. Prinsip pemasangan infus
Prinsip pemasangan infus
Prinsip pemasangan infus pada pediatric (anak)
 Karena vena klien sangat rapuh, hindari tempat-tempat yang mudah digerakkan
atau digeser dan gunakan alat pelindung sesuai kebutuhan (pasang spalk kalau perlu)

 Vena-vena kulit kepala sangat mudah pecah dan memerlukan perlindunga agar
tidak mudah mengalami infiltrasi (biasanya digunakan untuk neonatus dan bayi)

 Selalu memilih tempat penusukan yang akan menimbulkan pembatasan yang


minimal

Prinsip pemasangan infuse pada lansia


 Pada klien lansia, sedapat mungkin gunakan kateter/jarum dengan ukuran paling
kecil (24-26). Ukuran kecil mengurangi trauma pada vena dan memungkinkan aliran
darah lebih lancar sehingga hemodilusi cairan intravena atau obat-obatan akan
meningkat.

 Kestabilan vena menjadi hilang dan vena akan bergeser dari jarum (jaringan
subkutan lansia hilang). Untuk menstabilkan vena, pasang traksi pada kulit di bawah
tempat insersi

 Penggunaan sudut 5 – 15 ° saat memasukkan jarum akan sangat bermanfaat karena


vena lansia lebih superficial

 Pada lansia yang memiliki kulit yang rapuh, cegah terjadinya perobekan kulit
dengan meminimalkan jumlah pemakaian plester.

9. Prosedur pemasangan infus


Keselamatan Kerja :
1. Patuhi prosedur pekerjaan
2. Perhatikan keadaan umum pasien pada saat dan setelah pemasangan infus
3. Perhatikan prinsip – prinsip Pencegahan Infeksi (PI), yaitu dengan mencuci tangan dan
menggunakan sarung tangan sebelum melakukan pemasangan infus
4. Perhatikan kebersihan lingkungan sekitar, seperti ruangan.
5. Perhatikan kondisi alat sebelum bekerja untuk menilai kelayakan penggunaannya
6. Letakkan peralatan pada tempat yang terjangkau dan sistematis oleh petugas
7. Bekerja dengan hati – hati

DAFTAR TILIK
MEMASANG INFUS

Beri tanda ceklist (Ö ) pada kolom penilaian


NO LANGKAH NILAI
1 2 3

1 Memberitahu klien tindakan yang akan dilakukan


2 Menyiapkan alat dan bahan, membawa ke dekat pasien
3 Memasang sampiran
4 Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, mengeringkan
dengan handuk bersih
5 Memasang perlak dan pengalasnya dibawah daerah yang akan
dipasang infuse
6 Memakai sarung tangan
7 Menggantungkan flabot pada tiang infus
8 Membuka kemasan infus set
9 Mengatur klem rol sekitar 2-4 cm dibawah bilik drip dan
menutup klem yang ada pada saluran infuse
10 Menusukkan pipa saluran infus kedalam botol cairan dan
mengisi tabung tetesan dengan cara memencet tabungan tetesan
infus hingga setengahnya
11 Membuka klem dan mengalirkan cairan keluar sehingga tidak
ada udara pada slang infus lalu tutup kembali klem
12 Memilih vena yang akan dipasang infuse
13 Meletakkan torniquet 10-12 cm diatas tempat yang akan ditusuk,
menganjurkan pasien menggenggam tangannya
14 Melakukan disinfeksi daerah pemasukan dengan kapas alkohol
secara sirkulair dengan diameter ±5 cm
15 Memasukkan jarum abbocath ke vena dengan lubang jarum
mengahadap ke atas, dengan menggunakan tangan yang dominan
16 Melihat apakah darah terlihat pada pipa abbocath
17 Memasukkan abbocath secara pelan-pelan serta menarik secara
pelan-pelan jarum yang ada pada abbocath, hingga plastik
abbocath masuk semua dalam vena, dan jarum keluar semua
18 Segera menyambung dengan slang infus
19 Melepaskan torniquet, menganjurkan pasien membuka
tangannya dan melonggarkan klem untuk melihat kelancaran
tetesan
20 Merekatkan pangkal jarum pada kulit dengan plester
21 Mengatur tetesan sesuai kebutuhan
22 Menutup tempat tusukan dengan kasa steril, dan direkatkan
dengan plester
23 Mengatur letak anggota badan yang dipasang infus supaya tidak
digerak-gerakan agar jarum infuse tidak bergeser dan tidak perlu
memasang spalk
24 Membereskan alat dan merapikan pasien
25 Melepas sarung tangan, rendam dalam larutan chlorin 0,5%
selama 10 menit

26 Mencuci tangan dengan sabun air mengalir, mengeringkan


dengan handuk bersih
27 Melakukan dokumentasi tindakan yang telah dilakukan

BAB 3
PENUTUP
Kritik
Banyak pengetahuan tentang komposisi cairan infus di berbagai tempat, seperti hal
nya buku keperawatan, namun masih saja para perawat melakukan kesalahan untuk
memasukan ke dalam tubuh. Masalah seperti itu sangat fatal sekali
Saran
Mencari dan mempraktekkan pengetahuan yang banyak, terutama komposisi cairan
infus. Dengan kita mengetahui semua, maka akibat kecelakaan di semua tempat terutama
rumah sakit tidak terulang lagi. Dan pasien menjadi lebih baik dalam penanganan kepada
perawat. Dengan adanya makalah ini, saya harapkan para perawat menjadi paham dan
mengerti
DAFTAR PUSTAKA
See more at:http://buletinkesehatan.com/pemasangan-infus-
intravena/#sthash.VT7sTmfP.dpuf
http://buletinkesehatan.com/pemasangan-infus-intravena/
http://kesehatanmanusiaindonesia.blogspot.com/2012/05/jenis-jenis-cairan-infus.html

Anda mungkin juga menyukai