Anda di halaman 1dari 26

KATA PENGANTAR

 
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga dapat menyusun makalah ini tepat pada
waktunya. Makalah ini membahas tentang “Asuhan Kebidanan Komunitas” yang Berkaitan
dengan Program Pemerintah”Dalam penyusunan makalah ini, kami banyak mendapat
tantangan dan hambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa
teratasi. Karena itu kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini, semoga mendapat balasan yang setimpal dari
Allah SWT.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk
penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat  kami harapkan untuk
penyempurnaan makalah selanjutnya. Akhir kata semoga makalah ini memberikan manfaat
bagi kita semua.

Manado, Juli 2018

Penyusun

 
 
 
 
 
 

1|Page
DAFTAR ISI

 
 

Kata pengantar................................................................................................................1

Daftar isi .........................................................................................................................2

Bab I pendahuluan..........................................................................................................3
1.1 Latar belakang...........................................................................................................3
1.2 Rumusan masalah ....................................................................................................3
1.3 Tujuan ......................................................................................................................4

Bab II Pembahasan ........................................................................................................5

 Standar Pelayanan Minimal Alat dan Tempat pada Bayi dan Balita .......................5

1. Standar tempat pelayanan...................................................................................5


2. Standar Tata Ruang ............................................................................................5
3. Standar Peralatan ...............................................................................................8

 Proses Pelayanan pada bayi dan balita menurut program pemerintah .....................11
1. Pelayanan Pada Bayi ..........................................................................................11
2. Pelayanan Pada Balita ........................................................................................13
3. Jenis-jenis pelayanan pada Balita ......................................................................14
Bab III Penutup ..............................................................................................................24
3.1 Kesimpulan...............................................................................................................24
3.2 Saran.........................................................................................................................25

Daftar pustaka.................................................................................................................26
 

2|Page
BAB I
PENDAHULUAN
 

1.1    Latar Belakang
Kebidanan Komunitas sebagai segala aktifitas yang dilakukan oleh bidan untuk
menyelamatkan pasiennya dari gangguan kesehatan. Pengertian kebidanan komunitas yang
lain menyebutkan upaya yang dilakukan Bidan untuk pemecahan terhadap masalah kesehatan
Ibu dan Anak balita di dalam keluarga dan masyarakat. Kebidanan komunitas adalah
pelayanan kebidanan profesional yang ditujukan kepada masyarakat dengan penekanan pada
kelompok resiko tinggi, dengan upaya mencapai derajat kesehatan yang optimal melalui
pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan
yang dibutuhkan dan melibatkan klien sebagai mitra dalam perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi pelayanan kebidanan (Spradly, 1985; Logan dan Dawkin, 1987 dalam Syafrudin dan
Hamidah, 2009 : 1).

POSYANDU Adalah suatu forum komunikasi, alih tehnologi dan pelayanan


kesehatan masyarakat yang mempunyai nilai strategis untuk pengembangan sumber daya
manusia sejak dini. Posyandu juga merupakan tempat kegiatan terpadu antara program
Keluarga Berencana – Kesehatan di tingkat desa.

Deteksi dini tumbuh kembang anak / balita adalah kegiatan atau pemeriksaan untuk
menemukan secara dini adanya penyimpangan tumbuh kembang pada balita dan anak pra
sekolah.

Imunisasi adalah upaya pencegahan penyakit infeksi dengan menyuntikkan vaksin


kepada anak sebelum anak terinfeksi.

1.2    Rumusan Masalah
1. Apa definisi kebidanan komunitas ?
2. Apa definisi posyandu ?
3. Apa definisi DDTK dan fungsinya ?
4. Apa yang dimaksud dengan imunisasi beserta macam-macamnya ?
5. Apa saja masalah yang ada diposyandu ?
6. Bagaimana penatalaksanaan untuk meningkatkan keaktifan dalam berposyandu ?

3|Page
1.3  Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi kebidanan komunitas
2. Untuk mengetahui definisi posyandu
3. Untuk mengetahui definisi DDTK dan fungsinya
4. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan imunisasi beserta macam-macamnya
5. Untuk mengetahui masalah yang ada diposyandu
6. Untuk mengetahui penatalaksanaan untuk meningkatkan keaktifan dalam
berposyandu
 

4|Page
BAB II
PEMBAHASAN
 
 Standar Pelayanan Minimal Alat dan Tempat pada Bayi dan Balita
 Standar tempat pelayanan
 Mempunyai lokasi tersendiri yang telah disetujui oleh pemerintah daerah setempat
(tata kota), tidak berbaur dengan kegiatan umum lainnya seperti pusat
perbelanjaan, tempat hiburan, sejenisnya.
 Tidak berdekatan dengan lokasi bentuk pelayanan sejenisnya dan juga agar sesuai
dengan fungsi sosialnya yang salah satu fungsinya adalah mendekatkan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat.
 Standar Tata Ruang
 Setiap ruang periksa mempunyai luas 2×3 meter
 Setiap bangunan pelayanan, minimal mempunyai ruang periksa, ruang
administrasi/kegiatan lain sesuai kebutuhan, ruang tunggu dan kamar mandi/
WC, masing-masing 1 buah.
 Semua ruangan mempunyai ventilasi dan penerangan.
 Lebih bagus jika ada ruangan khusus rooming in / rawat gabung, dan ruang
laktasi.
 STANDAR 15 : PELAYANAN BAGI IBU DAN BAYI PADA MASA NIFAS
TUJUAN : Memberikan pelayanan pada ibu dan bayi sampai 42 hari setelah persalinan
dan memberikan penyuluhan ASI eksklusif

 PERNYATAAN STANDAR
Bidan memberikan pelayanan selama masa nifas di puskesmas dan rumah sakit atau
melalui kunjungan kerumah pada hari ketiga, minggu kedua, dan mingu keenam
setelah persalinan untukmembantu proses pemulihan ibu dan bayi melalui
penatalaksanaan tali pusat yang benar, penemuan dini, penatalaksanaan atau rujukan
komplikasi yang mungkin terjadi pada masa nifas, serta memberikan penjelasan
tentang kesehatan secara umum, kebersihan perorangan, makan bergizi, asuhan bayi
baru lahir, pemberian ASI, imunisasi, dan KB.

5|Page
HASIL:

         Komplikasi pada masa nifas segera di deteksi dan dirujuk pada saat  yang tepat

         Mendukung dan menganjurkan pemberian ASI eksklusif

         Mendukung penggunaan cara tradisional yang berguna dan menganjurkan untuk

menghindarikebiasaan  yang merugikan

         Menurunkan  kejadian infeksi pada ibu dan bayi

         Masyarakat semakin menyadari pentingnya keluarga berencana/ penjarangan kelahiran

         Meningkatnya imunisas ipada bayi

PRASYARAT :

1. System yang berjalan dengan baik agar ibu dan bayi mendapatkan pelayanan pasca
persalinan dari bidan terlatih sampai dengan 6 minggu setelah persalinan, baik di
rumah, puskesmas, ataurumah sakit
2. Bidan telah terlatih dan terampil dalam :
perawatan nifas, termasuk pemeriksaan ibu dan bayi dengan cara yang benar
membantu ibu untuk memberikan ASI
mengetahui komplikasi yang dapat terjad ipada ibu dan bayi pada masa nifas
penyuluhan dan pelayanan KB/ penjarangan kelahiran
3. bidan dapat memberikan pelayanan imunisasi atau bekerjasama dengan juri  imunisasi
di puskesmas atau fasilitas kesehatan masyarakat
4. tersedia vaksin, alat suntik, tempat penyimpanan vaksin dan tempat pembuangan
benda tajam yang memadai
5. tersedianya tablet besi dan asamfolat
6. terseida alat/ perlengkapan, misalnya untuk membersihkan  tangan, yaitu sabun, air
bersih dan handuk bersih, sarung tanagn bersih/ DTT
7. Tersedia kartu pencatatan, kartu ibu, kartu bayi, buku KIA
8. Sistem rujukan untuk perawatan komplikasi kegawatdaruratan ibu dan bayi baru lahri
yang berjalaan dengan baik

6|Page
PROSES:

Bidan harus :

1. Pada kunjungan rumah, sapalah ibu dan suami/ keuarganya dengan ramah
2. Tanyakan pada ibu dan suami/ keluarganya jika ada masalah atau kekhawatiran
tentang ibu atau bayinya
3. Cuci tangan sebelum dan sesudah memeriksa ibu dan bayi
4. Pakai sarung tangan  DTT/ bersih bila melakukan kontak dengan darah atau cairan
tubuh
5. Periksa tanda-tanda vital  ibu( suhu tubuh, nadi, dan tekanan darah ). Periksa payudara
ibu, amati bila putting retak, dan tanda-tanda atau gejala-gejala saluran ASI tersumbat
atau infeksin  Periksa involusi uterus ( pengecilan uterus sektar 2 cm/ hari selama 8
hari pertama ). Periksa lochia, yang pada hari ketiga seharusnya mulai berkurang dan
berwarna coklat, dan pada hari  ke- 8 – 10 menjadi sedikit dan berwarna merah muda.
Jika ada kelainan segera rujuk ( lihat daftar tanda-tanda bahaya dan tanda-tandanya di
akhir standar ini ). Jika dicurigai sepsis puerperalis gunakan ( standar 23 ). Untuk
penanganan perdarahan pasca persalinan gunakan standar22 )
6. Tanyakan apakah ibu meminum tablet sesuai ketentuan ( sampai 42 hari setelah
melahirkan ), dan apakah persediaannya cukup
7. Bila ibu menderita anemia semasa hamil atau mengalami perdarahan berat selama
proses persalinan, periksa Hb pada hari Nasehati ibu supaya makan makanan bergizi
dan berikan talet tambah darah
8. Berikan penyuluhan kepada ibu tentang pentingnya menjaga kebersihan diri, memakai
pembalut yang bersih, makanan bergizi, istirahat cukup dan cara merawat bayi
9. Cucilah tangan, lalu periksalah Periksalah tali pusat pada setiap kali kunjungan.
( paling sedikit sampai hari ketiga, minggu kedua, dan minggu keenam ). Tali pusat
harus tetap kering. Ibu perlu diberitahu bahayanya membubuhkan sesuatu pada tali
pusat bayi, misalnya minyak atau bahan lain. Jika ada kemerahan pada tali pusat,
perdarahan atau tercium bau busuk, bayi  segera dirujuk
10. Perhatikan kondisi umum bayi, tanyakan pada ibu pemberian ASI, misalnya bayi
tidak mau menyusu, waktu jaga, cara bayi menangis, berapa kali b.a.k, dan bentuk
fesesnya

7|Page
11. Perhatikan warna kulit bayi, apakah ada icterus atau Ikterus pada hari ketiga
postpartum adalah icterus fisiologis yang tidak memerlukan pengobatan. Namun, bila
icterus terjadi sesudah hari ketiga/ kapan saja, dan bayi malas untuk menyusu dan
tampak mengantuk, maka bayi harussegera dirujuk ke rumah sakit
12. Bicarakan pemberian ASI, dan bila mungkin perhatikan apakah  bayi menyusu
denganbaik( amati apakah ada kesulitan atau masalah )
13. Nasehati ibu tentang pentingnya pemberian ASI  eksklusif sediki  4 sampai 6 bulan.
Bicarakanbahaya pemberian unsure tambahan( susu formula, air, atau makanan lain )
sebelum bayi berumur 4 bulan
14. Bicarakan tentang KB dan kapan senggama dapat Sebaiknya hal ini didiskusikan
dengan kehadiran suaminya
15. Catat dengan tepat semua yang ditemukan
16. Jika ada hal-hal yang tidak normal, segeralah merujuk ibu dan/ atau bayi ke
puskesmas/ rumahsakit
17. Jika ibu atau bayi meninggal, penyebab kematian harus diketahui sesuai dengan
standar kabupaten/ propinsi/nasional
 

 Standar Peralatan
 Peralatan Tidak Steril

No Jenis Alat Jumlah

1 Stetoskop

2 Timbangan bayi

3 Pengukur panjang bayi

4 Termometer

5 Oksigen dalam regulator

6 Penghisap lendir

7 Ambubag (bayi)

8|Page
8

9 Lampu sorot

10 Penghitung Nadi

11 Sterilisator

12 Bak Instrumen dan tutup

13 Metlin (lila)

14 Sarung tangan

15 Celemek

16 Masker

17 Sarung kaki plastic (penolong)

18 Pengaman mata

19 Tempat kain kotor

20 Tempat sampah

21 Tempat plasenta

22 Gunting (biasa,perban)

23 Suction

  Handuk

9|Page
 Peralatan steril
 

No Jenis Alat Jumlah

Klem

1 ½ Kocher

2 Korentang

3 Penghisap lendir

4 Handscon

5 Gunting tali pusat

6 Gunting benang

7 Benang dan jarum

8 Duk steril

9 Pinset (anatomis,ciruge)

10 Pengikat tali pusat

11 Kapas

12 Kain kasa

13 Plester

 
10 | P a g e
 Proses Pelayanan pada bayi dan balita menurut program pemerintah
 Pelayanan Pada Bayi
 Pengertian Bayi
Menurut Soetjiningsih (2004), bayi adalah usia 0 bulan hingga 1 tahun, dengan
pembagian masa neonatal, yaitu usia 0 – 28 hari. Masa neonatal dini yaitu usia 0 – 7
hari Masa neonatal lanjut, yaitu usia 8 – 28 hari. Masa pasca neonatal yaitu usia 29 hari
– 1 tahun.Bayi merupakan manusia yang baru lahir sampai umur 1 tahun, namun tidak
ada batasan yang pasti. Pada masa ini manusia sangat lucu dan menggemaskan tetapi
juga rentan terhadap kematian. Kematian bayi dibagi menjadi dua, kematian neonatal
(kematian di 27 hari pertama hidup), dan post-natal (setelah 27 hari).
 Pengertian Pelayanan Pada Bayi
Pengertian pelayanan dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, pelayanan adalah
menolong menyediakan segala apa yang diperlukan orang lain seperti tamu atau
pembeli.

Pelayanan kesehatan bayi adalah pelayanan kesehatan sesuai standart yang di berikan
oleh tenaga kesehatan kepada bayi sedikitnya 4 kali, selama periode 29 hari sampai
dengan 12 bulan setelah bayi lahir.

 Menjaga Jadwal Kunjungan Bayi


Pelaksanaan kunjungan neonatus dan bayi baru lahir:

1. Kunjungan I
Dilakukan pada 6 jam pertama setelah persalinan.

1) agar bayi tetap hangat dan kering.


2) Menilai penampilan bayi secara umum yaitu bagaimana penampakan bayi secara
keseluruhan dan bagaimana ia bersuara yang dapat menggambarkan keadaan
kesehatannya.
3) Tanda-tanda pernapasan, denyut jantung dan suhu badan penting untuk diawasi
selama 6 jam pertama.
4) Memeriksa adanya cairan atau bau busuk pada tali pusat, menjaga tali pusat agar
tetap bersih dan kering.
5) Pemberian ASI awal.
 

11 | P a g e
2. Kunjungan II
Pada hari ke-3 setelah persalinan.

1) Menanyakan pada ibu mengenai keadaan bayi


2) Menanyakan bagaimana bayi menyusui.
3) Memeriksa apakah bayi terlihat kuning (ikterus)
4) Memeriksa apakah ada nanah pada pusat bayi dan apakah baunya busuk
 

3. Kunjungan III
Pada minggu ke-2 setelah persalinan.

1) Tali pusat biasanya sudah lepas pada kunjungan 2 minggu pasca salin
2) Memastikan apakah bayi mendapatkan ASI yang cukup
3) Bayi harus mendapatkan imunisasi BCG untuk mencegah tuberculosis, vaksin
polio I secara oral, vaksin hepatitis B
 

4. Kunjungan IV
Pada 6 minggu setelah kelahiran.

1) Memastikan bahwa laktasi berjalan baik dan berat badan bayi meningkat
2) Melihat hubungan antara ibu dan bayi.
3) Menganjurkan ibu untuk membawa bayinya ke posyandu untuk penimbangan dan
imunisasi
  Tujuan Kunjungan Bayi

 Untuk meningkatkan akses bayi terhadap pelayanan kesehatan dasar.


 Mengetahui sedini mungkin bila terdapat kelainan pada bayi sehingga cepat
mendapat pertolongan
4) Pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit melalui pemantauan
pertumbuhan,imunisasi,serta peningkatan kualitas hidup bayi dengan stimulasi
tumbuh kembang.
Tujuan Bidan Memberikan Kunjungan:

1) Mengidentifikasi gejala penyakit.

12 | P a g e
2) Menawarkan tindakan skrining metabolik.
3) Memberikan KIE kepada orang tua.
4) Mengkaji riwayat atau masalah pada pemenuhan nutrisi bayi, perhatian, usaha
menangis, BAB, BAK dll.
5) Melakukan pemriksaan fisik, memberikan penyuluhan dan anticipatory guidance pada
orang tua.
6) Membuat kunjungan dalam 6-8 minggu untuk imunisasi dan check-up serta harus
melakukan pengkajian fisik kembali jika ditemukan kondisi emergency yang
memerluakan perawatan dari dokter spesialis anak
 Pelayanan Pada Balita
 Pengertian Balita
Balita merupakan salah satu periode usia manusia setelah bayi dengan rentang
usia dimulai dari dua sampai dengan lima tahun, atau biasa digunakan perhitungan
bulan yaitu usia 24-60 bulan. Periode usia ini disebut juga sebagai usia prasekolah.

Balita adalah istilah umum bagi anak usia 1-3 tahun (batita) dan anak prasekolah
(3-5 tahun).  Saat usia batita, anak masih tergantung penuh kepada orang tua untuk
melakukan kegiatan penting, seperti mandi, buang air dan makan. Perkembangan
berbicara dan berjalan sudah bertambah baik. Namun kemampuan lain masih
terbatas. Masa balita merupakan periode penting dalam proses tumbuh kembang
manusia. Perkembangan dan pertumbuhan di masa itu menjadi penentu keberhasilan
pertumbuhan dan perkembangan anak di periode selanjutnya. Masa tumbuh
kembang di usia ini merupakan masa yang berlangsung cepat dan tidak akan pernah
terulang, karena itu sering disebut golden age atau masa keemasan.

 Pengertian pelayanan pada Balita


Pelayanan pada balita adalah pelayanan yang diberikan pada balita sehat dan
sakit yang sesuai diberikan oleh tenaga kesehatan sesuai dengan standar.

 Jadwal kunjungan pada balita


 Anak berumur sampai 5 bulan diperiksa setiap bulan
 pemeriksaan dilakukan setiap 2 bulan sampai anak berumur 12 bulan
 Pemeriksaan dilakukan setiap 6 bulan sampai anak berumur 24 bulan

13 | P a g e
 Permeriksaan dilakukan satu kali dalam satu tahun

 Kegiatan yang dilakukan pada kunjungan balita


 Pemeriksaan fisik anak dilakukan termasuk penimbangan berat badan
 Penyuluhan atau nasihat pada ibu tentang pemeliharaan kesehatan anak
dan perbaikan gizi serta hubungan psikososial antar anak, ibu, dan
keluarga. Ibu diminte memperhatikan tumbuh kembang anak, pola makan,
dan tidur serta perkembangan perilaku sosial anak
 Penjelasan tentang keluarga berencana untuk mengatur jarak kehamilan
 

 Jenis-jenis pelayanan pada Balita


 Buku KIA/KMS
Pemantauan pertumbuhan balita dengan KMS minimal 8 kali KMS (kartu
menuju sehatr) untuk balita adalah alat yang sederhana dan murah, yang dapat
digunakan untuk memantau kesehatan dan pertumbuhan anak. Oleh karenanya
KMS harus disimpan oleh ibu balita di rumah, dan harus selalu dibawa setiap kali
mengunjungi posyandu atau fasilitas pelayanan kesehatan, termasuk bidan dan
dokter.Manfaat KMS adalah :

1. Sebagai media untuk mencatat dan memantau riwayat kesehatan balita secara
lengkap, meliputi : pertumbuhan, perkembangan, pelaksanaan imunisasi,
penanggulangan diare, pemberian kapsul vitamin A, kondisi kesehatan
pemberian ASI eksklusif, dan makanan pendamping ASI.
2. Sebagai media edukasi bagi orang tua belita tentang kesehatan anak
3. Sebagai sarana komunikasi yang dapat digunakan oleh petugas untuk
menentukan penyuluhan dan tindakan pelayanan kesehatan dan gizi.
 

 Vitamin A 2 Kali Setahun


Vitamin A adalah salah satu zat gizi dari golongan vitamin yang sangat
diperlukan oleh tubuh yang berguna untuk kesehatan mata (agar dapat
melihat dengan baik) dan untuk kesehatan tubuh yaitu meningkatkan daya
tahan tubuh,jaringan epitel, untuk melawan penyakit misalnya campak, diare

14 | P a g e
dan infeksi lain. Pemberian vitamin A termasuk dalam program Bina Gizi
yang dilaksanakan oleh departemen kesehatansetiap 6 bulan yaitu bulan
februari dan agustus, anak-anak balita diberikan vitamin A secara gratis
dengan target pemberian 80% dari seluruh balita.

Kapsul vitamin A biru (100.000 IU) diberikan pada bayi berusia 6-11 bulan
satu kali dalam satu tahun. Kapsul vitamin A merah (200.000) diberikan
kepada balita kekurangan vitamin A disebut juga dengan xeroftalmia (mata
kering).halini dapat terjadi karena sarapan vitamin A pada mata mengalami
pengurangan sehingga terjadi kekeringan pada selaput lendir atau
konjungtiva dan selaput bening (kornea mata).balita akan terlindungi dari
kekurangan vitamin A terutama bagi balita dari keluarga menengah bawah.

 Pelayanan MTBS
MTBS adalah suatu pendekatan yang terintegrasi atau terpatu dalam
tatalaksana balita sakit dengan fokus kepada kesehatan anak usia 0-59 bulan
(balita) secara menyeluruh.MTBS bukan merupakan suatu program
kesehatan tetapi suatu pendekatan/cara menatalaksana balita sakit. Kegiatan
MTBS merupakan upaya pelayanan kesehatan yang ditunjukan untuk
menurunkan angka kesakitan dan kematian sekaligus meningkatkan
pelayanan kesehatan di unit rawat jalan kesehatan dasar (puskesmas dan
jaringan termasuk pustu, polindes, poskesdes, dll)
Bila dilaksanakan dengan baik, pendekatan MTBS tergolong lengkap untuk
mengantisipasi penyakit-penyakit yang sering menyebabkan kematian bayi
dan balita di indonesia. Dikatakan lengkap karena meliputi upaya preventif
(pencegahan penyakit), perbaikan gizi, upaya promotif (berupa konseling)
dan upaya kuratif (pengobatan) terhadap penyakit-penyakit dan masalah yang
sering terjadi pada balita. Badan kesehatan dunia WHO telah mengakui
bahwa pendekatan MTBS sangat cocok diterapkan negara-negara
berkembang dalam upaya menurunkan angka kematian, kesakitan, dan
kecacatan pada bayi dan balita.

Kegitan MTBS memiliki 3 komponen khas yang menguntungkan, yaitu :

15 | P a g e
1. Meningkatkan ketrampilan petugas kesehatan dalam tatalaksanan kasus balita sakit
(selain dokter, petugas kesehatan non-dokter dapat pula memeriksa dan menangani
pasien asalkan sudah terlatih)
2. Memperbaiki sistem kesehatan (perwujudan terintegrasinya banyak program
kesehatan dalam 1 kali pemeriksaan MTBS)
3. Memperbaiki praktek keluarga dan masyarakat dalam perawatan di rumah dan upaya
pencarian pertolongan kasus balita sakit (meningkatkan pemberdayaan masyarakat
dalam pelayanan kesehatan)
4. Konseling pada keluarga balita tentang pemberian makanan bergizi pada bayi dan
balita, pemberian makanan bayi, mengatur makanan anak usia 1-5 tahun, pemeriksaan
rutin/berkala terhadap bayi dan balita, peningkatan kesehatan pola tidur, bermain,
peningkatan pendidikan seksual dimulai sejak balita (sejak anak mengenal identitasnya
sebagai laki-laki atau perempuan.
 

 SDIDTK (Stimulasi, Deteksi, dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang)


1. Pengertian
SDIDTK (Stimulasi Deteksi Intervensi Dini Tumbuh Kembang) adalah pembinaan tumbuh
kembang anak secara komprehensif dan berkualitas melalui kegiatan stimulasi, deteksi dan
intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang pada masa 5tahun pertama kehidupan .
Diselenggarakan dalam bentuk kemitraan antara keluarga, masyarakat dengan tenaga
professional (kesehatan, pendidikan dan sosial).

Program SDIDTK merupakan program pembinaan tumbuh kembang anak secara


komprehensif dan berkualitas melalui kegiatan stimulasi, deteksi dan intervensi dini
penyimpangan tumbuh kembang pada masa lima tahun pertama kehidupan, diselenggarakan
dalam bentuk kemitraan antara keluarga (orang tua, pengasuh anak dan anggota keluarga
lainnya), masyarakat (kader, tokoh masyarakat, organisasi profesi, lembaga swadaya
masyarakat) dengan tenaga professional (kesehatan, pendidikan dan sosial).

Stimulasi adalah kegiatan merangsang kemampuan dasar anak umur 0-6 tahun agar anak
tumbuh dan berkembang secara optimal. Setiap anak perlu mendapat stimulasi rutin sedini
mungkin dan terus menerus pada setiap kesempatan.

16 | P a g e
Deteksi dini tumbuh kembang anak adalah kegiatan/pemeriksaan untuk menemukan secara
dini adanya penyimpangan tumbuh kembang pada balita dan anak pra sekolah. Dengan
ditemukan secara dini penyimpangan/masalah tumbuh kembang anak, maka intervensi akan
lebih mudah dilakukan, tenaga kesehatan juga mempunyai “waktu” dalam membuat rencana
tindakan/intervensi yang tepat, terutama ketika harus melibatkan ibu/keluarga. Bila
penyimpangan terlambat diketahui, maka intervensinya akan lebih sulit dan hal ini akan
berpengaruh pada tumbuh kembang anak.

Intervensi dini penyimpangan perkembangan adalah tindakan tertentu pada anak yang
perkembangan kemampuannya menyimpang karena tidak sesuai dengan umurnya.
Penyimpangan perkembangan bisa terjadi pada salah satu atau lebih kemampuan anak yaitu
kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa, serta sosialisasi dan kemandirian
anak.

2. Sasaran
1. Sasaran langsung
Semua anak umur 0 sampai 6 tahun yang ada di wilayah kerja Puskesmas

2. Sasaran tidak langsung


 Tenaga kesehatan yang bekerja di lini terdepan (dokter, bidan perawat, ahli gizi,
penyuluh kesehatan masyarakat, dan sebagainya).
 Tenaga pendidik, petugas lapangan KB, petugas sosial yang terkait dengan pembinaan
tumbuh kembang anak.
 Petugas sector swasta dan profesi lainnya.
 

3. Tujuan SDIDTK
1. Tujuan Umum
Agar semua balita umur 0–5 tahun dan anak pra sekolah umur 5-6 tahun tumbuh dan
berkembang secara optimal sesuai dengan potensi genetiknya sehingga berguna bagi nusa
dan bangsa serta mampu bersaing di era global melalui kegiatan stimulasi, deteksi dan
intervensi dini.1

2. Tujuan Khusus
 Terselenggaranya kegiatan stimulasi tumbuh kembang pada semua balita dan anak pra
sekolah di wilayah kerja Puskesmas.

17 | P a g e
 Terselenggaranya kegiatan deteksi dini penyimpangan tumbuh kembang pada semua
balita dan anak pra sekolah di wilayah kerja Puskesmas.
 Terselenggaranya intervensi dini pada semua balita dan anak pra sekolah dengan
penyimpangan tumbuh kembang.
 Terselenggaranya rujukan terhadap kasus-kasus yang tidak bisa ditangani di
Puskesmas.
 

4. Jenis Skrining
1. Deteksi Dini Penyimpangan Pertumbuhan
 Pengukuran Berat Badan Terhadap Tinggi Badan (BB/TB)
1. Tujuan pengukuran BB/TB adalah untuk menentukan status gizi anak, normal,
kurus, kurus sekali atau gemuk.
2. Jadwal pengukuran BB/TB disesuaikan dengan jadwal DDTK. Pengukuran
dan penilaian BB/TB dilakukan oleh tenaga kesehatan terlatih, yaitu tenaga
kesehatan yang telah mengikuti pelatihan SDIDTK.
 Pengukuran Lingkar Kepala Anak (LKA).
Tujuan pengukuran LKA adalah untuk mengetahui lingkaran kepala anak dalam batas normal
atau diluar batas normal

Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan dilakukan di semua tingkat pelayanan. Adapun


pelaksana dan alat yang digunakan dapat dilihat pada tabel 2.1.

Tabel 2.1 Pelaksana dan Alat yang Digunakan untuk Deteksi Dini Penyimpangan
Pertumbuhan

Tingkat Alat yang


Pelayanan Pelaksana Digunakan

Keluarga ·         Orang tua ·         KMS


masyarakat
·         Kader ·         Timbangan
kesehatan dacin

·         Petugas
PAUD, BKB,

18 | P a g e
TPA dan Guru
TK

·         Table
BB/TB

·         Grafik LK

·         Timbangan
·         Dokter
·         Alat ukur
·         Bidan
tinggi badan
·         Ahli gizi
·         Pita
·         Petugas pengukur lingkar

Puskesmas lain kepala

Sumber: Buku Pedoman Pelaksanaan SDIDTK

1. Deteksi Dini Penyimpangan Perkembangan


Deteksi ini dilakukan di semua tingkat pelayanan. Pelaksana dan alat yang digunakan dapat
dilihat pada tabel 2.2

Tabel 2.2 Pelaksanaan dan Alat yang digunakan untuk Deteksi Dini Penyimpangan
Perkembangan Anak

19 | P a g e
Tingkat Alat yang
Pelayanan Pelaksana Digunakan

·         Orang tua

·         Kader
Buku KIA
kesehatan, BKB,
TPA  

·         Petugas  

pusat PAUD
·         KPSP
terlatih
·         TDL
Keluarga dan ·         Guru TK

Masyarakat terlatih ·         TDD

·         Dokter ·         KPSP

·         Bidan ·         TDL

Puskesmas ·         Perawat ·         TDD

Sumber: Buku Pedoman Pelaksanaan SDIDTK


Keterangan :

Buku KIA : Buku Kesehatan Ibu dan Anak

KPSP : Kuesioner Pra Skrining Perkembangan

TDL : Tes Daya Lihat

TDD : Tes Daya Dengar

BKB : Bina Keluarga Balita

TPA : Tempat Penitipan Anak

Pusat PAUD : Pusat Pendidikan Anak Usia Dini

TK : Taman Kanak-kanak

20 | P a g e
 Skrining/pemeriksaan perkembangan anak menggunakan Kuesioner Pra Skrining
Perkembangan (KPSP)
Tujuan pemeriksaan perkembangan menggunakan KPSP adalah untuk mengetahui
perkembangan anak normal atau ada penyimpangan.

 Tes Daya Dengar (TDD)


Tujuan tes daya dengar adalah untuk menemukan gangguan pendengaran sejak dini, agar
dapat segera ditindaklanjuti untuk meningkatkan kemampuan daya dengar dan bicara anak.

 Tes Daya Lihat (TDL)


Tujuan TDL adalah untuk mendeteksi secara dini kelainaan daya lihat agar segera dapat
dilakukan tindakan lanjutan sehingga kesempatan untuk memperoleh ketajaman penglihatan
menjadi lebih besar.

1. Deteksi Dini Penyimpangan Mental Emosional


Deteksi dini penyimpangan mental emosional adalah kegiatan/ pemeriksaan untuk
menemukan gangguan secara dini adanya masalah emosional, autisme dan gangguan
pemusatan perhatian dan hiperaktivitas pada anak, agar dapat segera dilakukan tindakan
intervensi. Bila penyimpangan mental emosional terlambat diketahui maka intervensinya
akan lebih sulit dan hal ini akan berpengaruh pada tumbuh kembang anak.

Deteksi ini dilakukan oleh tenaga kesehatan.

 Deteksi dini masalah mental emosional pada anak pra sekolah.


Bertujuan untuk mendeteksi secara dini adanya penyimpangan/ masalah mental emosional
pada anak pra sekolah

 Deteksi dini autis pada anak pra sekolah.


Bertujuan untuk mendeteksi secara dini adanya autis pada anak umur 18 bulan sampai 36
bulan.

Pengukuran pertumbuhan dan perkembangan berdasarkan umur dan jenis skrining


 

5. Intervensi Dini Penyimpangan Perkembangan Anak


Tujuan intervensi dan rujukan dini perkembangan anak adalah untuk mengoreksi,
memperbaiki dan mengatasi masalah atau penyimpangan perkembangan sehingga anak dapat

21 | P a g e
tumbuh dan berkembang secara optimal sesuai dengan potensinya. Waktu yang paling tepat
untuk melakukan intervensi dan rujukan dini penyimpangan perkembangan anak adalah
sesegera mungkin ketika usia anak masih di bawah lima tahun.1,27

Tindakan intervensi dini tersebut berupa stimulasi perkembangan terarah yang dilakukan
secara intensif di rumah selama 2 minggu, yang diikuti dengan evaluasi hasil intervensi
stimulasi perkembangan.

Rujukan diperlukan jika masalah/penyimpangan perkembangan anak tidak dapat ditangani


meskipun sudah dilakukan tindakan intervensi. Rujukan penyimpangan tumbuh kembang
dilakukan secara berjenjang sebagai berikut:

1. Tingkat keluarga dan masyarakat


Keluarga dan masyarakat (orang tua, anggota keluarga lainnya dan kader) dianjurkan untuk
membawa anak ke tenaga kesehatan di Puskesmas dan jaringan atau Rumah Sakit. Orang tua
perlu diingatkan membawa catatan pemantauan tumbuh kembang buku KIA

2. Tingkat Puskesmas dan jaringannya


Pada rujukan dini, bidan dan perawat di posyandu, Polindes, Pustu termasuk Puskesmas
keliling, melakukan tindakan intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang sesuai standar
pelayanan yang terdapat pada buku pedoman. Bila kasus penyimpangan tersebut ternyata
memerlukan penanganan lanjut, maka dilakukan rujukan ke tim medis di Puskesmas.

3. Tingkat Rumah Sakit Rujukan


Bila kasus penyimpangan tersebut tidak dapat di tangani di Puskesmas maka perlu dirujuk ke
Rumah Sakit Kabupaten yang mempunyai fasilitas klinik tumbuh kembang anak dengan
dokter spesialis anak, ahli gizi serta laboratorium/pemeriksaan penunjang diagnostic. Rumah
Sakit Provinsi sebagai tempat rujukan sekunder diharapkan memiliki klinik tumbuh kembang
anak yang didukung oleh tim dokter spesialis anak, kesehatan jiwa, kesehatan mata, THT,
rehabilitasi medic, ahli terapi, ahli gizi dan psikolog.

 Pelayanan posyandu
Posyandu adalah wadah pemeliharaan kesehatan yang dilakukan dari, oleh dan untuk
masyarakat yang dibimbing petugas terkait. (Departemen Kesehatan RI. 2006) Posyandu
adalah pusat kegiatan masyarakat dalam upaya pelayanan kesehatan dan keluarga berencana.
(Effendi, Nasrul. 1998: 267) Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu) merupakan salah satu

22 | P a g e
bentuk Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang dilaksanakan oleh, dari
dan bersama masyarakat, untuk memberdayakan dan memberikan kemudahan kepada
masyarakat guna memperoleh pelayanan kesehatan bagi ibu, bayi dan anak balita. (Pusat
Promosi Kesehatan, 2012)

Posyandu merupakan salah satu bentuk upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat yang
dikelola dan diselenggarakan untuk, dari, dan oleh masyarakat dalam penyelenggaraan
pembangunan kesehatan guna memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam
memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan kematian ibu dan
bayi. Dalam pelaksanaan tugasnya kader pada posyandu selalu didampingi oleh tim dari
Puskesmas, seperti pada pelaksanaan pada meja IV, apabila kader menemui masalah
kesehatan, kader harus berkonsultasi pada petugas kesehatan yang ada, masalah tersebut
dapat berupa:

1. Balita yang berat badanya tidak naik tiga kali berturut-turut.


2. Balita yang berat badanya di bawah garis merah.
3. Balita yang sakit; batuk, sukar bernafas, demam dan sakit telinga.
4. Balita yang mencret.
5. Anak yang menderita buta senja atau mata keruh.
6. Balita dengan penyimpangan tumbuh kembang atau perkembangan terlambat.

BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

23 | P a g e
Pelayanan kesehatan bayi adalah pelayanan kesehatan sesuai standar yang diberikan
oleh tenaga kesehatan kepada bayi sedikitnya 4 kali, selama periode 29 hari sampai
dengan 11 bulan setelah lahir.

Pelaksana pelayanan kesehatan bayi :

1. Kunjungan bayi satu kali pada umur 29 hari – 2 bulan


2. Kunjungan bayi satu kali pada umur 3 – 5 bulan
3. Kunjungan bayi satu kali pada umur 6 – 8 bulan
4. Kunjungan bayi satu kali pada umur 9 – 11 bulan
Pelayanan kesehatan pada bayi tersebut meliputi :

1. Pemberian imunisasi dasar lengkap (BCG, Polio 1, 2,3, 4, DPT/HB 1, 2, 3, Campak)


sebelum bayi berusia 1 tahun
2. Stimulasi deteksi intervensi dini tumbuh kembang bayi (SDIDDTK)
3. Pemberian vitamin A 100.000 IU (6 – 11 bulan)
4. Konseling ASI ekskulusif, pemberian makanan pendamping ASI, tanda –tanda sakit
dan perawatan kesehatan bayi di rumah menggunakan Buku KIA
5. Penanaganan dan rujukan kasus bila di perlukan
6. Tenaga kesehatan yang dapat memberikan pelayanan kesehatan bayi adalah dokter
spesialis anak, dokter, bidan dan perawat.
Lima tahun pertama kehidupan, pertumbuhan mental dan intelektual  berkembang
pesat. Masa ini merupakan masa keemasan atau golden period dimana terbentuk dasar-
dasar kemampuan keindraan, berfikir, berbicara serta pertumbuhan mental intelektual yang
intensif dan awal pertumbuhan moral. Pada masa ini stimulasi sangat penting untuk
mengoptimalkan fungsi-fungsi organ tubuh dan rangsangan pengembangan otak. Upaya
deteksi dini gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada anak usia dini menjadi sangat
penting agar dapat dikoreksi sedini mungkin dan atau mencegah gangguan ke arah yang
lebih berat.

Pelayanan kesehatan anak balita meliputi pelayanan pada anak balita sakit dan sehat.
Pelayanan yang diberikan oleh tenaga kesehatan sesuai standar yang meliputi :

Pelayanan pemantauan pertumbuhan minimal 8 kali setahun yang tercatat dalam Buku
KIA/KMS. Pemantauan pertumbuhan adalah pengukuran berat badan anak balita setiap
bulan yang tercatat pada Buku KIA/KMS. Bila berat badan tidak naik dalam 2 bulan

24 | P a g e
berturut-turut atau berat badan anak balita dibawah garis merah dirujuk ke sarana
pelayanan kesehatan.

Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) minimal 2 kali
dalam setahun. Pelayanan SDIDTK meliputi pemantauan perkembangan motorik kasar,
motorik halus, bahasa, sosialisasi dan kemandirian minimal 2 kali setahun (setiap 6 bulan).
Pelayanan SDIDTK diberikan di dalam gedung (sarana pelayanan kesehatan) maupun di
luar gedung.

3.2 SARAN

Penulis sangat mengharapkan agar makalah ini dapat menjadi acuan dalam
mempelajari tentang pelayanan kesehatan pada bayi dan balita. Dan harapan penulis
makalah ini tidak hanya berguna bagi penulis tetapi juga berguna bagi semua pembaca.
Terakhir dari penulis walaupun makalah ini kurang sempurna penulis mengharapkan kritik
dan saran untuk perbaikan di kemudian hari.

DAFTAR PUSTAKA

Behran. Kliegman. Arvin. (2000). Ilmu Kesehatan Anak (Nelson Textbook of


Pediatrics). EGC. Jakarta.

25 | P a g e
Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, 2008. Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawihardjo. Jakarta 2008.

26 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai